Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Hygiene dan Sanitasi makanan
2.1.1 Pengertian Hygiene dan Sanitasi
Hygiene sanitasi adalah upaya untuk mengendalikan faktor makanan, orang,
tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit
atau gangguan kesehatan (Depkes RI, 2003). Hygiene adalah suatu pencegahan
penyakit yang menitikberatkan pada usaha kesehatan perseorangan atau manusia
beserta lingkungan tempat orang tersebut berada Sedangkan Sanitasi adalah suatu
usaha pencegahan penyakit yang menitikberatkan kegiatan pada usaha kesehatan
lingkungan hidup manusia (Widyati dan Yuliarsih 2002).
Ditinjau dari ilmu kesehatan lingkungan kedua istilah hygiene dan sanitasi
mempunyai arti yang berbeda, tetapi memiliki tujuan yang sama. Yaitu
mengupayakan agar manusia dapat hidup sehat sehingga terhindar dari gangguan
kesehatan
ataupun
penyakit.
Dalam
penerapannya,
usaha
sanitasi
lebih
Universitas
Sumatera Utara
2.
3.
4.
Universitas
Sumatera Utara
dengan
peralatan
dan
perlengkapan
untuk
proses
pembuatan,
penyimpanan, penyajian dan penjualan makanan dan minuman bagi umum ditempat
usahanya (Depkes RI, 2003).
Restoran adalah suatu tempat yang identik dengan jajaran meja-meja yang
tersusun rapi, dengan kehadiran orang, timbulnya aroma semerbak dari dapur dan
pelayanan para pramusaji, berdentingnya bunyi-bunyian kecil karena persentuhan
gelas-gelas kaca, porselin menyebabkan suasana hidup didalamnya (Endar dan Sri,
1996).
Universitas
Sumatera Utara
2.
3.
4.
Harus menjaga kesehatan, terutama kaki harus sehat karena seorang juru masak
harus dapat bekerja dengan berdiri selama jam kerja. (Mangkuwerdoyo, 1999).
Luas dapur sekurang-kurangnya 40% dari ruang makan atau 27% dari luas
bangunan.
2.
Permukaan lantai dibuat cukup landai ke arah saluran pembuangan air limbah.
3.
4.
Penghawaan dilengkapi dengan alat pengeluaran udara panas maupun baubauan/exhauter yang dipasang setinggi 2 (dua) meter dari lantai dan kapasitasnya
disesuaikan dengan luas dapur.
5.
Tungku dapur dilengkapi dengan sungkup asap (hood), alat perangkap asap,
cerobong asap, saringan dan saluran serta pengumpul lemak.
6.
7.
Pintu yang berhubungan dengan halaman luar dibuat rangkap, dengan pintu
bagian luar membuka ke arah luar.
8.
Daun pintu bagian dalam dilengkapi dengan alat pencegah masuknya serangga
yang dapat menutup sendiri.
Universitas
Sumatera Utara
9.
10. Intensitas pencahayaan alam maupun buatan minimal 10 foot candle (fc).
11. Pertukaran udara sekurang-kurangnya 15 kali per jam untuk menjamin
kenyamanan kerja di dapur, menghilangkan asap dan debu.
12. Ruang dapur harus bebas dari serangga, tikus dan hewan lainnya.
13. Udara didapur tidak boleh mengandung angka kuman lebih dari 5 juta/gram.
14. Tersedia sedikitnya meja peracikan, peralatan, lemari/fasilitas penyimpanan
dingin, rak-rak peralatan, bak-bak pencucian yang berfungsi dan terpelihara
dengan baik.
15. Harus dipasang tulisan Cucilah tangan anda sebelum menjamah makanan dan
peralatan ditempat yang mudah dilihat.
16. Tidak boleh berhubungan langsung dengan jamban/WC, peturasan/urinoir kamar
mandi dan tempat tinggal.
2.3. Tingkat Mutu (grading) Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran
Unsur penting dalam kegiatan penyehatan makanan dan minuman adalah
peringkat (grading) rumah makan dan restoran. Yang dimaksud dengan peringkat atau
grading
adalah
semua
kegiatan
yang
berhubungan
pemberian
diberikan sertifikat sebagai bukti telah memenuhi standar persyaratan rumah makan
dan restoran yang telah ditentukan.
