Você está na página 1de 12

ANALISIS USAHATANI BAWANG MERAH

Studi Kasus : Desa Cinta Dame, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir


Hedidiana Pardede *), Thomson Sebayang **), Lili Fauzia **)
*)

Alumnus Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas


Sumatera Utara
E-mail : Anadiana-pardede@yahoo.com

**)

Staff Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas


Sumatera Utara

ABSTRAK
Salah satu komoditas hortikultura yang dibudidayakan masyarakat Indonesia
adalah bawang merah (Allium ascalonicum). Bawang Merah merupakan salah
satu komoditas sayuran yang banyak digunakan masyarakat sebagai bahan
penyedap masakan. Selain sebagai penyedap rasa bawang merah juga banyak
digunakan sebagai obat tradisonal.
Kabupaten Samosir merupakan salah satu sentral bawang merah di Sumatera
Utara dengan produktivitas rata-rata bawang merah mencapai 6,2 ton/ha dan luas
lahan rata-rata mencapai 217 hektar pada tahun 2011. Konsumsi bawang merah di
Sumatera Utara cukup tinggi, sementara produksi bawang merah di Sumatera
Utara belum dapat menutupi konsumsi bawang merah sehingga mengalami
kekurangan bawang merah. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis tingkat
produktivitas bawang merah, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi bawang merah, menganalisis struktur biaya usahatani bawang merah,
menganalisis pendapatan bersih, pendapatan keluarga petani, pendapatan tenaga
kerja petani, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani
bawang merah dan kelayakan usahatani bawang merah di daerah penelitian. Desa
Cinta Dame dipilih menjadi daerah penelitian dengan metode purposive,
penarikan sampel dilakukan dengan metode simple random sampling. Metode
analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis regresi model
cobb-douglas dan analisis regresi linear berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas bawang merah di daerah
penelitian tergolong rendah. Hasil Produksi bawang merah dipengaruhi nyata oleh
faktor benih dan pupuk. Struktur biaya produksi di dominasi oleh biaya saprodi
dengan proporsi sebesar 87,8%. Pendapatan tenaga kerja keluarga petani,
pendapatan keluarga petani dan pendapatan bersih keluarga petani tergolong
tinggi. Faktor yang secara nyata mempengaruhi pendapatan adalah harga jual dan
jumlah produksi. Usahatani bawang merah layak untuk di usahakan.
Kata Kunci : Bawang merah, Biaya Produksi, Produktivitas, Pendapatan

ABSTRACT
One of horticultural commodities that Indonesian society is onion (Allium
ascalonicum). Onion is one of the main vegetable crops are widely used as a
flavoring dishes society. In addition to the flavor of onion is also widely used as a
traditional medicine.
Samosir regency is one of the central onions in North Sumatra with an average
productivity onion reached 6.2 tons / ha and the average land area reaching 217
hectares in 2011. Onion consumption in North Sumatra is quite high, while the
onion production in North Sumatra have not been able to cover the consumption
of onions that have a shortage of onion. This study was conducted to analyze the
level of productivity of onion, analyze the factors affecting onion production,
analyzing the cost structure of onion farming, analyzing net income, family
income of farmers, labor income of farmers, analyze the factors that affect farm
income and eligibility onion farming in the study area. Cinta Dame villages
selected research areas with purposive method, Sampling is done by simple
random sampling method. Data analysis methods used is descriptive analysis,
regression analysis models cobb-douglas dan multiple linear regression analysis.
The results showed that the productivity of onion in the study area is low.
Production onion real influenced by factors of seed and fertilizer. Production cost
structure is dominated by the cost of inputs with a proportion of 87.8%. Family
labor income of farmers, farm family income and family net income of farmers is
high. Factors that significantly affect the revenue is the selling price and the
amount of production. Onion farming feasible to do (farmed).
Keywords: Onion, cost of inputs, Productivity, Income.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu komoditas hortikultura yang dibudidayakan masyarakat Indonesia
adalah bawang merah (Allium ascalonicum). Bawang Merah merupakan salah
satu komoditas sayuran yang mempunyai arti penting bagi masyarakat, baik
dilihat dari nilai ekonominya yang tinggi maupun dari kandungan gizinya.
Meskipun disadari bahwa bawang merah bukan merupakan kebutuhan pokok,
akan tetapi kebutuhannya hamper tidak dapat dihindari oleh konsumen rumah
tangga sebagai pelengkap bumbu masak sehari-hari.

