Você está na página 1de 25
ANALISIS HIDROGRAF AIRTANAH PADA SUMUR-SUMUR PANTAU DI WILAYAH DKI JAKARTA Otel Haryadi Tirtomihardjo *) Sari Pemantauan airtanah daerah wilayah DKI Jakarta telah dilakukan sejak tahun 1982 oleh Diretzoras Geologi Tata Lingkungan, dan sejak tahun 1990 dilakukan pemantauan bersama dengan Pemerintah Daerah Jakarta. Hasil pemantauan muka airtanah pada semua sistem akuifer menunjukkan kecenderungan penurunan pada 71 ~ 73% sumur pantau yang ada, sedangkan sebanyak 27 - 29% dari jumlah sumur pantau yang ada mengalami kenaikan muka airtanah. Absract Groundwater monitoring of DKI Jakarta area has been conducted since 1982 by The Directorate of Environmental Geology, and since 1990 cooperation with The Goverment of DKI Jakarta, Monitoring data of all aquifers shows that from all monitoring wells, 71 - 73% indicate lowering level whereas 27 - 29% indicate rise. PENDAHULUAN dalam (deep aquifer system) dari sumut bor (Qabs) — menunjukkan kkecenderungan yang torus meningkat terutams jak 1970. Pada 1970, Qubs tercatat 11 juta mi, pada 1985 meningkat meajadi sekitar 30 juta m’, Pada beberapa periode terakhir, Qabs ‘tercatat 31 juta m? (1991), 32,6 juta m’ (1993), 33,8 juta m’ (1994), dan pada 1995 berkurang sebesar 1,6 juta m menjadi 32,2 juta m Angka-angka tersebut diyakini lebih kecil dibandingken yang sebenamya, kareaa masih dijumpai sumur-sumur produksi yang belum terdaftar stau sudah terdaftar tetapi belum ipasang alat pengukur debit air (water-metre). Jumlah pengambilanairtanah yang cenderung meningkat terutama di daerah dataran pantai Jakarta pengambilannya telah berlebiban (over-exploitation) telah menimbulkan dampak nogatif baik terhadap sumberdaya airtansh itu seadiri, yakni degradasi jumlah dan mutu, ‘maupun terhadap lingkungan fisik di sekitarnya. Dampek negatif yang dimaksud adalah gejala penurunan muka airtenah yang di beberape tempat telsh mencapai kedudukan lebih dari 45 mdi bawah muka tanah setempat (>~45 m dm) atau lebib dari 40 m di bawah muka laut (>-40 m dm), meningkatnya salinitas airtanah, kkerusakan bangunan fisik, dan meluasaya 4) Bekerja pada Sekai KonservasiAiranah, DGTL R deeroh banjir karena terjadinya amblesan tanah (land subsidence). Upaya konservasi telah —dilakukan, diantaranya pengendalian jumlah pengambilan firtanah dengan melakukan pemantavan muka sairtanah pada sistem akuifer utama di wilaysh DKI Jekarta. Hasil analisis data pemantavan sirtanah (hidrograf airtanah) pada surnur-sumur yang memantau sistem akuifer utama tersebut ‘merupakan — masukan yang —_perlu dipertimbangkan bagi para penentu Kebijakan dalam menentukan ——_langkah-langkah pemanfasten sumberdaya airtanah agar tolap mengacu. kepada asas keseimbangan dan ikelestarian. PEMANTAUAN MUKA AIRTANAH Pola dan keceaderungan perubahan muka airtanah di Wilayah DKI Jakarta diketahui berdasarkan analisis data muka sirtenah basil pengukuren peda cumursumur pantau yang dibangun baik oleh instansi pemerintah terkait ‘maupun oleh pihak swasta sebagei peogguns airtansh. Pemantauan