Você está na página 1de 14

ASFIKSIA

KELOMPOK 4

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BANYUWANGI TAHUN 2014

LAPORAN PENDAHULUAN
1.1

Definisi
Perinatal asfiksia (berasal dari bahasa Yunani sphyzein yang artinya "denyut

yang berhenti", merupakan kondisi kekurangan oksigen pada pernafasan yang


bersifat mengancam jiwa. Keadaan ini bila dibiarkan dapat mengakibatkan
hipoksemia dan hiperkapnia yang disertai dengan metabolik asidosis. Asfiksia
timbul karena adanya depresi dari susunan saraf pusat (CNS) yang menyebabkan
gagalnya paru-paru untuk bernafas.
Asfiksia atau mati lemas adalah suatu keadaan berupa berkurangnya kadar
oksigen (O2) dan berlebihnya kadar karbon dioksida (CO2) secara bersamaan
dalam darah dan jaringan tubuh akibat gangguan pertukaran antara oksigen
(udara) dalam alveoli paru-paru dengan karbon dioksida dalam darah kapiler paruparu. Kekurangan oksigen disebut hipoksia dan kelebihan karbon dioksida disebut
hiperkapnia.
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernafas secara spontan dan teratur
pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan keadaan
PaO2 di dalam darah rendah (hipoksemia), hiperkarbia (Pa CO2 meningkat) dan
asidosis (Utomo, 2006 : 1).
1.2

Klasifikasis
Ada dua macam jenis asfiksia, yaitu :
Asfiksia livida (biru)
Asfiksia pallida (putih)
Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR

1.3

Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3


Asfiksia ringan sedang dengan nilai APGAR 4-6
Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7-9
Bayi normal dengan nilai APGAR 10
Masalah

Asfiksia berarti hipoksia yang progresif karena gangguan pertukaran gas


serta transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam persediaan
O2 dan kesulitan mengeluarkan CO2, saat janin di uterus hipoksia. . Apgar skor
yang rendah sebagai manifestasi hipoksia berat pada bayi saat lahir akan
memperlihatkan angka kematian yang tinggi.
Dalam kenyataan sehari-hari, hipoksia ternyata merupakan gabungan dari
empat kelompok, dimana masing-masing kelompok tersebut memang mempunyai
ciri tersendiri. Walaupun ciri atau mekanisme yang terjadi pada masing-masing
kelompok akan menghasilkan akibat yang sama bagi tubuh. Kelompok tersebut
adalah :
Hipoksik-hipoksia
Dalam keadaan ini oksigen gagal untuk masuk ke dalam sirkulasi darah.
Anemik-hipoksia
Keadaan dimana darah yang tersedia tidak dapat membawa oksigen yang
cukup untuk metabolisme dalam jaringan.
Stagnan-hipoksia
Keadaan dimana oleh karena suatu sebab terjadi kegagalan sirkulasi.
Histotoksik-hipoksia
Suatu keadaan dimana oksigen yang terdapat dalam darah, oleh karena suatu
hal, oksigen tersebut tidak dapat dipergunakan oleh jaringan.
1.4

Etiologi
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabka ngangguan

sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi


berkurang.Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang
dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi barulahir.
Beberapa factor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya
asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah factor ibu, tali pusat clan bayi
berikutini:
1.

Faktor Ibu

Preeklampsia dan eklampsia

Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusi oplasenta)

Partus lama atau partusmacet

Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)

Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)

2.

Faktor Tali Pusat

Lilitan talipusat

Tali pusat pendek

Simpul tali pusat

Prolapsus tali pusat

3.

