Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Katarak adalah perubahan lensa mata yang tadinya jernih dan tembus cahaya menjadi keruh.
Lensa mata yang normal adalah jernih. Bila terjadi proses katarak, lensa menjadi buram
seperti kaca susu. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas. Lensa
mata penderita menjadi keruh dan tak tembus cahaya sehingga cahaya sulit mencapai retina
dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina.
Sebagian besar katarak terjadi akibat adanya perubahan komposisi kimia lensa mata yang
mengakibatkan lensa mata menjadi keruh. Penyebabnya dapat faktor usia, paparan sinar ultra
violet dan faktor gizi.
Gejala gangguan penglihatan penderita katarak tergantung dari letak kekeruhan lensa mata.
Bila katarak terdapat di bagian pinggir lensa, maka penderita akan merasa adanya gangguan
penglihatan. Bila kekeruhan terdapat pada bagian tengah lensa, maka tajam penglihatan akan
terganggu. Gejala awal biasanya ditandai adanya penglihatan ganda, peka atau silau terhadap
cahaya sehingga mata hanya merasa nyaman bila melihat pada malam hari. Dan biasanya
mata mengalami perubahan tajam penglihatan sehingga sering mengganti ukuran kaca mata.
Penelitian-penelitian potong-lintang mengidentifikasi adanya katarak pada sekitar 10 % orang
Amerika Serikat, dan prevalensi ini meningkat sampai sekitar 50 % untuk mereka yang
berusia antara 65 dan 74 tahun dan sampai sekitar 70 % untuk mereka yang berusia lebih dari
75 tahun. Untuk katarak kongenital sendiri, dari hasil penelitian yang dilakukan di Inggris
pada tahun 1995-1996, didapatkan hasil bahwa insidensi dari katarak kongenital dan infantil
tertinggi pada tahun pertama kehidupan, yaitu 2,49 per 10.000 anak.Insidensi kumulatif
selama 5 tahun adalah 3,18 per 10.000 , meningkat menjadi 3,46 per 10.000 dalam waktu 15
tahun. Insidensi katarak bilateral lebih tinggi jika dibandingkan yang unilateral, akan tetapi
juga didapatkan bahwa insidensi ini tidak diperbedakan oleh jenis kelamin dan tempat.
Katarak harus diangkat sesegera mungkin agar fungsi penglihatan bisa berkembang secara
normal.katarak dibuang melalui pembedahan, yang diikuti dengan pemasangan lensa
Penulisan refrat ini bertujuan untuk menambah pengetahuan mengenai definisi, etiologi,
epidemiologi, patofisiologi, diagnosis dan penatalaksanaan pada katarak.
1.4 Metode Penulisan
Metode yang dipakai adalah tinjauan kepustakaan dengan merujuk kepada beberapa literatur
berupa buku teks, jurnal dan makalah ilmiah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi Lensa
a. Anatomi Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna dan transparan. Tebal sekitar 4
mm dan diameternya 9 mm. Dibelakang iris lensa digantung oleh zonula ( zonula Zinnii) yang
menghubungkan dengan korpus siliare. Disebelah anterior lensa terdapat humos aquos dan
disebelah posterior terdapat viterus.Kapsul lensa adalah suatu membran semipermeabel yang
dapat dilewati air dan elektrolit. Disebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus
lensa lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat lamelar
subepitel terus diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi kurang elastic. Lensa terdiri
dari enam puluh lima persen air, 35% protein, dan sedikit sekali mineral yang biasa ada di
jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa dari pada di kebanyakan jaringan
lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada
serat nyeri, pembuluh darah atau pun saraf di lensa.
Anatomi Lensa
b. Fisiologi Lensa
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk memfokuskan
cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi, menegangkan serat zonula dan
memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil, daya refraksi
lensa diperkecil sehingga berkas cahaya paralel atau terfokus ke retina. Untuk memfokuskan
cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula
berkurang.Kapsul lensa yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis
diiringi oleh peningkatan daya biasnya.
Kerjasama fisiologik tersebut antara korpus siliaris, zonula, dan lensa untuk memfokuskan
benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring dengan pertambahan usia,
kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan berkurang. Selain itu juga terdapat fungsi refraksi,
yang mana sebagai bagian optik bola mata untuk memfokuskan sinar ke bintik kuning, lensa
menyumbang +18.0- Dioptri.
Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation (sodium dan kalium).
Kedua kation berasal dari humour aqueous dan vitreous. Kadar kalium di bagian anterior
lensa lebih tinggi di bandingkan posterior. Dan kadar natrium di bagian posterior lebih besar.