Bawang merah merupakan satu jenis sayuran pelengkap dan bumbu masak yang
diperlukan oleh hamper seluruh lapisan masyarakat pada setiap saat. Permintaan
bawang merah oleh konsumen yang terus menerus ini akan biasa terpenuhi kalau
semua faktor penunjang untuk membudidayakannya memadai. Faktor penunjang
tersebut antara lain penguasaan teknologi mulai dari pembibitan, pengolahan
tanah, penanaman, dan pemeliharaan, termasuk pengendalian hama dan penyakit
sampai dengan pascapanen.
Permintaan bawang merah di Sumatera Utara cukup tinggi karena konsumsi
bawang merah di Sumatera Utara cukup tinggi, sementara produksi bawang
merah di Sumatera Utara belum dapat menutupi konsumsi bawang merah
sehingga mengalami kekurangan bawang merah untuk dikonsumsi.
Tujuan Penelitian
Untuk menganalisis tingkat produktivitas usahatani bawang merah di daerah
penelitian. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi
bawang merah di daerah penelitian. Untuk menganalisis struktur biaya dalam
usahatani bawang merah di daerah penelitian. Untuk menganalisis pendapatan
tenaga kerja keluarga petani, pendapatan keluarga petani dan pendapatan bersih
usahatani bawang merah di daerah penelitian. Untuk menganalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi pendapatan usahatani bawang merah didaerah penelitian.
Untuk menganalisis kelayakan usahatani bawang merah di daerah penelitian.
Diharapkan hasil penelitian ini berguna sebagai bahan informasi kepada petani
dan sebagai bahan pertimbangan kepada para pengambil kebijakan.

TINJAUAN PUSTAKA
Bawang merah telah dikenal dan digunakan orang sejak beberapa ribu tahun yang
lalu. Dalam peninggalan sejarah banyak ditemukan bukti-bukti yang mengisahkan
tentang khasiat dan kehebatan tanaman ini. Tanaman bawang merah diduga
berasal dari daerah Asia Tengah yaitu di deretan daerah sekitar India, Pakistan,
sampai Palestina.

Tanah yang gembur, subur, banyak mengandung bahan organis atau humus sangat
baik untuk bawang merah. Tanah yang gembur dan subur akan mendorong
perkembangan umbi sehingga hasilnya besar-besar. Jenis tanah yang paling baik
adalah tanah lempung yang berpasir atau berdebu karena sifat tanah yang
demikian ini mempunyai aerase dan draenase yang baik
Tanah yang paling baik untuk lahan bawang merah adalah tanah yang mempunyai
keasaman sedikit agak asam sampai normal, yaitu pH-nya antara 6,0-6,8.
Keasaman dengan pH antara 5,5-7,0 masih termasuk kisaran keasaman yang dapat
digunakan untuk lahan bawang merah.
Landasan Teori
Ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang
mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksiseefektif dan seefesien
mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin.
Yang termasuk faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada
tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik.
Diberbagai literatur, faktor produksi dikenal dengan istilah sarana produksi, input,
faktor produksi, dan korbanan produksi. Faktor produksi sangat menentukan besar
kecilnya produksi yang diperoleh. Dalam berbagai pengalaman menunjukkan
bahwa faktor produksi lahan, benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja dan aspek
manajemen adalah faktor produksi yang terpenting.
Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya,
sedangkan biaya produksi merupakan total pengeluaran yang dilakukan oleh
produsen untuk memperoleh faktor-faktor produksi yang akan digunakan untuk
menciptakan barang-barang produksi yang diproduksikan oleh produsen.
Keseluruhan biaya produksi yang dikeluarkan oleh produsen dapat dibedakan
kepada dua jenis pembiayaan yaitu biaya tetap yaitu biaya yang besarnya tidak
dipengaruhi besarnya produksi dan biaya variabel, yaitu biaya yang besarnya
dipengaruhi oleh besarnya produksi.
Suatu usahatani dikatakan layak jika memenuhi persyaratan sebagai berikut : R/C
lebih besar dari 1, produktivitas tenaga kerja lebih besar dari tingkat upah yang