Faktor Bayi

Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)

Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu,


ekstraksivakum, ekstraksiforsep)

Kelainan bawaan (kongenital)

Air ketuban bercampur mekonium (warnakehijauan)


Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi

untuk menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya factor risiko tersebut


maka hal itu harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan
perlunya tindakan resusitasi. Akan tetapi, adakalanya factor risiko menjadi sulit
dikenali atau (sepengetahuan penolong) tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi.
Oleh karena itu, penolong harus selalu siap melakukan resusitasi bayi pada setiap
pertolongan persalinan.
1.5

Manifestasi Klinis

Appnoe primer

: Pernafasan cepat, denyut nadi menurun dan tonus


neuromuscular menurun

Appnoe sekunder

: Apabila

asfiksia

berlanjut

bagi

menunjukan

pernafasan megapmegap yang dalam, denyut jantung


terus menerus, bayi terlihat lemah (pasif), pernafasan
makin lama makin lemah
TANDATANDA
Tingkat

STADIUM I
Sangat waspada

STADIUM II

STADIUM III

Lesu (letargia)

Pinsan

kesadaran
Tonus otot
Normal
Postur
Normal
Refleks tendo / Hyperaktif

Hipotonik
Fleksi
Hyperaktif

koma
Flasid
Disorientasi
Tidak ada

klenus
Mioklonus
Ada
Refleks morrow Kuat
Pupil
Midriasis

Ada
Lemah
Miosis

Tidak ada
Tidak ada
Tidak sama, refleks

Kejang-kejang
EEG

cahaya jelek
Lazim
Deserebrasi
1aktifitas kejang-Supresi
ledakan

Tidak ada
Normal

kejang Voltase
Lamanya

24

jam

kemajuan
Hasil akhir

Baik

jika

sampai isoelektrik

rendah
ada24 jam sampai 14Beberapa
hari

sampai

Bervariasi

minggu
Kematian,
berat

1.6

Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap


Denyut jantung kurang dari 100 x/menit

Tonus otot menurun,

Warna kulit kebiruan kulit sianosis, pucat,

Kejang

Penurunan kesadaran tidak ada respon terhadap reflex rangsangan.


APGAR Score
PENILAIAN APGAR SKOR

(stupor),

hari
beberapa
defisit

Nilai
Tanda
Warna(apperence)

1
Tubuh merah

Biru pucat muda, ekstremitas


biru

Denyut
jantung(pulse)
Kepekaan
reflek(gremace)
Tonus otot(activity)
Usaha
nafas(respisration)

muda

Lambat < 100

>100

Tidak ada

Merintih

Menangis kuat

Lemah
Tidak ada

a. Asfiksia ringan (apgar skor 7-10)


b. Asfiksia sedang (apgar skor 4-6)
c. Asfiksia berat (apgar skor 0-3)
Pathway

Seluruhnya merah

Tidak ada

Klasifikasi :

1.7

Fleksi pada

Gerakan aktif

ekstremitas
Lambat, tidak

Menangis dengan

teratur

keras

1.8
1.

PemeriksaanPenunjang
Darah

Nilai darah lengkap pada bayi asfiksia terdiri dari :


Hb (normal 15-19 gr%), biasanya pada bayi dengan asfiksia Hb cenderung
turun karena O2 dalam darah sedikit.

2.

Leukositnya lebih dari 10,3 x 10 gr/ct (normal 4,3-10,3 x 10 gr/ct) karena

bayi preterm imunitas masih rendah sehingga resiko tinggi.


Trombosit (normal 350 x 10 gr/ct).
Distrosfiks pada bayi preterm dengan pos asfiksi cenderung turun karena

sering terjadi hipoglikemi.


Nilai analisa gas darah pada bayi post asfiksi terdiri dari :
pH (normal 7,36-7,44). Kadar pH cenderung turun terjadi asidosis

metabolik.
pCO2 (normal 35 45 mmHg). Kadar pCO2 pada bayi post asfiksia

cenderung naik sering terjadi hiperapnea.


pO2 (normal 75-100 mmHg). Kadar pO2 bayi post asfiksia cenderung turun

3.

4.

1.9

karena terjadi hipoksia progresif.