muka airtansh peda beberapa sumur pantiu telah dilakukan pada setiap bulan sejak tahun 1982 oleh Direktorat Geologi Tata Lingkungan. Sejak sekitar 1990- an, dengan semakin bertambahnya jumlah sumur pantau, pemantauan dilakukan dengan Pemda DKI Jakarta (PAM DKI Jakarta dan Dinas Pertambangan DKI Jakarta, 1996). pengambilan sirtaneh yang telah “Gtetapean Pemantauan selain di daerah Senayan telah meagguoaken alat pengukur muke airtanah otomutis (auwomatic water level recorder, AWLR), sementara di dacrah Senayan tersebut pengukurannya masih dilakukan secara manual dengan water level indicator. ‘Zona Pengambilan Airtanah Wilaysh DKI Jakarta dan sckitarnys, berdssarkan pengeruh pengambilan airtanah techadap perubahan muka sirtanah, dibagi menjadi 7 (tujuh) zona pengembilan airtanah (Soefner, dalam Haryadi, 1996). Dengan pengembilen airtanah sorta jumlah sumur pantau i wilayah tersebut, Tjshjedi (dalam Haryadi, 1996) kemudian mengembangkannys menjadi 10° (eepuluh) zon8 sirtanah sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 1. Zona pengambilan airtanah tersebut adalah sebagai berikut ‘Zooa 1: meliputi dsersh sepanjang Daan Mogot, Cengkareng - Pedongkelan, dan sekitarnya. Zona 2: meliputi daereh Kota, Tongkol, Jelamber, dan sekitarnya, Zona 3: meliputi daerah Ancol, Tanjungpriok, Walang Baru, Sunter, dan sekitarnya, Zona 4: metiputi daerah~—-Rawamangun, Pulogadung, Cakung, dan sekitarnya. Zooa 5: meliputi dacrah Jl, M.H.Thamrin, Mones, dan sekitarnya. Zoos 6: meliputi daerah Kuningan, Senayan, Darmawangsa, dan sekitarnya. Zona 7: meliputi _daesh __Pasarminggu, Cilandak, Jagakarsa, Pasar Rebo, dan sekitarnya, ‘Zona 8: meliputi daerah Kapuk, Tegal Alur, dan sekitarnya. Zona 9: meliputi daerah Tambun Rawarengas, Pondok Ungu, dan sekitarnya, ‘Zona 10: meliputidaerah Duren Sawit, dan sekitarnya. ‘Sumur Pantau di Witayah DKI Jakarta Di wilayah DKI Jakarta, bingga periode 1996 telah dibangun sebanyak 49 buch sumur pantau, dengan lokasi seperti disajikan pada Gambar 2. Data sumur pantau yang meliputi 3 nomor dan lokasi surnur, ketinggian tempat, dan Kedudukan saringan, disajikan pada Tabel 1. Pewantauan muka irtanah dilakukan terbadap semua sistem akuifer utama di wilayah DKI Jakarta, Berdasarkcan kedudukan saringan pada masing-masing surmur pantau, pemantatian muka eirtansh dilakukan pada 4 (empat) sistem akuifer (Hlaryadi, 1996), yakni Sistem akuifer tidak tortekan, kedalaman 0 - 40m Sistem akuifer tertekan atas, kedalaman 40 - 100m Sistem skuifer tertekan tengah, kedalaman 100 - 140 m Sistem skuifer tertekan bawah, kedalaman 140-250 m ANALISIS DATA MUKA AIRTANAH ‘Metode Analisis Analisis pola perubshan muka airtanah dilakukan terhadap data pengukuran sejak awal pemantauan hingga Juli 1996 dan data pengukuran selama periode Januari 1993 ~ Juli 1996, sementara itu analisis faktor yang ‘mempengeruhi pola perubshan muke airtanah pada setiap sistem okuifer didasarkan data jumiah pengambilan sirtanah dan curah hujan (®) yang tereedia, yakni sclama periode Januari 1993 = Juli 