Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
an, Skeggs dan rekannya menemukan bahwa peptida ini ada dalam 2 bentuk, yang pada
akhirnya disebut angiotensin I dan angiotensin II. Dalam pekerjaannya dikemudian hari,
mereka menunjukkan bahwa angiotensin I dipecah oleh enzim yang disebut Angiotensin
Converting Enzyme (ACE), untuk menghasilkan angiotensin II.
Segera setelah itu, melalui karya beberapa peneliti, termasuk Laragh, Genest,
Davis, Ganong, dan rekan-rekan mereka, memuncak dalam penemuan bahwa angiotensin
II juga merangsang pelepasan suatu hormone dari korteks adrenal yang disebut
aldosteron, yaitu regulator utama untuk keseimbangan natrium dan kalium. Penemuan ini
mengemukakan sebuah system, yaitu RAAS yang berperan dalam regulasi baik tekanan
darah, cairan tubuh, dan keseimbangan elektrolit.
Sistem RAAS dapat diaktifkan bila terjadi kehilangan volume darah atau
penurunan tekanan darah (seperti dalam perdarahan atau dehidrasi) dan direspon oleh
baroreseptor di sinus karotis. Jadi, penurunan konsentrasi filtrasi NaCl dan atau
penurunan laju aliran filtrasi akan merangsang makula densa untuk memberi sinyal
kepada sel juxtaglomerular untuk melepaskan renin.
Renin memecah senyawa peptida yang disebut angiotensin menjadi angiotensin I.
Lalu angiotensin I berubah menjadi angiotensin II dengan dibantu oleh hormon yang
disebut Angiotensin Converting Enzyme (ACE) yang terdapat di pembuluh kapiler paruparu. Kemudian, angiotensin II akan merangsang korteks adrenal untuk mengeluarkan
hormon aldosteron yang dihasilkan di zona glomerulosa di korteks adrenal.
Renin adalah enzim protein yang dikeluarkan oleh sel-sel juxtaglomerular ginjal sebagai
respons terhadap tekanan darah rendah, lalu mengikuti sirkulasi darah yang akhirnya
akan sampai ke hati dan menyebabkan transformasi angiotensinogen, suatu enzim yang
dihasilkan oleh hati dan beredarh banyak di pembuluh darah,menjadi angiotensin I.
Adapun beberapa faktor yang mencetuskan pengeluaran renin adalah sebagai
berikut:
1. Menurunnya tekanan darah.
2. penurunan kadar NaCl dalam serum.
3. rangsanan sistem saraf simpatis yang berperan dalam proses regulasi tekanan
darah.
Angiotensinogen adalah protein yang dibuat dalam hati untuk hormon yang disebut
angiotensin I. Pada dasarnya, renin mengkatalisis reaksi yang mengubah angiotensinogen
menjadi angiotensin I, yang merupakan hormon yang diubah menjadi hormon aktif yang
disebut angiotensin II oleh enzim yang dikenal sebagai Angiotensin Converting Enzyme
(ACE) di paru-paru.
Angiotensin I adalah hasil aktif dari angiotensinogen (enzim yang di produksi oleh hati
dan beredar luas didalam pembuluh darah) yang dipecah dan diaktifkan oleh renin.
Angiotensin Converting Enzyme (ACE) adalah suatu senyawa enzim yang banyak
dihasilkan di pembuluh kapiler paru-paru yang mempunyai fungsi untuk mengubah
angiotensin I manjadi angiotensin II
Angiotensin II adalah hasil akhir dari pengaktifan angiotensinogen oleh renin.
Angiotensin II merupakan vasokonstriktor yang sangat kuat tetapi hanya bertahan selama
beberapa menit didalam pembuluh darah, karena akan di inaktivasi kembali oleh enzim
yang disebut angiotensinase. Beberapa fungsi angiotensin II adalah sebagai berikut:
1. Vasokonstriksi pembuluh darah sehingga meningkatkan tahanan vaskular
sistemik dan tekanan arterial.
2. Stimulasi rearbsorpsi NaCl pada tubulus kontortus kolektivus, dimana akan
menyebabkan retensi air oleh tubuh.
3. Merangsang korteks adrenal ginjal untuk mengeluarkan hormon aldosteron,
yang berfungsi untuk meningkatkan retensi garam dan air oleh tubuh.
4. Stimulasi pengeluaran vasopresin yang dikenal dengan nama Anti Diuretic
Hormone (ADH) dari kelenjar pituitari posterior, yang dimana akan berfungsi
untuk meningkatkan retensi cairan oleh ginjal.
5. Stimulasi pusat rasa haus di otak.
Aldosteron adalah hormon yang terdapat pada korteks adrenal, dan bekerja pada tubulus
(misalnya, tubulus kontortus distal dan tubulus kontortur kolektivus) di ginjal,
menyebabkan penyerapan lebih banyak natrium dan air dari urin. Hal ini meningkatkan
volume darah dan oleh karena itu, meningkatkan tekanan darah. Dalam pertukaran untuk
reabsorbing natrium darah, kalium disekresi ke dalam tubulus, menjadi bagian dari urin
dan diekskresikan.
fibrogenik sitokin yang menstimulasi produksi matriks ekstraselular, kontraksi otot polos,
dan proliferasi dari sel-sel mesangial glomerulus yang berperan utama dalam
pengembangan glomerulosclerosis. Angiotensin II mengaktifkan sel-sel inflamasi oleh
proses kemotaksis langsung dan pelepasan mediator proinflamasi dan sel mononuklear ke
interstitium dan glomerulus. Peningkatan tekanan kapiler glomerulus, akumulasi matriks
ekstraseluler,
dan
stimulasi
aldosteron
semua
berkontribusi
untuk
terjadinya
jelas dari perubahan sirkulasi Angiotensin II merupakan bukti terbanyak untuk kebocoran
natrium dan terjadinya stenosis arteri ginjal. Dari penelitian dengan menggunakan tikus
yang terisolasidimenyebutkan bahwa berkurangnya kuantitas ACE memungkinkan ACE
untuk mengambil peran sebagai tingkat yang membatasi langkah dalam formasi
Angiotensin II.
Hasil dalam efek terapi ACE Inhibitor ini terutama difokuskan pada efek
hemodinamik pada fungsi ginjal dan kemungkinan efek merugikan pada ginjal yang
terkena stenosis arteri renalis. Efek menguntungkan dari terapi inhibitor ACE pada ginjal
yang terkena diabetes hiperfiltrasi atau nefropati hipertensi. Yang dikaitkan dengan
perubahan hemodinamik. Interaksi antara aliran darah secara keseluruhan, aliran ginjal
intra regional dan tekanan glomerulotubular kompleks. Kepentingan relatif dari endotel
berbasis jaringan atau tubular ACE dalam menghasilkan respon positif atau negatif
terhadap inhibitor ACE dalam berbagai penyakit ginjal tidak diketahui. Hal ini tercermin
dalam perdebatan klinis terus atas efektivitas bersih ACE inhibitor pengobatan
insufisiensi ginjal yang progresif.