Peringkat (grading) dimaksudkan untuk penilaian ke arah tingkat kondisi
higiene sanitasi dari rumah makan dan restoran. Peringkat tersebut berfungsi untuk
memberikan penilaian terhadap rumah makan dan restoran dalam rangka memberikan
perlindungan terhadap kesehatan masyarakat khususnya dari bahaya penyakit
menular yang bersumber dari rumah makan dan restoran (Mukono, 2004).
KEPMENKES No. 1098/Menkes/SK/VII/2003, dijelaskan bahwa syarat bagi
rumah makan dan restoran untuk mendapatkan surat laik sehat (Hygiene) dari Dinas
Kesehatan adalah mencapai nilai skore 700 dalam penilaian layak hygiene sanitasi
restoran dan rumah makan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan. Selain Dinas
Kesehatan juga menetapkan tingkat mutu (grading) hygiene sanitasi Restoran dan
Rumah Makan berdasarkan skore yang diperoleh :
1. Tingkat mutu A dengan score : 901 1000.
2. Tingkat mutu B dengan score : 801 900.
3. Tingkat mutu C dengan score : 700 800.
2.3.1. Jenis Tingkat Mutu (grading) Rumah Makan dan Restoran.
1.
rumah makan dan restoran yang memenuhi standar persyaratan yang paling lengkap
dan biasanya dipunyai oleh rumah makan dan restoran yang besar.
Universitas
Sumatera Utara
2.
rumah makan dan restoran yang memenuhi persyaratan minimal. Kelas C ini
merupakan kelas yang terendah namun masih cukup memenuhi persyaratan higiene
dan sanitasi untuk mendapatkan izin pendirian restoran/rumah makan, tidak terkesan
mewah dan terkesan sederhana.
4.
makan dan restoran yang belum memenuhi persyaratan hygiene dan sanitasi
kesehatan baik persyaratan fisik didalam maupun diluar rumah makan dan restoran
dan mengenai kualitas makanan dan minuman serta fasilitas yang diperlukan yang
ditetapkan oleh Dinas Kesehatan kota setempat.
Restoran di indonesia sebagian besar masih belum mengerti betul perihal
persyaratan higiene dan sanitasi yang erat hubungannya dengan kesehatan. Pada
umumnya pengusaha rumah makan/restoran dalam menyelenggarakan usahanya
hanya mementingkan segi komersial saja dan kurang memperhatikan persyaratan
peraturan tentang kesehatan atau sanitasi tempat umum (Mukono, 2004)
Universitas
Sumatera Utara
dan minuman Yang disuguhkan oleh rumah makan dan restoran. Penyakit tersebut
dikenal sebagai food and water borne disease. Penyakit yang ditularkan oleh mikroorganisme yang ada pada makanan dan minuman tersebut biasanya berupa penyakit
infeksi. (Mukono, 2004)
Dibawah ini adalah mikroorganisme penyebab food and water borne disease.
Tabel 2.1. Mikroorganisme penyebab food and water borne disease.
Mikroorganisme
Salmonela thyphosa
Thyphus abdominalis
Vibrio cholera
Cholera
Entamoeba histolityca
Dysentrie amoeba
Shigella dysentri
Dysentrie baciler
Spirochaeta
Leptospirosis
Virus hepatitis A
Hepatitis A
Protozoa
Giadiasis
Parasit
Universitas
Sumatera Utara
Penyakit atau gangguan tersebut dapat berupa alergi, botulisme, kanker dan penyakit
yang dapat ditularkan oleh binatang diantaranya tuberkulose.
Faktor makanan dan minuman sebagai penyebab penyakit yang berhubungan
dengan penyakit atau gangguan kesehatan tersebut adalah seperti tabel dibawah ini :
Tabel 2.2. Faktor makanan dan minuman sebagai penyebab penyakit
Penyakit/gangguan kesehatan
Faktor
penyebab
dari
makanan/minuman
Alergi :
udang)
Botulisme
Makanan/minuman yang
mengandung
dengan
Makanan
mengandung
aflatoxine.
jamur
Minuman/makanan
Susu
sapi
yang
mengandung
mycobacterium tuberculosa
Sumber : (Mukono, 2004)
Universitas
Sumatera Utara
2.
