Você está na página 1de 47

Referat

KARSINOMA LARING

Oleh:
Retno Susilowati
Nur Suci Trendy Asih

04054811416088
04054821517024

Pembimbing:
dr. Denny Satria Utama, Sp. THT-KL, FICS

BAGIAN ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK - BEDAH


KEPALA LEHER RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG
2015

HALAMAN PENGESAHAN
Referat
Judul
KARSINOMA LARING
Oleh:
Retno Susilawati
Nur Suci Trendy Asih

04054811416088
04054821517024

Telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian/Departemen Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Rumah Sakit dr. Mohammad Hoesin Palembang Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya periode 24 Agustus 25 September 2015.

Palembang,

September 2015

Pembimbing,
dr. Denny Satria Utama, Sp. THT-KL, FICS

KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Tuhan YME, karena atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul Karsinoma Laring. Di
kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
dr. Denny Satria Utama, Sp. THT-KL, FICS selaku pembimbing yang telah
membantu penyelesaian referat ini.
Penulisan juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman, dan semua
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan referat ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan referat ini masih
banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik
yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
Demikianlah penulisan referat ini, semoga bermanfaat, amin.

Palembang, September 2015

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Judul..................................................................................................i
Halaman Pengesahan........................................................................................ii
Kata Pengantar..................................................................................................iii
Daftar Isi...........................................................................................................iv
Bab I Pendahuluan............................................................................................1
Bab II Tinjauan Pustaka....................................................................................
2.1.....................................................................................................................

Bab III Kesimpulan...........................................................................................


Daftar Pustaka...................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

Karsinoma laring merupakan keganasan yang sering terjadi pada saluran nafas
dan masih merupakan masalah karena penanggulannnya mencakup berbagai segi.
Sebagai gambaran perbandingan, di luar negeri karsinoma laring menempati tempat
pertama dalam urutan keganasan di bidang THT, sedangkan di RS Cipto
Mangunkusuma Jakarta menduduki urutan ketiga setelah karsinoma nasofaring dan
karsinoma hidung dan sinus paranasal. Tumor Ganas laring lebih sering mengenai
laki-laki dibanding perempuan, dengan perbandingan 11 : 1. Terbanyak pada usia 5669 tahun.1, 2
Etiologi pasti sampai saat ini belum diketahui, namun didapatkan beberapa hal
yang berhubungan erat dengan terjadinya keganasan laring yaitu rokok, alkohol, sinar
radioaktif, polusi udara radiasi leher dan asbestosis. 1 Meningkatnya insiden
karsinoma laring sangat berkaitan dengan merokok dimana seorang perokok memiliki
risiko 6 kali lipat untuk menderita tumor kepala dan leher dibandingkan dengan
bukan perokok dan lebih banyak terjadi pada laki-laki. Namun, akhir-akhir ini jumlah
penderita perempuan semakin meningkat karena adanya kecenderungan makin
banyaknya wanita yang merokok.
Pasien karsinoma laring biasanya datang dalam stadium lanjut sehingga hasil
pengobatan yang diberikan kurang memuaskan, oleh karena itu perlu diagnosis dini
untuk penanggulangannya.
Secara umum penatalaksanaan karsinoma laring meliputi pembedahan,
radiasi, sitostatika ataupun terapi kombinasi, tergantung stadium penyakit dan
keadaan umum penderita. Tujuan utama penatalaksanaan karsinoma laring adalah
mengeluarkan bagian laring yang terkena tumor dengan memperhatikan fungsi
respirasi, fonasi serta fungsi sfingter laring.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karsinoma Laring


2.2.1 Definisi
Tumor ganas (neoplasma) secara harfiah berarti pertumbuhan baru. Dengan kata
lain, neoplasma merupakan massa abnormal jaringan yang pertumbuhannya berlebihan
dan tidak terkoordinasikan dengan pertumbuhan jaringan normal meskipun rangsangan
yang memicu perubahan tersebut telah berhenti. Tumor ganas (kanker) laring merupakan
suatu neoplasma yang ditandai dengan sebuah tumor yang berasal dari epitel struktur
laring (Kamus Saku Mosby, 2008).

2.2.2 Epidemiologi
Tumor ganas laring merupakan 1-2% dari seluruh kejadian tumor ganas di
seluruh dunia. Pada tahun 2011 diperkirakan 12.740 kasus baru tumor ganas laring di
Amerika Serikat dan diperkirakan 3560 orang meninggal. Kasus tumor ganas laring
di RS. M. Djamil Padang periode Januari 2011-Desember 2012 tercatat 13 kasus baru
dan ditatalaksana dengan laringektomi total sebanyak 6 kasus. Kejadian tumor ganas
laring berhubungan dengan kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol. Pada individu
yang mengkonsumsi keduanya, faktor resikonya menjadi sinergi dan kemungkinan
terjadi kanker lebih tinggi.
Di RSUP H. Adam Malik Medan, Februari 1995 Juni 2003 dijumpai 97
kasus karsinoma laring dengan perbandingan laki dan perempuan 8:1. Usia penderita
berkisar antara 30 sampai 79 tahun. Dari Februari 1995 Februari 2000, 28 orang
diantaranya telah dilakukan operasi laringektomi total.