HCO3 (normal 24-28 mEq/L)
Urine
Nilai serum elektrolit pada bayi post asfiksia terdiri dari :
Natrium (normal 134-150 mEq/L)
Kalium (normal 3,6-5,8 mEq/L)
Kalsium (normal 8,1-10,4 mEq/L)
Foto thorax
Pulmonal tidak tampak gambaran, jantung ukuran normal.
Komplikasi
Edema otak, perdarahan otak, anusia dan oliguria, hiperbilirubinumia,

enterokolitis, nekrotikans, kejang, koma. Tindakan bag and mask berlebihan dapat
menyebabkan pneumotoraks.
1. Otak : Hipokstik iskemik ensefalopati, edema serebri, palsi serebralis.
2. Jantung dan paru: Hipertensi pulmonal persisten pada neonatorum,
perdarahan paru, edema paru.
3. Gastrointestinal: enterokolitis, nekrotikans.
4. Ginjal: tubular nekrosisakut, siadh.
5. Hematologi: dic

1.10

Penatalaksaan

Tahapan resusitasi tidak melihat nilai apgar. Tindakan resusitasi bayi baru
lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenalsebagai ABC resusitasi, yaitu :

Memastikan saluran terbuka: Meletakkan bayi dalam posisi kepala


defleksi bahu diganjal 2-3 cm. Menghisap mulut, hidung dan kadang
trachea. Bila perlu masukkan pipa endotrachel (pipa ET) untuk

memastikan saluran pernafasan terbuka.


Memulai pernafasan :Memakai rangsangan taksil untuk memulai
pernafasan Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balonpipa ET

dan balon atau mulut ke mulut (hindari paparan infeksi).


Mempertahankan sirkulasi :Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah
dengan cara Kompresi dada.

Langkah awal perlu dilakukan dalam 30 detik langkah tersebut adalah (HAIKAP)
1. Jaga bayi tetap hangat
Letakkan bayi di atas kain yang ada di atas perut ibu
Bungkus bayi dengan kain tersebut, potong tali pusat
Pindahkan bayi ke atas kain ditempat resusitasi
2. Atur posisi bayi
Baringkanlah bayi terlentang dengan kepala didekat penolong
Ganjal bahu agar kepala sedikit ekstensi
3. Isap Lendir
Gunakan alat penghisap lendir De Lee dengan cara sebagai berikut :
Isap lendir mulut dari mulut dulu kemudian hidung
Lakukan penghisapan saat alat penghisap ditarik keluar, jangan lebih dari
5 cm ke dalam mulut dan lebih dari 3 cm ke dalam hidung.
4. Keringkanlah dan Rangsang Bayi
Keringkanlah bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya
dengan sedikit tekanan. Rangsangan ini dapat membantu BBL mulai
bernafas sedikit tekanan. Rangsangan ini dapat membantu BBL mulai
bernafas
Lakukan rangsangan taktil dengan beberapa cara
Menepuk atau menyentil telapak kaki
Menggosok perut, dada, punggung atau tungkai kaki dengan telapak
tangan

5. Atur kembali posisi kepala bayi dan bungkus bayi


Ganti kain yang telah basah dengan kain yang ada di bawahnya
Bungkus bayi dengan kain tersebut, jangan menutupi muka, dada agar
biasa memantau pernafasan bayi
Atur kembali posisi kepala bayi sehingga sedikit ekstensi
6. Lakukan Penilaian Bayi
Lakukan penilaian apakah bayi bernafas normal, atau tidak bernafas megapmegap
Bila bayi bernafas normal, berikan ibunya untuk disusui
Bila bayi tidak bernafas atau megap-megap mulai lakukan ventilasi

KONSEP DASAR KEPERAWATAN


ASFIKSIA NEONATORUM
A. Pengkajian
Menurut Ilhamsyah (2008), antara lain :
1. Identitas klien / bayi dan keluarga
2. Riwayat kehamilan ibu dan persalinan ibu
3. Pengukuran hasil nilai apgar score
( Bila nilainya 0 - 3 asfiksia berat, bila nilainya 4 - 6 asfiksia ringan )
4. Pengkajian dasar data neotalus
a. Sirkulasi
- Nadi apical mungkin cepat / tidak, dan teratur / tidak
- Murmur jantung yang dapat didengar
b. Neurosensori
- Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak buncit

- Ukuran
sutura

kepala

besar

dalam

hubungan

dengan

tubuh,

mungkin mudah digerakkan, fontanel mungkin besar

- Reflek tergantung pada usia gestasi


c. Pernafasan
-

Nilai apgar rendah

Pernafasan dangkal, tidak teratur

Mengorok, pernafasan cuping hidung, retrakasi suprasternal

Adanya bunyi mengi selama fase inspirasi dan ekspirasi

Warna kulit

d. Keamanan
-

Suhu berfluktuasi dengan mudah

Menangis lemah

Menggunakan otot otot bantu nafas

e. Makanan / Cairan

B.