berlaku, produksi lebih besar dari BEP produksi, penerimaan lebih besar dari BEP
penerimaan, dan harga lebih besar dari BEP harga.

METODOLOGI PENELITIAN
Metode Pengambilan Sampel
Responden dalam penelitian ini adalah petani bawang merah di daerah penelitian
yaitu di kecamatan Simanindo. Jumlah populasi petani bawang merah di desa
Cinta Dame sebanyak 105 kepala keluarga (KK) diambil sampel sebanyak 30
orang.
Metode Pengambilan Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari wawancara langsung
kepada petani bawang merah dengan menggunakan kuisioner yang telah disiapkan
sebelumnya. Sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap yang diperoleh
dari berbagai instansi yang terkait seperti BPS (Badan Pusat Statistik), Dinas
Pertanian Sumatera Utara, Kantor Kepala Desa di Kecamatan Simanindo.
Metode Analisis Data
Untuk mengidentifikasi masalah 1 menggunakan metode analisis deskriptif
dengan membandingkan produktivitas bawang merah di daerah penelitian dengan
produktivitas bawang merah di Kabupaten Samosir dan Kabupaten Silamungun.
Untuk mengidentifikasi masalah 2 digunakan metode Cobb-Douglas. Metode ini
menjelaskan bagaimana pengaruh faktor produksi terhadap produksi bawang
merahk. Untuk mengidentifikasi 3 digunakan metode persentase biaya produksi.
Metode ini menjelaskan bagaimana persentase biaya produksi usahatani bawang
merah. Untuk mengidentifikasi masalah 4 digunakan metode Pendapatan, dengan
uraian pendapatan bersih, pendapatan tenaga kerja keluarga dan pendapatan
keluarga. Metode ini menjelaskan berapa besar pendapatan bersih, pendapatan
tenaga kerja dan pendapatan keluaraga yang diperoleh dalam usahatani bawang
merah. Untuk mengidentifikasi masalah 5 digunakan metode Regresi Linear
Berganda. Metode ini menjelaskan bagaimana pengaruh lama bertani, tenaga kerja
5

dalam keluarga, harga jual dan produksi bawang merah terhadap pendapatan
usahatani bawang merah. Untuk mengidentifikasi masalah 6 digunakan metode
R/C dan BEP produksi dan BEP harga. Metode ini menjelaskan bagaimana tingkat
kelayakan usahatani bawang merah di daerah penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Uji Produktivitas
Tabel 1. Perbedaan Produktivitas Bawang Merah di Desa Cinta Dame, Kabupaten
Samosir dan Kabupaten Simalungun
No
1
2
3

Uraian
Desa Cinta Dame
Kabupaten Samosir
Kabupaten Simalungun

Produktivitas (Kg/Ha)
4,5
6,2
14,6

Dari Tabel di atas dapat dilihat perbandingan produktivitas bawang merah di


daerah penelitian lebih rendah dari produktivitas bawang merah Kabupaten
Samosir dan Kabupaten Simalungun.
Hasil Uji Cobb-Douglas
Tabel 2. Hasil Regresi Linear Berganda Untuk Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi
Produksi Bawang Merah
Model
Constant
Benih
Pupuk
Pestisida
Tenaga Kerja
R
F hitung
F tabel
T tabel

B
1,059
0,970
0,139
-0,076
0,291
0,927
79,614
2,620
2,042

T hitung
2,013
6,832
2,138
-0,639
1,692

Signifikansi
,055
,000
,042
,528
,103

Keterangan
Tidak Nyata
Nyata
Nyata
Tidak Nyata
Tidak Nyata

Berdasarkan tabel 2 di atas dapat diperoleh persamaan sebagai berikut.


