Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Segala Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga Laporan
Akhir Kajian Peningkatan Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Malang dapat terselesaikan dengan waktu yang telah ditentukan.
Secara garis besar, Laporan Akhir ini berisikan tinjauan pustaka, metodologi dan
hasil penelitian kajian peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan
persampahan di Kabupaten Malang.
Penyusun sadar bahwa laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan,
oleh karena itu penyusun berharap adanya kritik dan saran serta masukan yang dapat
menyempurnakan laporan ini sampai pada akhirnya nanti. Demikian Laporan Akhir ini
kami buat dengan sesungguhnya semoga dapat bermanfaat bagi pengembangan
Kabupaten Malang kearah yang kebih baik
Malang,
Penyusun
iii4
ABSTRAK ........................................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1
LatarBelakang ............................................................................................................ 1
1.2
1.3
1.4
1.5
Sasaran
1.6
................................................................................................................... 4
1.8
1.9
2.2
2.3
2.4
iv5
2.6
2.7
2.8
2.9
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
4.1.2.2
v6
4.1.2.3
4.2
Pembahasan ............................................................................................................... 83
4.2.1 Proyeksi Timbunan Sampan Di Kabupaten Malang ....................................... 83
4.2.1.1 Proyeksi Penduduk ........................................................................... 83
4.2.1.2 Proyeksi Sampah Kabupaten Malang .............................................. 88
4.2.2 Model Pengelolaan Persampahan Berbasis Masyarakat Di Kabupaten Malang 88
4.2.3 Manajemen Pengelolaan Sampah Mandiri Berbasis Masyarakat .................. 92
4.2.4 Usulan Pengelolaan Persampahan Berbasis Masyarakat ............................. 93
BAB V PENUTUP
5.1
Kesimpulan ............................................................................................................... 95
5.2
Saran ........................................................................................................................ 96
DAFTAR PUSTAKA
vi7
1.1
LATAR BELAKANG
Peranan persampahan selama ini mengalami banyak kemajuan, terutama di
Kabupaten Malang memiliki luas wilayah sebesar 334.787 Ha terdiri dari perkotaan besar
dan menengah diantaranya Perkotaan Kepanjen, Perkotaan Lawang, Perkotaan
Singosari, Perkotaan Tumpang, Perkotaan Dampit, Perkotaan Turen, Perkotaan
Poncokusumo, Perkotaan Pujon, Perkotaan Sendang Biru, Perkotaan Ngantang, serta
perkotaan dilingkup kecamatan sebagai Ibukota Kecamatan mengalami pertumbuhan
ekonomi dan pertumbuhan penduduk semakin pesat pertumbuhannya, terutama pada
wilayah perkotaan berbatasan dengan lingkar Kota Malang, wilayah perkotaan Kepanjen
sebagai Ibukota Pemerintah Kabupaten Malang. Meningkatnya laju pembangunan
disemua sektor pada saat ini dan tahun-tahun akan datang di daerah perkotaan wilayah
Kabupaten Malang, telah memicu terjadinya peningkatan laju urbanisasi. Konsekuensi
logis dari semua itu adalah meningkatnya aktifitas perkotaan di berbagai sektor, baik
sektor perumahan, industri perdagangan, serta meningkatnya produksi sampah. Jika
masalah sampah tidak diatasi dengan pengelolaan yang baik dan benar, kondisi ini perlu
dikendalikan agar permasalahan terkait penurunan kualitas lingkungan dan kesehatan
masyarakat bisa terkontrol serta adanya daya upaya antisipasinya. Dari peranan luas
wilayah serta sistem perkotaan di Kabupaten Malang maka dampak dari sisi sistem
infrastruktur terkait pada sistem persampahan di Kabupaten Malang telah mengalami
kemajuan pada pola pengelolaan persampahan. Hal ini telah dioptimalisasikan Tempat
Pembuangan Sampah pada sistem pengelolaan dengan konsep Sanitary Landfill.