Berat badan bayi kurang dari 2500gram

Turgor kulit elastis ( bervariasi sesuai gestasi )

Diagnosa Keperawatan

Menurut Wilkinson (2007) , antaralain :


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak
2. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi / hiperventilasi
3. Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi
4. Resiko gangguan termoregulasi : hipotermia b.d kemungkinan
kehilangan panas tubuh BBL melalui radiasi, konveksi, konduksi, dan evaporasi.
C.

Rencana Asuhan Keperawatan


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan


diharapkan jalan nafas lancar.
Intervensi :
a. Bersihkan jalan nafas dengan suction
b. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suction

c. Beritahu keluarga tentang suction


d. Monitor status oksigen pasien, status hemodinamik segera sebelum, selama dan
sesudah suction
Rasional :
a. Membersihkan mucus dari jalan nafas dan mencegah obstruksi
b. Mengetahui adanya sumbatan jalan nafas dan mengetahui keefektifan suction
yang dilakukan
c. Meningkatkan kerjasama dan menurunkan ansietas
d. Mengetahui perkembangan oksigenasi pasien dan menentukan intervensi
selanjutnya
2. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi / hiperventilasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan pola nafas menjadi efektif.
Intervensi :
a. Pantau status pernafasan dan oksigenasi sesuai dengan kebutuhan
b. Auskultasi jalan nafas untuk mengetahui adanya penurunan ventilasi
c. Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan Analisa Gas Darah ( AGD ) dan
pemakaian alat bantu nafas
d. Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan
Rasional :
a. Mengetahui perkembangan status pernafasan dan mengidentifikasikan adanya
komplikasi
b. Untuk mengetahui adanya penurunan ventilasi
c. Peningkatan pada kadar PCO2 menunjukan hypoventilasi
d. Untuk mempertahankan kadar O2 dalam jaringan
3. Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan pertukaran gas teratasi.
Intervensi :

a. Letakkan bayi telentang dengan alas yang datar, kepala lurus dan leher sedikit
ekstensi dengan meletakkan bantal atau selimut diatas bahu bayi sehingga bahu
terangkat 2-3cm
b. Pantau saturasi O2 dengan oksimetri
c. Pantau hasil Analisa Gas Darah ( AGD )
Rasional :
a. Memberikan rasa nyaman dan mengantisipasi fleksi leher yang dapat
mengurangi kelancaran jalan nafas
b. Untuk mengetahui kadar O2 dalam jaringan apakah dalam batas normal atau
terjadi gangguan
c. Mengidentifikasikan adanya perubahan yang dapat menunjukan adanya
peningkatan / penurunan status kesehatan
4. Resiko gangguan termoregulasi : hipotermia b.d kemungkinan
kehilangan panas tubuh BBL melalui radiasi, konveksi, konduksi, dan evaporasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan suhu tubuh normal.

Intervensi :
a. Hindarkan bayi dari kedinginan dan tempatkan pada lingkungan hangat
b. Monitor gejala yang berhubungan dengan hipotermi, misal fatigue, apatis, dan
perubahan warna kulit.
c. Monitor temperatur dan warna kulit
d. Monitor adanya brakikardi
e. Jaga temperatur suhu tubuh bayi agar tetap hangat
f. Tempatkan BBL pada inkubator bila perlu
Rasional :
a. Bayi sulit mempertahankan suhu tubuhnya sehingga perawat perlu mencegah
kehilangan panas dari tubuh bayi
b. Mendeteksi tanda dan gejala hipotermia
c. Mendeteksi tanda dan gejala hipotermia

d. Mendeteksi tanda dan gejala hipotermia


e. Bayi sulit mempertahankan suhu tubuhnya sehingga perawat perlu mencegah
kehilangan panas dari tubuh bayi
f. Bayi sulit mempertahankan suhu tubuhnya sehingga perawat perlu mencegah
kehilangan panas dari tubuh bayi

Você também pode gostar