Y = 1,059X10,970 X20,139X3-0,076X40,291
ln Y = ln 1,059 + 0,970 ln X1 + 0,139 ln X2 0,076 ln X3 + 0,291 ln X4

Berdasarkan hasil regresi F hitung adalah 79,614 sedangkan F tabel adalah 2,620
pada tingkat signifikansi 5%, artinya F hitung lebih besar dari F tabel artinya
secara serempak semua faktor produksi berpengaruh nyata terhadap produksi
bawang merah. Secara parsial nilai t hitung benih lebih besar dari t tabel ( 6,832 >
2,042) dan nilai signifikansi 0,000 < = 0,05. Berdasarkan kriteria ini dapat
dikatakan bahwa secara parsial benih berpengaruh nyata terhadap produksi
bawang merah. Pupuk dengan nilai t hitung lebih besar dari t tabel ( 2,138 >
2,042) dan nilai signifikansi 0,042 < = 0,05. Berdasarkan kriteria ini dapat
dikatakan bahwa secara parsial pupuk berpengaruh nyata terhadap produksi
bawang merah. Koefisien determinasi sebesar 0,927 menunjukkan bahwa variabel
produksi, pengaruhnya dapat dijelaskan oleh variabel benih, pupuk, pestisida dan
tenaga kerja sebesar 92,7 %, sedangkan 7,3 % lainnya dipengaruhi oleh variabel
lain yang tidak masuk dalam model.

Hasil Uji Persentase Biaya Produksi


Tabel 3. Biaya Produksi Usahatani Bawang Merah per Musim Tanam
No

Rata-rata Biaya
per-Petani
(Rp)

Rata-rata Biaya
per-Ha
(Rp)

Persentasi
Biaya
per-Ha (%)

10.944

91.200

0,3

2.166
28.380

18.050
236.500

0,1
0,8

2.984.083

24.867.358

87,8

265.000
- Tenaga kerja
Biaya Lain-lain
109.733
Total Biaya
3.400.308

2.208.333

7,8

914.441
28.335.900

3,2
100

Jenis Biaya
1

Biaya Tetap

- Sewa lahan
- PBB
- Penyusutan
2
Biaya Variabel
3

Saprodi

Dari tabel di atas diketahui persentase biaya produksi usahatani bawang merah di
daerah penelitian adalah biaya sewa lahan 0,3%, biaya PBB 0,1%, biaya
penyusutan 0,8%,saprodi 87,8% dan biaya tenaga kerja 7,8% dan biaya lain-lain

3,2%. Sehingga dapat dikatakan bahwa biaya produksi didominasi oleh biaya
saprodi.

Hasil Uji Pendapatan


Tabel 4. Pendapatan Tenaga Kerja Keluarga, Pendapatan Keluarga dan
Pendapatan Bersih Usahatani Bawang Merah per Musim Tanam
No
1
2
3

Uraian Pendapatan
Pendapatan Tenaga Kerja Keluarga
Pendapatan Keluarga
Pendapatan Bersih Usahatani

