Você está na página 1de 12

III.

BAHAN DAN METODE


3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kawasan Agropolitan Ciwidey yang meliputi
Kecamatan Pasirjambu, Kecamatan Ciwidey dan Kecamatan Rancabali
Kabupaten Bandung. Sedangkan analisis data dilakukan di Bagian Perencanaan
dan Pengembangan Wilayah Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
serta di Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah (P4W)-LPPM
IPB pada bulan Februari 2008 hingga bulan Mei 2008. Wilayah lokasi studi
tertera pada Gambar 1.

Gambar 1. Peta Lokasi Studi

3.2. Jenis, Sumber Data dan Alat Penelitian


Data yang digunakan untuk kegiatan penelitian berupa data peta
administrasi desa, peta jaringan jalan, peta penggunaan lahan, data PODES
Kabupaten Bandung tahun 2006, PDRB tahun 2005-2006 Kabupaten Bandung,
dan data primer yang diperoleh dari hasil wawancara. Adapun alat yang
digunakan untuk penunjang penelitian adalah seperangkat komputer dan beberapa
perangkat lunak (software) seperti ArcView 3.1, Corel Draw 12, Microsoft Visio
2003, Microsoft Excel 2003 dan Microsoft Word 2003.

3.3. Metode Penelitian


3.3.1. Analisis Hirarki Pusat-Pusat Pelayanan
3.3.1.1. Analisis Skalogram
Analisis untuk mengetahui hirarki pusat-pusat pengembangan dan saranaprasarana pembangunan yang ada di suatu wilayah. Penetapan hirarki pusat-pusat
pertumbuhan dan pelayanan tersebut didasarkan pada jumlah jenis dan jumlah
unit sarana-prasarana pembangunan atau fasilitas pelayanan sosial ekonomi yang
tersedia. Metode ini memberikan hirarki atau peringkat yang lebih tinggi pada
pusat pertumbuhan yang memiliki jumlah jenis dan jumlah unit sarana-prasarana
pembangunan yang lebih banyak. Metode ini lebih menekankan kriteria
kuantitatif dibandingkan kriteria kualitatif yang menyangkut derajat fungsi saranaprasarana pembangunan, distribusi penduduk dan luas jangkauan pelayanan
sarana-prasarana pembangunan secara spasial tidak dipertimbangkan secara
spesifik.

15

Untuk menutupi keterbatasan metode skalogram, Rustiadi et al.(2003),


mengembangkan metode skalogram berbobot sebagai penyempurnaan atas
metode skalogram yang dikembangkan oleh Patil (1977). Tahapan dalam
penyusunan analisis skalogram adalah sebagai berikut: (1) menginventarisasi
fasilitas dan indikator-indikator pembangunan sesuai dengan penyebaran dan
jumlah fasilitas di dalam unit-unit wilayah; (2) menyusun invers untuk variabel
yang menandakan jarak terhadap fasilitas dan tingkat ketertinggalan wilayah.
Pembuatan invers dari jarak terhadap fasilitas ini dimaksudkan agar nilai dari
invers jarak berkorelasi positif dengan fasilitas yang lain; (3) semua nilai
distandarisasi sehingga nilai tersebut memiliki satuan yang sama; (4)
menjumlahkan seluruh fasilitas secara horizontal untuk menentukan indeks
perkembangan suatu wilayah; (5) menjumlahkan masing-masing unit fasilitas
secara vertikal sehingga diperoleh jumlah unit fasilitas yang tersebar di seluruh
unit wilayah. Selain itu juga ditentukan rata-rata unit fasilitas tersebut, simpangan
baku, total terisi, sehingga fasilitas yang bernilai nol tidak akan dihitung), bobot
(rasio antara total terisi dengan jumlah desa), nilai maksimum dan nilai minimum.
Model untuk menentukan nilai Indeks Perkembangan atau Pelayanan Desa
(Rustiadi et al., 2003):
n

IPD

= I 'i
i

dimana :

I ' ij =

I ij I i min
SD

Keterangan :
IPDj = Indeks Perkembangan Desa ke-j
Iij

= Nilai (skor) sarana prasarana (PODES 2006) ke-i desa ke-j

Iij

= Nilai (skor) sarana prasarana (PODES 2006) ke-i terkoreksi desa ke-j

I i min

= Nilai (skor) sarana prasarana (PODES 2006) ke-i terkecil (minimum)

