Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
KLAS
PERAN
KOHESI
2. Sifat Eklektik
Teori Tagmemik bersifat ekletik yaitu merupakan perpaduan dari aneka macam teori
yang dirangkum menjadi satu, namun masing-masing ditempatkan sesuai dengan
proporsinya.
3. Sifat Universal
Teori Tagmemik selain bersifat ekletik juga bersifat universal. Keuniversalan atau
kesemestaan teori ini buka saja kesemesetaan dalam arti berlaku untuk semua bahasa
akan tetapi juga kesemestaan dalam arti berlaku untuk segala tingkah laku manusia (Pike &
Pike, 1977:1)
4. Hierarkhi linguistis
Menurut teori ini ada tiga macam hierarkhi linguistis, yakni (a) hierarkhi referensial
adalah hierarkhi kawasan makna, (b) hierarkhi gramatikal adalah hierarkhi dalam
kawasan grammar, (c) hierarkhi fonologikal adalah hierarkhi pada kawasan bunyi bahasa
yang meliputi bidang fonetik maupun bidang fonemik.
5. Tataran pada hierarki gramatikal
Tataran pada hierarkhi gramatikal akan mencakup mulai dari morfem hingga wacana
yang apabila diurutkan menurut jenjangnya adalah sebagai berikut : (a) morfem, (b)
kata, (c) frase, (d) klausa, (e) kalimat, (f) alinea, (g) monolog, (h) dialog, (i) percakapan,
dan (j) wacana. Hal itu tidak menyimpang dengan apa yang dikemukakan oleh Pike & Pike
(1977:24) sebagai tertera dibawah ini.
a.
Normal Mapping
Pada normal mapping (tataran normal) : unsur sebuah kalimat adalah klausa, unsur kalusa
berupa frase, unsur frase berupa kata, dan unsur kata berupa morfem.
b. Level Skipping
Pada level skipping (loncatan tataran) ; unsur satuan lingual di atas kalimat (misalnya
alinea) berupa kalusa atau tataran lain yang dua jenjang atau lebih di bawahnya, unsur
kalimat berupa frase atau tataran di bawah frase, unsur klausa berupa kata atau morfem,
dan unsur frase berupa morfem.
c.
Layering
Pada layering (rekursi, perputaran ulang) : unsur suatu kalimat berupa kalimat juga, unsur
suatu klusa berupa klausa juga, unsur frase berupa frase juga, unsur suatu kata berupa kata
juga.
d. Back Looping
Pada back looping (hierarkhi terputar) : unsur suatu klausa justru berupa kalimat, unsur
frase justru berupa klausa, dan unsur suatu kata justru berupa frase. Pada hierarkhi terputar
ini struktur yang jenjangnya lebih rendah justru membawahi struktur yang jenjangnya lebih
tinggi. Oleh sebab itulah di sini dipergunakan istilah hierarkhi terputar.
6. Slot pada tataran klausa
Slot pada tataran klausa berupa subjek, predikat, objek, adjung, ataupun komplemen.
Slot pada tataran kalimat mestinya berupa nucleus (inti) dan margin(luar inti), atau
berupa topic (pokok) dan coment (sebutan).
7. Predikat harus kata kerja
Menurut teori tagmemikslot predikat harus diisi oleh klas kata kerja. Selain kata kerja
tidak mungkin mengisi slot predikat. Dengan demikiantidak akan ada istilah kalimat nominal
(kalimat yang predikatnya selain kata kerja).
8. Analisis dimulai dari tataran klausa
Teori tagmemik mengawali analisisnya dari tuturan klausa yang justru teramat penting.
Hal ini sangat masuk akal sebab klausa merupakan bentuk gramatik atau satuan lingual
terkecil yang bermakna proposisi.
9. Rumus di dalam analisis
Analisis Tagmemik dua cara yaitu dengan diagram pohon da rumus. Rumus yang
dipergunakan dibuat serapi, selengkap, dan setuntas mungkin. Ketuntasan rumus ini
dilakukan dengan menyusun rumus-rumus bawahan.
10. Perbedaan ciri etik dan ciri emik
Aliaran Tagmemik mulai menegakkan eksistensi ciri etik dan ciri emik didalam struktur.
Ciri etik adalah suatu ciri yang tidak membedakan, sedangkan ciri emik adalah suatu ciri
yang bersifat membedakan. Pada aliran tagmemik penggunaan dan penerapan ciri-ciri
tersebut lebih luas lagi sampai pada pembedaan ciri peran dan pembedaan tipe-tipe klausa.
11. Tidak adanya batasan morfologi dan sintaksis
Pada aliran struktural bidang Morfologi dan Sintaksis dipisahkan secara tegas. Levellevel apa yang menjadi bidang garapannya sudah ditentukan secara pasti, sehingga apabila
di suatu saat ditemukan bidang yang tertelah di antara keduanya menjadi kebingungan
untuk menentukan wilayah. Keadaan seperti ini sebenarnya sudah menunjukkan bahwa
memang pada hakekatnya bidang Morfologi dan Sintaksis memang tidak perlu dipisahkan.
Pernyataan tidak adanya batas antara kedua bidang tersebut memang merupakan salah
satu perwujudan prinsip aliran Tagmemik. Dengan tidak adanya batas antara Morfologi dan
Sintaksis itu, maka hierarkhi gramatikal akan membentang dari morfem hingga kalimat,
bahkan hingga struktur gramatikal lain yang jenjangnya di atas kalimat.