1996. Pengelompokkan sumur- sumur berdasarkan sistem akuifer yang dipantau, lokasi, dan stasiun curah hujan yang ‘mewakili berdaserkan poligon Thiessen, (Gambar 3) disajikan pada Tabel 2. ‘Tabapan analisis adalah sebagai berikut 1, identifikesi pola perubahan muka airtansh sejak awal pemantauan hingge Juli 1996 dan periode Januari 1993 - Juli 1996 berikut Kecepatan perubahannya, —_berdasarkan hhidrograf airtanh 5 arian rata-rata (Gambar 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11); identifikasi pola Qabs dan pola P berdasarkan data 5 harian rata-rata terhitung selama periode Januari 1993 - Juli 1996; penentuan faktor pengaruh pola perubshan ouka sistanah pada setiap sistem askuifer dengan cara tumpang-susun—(super~ imposing) antara hidrogeaf airtanah, grafik ‘Qabs, dan grafik P. Faktor pengaruh utama ditentukan berdasarken analisis statistik, yyekni kesesuaian dan persentase pengaruh 33, Gambar 1 ZONE PENGAMBILAN AIRTANAH DIWILAYAH DKI JAKARTA, “N.2 Batas wilayah DKI Jakarta ‘JU: Jakarta Utara, JP : Jakarta Pusat, JT : Jakarta Timur, JS: Jakarta Selatan, JB: Jakarta Barat snah 10 240 Zone pengambilan Gambar 1. Zone Pengambilan Airtanah di Wilayah DKI Jakarta se sae © $6 © 010 Gambar 2 LOKAS! SUMUR PANTAU DI WILAYAH DKI JAKARTA Batas wilayah DK Jakarta, SU : Jakarta Utara, JP : Jakarta Pusat, JT : Jakarta Timur, ‘JS : Jakarta Selatan, JB : Jakarta Barat ‘Sumur pantau sistem akulfer tidak tertekan, berikut nomor lokasi ‘Sumur pantau sistem akuifer tertekan, berikut nomor lokasi PSS aI Gambar 2, Lokasi Sumur Pantau di Wilayah DKI Jakarta Tabel 1. Daftar Sumur Pantau di Wilayah DKI Jakarta dan Sekitarnya 72. Pettitt tt) a288e8 No | No. | NomoR| H ks | ps | 118 ‘unuT| LoKasi] SUMUR| — LOKASI {mami} } Emde] | re] fence 1 | si | 2101 tomer] 20 | 9- 11} (Q] 100 2 | se | 2105 | Clendak soo | 13 - 15/1 (| 140 3 | 83 | 210 | Pasar fete wos | s- 19/(Q] 170 4 | s4 | 8903 | Sonayan w 133 | 1-36] (9| 240 5 | ss | 212 | Kuningan ws | 5: alia] 365 6 | ss | 2501 | Monas' 55 | 2- 9) (5| 360 [CARUIFERTERTERAN—] 7 | or | ter [Congkarng—t——] 28 | 6 - ssl ia} oro 8 | 02 | 1878 | Tonakal v 29 | 4: 50] (5| 470 9 1093 vi 25 | 215 - 24] (@)| 2105 10 Vil 29 | 150 - 23] 19] 1965 "1 1683 | Sunter ' 24 | 295 - 241] (6) | 2080 12 1957 4 a2 | 173- w7| (4 | 1750 3 1854 27 | 115 > 132] (9 | 1240 14] pe | 1723 | Walang Baru Os | 120 - 169/25] 1490 5 1068 os | 21 - 237] (6 | 2290 16 | 0s | 1828 | cahung ' ss | 75- si| (9 | 730 7 1862 u 60 | a1 - 237] (| 2340 18 | 06 | 1800 | ParkirJaya ss | 177 - 193] 16] 1850 19 | 07 | set | Sonayan’ 133 | 128 - 150] 2H] 1980 2 ‘e002 ¥ y33 | e4- 96] 1a] 900 21 | 08 | 1829 | Durensewt 1 116 | 185 - 226| 19) 1910 2 19887 1 se |725- 76] (9 | 740 23 | 00 | 1996 | PasarMinggu 1 252 | 193 - 250] 19) | 2220 24 | D10 | t801 s0 | 6 - el in| os 25 | D1 | 1009 | Tembun Rawerenges 65 | 17 - 190] (9) | 1890 2 | viz | 1890 | Kapuk 20 | 96 - 100] (| 980 27 | 013 | 1907 | Jogo 150 | st: 120] (9 | 1055 2p | ora | 1892 | Jolamber a1 | 127 - 133] (6 | 1900 29 | ors | 1910 | Paw