Ion K bergerak ke bagian posterior dan keluar ke aqueous humour, dari luar Ion Na masuk
secara difusi dan bergerak ke bagian anterior untuk menggantikan ion K dan keluar melalui
pompa aktif Na-K ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan di dalam oleh CaATPase. 4
Metabolisme lensa melalui glikolisis anaerob (95%) dan HMP-shunt (5%). Jalur HMP shunt
menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak dan ribose, juga untuk aktivitas
glutation reduktase dan aldose reduktase. Aldose reduktse adalah enzim yang merubah
glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol dirubah menjadi fructose oleh enzim sorbitol
dehidrogenase.
d. Embriologi Lensa
Mata berasal dari tonjolan otak (optic vesicle). Lensanya berasal dari ektoderm permukaan
pada tempat lensplate, yang kemudian mengalami invaginasi dan melepaskan diri dari
ektoderm permukaan membentuk vesikel lensa dan bebas terletak di dalam batas-batas dari
optic cup. Segera setelah vesikel lensa terlepas dari ektoderm permukaan, maka sel-sel bagian
posterior memanjang dan menutupi bagian yang kososng. Pada stadium ini, kapsul hialin
dikeluarkan oleh sel-sel lensa. Serat-serat sekunder memanjangkan diri, dari daerah ekuator
dan tumbuh ke depan di bawah epitel subkapsuler, yang hanya selapis dan ke belakang di
bawah kapsula lentis. Serat-serat ini saling bertemu dan membentuk sutura lentis, yang
berbentuk huruf Y yang tegak di anterior dan Y yang terbalik di posterior. Pembentukan lensa
selesai pada usia 7 bulan penghidupan foetal. Inilah yang membentuk substansi lensa, yang
terdiri dari korteks dan nukleus. Pertumbuhan dan proliferasi dari serat-serat sekunder
berlangsung terus selama hidup tetapi lebih lambat, karenanya lensa menjadi bertambah besar
lambat-lambat. Kemudian terjadi kompresi dari serat-serat tersebut dengan disusul oleh
proses sklerosis. 4
Katarak berasal dari bahasa Yunani katarrhakies, Inggris cataract dan Latin cataracta yang
berarti air terjun. Dalam bahasa indonesia disebut bular, dimana penglihatan seperti tertutup
air tejun. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat keduaduanya.Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak
mengalami perubahan dalam waktu yang lama. 4
2.3 Klasifikasi
Katarak diklasifikasikan berdasarkan beberapa parameter, seperti usia, saat munculan dan
tempat terjadinya. Klasifikasi tersebut dijabarkan sebagai berikut.
Klasifikasi katarak berdasarkan usia:
Katarak kongenital, katarak yang sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun.
Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun.
Katarak senil, katarak setelah usia 50 tahun.
Klasifikasi katarak berdasarkan saat munculan :
Katarak yang didapat (99% dari keseluruhan kasus katarak), terbagi lagi menjadi :
Katarak Senilis ( > 90 % katarak), berkaitan dengan penyakit sistemik, yakni diabetes
mellitus, galaktosemia, insufisiensi ginjal, mannosidosis, penyakit Fabry, sindrom Lowe,
Katarak sekunder dan komplikata, yakni katarak dengan heterokromia, iridosiklitis kronik,
vaskulitis retinal, dan retinitis pigmentosa.
Katarak post-operatif, paling sering terjadi pada kasus vitrektomi dan tamponade silikon
retina, dan operasi filter
Katarak traumatik, karena kontusi atau perforasi, radiasi infra merah, sengatan listrik, radiasi
ion.
Katarak toksik, yakni katarak diinduksi kortikosteroid (paling sering), dank arena obat lain
seperti klorpromazin, agen miotik, atau busulfan. 3,4
Katarak Kongenital (kurang dari 1 % kasus katarak), terdiri dari :
Katarak herediter, dapat autosomal dominan, autosomal resesif, sporadik, atau terikat
kromosom X
Katarak yang disebabkan oleh kerusakan saat masa embrionik dini (via transplasental),
karena infeksi rubella (40-60%), mumps (10-22%), hepatitis (16%), dan toksoplasmosis
(5%). 3
Katarak berdasarkan lokasinya terdiri dari:
Katarak nuklear, insidennya 30 % dari keseluruhan kasus katarak senilis
Katarak yang terjadi akibat proses penuaan dan bertambahnya umur disebut katarak senilis.
Katarak senilis adalah kekeruhan lensa baik di korteks, nuklearis tanpa diketahui
penyebabnya dengan jelas, dan muncul mulai usia 40 tahun.
