Você está na página 1de 19

Resusitasi Hemostatik

pada Syok Hemoragik


Traumatik
Nama : Rahmad AZ
Pembimbing : dr. Susi Handayani Sp.An

Pendarahan tak
terkontrol

30-40% meninggal pada


awal terjadinya trauma

Lebih 80% meninggal saat


tiba di kamar operasi

koagulopati

hipotermia

kematian

Asidosis metabolik

Resusitasi cairan

Cara konvensional

Jenis cairan

Jumlah cairan yang


besar

Masih sebuah
kontroversi
koagulopati

Kematian

pendarahan

Laporan Kasus
Perempuan, 32 tahun dengan multitrauma
akibat kecelakaan mobil dibawa ke bagian
gawat darurat RS Klinis FK Universitas
Sao Paulo oleh tim penyelamat. Saat itu,
pasien tidak sadarkan diri, menggunakan
servikal collar dan diintubasi dengan
batuan pernapasan.

Saat
pemeriksaan
klinik
didapatkan
takikardia, hipotensi, pupil anisokor, GCS
3, dan fraktur pada pelvis, humerus,
rahang kiri disertai dengan perdarahan
aktif di regio frontoparietal kanan dan
hematom besar di regio pelvis dan
hipogastrika

Hasil

USG menunjukkan tidak ada cairan


bebas di rongga abdomen. Ro/ Thoraks
tidak ada kelainan, CT-scan menunjukkan
adanya pendarahan pada ventrikel kanan
otak
tanpa
adanya
tanda-tanda
peningkatan TIK

Resusitasi

cairan awal diberikan 2L RL dan


3 kolf PRBC, dilakukan imobilisasi pada
pelvis dan dibawa ke kamar operasi.
Estimasi waktu saat pasien dibawa ke RS
dan kamar operasi sekitar 60 menit.

Di

kamar operasi, tekanan darah pasien


tidak termonitor dah hanya dapat diraba
denyut a. Carotis sebanyak 140x/menit.
Setelah dilakukan akses vena besar,
resusitasi cairan dan pengawasan vaskular
invasif seperti MAP dan CVP dilakukan.

Pada

awal resusitasi diberikan cairan


hangat dengan onfus cepat untuk
mencapai
MAP
>70mmHg
dengan
bantuan obat adrenergik (adrenalin).
Setelah 5 kolf PRBC, protokol resusitasi
cairan diubah menjadi strategi tranfusi
dengan rasio FFP/PRBS/PC adalah 1:1:1
dengan RL 15ml/kgBBjam. Untuk koreksi
kelainan metabolik yang muncul.

Pada

akhir
dari
resusitasi,
pasien
mendapatkan 10 kolf PRBC, 9 kolf FFP,
dan 10 kolf PC, operasi fraktur pelvis
selesai
dengan
pendarahan
yang
terkontrol, dimana terjadi peningkatan
dari tingkat perfusi, pengurangan obatobat support hemodinamik dan perbaikan
suhu. Wkatu operasi sekitar 120 menit.

30

menit setelah prosedur, pasien mulai


mengalami skin rash dan angioedema ringan
sebagai tanda koagulopati namun teratasi
secara spontan 2 jam berikutnya.
Di ICU pasien hanya mendapatkan PRBC
tanpa support obat-obatan, hemodinamik
yang stabil dan monitor neurologis untuk
pendarahan ventrikel kanan otak tanpa
indikasi pembedahan. Pasien masihdiberikan
obat sedasi.

Hari

ketiga post operasi sedasi dihentikan,


ekstubasi pada hari ketujuh dan pasien
dipindahkan dari ICU pada hari kedelapan
dan dipulagkan dari RS pada hari ke 63.

Diskusi
Damage control
resucitation (DCR)

Manajemen syok
hemoragik

Tranfusi hemostatik

Koreksi dari kolaps


sirkulasi

Resusitasi
hipotensi

DCR

Pembedahan
segera

Pembalikan
keadaan dari
koagulopati

Pembalikan
keadaan dari
hipoperfusi

Pembalikan keadaan dari


koagulopati

Mencegah disfungsi
mikrovaskular

Mencegah hipoperfusi
jaringan

Cairan kristaloid
dan PRBC

hipotermia

Mengganggu faktor koagulasi

Meningkatkan angka mortalitas

asidosis

TERIMA KASIH

Você também pode gostar