2.2.3 Etiologi
Penyebab pasti sampai saat ini belum diketahui. Dikatakan oleh para ahli
bahwa perokok dan peminum alkohol merupakan kelompok orang-orang dengan
resiko tinggi terhadap karsinoma laring. Merokok merupakan faktor risiko utama
pada karsinoma laring dimana pada rokok terdapat 43 bahan karsinogen antara lain
polisiklik hirokarbon, nitrosamin, radioaktif polonium-210.
Alkohol (etanol) jika dikombinasi dengan penggunaan rokok maka akan
berpotensi untuk memberikan efek karsinogenik yang akan memudahkan penetrasi
zat karsinogenik dalam jaringan tubuh. Etanol juga mengganggu sintesis retinoid,
derivat vitamin A yang mana zat ini memberikan efek protektif dari perkembangan
sel kanker.
Virus yang juga dikaitkan dengan kejadian karsinoma laring yaitu HPV
(Human Papilloma Virus) dan Eibstein Barr Virus. HPV dikategorikan menjadi risiko
tinggi (tipe 16,18), medium (tipe 31,33), risiko rendah (tipe 6,11). Faktor risiko
lainnya adalah paparan debu kayu, sinar radio aktif, polusi udara, radiasi leher dan
asbestosis.
2.2.4 Patofisiologi
Paparan karsinogenik berulang-ulang akan menyebabkan struktur DNA sel
normal akan terganggu sehingga terjadi diferensiasi dan proliferasi abnormal.
Adanya mutasi serta perubahan pada fungsi dan karakteristik sel berakibat pada
buruknya sistem perbaikan sel dan terjadilah apoptosis serta kematian sel. Proonkogen akan terus meningkat sementara tumor supressor gene menurun, keadaan ini
mengakibatkan proliferasi terus-menerus dari sel anaplastik yang akan mengambil
suply oksigen, darah dan nutrien dari sel normal sehingga penderita akan mengalami

penurunan berat badan. Sealin itu akan terjadi penurunan serta serta destruksi
komponen darah, penurunan trombosit menyebabkan gangguan perdarahan,
penurunan

jumlah

eritrosit

menyebabkan

anemia

dan

penurunan

leukosit

menyebabkan gangguan status imunologi pasien. Proliferasi sel kanker yang terus
berlanjut hingga membentuk suatu masa mengakibatkan kompresi pada pembuluh
darah sekitar dan saraf sehingga terjadilah odinofagi, disfagi, dan nyeri pada kartilago
tiroid. Massa tersebut juga mengakibatkan hambatan pada jalan nafas. Iritasi pada
nervus laringeus menyebabkan suara menjadi serak. Jika mutasi yang terjadi sangat
progresif, kanker dapat bermetastasis ke jaringan sekitar dan kelenjar getah bening.
2.2.5 Histopatologi
Karsinoma sel skuamosa meliputi 95 98% dari semua tumor ganas laring,
dengan derajat differensiasi yang berbeda-beda. Karsinoma sel skuamosa dibagi 3
tingkat diferensiasi, yaitu:
a. Berdiferensiasi baik (Grade I)
b. Berdiferensiasi sedang (Grade II)
c. Berdiferensiasi buruk (Grade III)
Kebanyakan tumor ganas pita suara berdiferensiasi dengan baik. lesi yang
mengenai hipofaring,sinus piriformis dan plika ariepiglotika kurang berdiferensiasi
baik. Jenis lain yang jarang kita jumpai adalah karsinoma anaplastik, pseudosarkoma,
adenokarsinoma dan sarkoma.
2.2.6 Klasifikasi
Berdasarkan Union International Centre le Cancer (UICC) 1982, klasifikasi
dan stadium tumor ganas laring terbagi atas :
1. Supraglotis (30-35%)
2. Glotis (60-65%)

3. Subglotis (1%)
Yang termasuk supraglotis adalah : permukaan posterior epiglotis yang
terletak di sekitar os hioid, lipatan ariepiglotik, aritenoid, epiglotis yang terletak di
bawah os hioid, pita suara palsu, ventrikel.
Yang termasuk glottis adalah : pita suara asli, komisura anterior dan komisura
posterior.1,12
Yang termasuk subglotis adalah : dinding subglotis.
Klasifikasi dan stadium tumor berdasarkan UICC :

1. Tumor Primer (T)


Supraglotis

Tis

Karsinoma insitu

T0

tidak jelas adanya tumor primer l

T1

Tumor terdapat pada satu sisi suara/pita suara palsu (gerakan masih
baik).
T1a: tumor terbatas pada permukaan laring epiglotis, plika
ariepiglotika, ventrikel atau pita suara palsu satu sisi.
T1b: tumor telah mengenai epiglotis dan meluas ke rongga ventrikel
atau pita suara palsu

T2

Tumor sudah menjalar ke 1 dan 2 sisi daaerah supra glotis dan glotis
masih bisa bergerak (tidak terfiksir).