3.
4.
dibutuhkan oleh tubuh tidak termasuk air, obat-obatan, dan substansi-substansi lain
yang digunakan untuk pengobatan (Chandra, 2007). Agar makanan dapat berfungsi
sebagaimana mestinya, kualitas makanan harus diperhatikan. Kualitas tersebut
mencakup ketersediaan zat-zat (gizi) yang dibutuhkan dalam makanan dan
pencegahan
terjadinya
kontaminasi
makanan
dengan
zat-zat
yang
dapat
1.
2.
3.
4.
5.
2.
3.
4.
Universitas
Sumatera Utara
Keracunan Pangan adalah seseorang yang menderita sakit dengan gejala dan
tanda keracunan yang disebabkan karena mengonsumsi pangan yang diduga
mengandung cemaran biologis atau kimia. (Depkes RI, 2013).
Keracunan makanan dapat disebabkan oleh racun asli yang berasal dari
tumbuhan atau hewan itu sendiri maupun oleh racun yang di dalam panganan akibat
kontaminasi. Makanan dapat terkontaminasi oleh racun yang dapat berasal dari tanah,
udara, manusia dan vektor. (Mulia, 2005).
Racun dapat berasal dari bahan makanan, cara pengolahan, penyimpanan, dan
penyajian, maka pencegahan keracunan harus pula dimulai dari bahan baku sampai
pada penyajian makanan. Kualitas bahan baku yang aman kadang-kadang dapat
tampak dari warna, konsistensi, kebersihan, kesegaran, bau atau bila tidak tampak
dapat
diperiksa
dengan
menggunakan
standar
kualitas
bahan
makanan.
(Soemirat,2002).
Kelompok bakteri yang dapat menyebabkan keracunan makanan pada
manusia adalah sebagai berikut :
1.
4. Makanan yang sudah disimpan dan didinginkan tidak cukup panas waktu
dihangatkan.
5. Alat-alat dapur yang kurang bersih dalam pencuciannya.
6. Kontaminasi dari tenaga pengolah yang kurang memperhatikan higiene.
7. Bahan mentah yang terkontaminasi.
Biasanya orang yang keracunan makanan karena bakteri salmonela gejalanya
antara lain sakit perut, diare, menggigil, muntah, demam, mual dan tidak enak
badan, Masa inkubasi 6-72 jam. Makanan yang tepat untuk berkembangnya
bakteri ini ialah daging, unggas, kerang-kerangan, sayur mentah, telur, susu, dan
hasil olahannya.
2.
Universitas
Sumatera Utara
bakteri ini ialah daging dan hasil olahannya, susu dan hasil olahannya, kue-kue
yang dicampur dengan krim.
3.
4.
Keracunan karena bakteri clostridium botulinum, biasanya disebabkan oleh halhal sebagai berikut.
1. Pada waktu pengalengan bahan makanan asam tidak memenuhi syarat.
2. Ikan asap yang dikemas dengan sistem vakum tidak sempurna.
3. Makanan yang tercemar ialah bahan makanan dengan sistem vakum yang
tidak sempurna.
Gejala keracunan ini adalah pusing, kunang-kunang, kerongkongan kering,
kalau menelan sakit, kalau berbicara dan bernafas sakit, lemas dan sembelit.
Masa inkubasi 2 jam 8 hari.
Universitas
Sumatera Utara
5.
6.
Keracunan karena infeksi Escheria colli disebabkan oleh bakteri E.colli. hal ini
disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
1. Pendinginan yang tidak sempurna.
2. Waktu memasak yang tidak cukup matang.
3. Alat-alat kurang bersih.
4. Higiene dari tenaga pengolah yang kurang bersih.
Gejala-gejala orang yang terkena infeksi ini adalah sakit perut, diare, muntah.
Demam, menggigil, pusing dan otot-otot pegal dan masa inkubasi 8-48 jam.
7.
3. Kontaminasi silang.
4. Alat-alat yang kotor.
5. Menggunakan air laut untuk memasak.
Makanan yang dicemarinya adalah makanan laut yang mentah dan kerangkerangan, gejala-gejala yang timbul adalah sakit perut, diare, mual, muntah, demam,
menggigil, dan pusing dan Masa inkubasi 2-48 jam.