woo | s2- i25| (9 | toes 90 | ore | 1894 | BNI46 Sudrman v2 | 134 - v0] oa] ans ai | pi | 1788 n as | 96 142] | s140 x | 1a | sos | Tooele a0 | 100- 120/ eo] 1100 83 | pio | 8905 | PT-Jekorta Land 80 | 122: 128] (6 | 1250 84 | 20 | e506 | PT. BASF-Daan Mogot eo | 138 - 247] 4a] 1925 35 | 21 | eso7 | PT. Astra Motor so | 130 - 180] (5. | 1400 6 8910 | PRD Kebon Sish 60 | 20 - 230] 19] 2250 37 | 028 | asi2 | Pr. Centex soo | 88 - 122] (12)| 850 a2 | oz | asa | prison soo | 72- 7e](6} 750 9 | 025 | 8904 | Hotel Borobucur 30 | a - 72] (9 | 690 40 | Dos | go1s | PT. Yemehe Motor 70 | 6 - 97} 43| 820 41 | oar | 8013 | PT National Gobel yoo | 6: 3/19] 705 42 | 028 | 8017 | MPR Gatct Soebroto 80 | 160 - 223| ea] 165 43 | 020 | e016 | PT. Segiiga Atium 60 | 53 - 133] 19] 930 KETERANGAN: HH: ketinggian tempat mdm : moter datos muka laut KS: kedustkan earingan imdmt : meter ef bawah muke tenah PS. sringan imdmt ; meter ol bawah muka tanah setompat TTS ik torgan saningen dmt ; meter oi bawah muka tanah engan eatorpat 7): Penguewen dengan slat AWLR 2) Pengukuran dengan ‘water level incioator” 8550 35001 840] Gambar 3 POLIGON THIESSEN "Balas wiayah DK Jakarta JU: Jakarta Utara, JP : Jakarta Pusat, JT : Jakarta Timur, US : Jakarta Selatan, JB : Jakarta Barat ‘TP Stasiun curah hujan Paser Minggu 7TP — Stasiun curah hyan Tangerang GTP Stasiun curah hujan Bekssi STP Stasiun curah hujan Depok 26 Stasiun curah hujan Tanjung Priok 26a Stasiun curah hujan Cengkareng 27 Stasiun curah hujan BMG 32 Stasiun curah hujan Ciledug 33¢ —Stasiun curah hujan Halim Perdana Kusumah Ld Gambar 3. Poligon Thiessen ” Tabel 2. Sumur Pantau di Wilayah DKJ Jakarta dan Stasiun Curah Hyjan Yang Mewakili ‘SSTEM ARUFEA NOAKTERTEXAN (0-40) SAR PATAT wc] Sasa Jesortennett a] w for Monae 3 | [zou jacas eye ——]—-] 00-045 oo Soayen aerss| esse Jartinrsex | r08s-1006 so: seneyent 6 Ene 102.1096 | e00Par Seve 3 lene 1969-106 7 emenangn 1 jzrowa. 600-196 | 210 0°AD Kaban Get 3 ferama. 104-1080 feovowsesonaeren [6] v° |zreMo 50 190 | <7. UPR Gat Son 3 ferous. 1095-1095 [esicouaanom Sees | = reves 94 1955 r9secanang “ lerrooan | ssc 920 a : 00 Tanban Revenge | [err-oeae | reo-o90 cose. etwmntans | @ | 6 |zreMe 1002100 509-Pear ino! 7 jTmeeMioos | 10821065] fever oemevangsn | 6 aa ro see ania 2 | 0 [seacmgwenn esis Tes ae ° Fate cengtaeng eae we 0 £ sata Tu 8 ‘SMA, TONGKOL Vi “1 Gabe - WILAVAR JARARTAUTARA J ~~ ~~ 'P- Sta. 26 a CENGKARENG Gambar 4. Hidrograf Airtanah Sistem Akuifer Tidak Tertekan ‘SMB, SENAYAN i (Saringan 18-36mdmi) | Muka tana {meme} be L.000 m3) Sta 27 BMG: Gambar 5. Hidrograf Airtanah Sistem Akuifer Tidak Tertekan Gambar 6. Hidrograf Airtanah Sistem Akulfer Tertekan Atas ‘SMR. PAM DHARMAWANGSA ade (Garingan 92 - 125 mdm) Mux Altera {mt} a 3 ‘Gabs - WILAYAH JAKARTA SELATAN| i 5 : = ao P-Sta_11P PASAR MINGGU. eho 19851 (908 Gambar 8. Hidrograf Airtanah Sistem Akuifer Tertekan Tengah 23 [Gabe - WILAVAH JAKARTA PUSAT ] er | P-Sta 27 BMG di a | A Ul Gambar 9. Hidrograf Airtanah Sistem Akuifer Tertekan Tengah ‘SMR. PAM DHARMAWANGSA (Garingan 92 - 125 mdmt) Ee ‘Gabs - WILAVAH JAKARTA SELATAN] ‘pipe ue. ‘aabe(L00 m3} 7 P= Sta 11P PASAR MINGGU Soo | a Gambar 8, Hidrograf Airtanah Sistem Akuifer Tertekan Tengah ‘SMR. RAWAMANGUN | mf (Garingat mt) : ae ye J P- Sta 27 BMG Gambar 9. Hidrograf Airtanah Sistem Akuifer Tertekan Tengah ‘SMA. PARKIR JAVA ; 7) Dabs - WILAVAH JAKARTA PUSAT | | i | A i 1 pt u 4 LF | P- Sta. 27 BMG | | t Gambar 10. Hidrograf Airtanah Sistem Akuifer Tertekan Bawah P- Sta, 26a CENGKARENG Ht istem Akuifer Teriekan Bawah Gambar 11, Hidrograf Airtanah Sis pola Qubs dan P serta karakteristik hidrotika sirtanah pada setiap sistem akuifer. Basil Analisis Analisis pola perubshan muka airtanah pada setiap sistem akuifer di wilayah DKI Jakarta berikut faktor yang mempengaruhinya Gikemukakan sebagai berikut di bewah ini ‘inss Pertambangan DKI dan DGTL, 1996). 1. Muka Airtanah pada Sistem Alwuifer ‘Tidak Tertekan Pemantauan muka sirtansh pada sistem akuifer tidak tertekan atau akuifer dangkal (0 - 40 m) dilskuken di wilayah Jakarta Utara, Jakarta Pusat, Jakarta Timur, dan Jakarta Selatan. Jumlah sumur pantan mmke sirtanah pada sistem skuifer ini sebanyak 6 buah. Analisis data muka airtanah pada sistem ‘skuifer tidak tertekan adalah sobagai berikut (abel 3) a Pola dan Perubahan Muka Airtanah © Muke sirtanah pada sistem akuifer tidak ‘tertekan secara unmm meaunjukkan pola fluktuasi dengan keceaderungan penurunan. ‘Kensiken muke airtanah hanya tecjadi pada ‘Sumur Cilandak, pada pemantausn sclama Tanuari 1993 - Juli 1996. © Kecepatan penurunan muka airtanah sejak ‘awal pemantauan hingga Juli 1996 terhitung antara 0,11 m/tahun (Sumer Tongkol VI) dan 0,26 mv/tabun (Sumur Senayan ID) sedangkan selama periode Januari 1993 - Juli 1996 antara 0,03 m/tahun (Sumur ‘Monas) dan 0,44 m/tahun (Sumur Tongkol VD. © Kecepatan Kensikken muka sirtansh pada ‘Sumur Cilandak selama pemantauan Januari 1993 - Juli 1996 terhitung 0,21 m/tabun. b. Pola Curah Hujan © Pola curah hujan diwakili oleh Stasiun (sts) 26a - Cengkareng (Sumur Tongkol VD), ‘Stasiun 27 - BMG (Sumur Mons, Seasyan IL, Kuningan), Stasiun 33¢ - Halim Perdana ‘Kusuma (Sumur Pasar Rebo), dan Stasiun ITP - Pasar Minggu (Sumur Cilandak). ‘© Distribusi cursh hujan bulanan menunjukkan bulao-bulan basah umumaya terjadi pada periode Oktober - April (Sta. 26a - Cengkareng), November - Mei (Sta. 27 BMG dan Sta, 33¢ - Halim Perdana a Kusuma), dan periode November - Juni (Sta. ATP - Pasar Minggu) sedangkan bulan-bulan kering pada stasiua-stasiua tersebut terjadi pada periode Mei - September, December - April, dan Desember - Mei. c. Pola Qabs © Qabs di wilayah Jakarta Utara, Jakarta Pusat, Jakarta Timur, dan Jakarta Selatan secara umum menunjukkan pola fluktuasi. Keceaderungan meningkatnya Qabs di wilayah Jakarta Utara terjadi pada April - Desember 1993, April - Juli 1994, November 1994 - Februari 1995, Maret - Juni 1996; di wilaysh Jakarta Pusat pads 1994, Maret - Juni 1996; di wilayah Jakarta Timur pada April 1993 - Januari 1994, Maret - September 1995, Desember 1995 - ‘April -1996; dan di wilayah Jakarta Selatan terjadi pada Oktober 1993 - Januari 1994, Maret - Oktober 1994, serta Maret - Juli 1996, Keceaderungen berlaurangnya Qubs di ‘wilayah Jakarta Utara terjadi pada Desember 1993 - April 1994, Juli - November 1994, Februari 1995 - Maret 1996; di wilayah Jakarta Pusat pada Desember 1993 - April 1994, Oktober - Desember 1994, Januari 1995 - Maret 1996; di wilayah Jakarta Timur pada September - December 1995, April 1995 - Maret 1996; dan di wilayah Jakarta Selatan terjadi pada Februari - Juli 1993, Februari - Agustus 1995, serta Okiober 1995 - Maret 1996. 4. Faktor Pengaruh Perubahan ‘* Pengaruh pola Qubs antara 14,0 - 53,9% sedangkan pengeruh pola P antara 55,8 - 11%. © Pola P merupakan faktor utama pada semua sumur panta sedangkan pola Qubs merupakan faktor kedua yang berpeagaruh techadap pola perubahan mule airtanah, Kocuali pada Sumur Tongkol VI yang hanya dipeageruhi oleh pola P. 2. Muka Airtanah pada Sistem Akuifer Tertekan Atas Pemantauan muka airtanah pada sistem akuifer tertekan tas (40 - 100 m) dilakukan seluruh wilayah DKI Jakarta, yakni wilayah Jakarta Utara, Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, dan wilayah Jakarta Barat. Jumlah sumur pantau muka airtanah peda sistem akuifer ini sobanyak 12 buah. ‘Analisis data muka sirtanah pada sistem akuifer tertekan atas adalah sebagai berikut Tabel 4 a. Pola dan Perubaban Muka Airtanah Muka sirtansh pada sistem akuifer tertekan ‘fas menunjukkan pola fluktuasi deagan kecenderungan peaurunan (75%) dan kenaikan (25%). Kecepatan penurunan muka airtansh sejak ‘awal pemantauan hingga Juli 1996 terhitung ‘antars 0,05 m/tabun (Sumur Tongkol V) dan 3,25 m/tahun (Sumur National Gobel - Pasar Rebo) sedangkan selama periode Januari 1993 - Juli 1996 antara 0,07 - 3,75 m/tahun dengan Kecepetan tereadsh dan tertinggi tecjadi pada Sumur Tongkol V dan Sumur National Gobel - Pasar Rebo. Kecepatan keasikan muka airtanah sejak ‘awal pemantauan hinggs Juli 1996 terhitung: ‘antara 0,17 m/tahun (Sumur Joglo) dan 1,08 svfiahun (Sumur Yemaba Motor - Calning) sedangian selama periode Januari 1993 - Juli 1996 antara 0,16 - 1,08 m/tahun dengan kkecepetan tereadah dan tetinggi terjedi pada sumur yang sam. b. Pola Curah Hojan ‘© Pola curah hujan diwakili oleb Stasiun 26a - Cengkareng (Sumur Tongkol V, Cengkareng TH, Kapuk), Stasiun 27 - BMG (Sumur Senayan I), Stasiun 8TP - Bekasi (Sumur ‘Yamaha Motor - Cakung dan Cakung 1), Sta, 33¢ - Halim Perdana Kusuma (Sumur Centex ~ Pasar Rebo, SCTI - Cilangkap, Durea Sawit ID, Stesiun ITP - Pasar Minggu (Sumur National Gobel - Pasar Rebo dan Jagakarsa) , dan Stasiun 32c - Ciledug (Sumur Jogio). Deskripsi pola curah hujan pada Stasiun 26a = Cengkareng, Stasiua 27 - BMG, Stasiun 33¢ + Halim Perdana Kusuma, daz Stasiun ITP - Pasar Minggu, telah diuraikan pada pembshasan sebelumnys, ‘© Distribusi curah hujan pada Stasiun 8TP - Bekasi dan Stasiun 32¢ - Ciledug ‘menunjukkan bulan-bulan basah berlangsung pada November - April sedangkan