T3

Tumor terbatas pada laring dan sudah terfiksir atau meluas ke daerah
krikoid bagian belakang, dinding medial daari sinus piriformis, dan
arah ke rongga pre epiglotis.

T4

Tumor sudah meluas ke luar laring, menginfiltrasi orofaring jaringan


lunak pada leher atau sudah merusak tulang rawan tiroid.

Glotis

Tis

Karsinoma insitu.

T0

Tak jelas adanya tumor primer

T1

Tumor mengenai satu atau dua sisi pita suara, tetapi gerakan pita suara
masih baik, atau tumor sudah terdapat pada komisura anterior atau
posterior.
T1a : tumor terbatas pada satu pita suara asli
T1b : tumor mengenai kedua pita suara

T2

Tumor meluas ke daerah supraglotis atau subglotis, pita suara masih


dapat bergerak atau sudah terfiksir (impaired mobility).

T3

Tumor meliputi laring dan pita suara sudah terfiksir.

T4

Tumor sangat luas dengan kerusakan tulang rawan tiroid atau sudah
keluar dari laring.

Subglotis

Tis karsinoma insitu


T0

Tak jelas adanya tumor primer

T1

Tumor terbatas pada daerah subglotis.


T1a : tumor terbatas pada satu sisi
T1b : tumor telah mengenai kedua sisi

T2

Tumor sudah meluas ke pita, pita suara masih dapat bergerak atau
sudah terfiksir.

T3

Tumor sudah mengenai laring dan pita suara sudah terfiksir.

T4

Tumor yang luas dengan destruksi tulang rawan atau perluasan keluar
laring atau kedua-duanya.

2. Penjalaran ke Kelenjar Limfa (N)


Nx

Kelenjar limfa tidak teraba

N0

Secara klinis kelenjar tidak teraba

N1

Secara klinis teraba satu kelenjar limfa dengan ukuran diameter 3 cm


homolateral.

N2

Teraba kelenjar limfa tunggal, ipsilateral, ukuran diameter 3-6 cm.


N2a : satu kelenjar limfa ipsilateral, diameter lebih dari 3cm tapi tidak
lebih dari 6cm
N2b : multipel kelenjar limfa ipsilateral, diameter tidak lebih dari 6cm
N2c : metastasisbilateral atau kontralateral, diameter tidak lebih dari
6cm

N3

Metastasis kelenjar limfa lebih dari 6 cm.

3. Metastasis Jauh (M)


Mx

Tidak terdapat/terdeteksi.

M0

Tidak ada metastasis jauh.

M1

Terdapat metastasis jauh.

4. Stadium
STADIUM
Stadium 1
Stadium 2
Stadium 3

TUMOR PRIMER

KEL.LIMFA

METASTASIS

T1
T2
T3

N0
N0
N0

N0
N0
M0

Stadium 4

T1/T2/T3
T4
T1/T2/T3/T4
T1/T2//T3/T4

N1
N0/N1
N2/N3
N1/N2/N3

M0
M0
M1

2.2.7 Manifestasi Klinis


Anamnesis
Pada anamnesis biasanya didapatkan keluhan suara parau yang diderita sudah
cukup lama, tidak bersifat hilang-timbul meskipun sudah diobati dan bertendens
makin lama menjadi berat. Penderita kebanyakan adalah seorang perokok berat,
peminum alkohol atau seorang yang sering atau pernah terpapar sinar radioaktif,
misalnya pernah diradiasi didaerah lain. Pada anamnesis kadangkadang didapatkan
hemoptisis, yang bisa tersamar bersamaan dengan adanya TBC paru, sebab banyak
penderita menjelang tua dan dari sosial-ekonomi yang lemah.
Gejala Klinis
1. Serak: Gejala utama Ca laring, merupakan gejala dini tumor pita suara. Hal ini
disebabkan karena gangguan fungsi fonasi laring.Kualitas nada sangat dipengaruhi
oleh besar celah glotik, besar pita suara, ketajaman tepi pita suara, kecepatan getaran
dan ketegangan pita suara.Pada tumor ganas laring, pita suara gagal berfungsi secara
baik disebabkan oleh ketidak teraturan pita suara, oklusi atau penyempitan celah
glotik, terserangnya otot-otot vokalis, sendi dan ligament krikoaritenoid dan kadangkadang menyerang saraf. Adanya tumor di pita suara akan mengganggu gerak
maupun getaran kedua pita suara tersebut. Serak menyebabkan kualitas suara menjadi
semakin kasar, mengganggu, sumbang dan nadanya lebih rendah dari biasa.Kadangkadang bisa afoni karena nyeri, sumbatan jalan nafas atau paralisis komplit.Hubungan
antara serak dengan tumor laring tergantung pada letak tumor.Apabila tumor laring
tumbuh pada pita suara asli, serak merupakan gejala dini dan menetap. Apabila tumor