Katarak senelis
2.4.2 Epidemiologi
Katarak senilis terjadi pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun. Insidensi katarak di dunia
mencapai 5-10 juta kasus baru tiap tahunnya. Di Afrika katarak senile merupakan penyebab
utama kebutaan. Katarak senilis sangat sering ditemukan pada manusia, bahkan dapat
dikatakan sebagai suatu hal yang dapat dipastikan timbulnya dengan bertambahnya usia
penderita. Horlacher mendapatkan bahwa 65% dari seluruh individu antara usia 51-60 tahun
menderita katarak, sedangkan Barth menemukan bahwa 96% dari individu di atas usia 60
tahun mempunyai kekeruhan lensa yang dapat terlihat jelas pada pemeriksaan slitlamp. Di
negara berkembang katarak merupakan 50-70% dari seluruh penyebab kebutaan, selain
kasusnya banyak dan munculnya lebih awal. Di Indonesia tahun 1991 didapatkan prevalensi
kebutaan 1,2% dengan kebutaan katarak sebesar 0,67%, dan tahun 1996 angka kebutaan
meningkat 1,47%. 4,5
Sejalan dengan usia, lensa bertambah berat, padat dan daya akomodasinya menurun. Dengan
terbentuknya lapisan baru dari serat kortikal nucleus lensa menjadi terkompresi dan memadat
(nuclear sklerosis). Modifikasi kimia dan proteolisis dari kristalin(protein lensa)
menghasilkan formasi agregat protein berat molekul besar. Agregat ini cukup besar untuk
menyebabkan terjadinya fluktuasi mendadak dalam indeks refraktif lokal lensa sehingga
menghamburkan cahaya dan menurunkan transparansi.
Modifikasi kimia dari protein nuclear lensa juga meningkatkan pigmentasi, seperti lensa
menjadi kuning atau kecoklatan sejalan dengan pertambahan usia. Hubungan dengan usia
lainnya adalah menurunnya konsentrasi dari glutation dan kalium dan meningkatnya
konsentrasi natrium dan kalsium dalam sitoplasma sel lensa. Penyebab paling sering
gangguan penglihatan pada orang tua adalah katarak senilis, patogenesisnya multifaktorial
dan belum sepenuhnya dimengerti. 6
Faktor resiko terjadinya katarak senilis adalah :
Herediter
Herediter memiliki peran yang perlu dipertimbangkan, usia mulai timbulnya katarak berbeda
pada keluarga yang berbeda.
Paparan Ultraviolet
Berdasarkan studi epidemiologi, paparan sinar UV yang berlebihan dapat menyebabkan
timbulnya katarak pada usia yang lebih awal dan maturasi yang lebih cepat pada katarak
senilis.
Faktor diet
Defisiensi zat makanan berupa protein tertentu, asam amino, vitamin (riboflavin, vit E, Vit C)
dan elemen-elemen esensial berperan dalam terjadinya dan matangnya katarak pada usia
yang lebih awal.
Krisis dehidrasi
Ditemukan juga hubungan cepatnya usia kemunculan dan kematangan katarak dengan krisis
dehirasi yang terjadi pada seorang individu (seperti: diare, kolera, dan lain-lain)
Merokok
Merokok telah dilaporkan memeiliki beberapa efek terhadap usia munculnya katarak. Rokok
menyebabkan akumulasi dari pigmen molekul -3 hydroxykynurinine dan
UPT.Kesehatan Indera Mata Masyarakat (BKIM) Prov SUMUT Page 10
chompores
Berdasarkan letaknya dikenal ada 3 bentuk katarak senilis, yaitu : katarak nuklear, kortikal
dan subkapsularis posterior.
Katarak Nuklear
Beberapa tingkat sklerosis nuclear dan kekuningan pada lensa adalah normal pada pasien
dewasa yang telah melewati usia pertengahan. Secara umum, kondisi ini hanya
mempengaruhi fungsi visual secara minimal. Penghamburan cahaya dan kekuningan yang
parah disebut sebagai katarak nuklear, yang menyebabkan opasiti sentral. Nukleus cenderung
menjadi gelap dan keras (sklerosis), berubah dari jernih menjadi kuning sampai coklat.