Bakteri-bakteri tersebut umumnya hidup ditanah, tubuh manusia seperti usus,
hidung, tenggorokan, kulit, luka. Pada binatang seperti serangga dan burung.
Penyebarannya dapat melalui manusia seperti pada waktu batuk, bersin, memegang
makanan dengan tangan, bulu binatang yang jatuh ke makanan, melalui alat-alat
pengolahan, handuk, dan serbet yang tidak bersih.
Untuk pencegahan preventif diperlukan standar higienis pekerja yang tinggi, alatalat yang bersih, dan penanganan makanan yang baik (Retno dan Yuliarsih, 2002).
2.8.2. Penyakit Bawaan Makanan (Food Borne Disease)
Penyakit bawaan makanan pada hakekatnya tidak dapat dipisahkan secara
nyata dari penyakit bawaan air. Yang dimaksud dari penyakit bawaan makanan adalah
penyakit umum yang diderita seseorang akibat memakan suatu makanan yang
terkontaminasi mikroba patogen, kecuali keracunan. (Soemirat,2002).
Penyakit bawaan makanan merupakan salah satu permasalahan kesehatan
masyarakat yang paling banyak dan paling membebani yang pernah dijumpai di
zaman modern ini. Penyakit tersebut meminta banyak korban dalam kehidupan
manusia dan menyebabkan sejumlah besar penderitaan khususnya dikalangan bayi,
anak, lansia, dan mereka yang kekebalan tubuhnya terganggu. (WHO, 2005).
Universitas
Sumatera Utara
2.
3.
Menggunakan lap kotor untuk membersihkan meja, perabotan bersih, dan lainlainnya.
4.
5.
6.
Makanan
disimpan
tanpa
tutup
sehingga
serangga
dan
tikus
dapat
menjangkaunya.
7.
8.
9.
10. Sayuran dan buah-buahan yang ditanam pada tanah yang terkontaminasi.
11. Memakan sayuran dan buahan yang terkontaminasi.
12. Pengolah makanan yang sakit atau carrier penyakit
13. Pasar yang kotor, banyak insekta, dan sebagainya.
Pencegahan penyakit bawaan makanan memerlukan upaya lintas-sektoral yang
melibatkan pemerintah, industri makanan, dan konsumen. Strategi pencegahannya
terdiri atas upaya pengaturan, kegiatan pendidikan dan upaya surveilans terhadap
penyakit bawaan makanan serta pemantauan terhadap zat pencemar. (WHO,2005).
Universitas
Sumatera Utara
Pengetahuan,
sikap,
dan
perilaku
seorang
penjamah
makanan
konsumen yang sehat, kontaminasi terhadap makanan oleh penjamah makanan yang
sakit, serta pengolahan makanan oleh penjamah yang membawa kuman.
Kriteria penjamah makanan yang memenuhi syarat-syarat kesehatan adalah (Depkes
RI, 2003) :
1. Seorang penjamah makanan harus mempunyai temperamen yang baik
2. Seorang penjamah makanan harus mengetahui hygiene perorangan (Personal
Hygiene) yang terdiri dari kebersihan panca indera, kebersihan kulit, kebersihan
tangan, kebersihan rambut dan kebersihan pakaian pekerja.
3. Harus berbadan sehat dengan mempunyai surat keterangan kesehatan.
4. Memiliki pengetahuan tentang hygiene perorangan dan sanitasi makanan.
b. Cara Pengolahan Makanan
Segi kesehatan atau sanitasi makanan, maka cara pengolahan makanan yang
baik menitikberatkan kepada hal-hal sebagai berikut (Moehyi, 1992) :
1. Cara penjamah makanan yang baik
2. Nilai nutrisi atau gizi yang memenuhi syarat
3. Teknik memasak yang menarik dan sehat
4. Cara pengolahan makanan serba bersih dan sehat
5. Menerapkan dasar-dasar hygiene dan sanitasi makanan
6. Menerapkan dasar-dasar hygiene perorangan bagi para pengolahnya
7. Melarang petugas yang berpenyakit kulit atau yang mampunyai luka-luka pada
tangan atau jari-jari untuk bekerja sebagai penjamah makanan.