Pendapatan
per-Petani (Rp)
6.379.358
6.600.378
5.021.858

Pendapatan
per-Hektar (Rp)
53.161.316
55.003.150
41.848.816

Lama usahatani bawang merah dalam satu kali musim tanam adalah dua bulan,
sehingga dapat dikatakan bahwa pendapatan tenaga kerja petani dalam sebulan
sebesar Rp. 3.189.67, pendapatan keluarga petani dalam sebulan sebesar Rp.
3.300.189 dan pendapatan bersih petani dalam sebulan sebesar Rp. 2.510.929,
sedangkan Upah Minimum Kabupaten (UMK) Samosir per bulan pada tahun
2013 sebesar Rp. 1.200.000. Dari uraian ini dapat dikatakan bahwa pendapatan
tenaga kerja keluarga petani dalam sebulan, pendapatan keluarga petani dalam
sebulan dan pendapatan bersih usahatani dalam sebulan lebih tinggi dari Upah
Minimum Kabupaten Samosir.
Hasil Uji Regresi Linear Berganda
Tabel 5. Hasil Regresi Linear Berganda Untuk Faktor- Faktor Yang
Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Bawang Merah
Model
Constant
Lama Bertani
Tenaga Kerja Dalam
Keluarga
Harga Jual
Produksi
R
F hitung
F tabel
T tabel

B
-2.322.000
-35.169,174

T hitung
-1.216
-1.200

Signifikansi
.236
.241

Keterangan
Tidak Nyata
Tidak Nyata

96.728,299

1.370

.183

Tidak Nyata

6.139,182
226,462
0,532
7,119
2,620
2,042

4.411
2.853

.000
.009

Nyata
Nyata

Berdasarkan tabel 5 di atas dapat diperoleh persamaan sebagai berikut.


Y = -2.322.000 35.169,174X1 + 96.728,299X2 + 6.139,182X3 + 226,462X4
Berdasarkan hasil regresi F hitung adalah 7,119 sedangkan F tabel adalah 2,620
pada tingkat signifikansi 5%, artinya F hitung lebih besar dari F table artinya
secara serempak (lama bertani, tenaga kerja dalam keluarga (TKDK), harga jual
dan produksi berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani bawang merah.
Secara Parsial nilai t hitung harga jual lebih besar dari t tabel (4,411 > 2,042) dan
nilai signifikansi 0,000 < = 0,05. Berdasarkan kriteria ini dapat dikatakan
bahwa secara parsial harga jual berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani
bawang merah. Produksi deanagn nilai t hitung lebih besar dari t tabel ( 2,853 >
2,042) dan nilai signifikansi 0,009 < = 0,05. Berdasarkan kriteria ini dapat
dikatakan bahwa secara parsial jumalh produksi berpengaruh nyata terhadap
pendapatan usahatani bawang merah. Koefisien determinasi sebesar 0,532
menunjukkan bahwa variabel pendapatan, pengaruhnya dapat dijelaskan oleh
variabel lama bertani, tenaga kerja dalam keluarga, harga jual dan produksi
sebesar 53,2 %, sedangkan 46,8 % lainnya dipengaruhi oleh variabel lain yang
tidak masuk dalam model.

Hasil Uji R/C dan BEP


Tabel 6. Analisis Kelayakan Usahatani Bawang Merah di Daerah Penelitian
No
1
2
3

Uraian
BEP Produksi (kg)
BEP Harga (Rp/kg)
R/C (Rp)

Per Petani
222
6.614
2,48

Per Hektar
1.850
6.614
2,48

Dari tabel d atas dapat dilihat BEP produksi per hektar (1.850 kg) dengan
produksi per hektar aktual (4.506 kg), jika dibandingkan antar BEP produksi
dengan jumlah produksi per hektar aktual maka produksi per hektar aktual lebih
tinggi 2,4 kali di atas nilai perhitungan BEP produksi. Artinya dari sisi produksi,
usahatani tergolong layak. Jika BEP harga tersebut di atas dibandingkan dengan
rata rata harga jual di tingkat petani (Rp 16.367), maka harga jual bawang merah
berada 2,4 kali di atas harga Break Even Poin (BEP). Artinya dari sisi harga jual,
usahatani tergolong layak. Untuk R/C Ratio diketahui sebesar 2,48 > 1.