tumbuh di daerah ventrikel laring, dibagian bawah plika ventrikularis atau dibatas
inferior pita suara, serak akan timbul kemudian. Pada tumor supraglotis dan subglotis,
serak dapat merupakan gejala akhir atau tidak timbul sama sekali. Pada kelompok ini,
gejala pertama tidak khas dan subjektif seperti perasaan tidak nyaman, rasa ada yang
mengganjal di tenggorok. Tumor hipofaring jarang menimbulkan serak kecuali
tumornya eksentif.
2. Suara bergumam (hot potato voice): fiksasi dan nyeri menimbulkan suara
bergumam.
3. Dispnea dan stridor: Gejala yang disebabkan sumbatan jalan nafas dan dapat
timbul pada tiap tumor laring. Gejala ini disebabkan oleh gangguan jalan nafas oleh
massa tumor, penumpukan kotoran atau secret maupun oleh fiksasi pita suara. Pada
tumor supraglotik dan transglotik terdapat kedua gejala tersebut.Sumbatan yang
terjadi perlahan-lahan dapat dikompensasi. Pada umunya dispnea dan stridor adalah
tanda prognosis yang kurang baik.3
4. Nyeri tenggorok: keluhan ini dapat bervariasi dari rasa goresan sampai rasa nyeri
yang tajam.3
5. Disfagia: Merupakan ciri khas tumor pangkal lidah, supraglotik, hipofaring dan
sinus piriformis. Keluhan ini merupakan keluhan yang paling sering pada tumor
ganas postkrikoid.Rasa nyeri ketika menelan (odinofagia): menandakan adanya tumor
ganas lanjut yang mengenai struktur ekstra laring.3
6. Batuk dan hemoptisis: Batuk jarang ditemukan pada tumor ganas glotik, biasanya
timbul dengan tertekanya hipofaring disertai secret yang mengalir ke dalam laring.
Hemoptisis sering terjadi pada tumor glotik dan tumor supraglotik.3
7. Nyeri tekan laring adalah gejala lanjut yang disebabkan oleh komplikasi supurasi
tumor yang menyerang kartilago tiroid dan perikondrium.3

2.2.8 Pemeriksaan Penunjang


a. Radiologi konvensional 8, 9,

Radiografi jaringan lunak leher merupakan studi survey yang baik. Udara
digunakan sebagai agen kontras alami untuk memvisualisasikan lumen laring dan
trakea. Ketebalan jaringan retropharyngeal dapat dinilai. Epiglottis dan lipatan
aryepiglottic dapat divisualisasikan. Namun, radiografi tidak memiliki peran dalam
manajemen kanker laring saat ini.

Gambar 5: Lateral radiograph of the neck showing the different structures of the larynx: a, vallecula; b,
hyoid bone; c, epiglottis; d, pre-epiglottic space; e, ventricle (air-space between false and true cords); f,
arytenoid; g, cricoid; and h, thyroid cartilage.9

b. Computed Tomography Scan (CT)1,2,8,9,10,11,12


Penentuan stadium awal pada diagnosa klinis berdasarkan pada keterlibatan
beberapa tempat pada supraglotis laring dan mobilitas pita suara. Pencitraan dapat
membantu dalam mengidentifikasi perluasan submukosa transglotis yang
tersembunyi. Kriteria pencitraan lesi T3 adalah perluasan ke ruang pra-epiglotis
(paralayngeal fat) atau tumor yang mengerosi kebagian dalam korteks dari kartilago
tiroid. Tumor yang mengerosi ke bagian luar korteks kartilago tiroid merupakan

stadium T4a. ada yang berpendapat bahwa kerterlibatan korteks bagian luar saja
tanpa keterlibatan sebagian besar tendon bisa memenuhi kriteria pencitraan lesi T4.
Tumor stadium T4 (a dan b) sulit diidentifikasikan hanya dengan pemeriksaan
klinis saja, karena sebagian besar kriteria tidak dapat diniai dengan palpasi dan
endoskopi. Pencitraan secara Cross-sectional diindikasikan untuk mengetahui
komponen anatomi yang terlibat untuk menentukan stadium tumor.
Untuk mendapatkan gambaran yang baik, ketebalan potongan tidak boleh lebih
dari 3 mm dan laring dapat dicitrakan dalam beberapa detik, dan dengan artefak
minimal akibat gerakan.

Gambar 6: Normal larynx. Axial CT scan shows the normal appearance of the larynx during quiet
respiration. The true vocal cords are abducted.12

Gambar 7: Normal larynx. Axial CT scan obtained during phonation shows that the true vocal cords
are thin and adducted. The ventricles are properly inflated (*). 12

Gambar 8. Tumorlike nodules of the true vocal cords that manifested as hoarseness. Axial CT scan
obtained during quiet respiration shows apposition of the thickened true vocal cords (arrows). 12

Gambar 9. Tumorlike nodules of the true vocal cords that manifested as hoarseness. Axial CT scan
obtained during phonation shows a nodule of the right true vocal cord (arrow). The nodule is clearly
visible due to tension of the true vocal cords. 12