SDi

= Simpangan baku sarana prasarana (PODES 2006) ke-i


16

Dengan asumsi data menyebar normal, penentuan tingkat perkembangan


wilayah dibagi menjadi tiga yaitu:

Hirarki I, jika indeks perkembangan (rata-rata + 1.5 x simpangan baku)

Hirarki II, jika rata-rata < indeks perkembangan < (rata-rata + 1.5 x
simpangan baku)

Hirarki III, jika indeks perkembangan < rata-rata

Hirarki III < rataan Hirarki II < {rataan + (1.5 x standar deviasi)} Hirarki I

Data-data yang digunakan dalam analisis skalogram ini adalah data jumlah
jenis fasilitas pelayanan, jumlah unit fasilitas dan invers dari jarak atau akses
masyarakat terhadap fasilitas pelayanan tertentu. Jumlah desa yang dianalisis
adalah 22 desa. Sedangkan jenis fasilitas yang dianalisis antara lain adalah (1)
kelompok fasilitas pendidikan, (2) kelompok fasilitas kesehatan, (3) kelompok
fasilitas peribadatan dan (4) kelompok fasilitas ekonomi dan jasa. Keempat
kelompok besar tersebut dipilih berdasarkan kebutuhan dasar di suatu kawasan.
Adapun variabel-variabel yang digunakan secara rinci terlampir dalam Lampiran
1. Hasil yang diharapkan dari analisis ini adalah hirarki pelayanan desa yang
didasarkan atas nilai IPD dari masing-masing desa.

3.3.1.2. Jumlah dan Kepadatan Penduduk


Jumlah dan kepadatan penduduk dalam analisis hirarki pusat-pusat
pelayanan berfungsi untuk melihat seberapa besar implikasi dari kepadatan
penduduk di suatu wilayah terhadap perkembangan wilayah (hirarki) tersebut.
Biasanya dalam suatu wilayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi akan
diimbangi dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat yang tinggi pula.
Pemenuhan kebutuhan tersebut berupa pengadaan fasilitas-fasilitas pelayanan
17

bagi masyarakat mulai dari fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan serta


perekonomian dan perdagangan serta infrastruktur sebagai alat penunjang
kegiatan pertanian.
Namun kepadatan penduduk yang tinggi di suatu wilayah tidak selalu
diikuti dengan perkembangan wilayah yang tinggi pula (dari pengadaan fasilitasfasilitas umum). Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal itu terjadi, misalnya
letak geografi dari wilayah tersebut yang tidak menunjang/sulit untuk pengadaan
fasilitas, namun karena wilayah tersebut berfungsi sebagai kawasan wisata maka
banyak warga yang pindah dan mencari nafkah di sana, sehingga kepadatannya
pun akan semakin tinggi.

3.3.2. Analisis Sektor/Komoditas Unggulan Kawasan


3.3.2.1. Analisis LQ (Location Quotient)
Location

Quotient

merupakan

analisis

yang

digunakan

untuk

menunjukkan tingkat pemusatan atau basis aktivitas. Selain itu, LQ juga bisa
digunakan untuk mengetahui kapasitas ekspor perekonomian suatu wilayah serta
tingkat kecukupan barang atau jasa dari produksi lokal suatu wilayah. Analisis LQ
yang dilakukan terbagi menjadi tiga, yakni anlisis LQ berdasarkan (1) sektor
kegiatan (ekonomi), (2) luas tanam (pertanian tanaman bahan makanan) dan (3)
luas panen (pertanian tanaman bahan makanan). Untuk analisis LQ berdasarkan
sektor kegiatan menggunakan data PDRB tahun 2006, sementara untuk analisis
LQ aktivitas pertanian tanaman bahan makanan menggunakan data luas tanam
dan luas panen tahun 2006.
Location Quotient (LQ) merupakan suatu indeks untuk membandingkan
pangsa sub wilayah dalam aktivitas tertentu dengan pangsa total aktivitas tersebut
18

dalam total aktivitas wilayah. Secara lebih operasional, LQ didefinisikan sebagai


rasio persentase dari total aktivitas pada sub wilayah ke-i terhadap persentase
aktivitas total terhadap wilayah yang diamati. Asumsi yang digunakan dalam
analisis ini adalah bahwa (1) kondisi geografis relatif seragam, (2) pola-pola
aktivitas bersifat seragam dan (3) setiap aktifitas menghasilkan produk yang sama.
Adapun persamaan dari LQ ini adalah:

LQ

IJ

X
X

IJ
.J

X
/X

I.
..

Dimana:
X ij = nilai sektor kegiatan(*) ke-j pada kecamatan ke-i
X i. = jumlah seluruh sektor kegiatan(*) di kecamatan ke-i
X .j = jumlah sektor kegiatan(*) ke-j di Kabupaten Bandung
X .. = besaran sektor kegiatan(*) total di Kabupaten Bandung
Keterangan

(*)

:Pemusatan aktivitas sektor kegiatan menggunakan data PDRB tahun 2006,


sedangkan pemusatan aktivitas pertanian Tanaman Bahan Makanan
menggunakan data Luas Tanam dan Luas Panen tahun 2006

Interpretasi hasil analisis LQ adalah sebagai berikut:


1. Jika nilai LQ > 1, maka hal ini menunjukkan terjadinya konsentrasi suatu
aktivitas di sub wilayah ke-i secara relatif dibandingkan dengan total wilayah
atau terjadi pemusatan aktivitas di sub wilayah ke-i.
2. Jika nilai LQ = 1, maka sub wilayah ke-i tersebut mempunyai pangsa aktivitas
setara dengan pangsa total.
3. Jika LQ < 1, maka sub wilayah ke-i tersebut mempunyai pangsa relatif lebih
kecil dibandingkan dengan aktivitas yang secara umum ditemukan diseluruh
wilayah.
Analisis LQ lebih bersifat statis karena dilakukan untuk data dalam satu
titik waktu, namun keterbatasan metode ini hanya melihat pemusatan aktivitas
dari sisi konteks/lingkup wilayah Kabupaten Bandung saja.
19

3.3.2.2. Analisis SSA (Shift-Share Analysis)


Shift-Share Analysis merupakan salah satu dari teknik analisis untuk
memahami pergeseran struktur aktivitas di suatu lokasi tertentu dibandingkan
dengan suatu referensi (dengan cakupan wilayah lebih luas) dalam dua titik
waktu. Pemahaman struktur aktivitas dari hasil analisis shift-share juga
menjelaskan kemampuan berkompetisi (competitiveness) aktivitas tertentu di
suatu wilayah secara dinamis atau perubahan aktivitas dalam cakupan wilayah
lebih luas. Analisis SSA yang dilakukan terbagi menjadi tiga, yakni analisis SSA
berdasarkan (1) sektor kegiatan (ekonomi), (2) luas tanam (pertanian tanaman
bahan makanan) dan (3) luas panen (pertanian tanaman bahan makanan). Untuk
analisis SSA berdasarkan sektor kegiatan menggunakan data PDRB tahun 2005
dan tahun 2006, sementara untuk analisis LQ aktivitas pertanian tanaman bahan
makanan menggunakan data luas tanam dan luas panen tahun 2004 dan tahun
2006.
Hasil analisis shift-share menjelaskan kinerja (performance) suatu
aktivitas di suatu sub wilayah dan membandingkannya dengan kinerjanya di
dalam wilayah total. Analisis shift-share mampu memberikan gambaran sebabsebab terjadinya pertumbuhan suatu aktivitas di suatu wilayah. Sebab-sebab yang
dimaksud dibagi menjadi tiga komponen, yaitu: (1) komponen laju pertumbuhan
total (Share), menyatakan petumbuhan total wilayah pada dua titik waktu; (2)
komponen

pergeseran

proporsional

(Proportional

Shift),

menyatakan

pertumbuhan total aktivitas tertentu secara relatif dibandingkan dengan


pertumbuhan secara umum dalam total wilayah; (3) komponen pergeseran
diferensial (Differential Shift), menyatakan tingkat kompetisi (competitiveness)

20

suatu aktivitas tertentu dibandingkan dengan pertumbuhan total aktivitas tersebut


dalam wilayah. Dari ketiga komponen tersebut, fokus pembahasan hanya
dilakukan pada komponen Differential Shift, meskipun ketiga perhitungan
dilakukan.
Persamaan analisis shift-share ini adalah sebagai berikut:

SSA


1 +

(t 0)

a

X ..
X ..