bulan- bulan ering berlangsung pada Mei - Oktober. . Pola Qabs Deskripsi pola Qabs di wilayah Jakarta Utara, Jakarta Pusat, Jakarta Timur, dan Jakarta Selatan telah diuraikan pada pembahasan sebelumnya. Di wilayah Jakarta Barat, keconderungan meningkatnya Qabs terjadi pada April - November 1993, Maret - Agustus 1994, dan Maret - Juni 1996 sodangkan berkurangnya ‘Qabs terjadi pada Agustus - Desember 1994 dan Februari 1995 ~ Maret 1996. d. Faktor Pengaruh Perubahan Pengaruh pola Qabs antara 44,2 - 63,3% sedangkan pengaruh pola P antara 30,2 - 615%. Pola Qabs sebagai pengaruh dominan terjadi pada Sumur Senayan IIL, PT. Yasaba Motor = Cakung, Cakung 1, PT. SCTI - Cilangkap, Durea Sawit II, Joglo, Cengkareng IIT, dan ‘Sumur Kapak (67,0%). Pola P sebagai peagaruh dominan dijumpsi pada Sumur Tongkol V, PT. Ceatex - Pasar Rebo, PT. National Gobel - Pasar Rebo, dan ‘Sumur Jagakarsa (33,0%). © Pola Qebs dan P merupakan faktor yang secara bersamsan mempeagaruhi pola perubshan mukse airtansh pada eemua sumur yang memantau sistem akuifer tertekan atas di wilaysh DXI Jakarta, Muka Airtanah pada Sistem Aluifer ‘Tertekan Tengah Pemantanan muka airtanah pada sistem akuifer tertekan tengah (kedalaman 100 - 140 m) dilakukan di wilayah Jokarta Utara, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, dan wilaysh Jakarta Barat. Jumlsh sumur yang memantan muka sirtanah pada sistem ekuifer ini sebanyak 12 bush. ‘Analisis data muka airtanah pada sistem ‘akuifer tertekan tongah adalah sebagai berikut (abel 5) 2 Pola dan Perubahan Muka Airtanah © Muka airtanah pada sistem akuifer tertekan teagah —menunjukkan —_Kecenderungan penurunan (58%) dan keasikan (42%). © Kecepatan penurunan muka airtanah sejak awal pemantauan hingga Juli 1996 terhitung antara 0,15 m/tabun (Sumur Sunter HI) dan 1,06 m/tahun (Sumur PAM Dharmawangsa) Tabel 3. Pola dan Persentase Pengaruh Faktor Perubahan Muka Airtanah Pada Sistem Akuifer Tidak Tertekan (0-40 m) di Wilayah DKI Jakarta ‘SUMUR PANTAU H | os tot 7 Ime 2101-Tongkol ‘2601-Monas Tabel 4. Pola dan Persentase Pengaruk Faktor Pengaruh Perubahan Muka Airtanah Pada Sistem Aluifer Tertekan Atas (40 - 100 m) di Wilayah DKI Jakarta 29 sedangkan selama periode Januari 1993 ~ Juli 1996 antara 0,04 m/tahua (Sumur Walang 1) dan 0,90 m/tahun (Sumur Sunter m. ‘+ Kecepatan Kenaikan muka airtanah sejak wal pemantauan hinggs Juli 1996 terhitung antara 0,11 m/tahun (Sumor Walang 1) dan 2,45 m/tahun (Sumur Segitiga Atrium - ‘Senen sedangkan selama periode Januari 1993 - Juli 1996 terjadi pada Sumur BNT'46 Soodirman dan Sumur PAM Dharmawangsa dengan kecepatan 0,62 m/tahun dan 0,45 mvtahun. b. Pola Curah Hujan * Pola cursh hujan diwakili oleh Stasiun 26 - Tanjung Priok (Sumur Walang I, Sunter HI, ‘Astra Motor - Sunter), Stasiun 27 - BMG (Sumur Senayan I, Rawamangua, BNI'46 - Soodirman, Hotel Borobudur - Seaea, PT. Segitiga Atrium - Senen, Jakarta Land), Sta. ITP - Pasar Minggu (Sumur PAM ‘Dharmawangss), dan Stasiun 26a - Ceagkareng (Sumur Jelamber dan Tegal

Você também pode gostar