Gambar 10. Tumorlike nodules of the true vocal cords that manifested as hoarseness. Image from
endoscopy shows two lesions of the true vocal cords. Histopathologic evaluation revealed Reinke
edema (pseudocysts).12

Gambar 11. Tumorlike nodules of the true vocal cords that manifested as hoarseness. Image from
endoscopy shows two lesions of the true vocal cords. Histopathologic evaluation revealed Reinke
edema (pseudocysts).12

Gambar 12. Squamous cell carcinoma of the right side of the glottis. Axial CT scan obtained during
quiet respiration shows a tumor of the anterior commissure (arrow). 12

Gambar 13. Squamous cell carcinoma of the right side of the glottis. Coronal reformatted image
obtained during quiet respiration shows the tumor (*). However, the true and false vocal cords are
poorly seen, so the local extent of the tumor remains undefined12

Gambar 14. Squamous cell carcinoma of the right side of the glottis. Coronal reformatted image
obtained during phonation shows the right laryngeal ventricle (arrow). The tumor (*) is located solely
below the ventricle; therefore, involvement of the supraglottic structures is ruled out.12

Gambar 15: CT scan shows tumoral involvement of the right vocal cord9

Gambar 16: CT scan shows a subglottic cancer along the cricoid cartilage 9

Gambar 17:Ca larynx

52 year old heavy smoker with severe swallowing difficulties.Findings: The post contrast axial CT
image of the larynx demonstrates an extensive, mainly left-sided mass on both sides of the larynx
with distinct inhomogeneous contrast enhancement. The mass can be seen all around laryngeal
skeleton. The lumen of the larynx is slightly displaced to the left. The sagittal reconstruction image
(top right image) excellently demonstrates the cranio-caudal spread of the tumor that extends from
the oropharynx right down to the larynx. The coronal reconstruction images (images below) also
demonstrate the spread of the tumor; the lower right picture shows the growth all around of the
laryngeal skeleton. The lower left picture also shows lymph node metastases. Diagnosis with
Extensive hypopharynx-larynx carcinoma with pathological lymph nodes with differensial diagnosis
Other malignant tumors with origin in the hypopharynx or larynx.

Gambar 18: Larynx carcinoma with invasion of cartilage 10


59-year-old heavy smoker with severe difficulty in swallowing. Finding:
The CT image at the level of the larynx after contrast administration demonstrates a mass around the
right vocal cord which extends from the arytenoid cartilage/cricoid cartilage to the ventral
commissure(below).The lowest portion of the arytenoid cartilage and of the cricoid
cartilage on the right side appear hypersclerosized in the bony window (below), indicating possible

invasion of cartilage. Diagnosis with Larynx carcinoma with invasion of cartilage (T4) and with
differensial diagnosis Other malignant laryngeal tumors.

Gambar 19: CT scan showing growth larynx with hypopharyngeal extension11

Gambar 20. A: Axial contrast-enhanced CT obtained at the level of the supraglottis shows a left-sided
epiglottic carcinoma extending into the pre-epiglottic space (arrow). This would indicate a T3 lesion.

B: Bone algorithm shows absence of the adjacent thyroid cartilage (short arrow) compared to the
contralateral side (long arrow). These findings indicate tumor invasion of the inner and outer cortex of
the thyroid cartilage.

Ga
mbar 21. A: Axial computed tomography (CT) obtained at the level of the true vocal cord demonstrates
an anterior commissure carcinoma eroding the anterior portion of the thyroid cartilage and extending
into the adjacent soft tissue (arrow). B: Axial CT obtained in a different patient shows a left-sided true
vocal cord carcinoma eroding both the inner and outer cortex of the thyroid cartilage without bulk
involvement into the adjacent soft tissues.

c. Magnetic Resonance Imaging (MRI)1,2,8,9,


MRI memiliki beberapa kelebihan daripada CT yang mungkin membantu
dalam perencanaan pre-operasi. Pencitraan koronal membantu dalam menentukan
keterlibatan ventrikel laryngeal dan penyebaran transglottic. Pencitraan Midsagittal
membantu untuk memperlihatkan hubungan antara tumor dengan komisura anterior.
MRI juga lebih unggul daripada CT untuk karakterisasi jaringan spesifik. Namun,
pencitraan yang lebih lama dapat menyebabkan degradasi gambar akibat pergerakan.

Gambar 22: Gambaran MRI laring Normal13

Gambar 23: Gambaran MRI laring dengan tumor14

Gambar 24. Axial computed tomography (CT) obtained at the level of the true vocal cord (A) and
subglottis (B) shows a left-sided carcinoma (arrow). There is no evidence of erosion of the adjacent
thyroid or cricoid cartilage. C: Axial noncontrast T1 W MR shows the intermediate signal tumor (short
arrow) replacing normal high signal in the adjacent cricoid cartilage (long arrow). This indicates
cartilage invasion that is not detected on CT. Note the normal high signal typically present in the left
side of the cricoid cartilage (arrowhead). D: The tumor intensely enhances on the postcontrast images.
There is also enhancement of the adjacent thyroid cartilage (arrow) again indicating cartilage invasion
that was not detected on CT. T1 W, T1 weighted; MR, magnetic resonance.