Biasanya mulai timbul sekitar usia 60-70 tahun dan progresivitasnya lambat. Bentuk ini
merupakan bentuk yang paling banyak terjadi. Meskipun biasanya bilateral, namun biasanya
asimetris. Pandangan jauh lebih dipengaruhi daripada pandangan dekat (pandangan baca),
bahkan pandangan baca dapat menjadi lebih baik yang disebut juga sebagai second sight.,
sulit menyetir pada malam hari. Perubahan kekuningan dan kecoklatan yang progresif pada
lensa menyebabkan diskriminasi warna yang buruk, khususnya terhadap spectrum warna biru
sehingga penderita mengalami kesulitan membedakan warna, terutama warna biru dan ungu.
Katarak Nuklear
Katarak Kortikal
Katarak menyerang lapisan yang mengelilingi nukleus atau korteks. Biasanya mulai timbul
sekitar usia 40-60 tahun dan progresivitasnya lambat. Katarak kortikal biasanya bilateral
tetapi sering asimetris. Terdapat wedge-shape opacities/cortical spokes atau gambaran seperti
ruji. Banyak pada penderita DM.Keluhan yang biasa terjadi yaitu penglihatan jauh dan dekat
terganggu, penglihatan merasa silau.
Katarak senilis secara klinik dikenal dalam empat stadium yaitu insipien, imatur, matur dan
hipermatur :
1. Katarak Insipien
Pada katarak stadium insipien terjadi kekeruhan mulai dari tepi ekuator menuju korteks
anterior dan posterior (katarak kortikal).Vakuol mulai terlihat di dalam korteks. Pada katarak
subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular posterior, celah terbentuk
antara serat lensa dan korteks berisi jaringan degeneratif (benda Morgagni) pada katarak
insipien.
Kekeruhan ini dapat menimbulkan polipia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada
semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama. Pada
stadium ini kekeruhan lensa tidak teratur,tampak seperti bercak-bercak yang membentuk
geligi dengan dasar di perifer dan daerah jernih diantaranya. Kekeruhan ini pada awal nya
hanya tampak jika pupil dilebarkan.
2. Katarak Imatur
Pada katarak senilis stadium imatur sebagian lensa keruh atau katarak yang belum mengenai
seluruh lapis lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat
meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Jika mengambil air lensa akan
menjadi intumesen. Pada katarak intumesen terjadi kekeruhan lensa disertai pembengkakan
lensa akibat lensa yang degeneratif menyerap air.
Masuknya air ke dalam celah lensa mengakibatkan lensa menjadi bengkak dan besar yang
akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal.
Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit glaukoma. Katarak intumesen
biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopia
UPT.Kesehatan Indera Mata Masyarakat (BKIM) Prov SUMUT Page 14
lentikular. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung dan
daya biasnya akan bertambah, yang memberikan miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp
terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa.
Katarak imatur
3. Katarak Matur
Pada katarak senilis stadium matur kekeruhan telah mengenai seluruh massa lensa.
Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur atau
intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar, sehingga lensa kembali pada
ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan
mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata depan akan berukuran kedalaman normal
kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris
negatif.
KATARAK MATUR
4. Katarak Hipermatur
Pada katarak stadium hipermatur terjadi proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras atau
lembek dan mencair. Massa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa
menjadi mengecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam
dan lipatan kapsul lensa. Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan
dengan zonula Zinn menjadi kendor. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai dengan
kapsul yang tebal maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks
akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam
di dalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut sebagai katarak Morgagni. 6,7
Katarak Hipermatur
Insipien
Imatur
Matur
Hipermatur
Kekeruhan
Ringan
Sebagian
Seluruh
Masif
Cairan lensa
Normal
Bertambah (air
Normal
Berkurang (air
masuk)
keluar)
Iris
Normal
Terdorong
Normal
Tremulans
Bilik mata
Normal
Dangkal
Normal
Dalam
depan
Shadow test
+
Pseudopsitif
Penyulit
Glaukoma
Uveitis +
Glaukoma
Distorsi
Katarak dapat menimbulkan keluhan benda bersudut tajam menjadi tampak tumpul atau
bergelombang.
Halo
Penderita dapat mengeluh adanya lingkaran berwarna pelangi yang terlihat disekeliling
sumber cahaya terang, yang harus dibedakan dengan halo pada penderita glukoma.
Diplopia monokuler
Gambaran ganda dapat terbentuk pada retina akibat refraksi ireguler dari lensa yang keruh,
menimbulkan diplopia monokuler, yang dibedakan dengan diplopia binokuler dengan cover
test dan pin hole.
Perubahan persepsi warna
Perubahan inti nucleus menjadi kekuningan menyebabkan perubahan persepsi warna yang
akan digambarkan menjadi lebih kekuningan atau kecoklatan dibanding warna sebenarnya.