( t1)

X
X

i ( t1)

i (t 0)


+

(t 0)

X ..
X ..

( t1)

X
X

ij ( t 1)

ij ( t 0 )

X
X

i (t 0)
i ( t1)

dimana :
a

= komponen share

= komponen proportional shift

= komponen differential shift

X..

= Nilai total sektor kegiatan(*) tiga kecamatan di Kabupaten Bandung

X.i = Nilai total sektor kegiatan(*) tertentu di Kabupaten Bandung


Xij = Nilai sektor kegiatan(*) tertentu dalam unit kecamatan tertentu
t1

= tahun akhir

t0

= tahun awal

Keterangan

(*)

:Analisis SSA sektor kegiatan menggunakan data PDRB tahun 2005-2006,


sedangkan untuk aktivitas pertanian Tanaman Bahan Makanan menggunakan
data Luas Tanam dan Luas Panen tahun 2004-2006

3.3.3.Analisis Sistem Pemasaran dan Aliran Tataniaga Komoditas Unggulan


Kawasan
Survei Pasar/Komoditas yang Diperdagangkan
Survei di setiap pasar mengenai komoditas utama apa saja yang
diperdagangkan. Selain komoditas unggulan lokal, ada juga komoditas/barang
konsumsi produksi luar kawasan, namun tujuan penelitian lebih tertuju pada
ketersediaan komoditas unggulan lokal di pasar-pasar tersebut.

21

Survei pasar dilakukan dengan mencatat dan menganalisis pusat-pusat


pasar berdasarkan enam kelompok informasi/karakteristik sebuah pasar. Adapun
kelompok informasi tersebut meliputi:
1. Sifat periodik pasar, dibedakan menjadi dua kelompok yakni: (a) pasar
permanen dan (b) pasar non-permanen.
2. Ukuran (size) pasar, bisa dibedakan berdasarkan beberapa kriteria yakni: (a)
luas lantai (m2); (b) jumlah kios; (c) jumlah pedagang dan (d) omset.
3. Barang utama yang diperdagangkan, meliputi 3-6 tipe barang paling penting
yang diperdagangkan. Hal ini dapat diketahui dari jumlah pedagang atau
omset dari suatu barang yang diperdagangkan di pasar tersebut.
4. Asal barang yang diperdagangkan, serta alat transportasi angkutan barang
yang diperdagangkan dan frekuensi pengangkutan barang ke pasar tersebut.
5. Tujuan setelah pasar oleh barang utama yang diperdagangkan.
6. Penjual dan pembeli, meliputi identitas dari para penjual dan pembeli di pasar
tersebut yakni nama, asal dan status/kedudukan mereka di pasar tersebut
apakah sebagai penjual saja atau merangkap sebagai produsen, apakah
pembeli membeli barang untuk dikonsumsi langsung atau untuk dijual lagi
atau untuk bahan baku dari produk yang berbeda dan lain sebagainya.

Survei Perkiraan Omset Pasar


Setelah menentukan titik-titik pasar yang ada di Kawasan Agropolitan
Ciwidey, dilakukan survei pusat pasar berdasarkan perhitungan perkiraan omset
setiap pasar. Survei dilakukan terhadap para pedagang di setiap pasar yang ada di
kawasan agropolitan. Dalam pengambilan contoh pedagang digunakan metode
rancangan percobaan stratified purposive sampling, yaitu metode memilih dengan
22

sengaja untuk alasan tujuan tertentu. Pertama, komoditas-komoditas utama yang


dijual di setiap pasar ditentukan dengan mengambil responden sebanyak 3-5 orang
pedagang untuk setiap komoditasnya. Dalam metode purposive ini harus dapat
ditentukan tingkat keragaman atas jawaban para pedagang. Jika tingkat
keragaman tinggi maka sebaiknya jumlah responden ditingkatkan. Misalnya jika
dari lima orang pedagang memiliki jawaban yang berbeda atas pertanyaan yang
sama,

maka

jumlah

responden

harus

ditambah

hingga

terdapat

kesamaan/kemiripan jawaban dengan beberapa responden sebelumnya sehingga


jawaban tersebut dirasa cukup dan mewakili (representatif). Contoh kuesioner
dalam survei perkiraan omset pasar tertera pada Lampiran 5.