d. Pemeriksaan Histopatologi
Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan histopatologi dari bahan biopsi
laring, dan biopsi jarum halus pada pembesaran kelenjar getah bening di leher. Hasil
pemeriksaan histopatologi yang terbanyak adalah karsinoma sel skuamosa. Beberapa
jenis tumor ganas laring berdasarkan histopatologi antara lain:

a) Karsinoma sel skuamosa


Meliputi 95-98% dari semua tumor ganas laring, dengan derajat difrensiasi yang
berbeda-beda. Jenis lain yang jarang kita jumpai adalah karsinoma anaplastik,
pseudosarkoma, adenokarsinoma dan sarkoma.8
b) Karsinoma verukosa
Merupakan satu tumor yang secara histologis kelihatannya jinak, akan tetapi
klinis ganas. Insidennya 1-2% dari seluruh tumor ganas laring, lebih banyak
mengenai pria dari wanita dengan perbandingan 3:1. Tumor tumbuh lambat tetapi
dapat membesar sehingga dapat menimbulkan kerusakan lokal yang luas. Tidak
terjadi metastase regional atau jauh. Pengobatannya dengan operasi, radioterapi tidak
efektif dan merupakan kontraindikasi. Prognosanya sangat baik.8
c) Adenokarsinoma
Angka insidennya 1% dari seluruh tumor ganas laring. Sering dari kelenjar
mukus supraglotis dan subglotis dan tidak pernah dari glottis. Sering bermetastase ke
paru-paru dan hepar. Two years survival rate-nya sangat rendah. Terapi yang
dianjurkan adalah reseksi radikal dengan diseksi kelenjar limfe regional dan radiasi
pasca operasi.8
d) Kondrosarkoma
Tumor ganas yang berasal dari tulang rawan krikoid 70%, tiroid 20% dan
aritenoid 10%. Sering pada laki-laki 40 60 tahun. Terapi yang dianjurkan adalah
laringektomi total.
2.2.9 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan :1,2,3,8
1. Anamnesis
Pada anamnesis biasanya didapatkan keluhan suara parau yang diderita sudah
cukup lama, tidak bersifat hilang - timbul meskipun sudah diobati dan bertendens
makin lama menjadi berat. Penderita kebanyakan adalah seorang perokok berat yang
juga kadang kadang adalah seorang yang juga banyak memakai suara berlebihan
dan salah (vocal abuse), peminum alkohol atau seorang yang sering atau pernah

terpapar sinar radioaktif, misalnya pernah diradiasi didaerah lain. Pada anamnesis
kadang kadang didapatkan hemoptisis, yang bisa tersamar bersamaan dengan
adanya TBC paru, sebab banyak penderita menjelang tua dan dari sosial - ekonomi
yang lemah.6
Sesuai pembagian anatomi, lokasi tumor laring dibagi menjadi 3 bagian yakni
supraglotis, glottis dan subglotis, dan gejala serta tanda tandanya sesuai dengan
lokasi tumor tersebut.
2. Pemeriksaan THT Rutin
3. Laringoskopi
Untuk melihat ke dalam laring dapat dilakukan dengan cara tak langsung
maupun langsung dengan menggunakan laringoskop untuk menilai lokasi tumor,
penyebaran tumor yang terlihat (field of cancerisation). Selain itu dapat juga dengan
laringoskopi indirek dengan cermin laring dan endoskopi.

Gambar
Karsinoma laring

3. Radiologi foto polos leher dan dada


4. Pemeriksaan radiologi khusus : politomografi, CT-Scan, MRI
5. Pemeriksaan hispatologi dari biopsi laring sebagai diagnosa pasti
Karsinoma laring dapat didiagnosis banding dengan beberapa penyakit
lainnya, dengan dasar penyokong dan penolakan sebagai berikut.

1. Tumor jinak laring


Dasar menyokong: suara parau, sesak napas dan stridor
Dasar penolakan: Terdapat metastase ke kelenjar getah bening regional.
2. Nodul vocal
Dasar menyokong: suara serak dan batuk
Dasar penolakan: Tidak didapatkan nodul di pita suara sebesar kacang hijau atau
lebih kecil yang berwarna putih.
3. Tuberkulosis Laring
Dasar penyokong: suara parau, sesak napas, nyeri telan, kadang menyerupai lesi non
spesifik dan bentukan tumor
Dasar penolakan: dengan pemeriksaan laringoskopi indirek tidak ditemukan lesi pada
daerah laring
Berikut ini adalah algoritma diagnosa karsinoma laring:

Gambar: Algoritma diagnosa karsinoma laring1

2.2.10 Penatalaksanaan

Secara umum ada 3 jenis penanggulangan karsinoma laring yaitu


pembedahan, radiasi dan sitostatika, ataupun kombinasi daripadanya. Tergantung
pasda stadium penyakit dan keadaan umum pasien. Sebagai patokan dapat dikatakan
stadium 1 dikirim untuk mendapatkan radiasi, stadium 2 dan 3 dikirim untuk
dilakukan operasi, stadium 4 dilakukan operasi dengan rekonstruksi, bila masih
memungkinkan atau dikirim untuk mendapatkan radiasi.
1. Pembedahan
Tindakan operasi untuk keganasan laring terdiri dari :
A. Laringektomi
1. Laringektomi parsial
Laringektomi parsial diindikasikan untuk karsinoma laring stadium I yang
tidak memungkinkan dilakukan radiasi, dan tumor stadium II.
2. Laringektomi total
Adalah tindakan pengangkatan seluruh struktur laring mulai dari batas atas
(epiglotis dan os hioid) sampai batas bawah cincin trakea.
B. Diseksi Leher Radikal
Tidak dilakukan pada tumor glotis stadium dini (T1 T2) karena
kemungkinan metastase ke kelenjar limfe leher sangat rendah. Sedangkan tumor
supraglotis, subglotis dan tumor glotis stadium lanjut sering kali mengadakan
metastase ke kelenjar limfe leher sehingga perlu dilakukan tindakan diseksi leher.
Pembedahan ini tidak disarankan bila telah terdapat metastase jauh.
2. Radioterapi
Radioterapi digunakan untuk mengobati tumor glotis dan supraglotis T1 dan
T2 dengan hasil yang baik (angka kesembuhannya 90%). Keuntungan dengan cara ini
adalah laring tidak cedera sehingga suara masih dapat dipertahankan. Dosis yang
dianjurkan adalah 200 rad perhari sampai dosis total 6000 7000 rad.7

Radioterapi dengan dosis menengah telah pula dilakukan oleh Ogura, Som,
Wang, dkk, untuk tumor-tumor tertentu. Konsepnya adalah untuk memperoleh
kerusakan maksimal dari tumor tanpa kerusakan yang tidak dapat disembuhkan pada
jaringan yang melapisinya. Wang dan Schulz memberikan 45005000 rad selama 46
minggu diikuti dengan laringektomi total.8
3. Kemoterapi
Diberikan pada tumor stadium lanjut, sebagai terapi adjuvant ataupun paliativ.
Obat yang diberikan adalah cisplatinum 80120 mg/m2 dan 5 FU 8001000 mg/m2.8

4. Rehabilitasi
Rehabilitasi setelah operasi sangat penting karena telah diketahui bahwa
tumor ganas laring yang diterapi dengan seksama memiliki prognosis yang baik.
rehabilitasi mencakupVocal Rehabilitation, Vocational Rehabilitation dan Social
Rehabilitation.1,8
Laringektomi

yang

dikerjakan

untuk

mengobati

karsinoma

laring

menyebabkan cacat pada pasien. Dengan dilakukannya pengangkatan laring beserta


pita suara yang berada di dalamnya, maka pasien menjadi afonia dan bernafas melalui
stoma permanen di leher.1,8
Rehabilitasi suara dapat dilakukan dengan pertolongan alat bantu suara, yakni
semacam vibrator yang ditempelkan di daerah submandibula, ataupun dengan suara
yang dihasilkan dari esofagus melalui proses belajar.1,8
Banyak faktor yang mempengaruhi suksesnya proses rehabilitasi suara ini.
Tetapi faktor fisik dan psiko-sosial merupakan 2 faktor utama. Mungkin dengan
adanya wadah perkumpulan guna menghimpun pasien-pasien tuna laring guna

menyokokng aspek psikis dalam lingkup yang luas dari pasien, baik sebelum maupun
sesudah operasi.1,8
National Comprehensive Cancer Network (NCCN) mengeluarkan guideline
penatalaksaan

karsinoma

laring

yang

dibedakan

berdasarkan

stadiumnya.

Penatalaksanaan karsinoma laring berdasarkan NCCN dapat dilihat pada gambar di


bawah ini.
1. Karsinoma Laring yang Terletak di Glotis

2. Karsinoma Laring yang Terletak di Supraglotis

2.2.11 Prognosis
Tergantung dari stadium tumor, pilihan pengobatan, lokasi tumor dan
kecakapan tenaga ahli.Secara umum dikatakan five years survival pada karsinoma
laring stadium I 90 98% stadium II 75 85%, stadium III 60 70% dan stadium
IV 40 50%. Adanya metastase ke kelenjar limfe regional akan menurunkan 5 year
survival rate sebesar 50%.7

Supraglottis (part of the larynx above the vocal cords)


STAGE

5-year relative survival rate


I

59%

II

53%

III

53%

IV

34%

Glottis (part of the larynx including the vocal cords)


STAGE

5- year relative survival rate


I

90%

II

74%

III

56%

IV

44%

Sub glottis (part of the larynx below the vocal cords)