Bintik hitam
Penderita dapat mengeluhkan timbulnya bintik hitam yang tidak bergerak-gerak pada lapang
pandangnya. Dibedakan dengan keluhan pada retina atau badan vitreus yang sering bergerakgerak. 7,8
2.4.7 Pemeriksaan fisik
Penurunan ketajaman penglihatan
Katarak seringkali berkaitan dengan terjadinya penurunan ketajaman penglihatan, baik untuk
melihat jauh maupun dekat. Ketajaman penglihatan dekat lebih sering menurun jika
dibandingkan dengan ketajaman penglihatan jauh, hal ini mungkin disebabkan adanya daya
kontriksi pupil yang kuat. Penglihatan menurun tergantung pada derajat katarak. Katarak
imatur dari sekitar 6/9 sampai 1/60, pada katarak matur hanya 1/300 sampai 1/~.
Miopisasi
Perkembangan katarak pada awalnya di dapat meningkatkan kekuatan dioptri lensa, biasanya
menyebabkan derajat myopia yang ringan hingga sedang. Ketergantungan pasien presbiopia
pada kacamata bacanya akan berkurang karena pasien ini mengalami penglihatan kedua.
Namun setelah sekian waktu bersamaan dengan memburuknya kualitas lensa, rasa
UPT.Kesehatan Indera Mata Masyarakat (BKIM) Prov SUMUT Page 19
nyaman ini berangsur menghilang dan diikuti dengan terjadinya katarak sklerotik nuclear.
Perkembangan miopisasi yang asimetris pada kedua mata akan menyebabkan anisometropia
yang tidak dapat dikoreksi lagi, dan cendrung diatasi dengan ekstraksi katarak. 7
Diagnosis
Diagnosis katarak senilis dibuat berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan
laboratorium diminta sebagai bagian dari proses screening pra operasi untuk mendeteksi
penyakit yang menyertai, seperti diabetes mellitus, hipertensi, dan penyakit jantung. Penyakit
seperti diabetes mellitus dapat menyebabkan perdarahan perioperatif. Dengan demikian
deteksi dini harus dilakukan sebelum operasi.
Pemeriksaan pencitraan pada mata seperti USG, CT SCAN, dan MRI diperlukan jika
dicurigai terdapat kelainan pada bagian posterior dan penglihatan yang kabur akibat katarak.
Hal ini bermanfaat dalam pengelolaan pembedahan dan untuk memberikan prognosis
pemulihan penglihatan pasien pasca operasi.
Stadium katarak senilis ditentukan berdasarkan ketajaman penglihatan pasien. Pasien yang
visusnya kurang dari 20/200 dikatakan menderita katarak matur. Jika lebih dari 20/200,
kataraknya dikatakan imatur. Katarak insipien ditemukan pada pasien masih bisa membaca
pada 20/20 , akan tetapi kejernihan dari lensa dapat diperiksa dengan slit lamp.
Pada pemeriksaan slit lamp biasanya dijumpai keadaan palpebra, konjungtiva, kornea, iris,
pupil, dan COA dalam keadaan normal. Pada lensa pasien katarak, didapatkan lensa keruh.
Selanjutnya bisa dilakukan pemeriksaan shadow test untuk menentukan stadium pada
penyakit katarak senilis. 7
2.4.9 Diagnosis Banding
Katarak traumatik : Harus setelah mengalami trauma. Kontusi pada bola mata tanpa perforasi
dapat menyebabkan katarak dan timbul beberapa hari/minggu satelah kontusio
Uveitis Kronik : Merupakan radang uvea yang mengenai hanya bagian depan jaringan uvea
atau selaput pelangi dengan gejala mata merah nyeri tekan disertai spasme iris, fotofobia dan
lakrimas bila terkena sinar kuat, visus menurun, kornea edem,dalam BMD terdapat
penimbunaan protein, fibrin, dan sel radang yang memberikan gambaran flare, iris edem,
pupil,miosis dan reflek pupil lemah.
UPT.Kesehatan Indera Mata Masyarakat (BKIM) Prov SUMUT Page 20
Katarak senilis hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika gejala katarak
tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala cukup dengan mengganti
kacamata. Sejauh ini tidak ada obat-obatan yang dapat menjernihkan lensa yang keruh.
Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Lebih dari bertahuntahun, tehnik bedah yang bervariasi sudah berkembang dari metode yang kuno hingga tehnik
hari ini phacoemulsifikasi. Hampir bersamaan dengan evolusi IOL yang
digunakan, yang bervariasi dengan lokasi, material, dan bahan implantasi. Bergantung pada
integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi
(ICCE) dan ekstra capsuler cataract ekstraksi (ECCE). Berikut ini akan dideskripsikan secara
umum tentang tiga prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu
ICCE, ECCE, dan phacoemulsifikasi. 8
Intra Capsular Cataract Extraction ( ICCE)
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Seluruh lensa
dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan depindahkan dari mata melalui insisi
korneal superior yang lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan lensa
subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan
tindakan pembedahan yang sangat lama populer.ICCE tidak boleh dilakukan atau
kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen
hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma,
uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan.
Extra Capsular Cataract Extraction ( ECCE )
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa dengan
memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga masa lensa dan kortek lensa dapat
keluar melalui robekan. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan
kelainan endotel, implantasi lensa intra ocular posterior, perencanaan implantasi sekunder
lensa intra ocular, kemungkinan akan dilakukan bedah glukoma, mata dengan predisposisi
untuk terjadinya prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap badan kaca,
ada riwayat mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular edema, pasca bedah ablasi,
untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan
kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak
sekunder.
ICCE
ECCE
Pengangkatan lensa
Lensa diangkat in toto
Neukleus Lensa diangkat dari
kapsul
Kapsula posterior dan
Diangkat
Utuh
zonula zinii
Insisi
Lebih Besar ( 10 Mm )
Lebih kecil
Iridektomi perifer
Dilakukan
Tidak dilakukan
Waktu operasi
Lebih Lama
Lebih Cepat
Lokasi IOL
Anterior Chamber
Posterior Chamber
Keahlian
Teknih lebih mudah
Teknik lebih sulit
Komplikas yang
Prolaps Vitreus, chystoid macular
Katarak Sekunder
muncul
edema, endhopthalmitis, aphalic
glukoma
Biaya
Lebih Murah
Lebih Mahal
Kontra indikasi
Pasien muda ( < 35 tahun ) yang
Dislokasi lensa, subluksasi
vitreus dan lensa nya masih
lensa
memiliki penempelan yang kuat
Phacoemulsification
Phakoemulsifikasi (phaco) maksudnya membongkar dan memindahkan kristal lensa. Pada tehnik
ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonic akan
digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin PHACO akan menyedot massa
katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat
dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan, akan
pulih dengan sendirinya, yang memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali melakukan
aktivitas sehari-hari. Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan
katarak senilis. Tehnik ini kurang efektif pada katarak senilis padat, dan keuntungan incisi limbus
yang kecil agak kurang kalau akan dimasukkan lensa intraokuler, meskipun sekarang lebih sering
digunakan lensa intra okular fleksibel yang dapat dimasukkan melalui incisi kecil seperti itu. 8
SICS
Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang merupakan teknik pembedahan
kecil. Teknik ini dipandang lebih menguntungkan karena lebih cepat sembuh dan murah.
YAG Laser
Melubangi kapsul posterior sehingga terdapat lubang. Prosedur ini kerjanya cepat dan tidak
sakit. Indikasi: Opasifikasi kapsul posterior pada katarak sekunder, Perifer Iridotomy pada
penderita glaukoma sudut tertutup akut, pan retinal photocoagulation pada penderita diabetic
retinopathy. 8
Apabila lensa mata penderita katarak telah diangkat maka penderita memerlukan
lensa pengganti untuk memfokuskan penglihatannya dengan cara sebagai berikut:
Kacamata afakia yang tebal lensanya
Lensa kontak
Lensa intra okular, yaitu lensa permanen yang ditanamkan di dalam mata pada saat
pembedahan untuk mengganti lensa mata asli yang telah diangkat.
Kekuatan implan lensa intraokuler yang akan digunakan dalam operasi dihitung sebelumnya
dengan mengukur panjang mata secara ultrasonik dan kelengkungan kornea.
Pasca operasi, pasien diberikan tetes mata steroid dan antibiotik jangka pendek. Kacamata
baru dapat diresepkan setelah beberapa minggu, ketika bekas insisi telah sembuh.
Rehabilitasi visual dan peresepan kacamata baru dapat dilakukan lebih cepat dengan metode
phacoemulsification. Karena pasien tidak dapat berakomodasi maka pasien membutuhkan
kacamata untuk pekerjaan jarak dekat meski tidak dibutuhkan kacamata untuk jarak jauh.
Saat ini digunakan lensa intraokuler multifokal, lensa intraokuler yang dapat berakomodasi
sedang dalam tahap pengembangan. 8
Perawatan pasca bedah
Jika digunakan tehnik insisi kecil, maka penyembuhan pasca operasi biasanya lebih pendek.