Universitas
Sumatera Utara
Persyaratanpengolahan
makanan
menurut
Kepmenkes
RI
No.1098/Menkes/SK/VII/2003 adalah :
1. Semua kegiatan pengolahan makanan harus dilakukan dengan cara terlindung dari
kontak langsung antara penjamah dengan makanan.
2. Perlindungan kontak langsung dengan makanan jadi dilakukan dengan :
1. Sarung tangan plastik
2. Penjepit makanan
3. Sendok, garpu dan sejenisnya
3.
jadi
biasanya
disebut
dapur.
Berdasarkan
Kepmenkes
RI
No.
1. Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat dan kedap air, mudah dibersihkan dan
tahan korosi atau rapuh.
2. Semua sudut-sudut antara lantai dan dinding harus melengkung bulat dengan
jari-jari tidak kurang dari 7,62 cm dari lantai.
3. Lantai harus selalu dalam keadaan bersih, terpelihara sebelum dan sesudah
melakukan pekerjaan.
2. Dinding yang memenuhi persyaratan kesehatan :
1. Permukaan dalam dinding harus rata, tidak menyerap dan mudah dibersihkan.
2. Dinding yang selalu menerima kelembaban atau percikan air harus rapat air dan
atau dilapisi dengan perselen setinggi 2 m dari lantai.
3. Atap dan langit-langit yang sesuai dengan persyaratan kesehatan adalah :
1. Atap terbuat dari bahan rapat air dan tidak bocor.
2. Mudah dibersihkan, tidak menyerap air.
4. Penerangan atau pencahayaan yang sesuai dengan persyaratan kesehatan adalah :
1. Semua penerangan harus bebas dari silau, tidak menimbulkan bayangan.
2. Intensitas minimum penerangan 20 foot candles (Fe).
5. Ventilasi yang dianjurkan adalah Harus cukup mencegah udara yang melampui
batas, mencegah pengembunan dan pembentukan kelembaban pada dinding serta
bau tidak sedap.
6. Harus ada persediaan air yang cukup untuk memenuhi syarat-syarat kesehatan.
7. Harus ada tempat sampah yang memenuhi persyaratan kesehatan
8. Harus ada pembuangan air bekas yang memenuhi persyaratan.
9. Tersedia tempat pencuci tangan dan alat-alat dapur.
Universitas
Sumatera Utara
Universitas
Sumatera Utara
Universitas
Sumatera Utara
3. Waktu penyajian yang lebih dari 6 jam sejak makanan selesai dimasak,
memungkinan terjadinya perkembangan kuman yang dapat memungkinkan
kerusakan makanan dan menimbulkan mikroba yang pathogenik.
Menurut Kepmenkes RI No.1098/Menkes/SK/VII/2003, persyaratan penyajian
makanan adalah sebagai berikut :
1. Harus terhindar dari pencemaran.
2. Peralatan untuk penyajian harus terjaga kebersihannya.
3. Harus diwadahi dan dijamah dengan peralatan yang bersih.
4. Penyajian dilakukan dengan perilaku yang sehat dan pakaian yang bersih.
5. Penyajian makanan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Ditempat yang bersih.
2. Meja ditutup dengan kain putih atau plastik
3. Asbak tempat abu rokok setiap saat dibersihkan
4. Peralatan makan dan minum yang telah dipakai paling lambat 5
menit sudah dicuci.
Penyajian makanan kepada konsumen, tenaga penyaji haruslah
memperhatikan persyaratan umum penjamah makanan, sebagai berikut :
1. Menjaga kesopanan.
2. Tidak membawa makanan.
3. Penampilan dan temperamen yang baik.
4. Cara menghidangkan, teknis dan pengaturan diatas meja harus ditata dengan
sebaik-baiknya.
Universitas
Sumatera Utara
Kepmenkes RI No :
1098/Menkes/SK/VII/2003
6 PRINSIP SANITASI
MAKANAN:
1. Pengadaan
makanan
bahan
2. Penyimpanan
makanan
bahan
Memenuhi syarat
Kesehatan
3. Pengolahan makanan
4. Penyimpanan
jadi
makanan
5. Pengangkutan makanan
6. Penyajian makanan
Fasilitas Sanitasi
1. Air
bersih
2.Toilet
Tidak
memenuhi
syarat
kesehatan
Universitas
Sumatera Utara