STAGE

5 year relative survival rates


I

65%

II

56%

III

47%

IV

32%

Hypopharynx
STAGE

5-year relative survirvival rates


I

53%

II

39%

III

36%

IV

24%

BAB III
KESIMPULAN

Karsinoma laring merupakan keganasan yang sering terjadi pada saluran nafas
setelah karsinoma nasofaring dan tumor ganas hidung dan sinus paranasal. 1 Tumor
ganas laring merupakan 1-2% dari seluruh kejadian tumor ganas di seluruh dunia. Di
RSUP H. Adam Malik Medan, Februari 1995 Juni 2003 dijumpai 97 kasus
karsinoma laring dengan perbandingan laki dan perempuan 8:1. Usia penderita
berkisar antara 30 sampai 79 tahun.
Penyebab pasti sampai saat ini belum diketahui. Dikatakan oleh para ahli
bahwa perokok dan peminum alkohol merupakan kelompok orang-orang dengan
resiko tinggi terhadap karsinoma laring. Virus yang juga dikaitkan dengan kejadian
karsinoma laring yaitu HPV (Human Papilloma Virus) dan Eibstein Barr Virus.
Faktor risiko lainnya adalah paparan debu kayu, sinar radio aktif, polusi udara, radiasi
leher dan asbestosis.1, 2
Berdasarkan Union International Centre le Cancer (UICC) 1982, klasifikasi
tumor ganas laring terbagi atas tumor supraglotis (30-35%), glotis (60-65%), dan
subglotis (1%). Penegakan diagnosis dari karsinoma laring didasarkan pada
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Gejala yang sering
dikeluhkan adalah serak, dispnea, stidor, nyeri tenggorok. Dari hasil pemeriksaan
fisik dengan pemeriksaan laringoskopi didapatkan adanya tumor di daerah pita suara.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah radiologi konvensional, CT-scan, dan
MRI. Sedangkan untuk diagnosis pasti dilakukan pemeriksaan histopatologi.
Penatalaksanaan dari karsinoma laring secara umum adalah dengan
pembedahan, radioterapi, kemoterapi, dan rehabilitasi. Penatalaksanaan tersebut dapat
mengacu pada guideline tahun 2015 yang dibuat oleh NCCN berdasarkan stadium

klinisnya. Prognosis dari karsinoma laring tergantung dari stadium tumor, pilihan
pengobatan, lokasi tumor dan kecakapan tenaga ahli.Secara umum dikatakan five
years survival pada karsinoma laring stadium I 90 98% stadium II 75 85%,
stadium III 60 70% dan stadium IV 40 50%. Adanya metastase ke kelenjar limfe
regional akan menurunkan 5 year survival rate sebesar 50%.7

DAFTAR PUSTAKA

1. Hermani B, Abdurrachman H. Tumor Laring. Dalam: Soepardi EA, Iskandar


N, Bashiruddin J, Restuti RD editors. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung
tenggorok kepala & leher.Edisi 7. Balai Penerbit FKUI Jakarta. 2012: h. 176180.
2.

Robert A.Weisman, MD, Kris S.Moe, MD, Lisa A. Orloff, MD. 2003.
Ballengers Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery 16th Edition. BC
Decker: Ontario. Hal. 1255-1292

3. Wim de Jong, Sjamsuhidayat R, 1997, Buku Ajar Ilmu Bedah, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, hal : 461 463.
4. Haryuna Sh, Tumor Ganas Laring. Bagian Patologi Anatomi Fakultas
Kedokteran

Universitas

Sumatera

Utara.

Diunduh

dari

www

repository.usu.ac.id
5. Shah J, Patel SG, Singh B. Larynx and Trachea. In: Shah J, Patel SG, Singh B,
editors. Head and Neck Surgery and Oncology. Philadelphia: Elsevier Mosby.
2012. p. 811-992.
6. Ramroth H, Dietz A, Becher H. Intensity and Inhalation of Smoking of
Laryngeal Cancer. Int.J.Environ. Res.PublicHealth. 2011; 8: 976-84.
7. Centers for Disease Control and Prevention. Tobacco use and secondhand
smoke:

Impact

on

cancer.

Available

from:

http://

www.cdc.gov/tobacco/campaign.24/7. Diakses tanggal 4 September 2015.


8. Spector, Ogura JH. Tumor Laring dan Laringofaring. Dalam. Ballenger JJ, Ed.
Penyakit Telinga Hidung Tenggorok, Kepala dan Leher. Jilid I. Edisi ke-13.
Jakarta : Binarupa Aksara. 1997. h. 621-77.
9. Cancer Research UK. Risks and causes of laryngeal cancer. Available from:
http//www. Cancerresearchuk. org/cancer-help/type/larynx-cancer. Diakses
tanggal 4 September 2015

10. Edge SB, Byrd DR, Compton CC, Fritz AG, Greene FL, Trotti A. AJCC
Cancer Staging Manual, 7thed. New York, Springer;. 2010, Chapter 5:
Larynx, p. 57-67.
11. Adam, GL. Tumor-tumor Ganas Kepala dan Leher. Dalam: Adam GL, Boies
LR Jr, Higler PA editors. Boies Buku ajar penyakit THT. Edisi Bahasa
Indonesia, Alih bahasa Wijaya C. Jakarta EGC.1997: 430-52.
12.
.

Você também pode gostar