Pasien dapat bebas rawat jalan pada hari itu juga, tetapi dianjurkan untuk bergerak dengan
hati-hati dan menghindari peregangan atau mengangkat benda berat selama sekitar satu
bulan, olahraga berat jangan dilakukan selama 2 bulan. Matanya dapat dibalut selama
UPT.Kesehatan Indera Mata Masyarakat (BKIM) Prov SUMUT Page 25
beberapa hari pertama pasca operasi atau jika nyaman, balutan dapat dibuang pada hari
pertama pasca operasi dan matanya dilindungi pakai kacamata atau dengan pelindung
seharian. Kacamata sementara dapat digunakan beberapa hari setelah operasi, tetapi biasanya
pasien dapat melihat dengan baik melui lensa intraokuler sambil menantikan kacamata
permanen ( Biasanya 6-8 minggu setelah operasi ). Selain itu juga akan diberikan obat untuk :
Mengurangi rasa sakit, karena operasi mata adalah tindakan yang menyayat maka diperlukan
obat untuk mengurangi rasa sakit yang mungkin timbul beberapa jam setelah hilangnya kerja
bius yang digunakan saat pembedahan.
Antibiotik mencegah infeksi, pemberian antibiotik masih dianggap rutin dan perlu diberikan
atas dasar kemungkinan terjadinya infeksi karena kebersihan yang tidak sempurna.
Obat tetes mata steroid. Obat yang mengandung steroid ini berguna untuk mengurangi reaksi
radang akibat tindakan bedah.
Obat tetes yang mengandung antibiotik untuk mencegah infeksi pasca bedah. 7,8
Hal yang boleh dilakukan antara lain :
Memakai dan meneteskan obat seperti yang dianjurkan
Melakukan pekerjaan yang tidak berat
Bila memakai sepatu jangan membungkuk tetapi dengan mengangkat kaki keatas.
Hal yang tidak boleh dilakukan antara lain :
Jangan menggosok mata
Jangan menggendong yang berat
Jangan membaca yang berlebihan dari biasanya
Jangan mengedan keras sewaktu buang air besar
Jangan berbaring ke sisi mata yang baru dibedah
Komplikasi Pembedahan
Komplikasi Intra Operatif
Edema kornea, COA dangkal, ruptur kapsul posterior, pendarahan atau efusi suprakoroid,
pendarahan suprakoroid ekspulsif, disrupsi vitreus, incacerata kedalam luka serta retinal light
toxicity.
Karena itu diperlukan rehabilitasi visual pasca operasi, dengan menggunakan beberapa alat
bantu, yaitu :
IOL
Merupakan metode terbaik untuk mengatasi afakia. IOL yang tersedia saat ini aman, tidak
mahal dan memiliki kualitas optik yang baik. ImplantasiIOL dapat dilakukan setelah
pengangkatan lensa pada saat operasi. Meskipun memiliki banyak keuntungan, IOL tidak
dapat mengatasi masalah hilangnya daya akomodasi yang terjadi pasca operasi, dan pasien
tetap harus menggunakan alat bantu saat melihat dekat /membaca.
Kacamata
Koreksi refraksi dengan menggunakan kacamata digunakan kekuatansebesar +10D .
Tingginya kekuatan lensa merupakan suatu masalah bagi fisik dan optik. Dan masalahnya
akan semakin berat bila mata yang afakia unilateral (mata yang lain normal). Masalah yang
biasa timbul akibat pemakaian kacamata antara lain :
Masalah fisik Kacamata yang berat dan tebal akan terasa tidak nyaman saat dipakai. IOL
tidak menimbulkan masalah ini
Diplopia
Roving Sign Scotoma
Jack in the box phenomenon. Keadaan ini membuat lapang pandang perifer terganggu Pin
Cushion Effect Objek terlihat tertarik ke sudut, pada tepi objek yang dilihat terlihat lebih
besar.
Aberasi Spheris Objek yang dilihat akan tampak tidak fokus.
Aberasi kromatisDifraksi saat melihat cahaya, dan saat melihat objek warna putih akan
terlihat warna pelangi.
Masalah ini dapat diatasi dengan membuat beberapa modifikasi pada lensa seperti:
Aspherical lenses
Lensa kontak
Kekuatan yang dimiliki lensa kontak adalah +12 D. Dapat mengatasi masalah afakia
unilateral (yang tidak menggunakan IOL). Tetapi untuk pasien berusia lanjut kurang efektif.