Survei Jalur Tataniaga Komoditas Unggulan Kawasan


Berdasarkan hasil Focus Group Discussion (FGD) dalam studi kasus
Master Plan Kawasan Agropolitan Ciwidey (2007) yang dilaksanakan oleh P4W
IPB dan diikuti oleh instansi terkait (PPL), tokoh masyarakat, tokoh tani, aparat
desa dan lembaga swadaya masyarakat, telah teridentifikasi beberapa komoditas
unggulan Kawasan Agropolitan Ciwidey. Setelah menentukan pusat pasar, dapat
dilihat pergerakan/aliran barang (komoditas unggulan kawasan) terhadap pusat
pasar tersebut. Survei dilakukan terhadap para pedagang dan pembeli yang ada di
pasar. Hal-hal yang ditanyakan terhadap para pedagang adalah asal barang yang
diperdagangkan, alat transportasi barang yang digunakan serta frekuensi
kedatangan barang. Sementara hal yang ditanyakan terhadap pembeli adalah
tujuan komoditas yang dibeli tersebut, apakah akan dijual kembali atau untuk
dikonsumsi sendiri ataupun sebagai bahan baku produk selanjutnya. Matriks
metode penelitian dan hasil yang diharapkan tertera pada Tabel 1 dan Gambar 2.
23

Tabel 1. Metode Analisis Berdasarkan Tujuan Penelitian


No.

Tujuan

Metode Analisis

Data yang Digunakan dan Sumbernya

1. Skalogram

PODES 2006 Kabupaten Bandung

Teridentifikasikannya kecenderungankecenderungan orientasi masyarakat


terhadap pusat-pusat kegiatan

2. Jumlah dan Kepadatan Penduduk

PODES 2006 Kabupaten Bandung

Melihat implikasi kepadatan penduduk


terhadap perkembangan suatu wilayah

1. LQ

PDRB 2006 Kabupaten Bandung

Teridentifikasikannya
sektor/komoditas unggulan komparatif
kawasan agropolitan

2. SSA

PDRB 2005 dan 2006 Kabupaten Bndung

Teridentifikasikannya tingkat
kompetitif sektor/komoditas unggulan
di masing-masing kecamatan

1. Survey Pasar/Komoditas yang


Diperdagangkan

Hasil Wawancara Pedagang dan UPTD

Teridentifikasikannya pusat pasar


kawasan agropolitan berdasarkan nilai
omset komoditas yang
diperdagangkan

2. Perkiraan Omset Pasar

Hasil Wawancara Pedagang dan UPTD

Teridentifikasikannya kapasitas
pelayanan pasar berdasarkan omset
pasar di wilayah tersebut

3. Survey Pasar dan Jalur Tataniaga


Komoditas Utama

Hasil Wawancara

Mengetahui struktur/jalur tataniaga


produk/komoditas unggulan kawasan
agropolitan

Analisis Hirarki Pusat-Pusat


Pelayanan

Analisis Sektor/Komoditas
Unggulan Kawasan

Analisis Orientasi Tataniaga


Komoditas Unggulan Kawasan

Hasil yang Diharapkan

24

A N A L IS IS S T R U K T U R T A T A R U A N G
K A W A S A N A G R O P O L IT A N

A n a lis is H ir a r k i P u s a t P u s a t P e la y a n a n

A n a lis is S e k t o r /K o m o d it a s
U n g g u la n K a w a s a n

A n a lis is P o la A lir a n
T a t a n ia g a K o m o d it a s
U n g g u la n K a w a s a n

S u rv e y P a s a r/
K o m o d it a s y g
D ip e r d a g a n g k a n
S k a lo g r a m

J u m la h &
K e p a d a ta n
Penduduk

LQ

P e rk e m b a n g a n
W ila y a h

SSA

S e k to r /
K o m o d it a s
U n g g u la n

P e r k ir a a n O m s e t
Pasar

P e n e n tu a n P u s a t
Pasar

M e n g e ta h u i S tru k tu r T a ta R u a n g
K a w a s a n A g r o p o lit a n C iw id e y

J a lu r T a t a n ia g a
K o m o d it a s U n g g u la n

Gambar 2. Bagan Alir Penelitian


25

Você também pode gostar