Berdasarkan kriteria yang menyatakan bahwa usaha dapat dikatakan layak untuk
diusahakan apabila nilai R/C Ratio > 1, maka usahatani bawang merah di daerah
penelitian layak untuk diusahakan.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, diperoleh kesimpulan bahwa produktivitas
bawang merah di daerah penelitian sebesar 4,5 ton per hektar lebih rendah dari
produktivitas bawang merah tingkat Kabupaten Samosir (6,2 ton per hektar) dan
tingkat Kabupaten Simalungun (14,6 ton per hektar). Penggunaan faktor produksi
analisis secara parsial menunjukkan bahwa hanya faktor benih dan pupuk yang
berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah, sedangkan faktor pestisida
dan tenaga kerja tidak berpengaruh nyata. Secara serempak menunjukkan bahwa
semua faktor produksi berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah di
daerah penelitian. Struktur biaya produksi usahatani bawang merah di daerah
penelitian didominasi oleh biaya saprodi dengan proporsi 87,8 % yang terdiri dari
benih, pupuk dan pestisida. Pendapatan tenaga kerja keluarga petani, pendapatan
keluarga petani dan pendapatan bersih usahatani di daerah penelitian tergolong
tinggi.

Faktor

yang

mempengaruhi

pendapatan

analisis

secara

parsial

menunjukkan bahwa hanya faktor harga jual dan produksi yang berpengaruh
nyata terhadap pendapatan petani bawang merah, sedangkan faktor lama bertani
dan tenaga kerja dalam keluarga tidak berpengaruh nyata. Secara serempak
menunjukkan bahwa semua faktor pendapatan berpengaruh nyata terhadap
pendapatan bersih usahatani di daerah penelitian. Usahatani bawang merah di
daerah penelitian layak diusahakan karena produksi bawang merah di daerah
penelitian lebih besar dari BEP produksi yaitu sebesar 222 kg. Harga bawang
merah daerah penelitian lebih besar dari BEP harga yaitu sebesar Rp 6.614 per kg.
R/C Ratio bawang merah di daerah penelitian sebesar 2,48 lebih besar dari 1.

10

Saran
Berdasarkan hasil penelitian disarankan kepada petani untuk meningkatkan
produktivitas bawang merah di daerah penelitian maka petani perlu menggunakan
benih unggul yang bersertifikat dan memberikan pestisida sesuai dosis kebutuhan
tanaman. Kepada Pemerintah untuk menjaga pendapatan petani pemerintah perlu
mengatur standar harga bawang merah. Kepada Peneliti selanjutnya melanjutkan
dan mengembangkan penelitian dengan menambahkan variabel yang belum
dimasukkan dalam model antara lain variabel iklim.
DAFTAR PUSTAKA
AAK. 1998. Pedoman Bertanam Bawang. Kanisius. Yogyakarta.
AAK. 2004. Pedoman Bertanam Bawang. Kanisius. Yogyakarta.
Daniel, Moehar. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. PT. Bumi Asri. Jakarta.
Narbuko, Cholid dan H.Abu Ahcmadi. 1997. Metedologi Penelitian. Bumi
Aksara. Jakarta
Prawirokusumo, Soeharto. 1999. Ilmu Usahatani. BPFE. Yogyakarta.
Rahayu, Estu dan Nur Berlian VA. 1999. Bawang Merah. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Rahim, ABD dan Dian Retno Dwi Hastuti. 2007. Pengantar Teori dan Kasus
Ekonomi Pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rukmana, Rahmat. 1994. Budidaya dan Pengolahan Pascapanen Bawang Merah.
Kanisius. Yogyakarta.
Soekartawi. 1995. Analisis Usaha Tani. Universitas Indonesia. Jakarta.
Soepomo,1997. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Bogor
Supranto, J. 2001. Ekonometri (Edisi Revisi). Ghalia Indonesia. Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Suratiyah, Ken. 2006. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Tim Bina Karya Tani. 2008. Pedoman Bertanam Bawang Merah. CV.Yrama
Widya. Bandung.

11

Wibowo, Singgih. 1995. Budidaya Bawang Putih, Bawang Merah, Bawang


Bombay. Penebar Swadaya. Jakarta.

12

Você também pode gostar