7
Apabila pada proses pematangan katarak senilis dilakukan penanganan yang tepat sehingga
tidak menimbulkan komplikasi serta dilakukan tindakan pembedahan pada saat yang tepat
maka prognosis pada katarak umumnya baik.
2.4.13 Pencegahan
Katarak senilis tidak dapat dicegah karena penyebab terjadinya katarak senilis ialah oleh
karena faktor usia, namun dapat dilakukan pencegahan terhadap hal-hal yang memperberat
seperti mengontrol penyakit metabolik, mencegah paparan langsung terhadap sinar ultraviolet
dengan menggunakan kacamata gelap, dan sebagainya. Pemberian intake antioksidan seperti
vitamin A, C, dan E secara teori bermanfaat. 8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-duanya.
Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak
2
mengalami perubahan dalam waktu yang lama.
Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat
kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata lokal menahun. Berbagai macam penyakit
mata dapat mengakibatkan katarak seperti glaukoma, ablasi, uveitis dan retinitis pigmentosa.
Katarak juga dapat berhubungan dengan penyakit vascular lanilla.
Berdasarkan usia dapat diklasifikasikan dalam : Katarak kongenital , Katarak yang sudah
terlihat pada usia dibawah 1 tahun, Katarak juvenile, Katarak yang terjadi sesudah usia 1
tahun, dan Katarak senilis katarak setelah usia 50 tahun
Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut,yaitu usia diatas
50 tahun. Penyebab terjadinya katarak senilis ialah karena proses degeneratif. Selain itu
katarak senilis juga dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti adanya penyakit
metabolisme, trauma serta paparan sinar ultraviolet. Katarak senilis secara klinis dikenal
dalam empat stadium, yaitu stadium insipien, imatur, matur dan hipermatur.
Gejala umum gangguan katarak meliputi penglihatan tidak jelas seperti terdapat kabut
menghalangi objek, peka terhadap sinar atau cahaya, dapat terjadi penglihatan ganda pada
satu mata memerlukan pencahayaan yang baik untuk dapat membaca, lensa mata berubah
menjadi buram seperti kaca susu. Pengobatan pada katarak adalah pembedahan. Untuk
menentukan kapan katarak dapat dibedah ditentukan oleh keadaan tajam penglihatan. Tajam
penglihatan dikaitkan dengan tugas sehari-hari penderita. Apabila dibiarkan katarak akan
menimbulkan gangguan penglihatan dan komplikasi seperti glaukoma, uveitis dan kerusakan
retina. Katarak senilis tidak dapat dicegah karena penyebab terjadinya katarak senilis ialah
disebabkan oleh faktor usia, namun dapat dilakukan pencegahan terhadap hal-hal yang
memperberat seperti mengontrol penyakit metabolik, mencegah paparan langsung terhatap
sinar ultraviolet dengan menggunakan kaca mata gelap dan sebagainya.
Gambaran umum gejala katarak yang lain, seperti: Berkabut, berasap, penglihatan tertutup
film, perubahan daya lihat warna, gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar
sangat menyilaukan mata, lampu dan matahari sangat mengganggu, sering meminta ganti
resep kaca mata, melihat ganda, baik melihat dekat pada pasien rabun dekat
(hipermetropia),
gejala
lain
pada kelainan
mata
ini.
Pada pemeriksaan klinis, ketajaman penglihatan dan dengan melihat lensa melalui senter
tangan, kaca pembesar, slit lamp, dan oftalmoskop sebaiknya saat pupil berdilatasi. Dengan
penyinaran miring (45 derajat dari poros mata) dapat dinilai kekeruhan lensa dengan
mengamati lebar pinggir iris pada lensa yang keruh (iris shadow).
Pemberian intake antioksidan (seperti asam vitamin A, C dan E) secara teori bermanfaat.
Apabila pada proses pematangan katarak dilakukan penanganan yang tepat sehingga tidak
menimbulkan komplikasi serta dilakukan tindakan pembedahan pada saat yang tepat maka
prognosis pada katarak senilis umumnya baik.
Penatalaksanaan pada katarak adalah tindakan pembedahan. Pengobatan yang diberikan
biasanya hanya memperlambat proses, tetapi tidak menghentikan proses degenerasi lensa.
Beberapa obat-obatan yang digunakan untuk menghambat proses katarak adalah vitamin
dosis tinggi, kalsium sistein, iodium tetes.
Prognosis penglihatan pasien katarak anak anak yang memerlukan pembedahan tidak
sebaik prognosis pasien katarak terkait usia.
DAFTAR PUSTAKA