Menindaklanjuti kebijakan nasional pembangunan bidang persampahan di
sesuaikan dengan kebijakan pembangunan dunia yaitu Clean Development Mechanism
(CDM) dengan sasaran peningkatan akses pelayanan yang mengarah pada target
Millenium Development Goals (MDGs), pengelolaan persampahan dari tingkat lokal
(rumah
tangga)
lingkungan
RT/RW,
Tempat
Pembuangan
Sementara (TPS) Sampah hingga Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan konsep
sanitary landfill, dan lain-lain, diperlukan kesadaran dan komitmen semua stakeholders
dalam mewujudkan sistem pengelolaan sampah ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Dalam target tersebut terdapat target pencapaian tjngkat pelayanan sampah, yakni
terdapat peningkatan separuh dari yang belum terlayani saat ini serta dapat dilakukan
dengan penyediaan Tempat Pembuangan Sementara (TPS), Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) Sampah yang dilengkapi sarana dan prasarana yang memadahi.
Berdasarkan UU no 18 tahun 2008 tentang persampahan, terkait dengan peran
serta masyarakat disebutkan pada pasal 28 yang berisikan sebagai berikut:
1. Masyarakat dapat berperan dalam pengelolaan sampah yang diselenggarakan oleh
pemerintah dan/atau pemerintah daerah;
2. Peran sebagaiaman dimaksud ayat (1) dapat dilakukan melalui:
a. Pemberian usul, pertimbangan dan saran kepada pemerintah / pemerintah
daerah;
b. Perumusan kebijakan pengelolaan sampah;
c. Pemberian saran dan pendapat dalam penyelesaian sengketa persampahan;
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan tata cara peran serta masyarakat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) diatur dengan peraturan pemerintah
atau peranturan daerah
Dari sisi pengelolaan persampahan di Kabupaten Malang telah mengalami
kemajuan tersebut diperlukan kajian lanjutan terkait dengan seberapa jauh keterlibatan
masyarakat dalam kepedulian serta dorongan mewujudkan pengelolaan persampahan
mengacu pada daya dukung lingkungan serta dilaksanakan secara ekonomis. Prinsip
pada pengelolaan persampahan secara umum adalah:
Daur ulang yang dapat diterapkan pada jenis barang yang digunakan maupun proses
pengolahannya.
Konservasi Energi dalam proses pengolahan sampah sebagai salah satu hasilnya
adalah energi yang dapat dimanfaatkan, sehingga energi yang dibutuhkan untuk
pengolahan tidak terbuang percuma.
Pembuangan akhir merupakan alternatif terakhir dari sistem pengelolaan sampah, hal
ini berarti jika sampah yang dihasilkan sudah tidak dapat dimanfaatkan / didaur ulang
dan diolah maka sampah tersebut baru dapat dibuang ke TPA.
1.2
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas, muncul pertanyaan penelitian sebagai rumusan
Pengelolaan
Persampahan
di Kabupaten
Malang,
guna
mengantisipasi
proses
peningkatanperan
serta
masyarakat
dalam
pengelolaan
MANFAAT PENELITIAN
2.
SASARAN
Berdasarkan maksud dan tujuan kegiatan Kajian Peningkatan Peran Serta
pengelolaan
1.6
RUANG LINGKUP
1.6.1
Lingkup Kegiatan
Kegiatan Kajian Peningkatan Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan
Melakukan proses survey primer dan sekunder untuk mendapatkan data dan
informasi terkait permasalahan, kebijakan, strategi dan program pengelolaan dan
pengembangan sistem persampahan di Kabupaten Malang berbasis peran serta
masyarakat.
1.6.2
Lingkup Lokasi
Ruang lingkup wilayah kegiatan Kajian Peningkatan Peran Serta Masyarakat
1.7
PENGERTIAN TERKAIT
Beberapa pengertian terkait dengan Kajian Peningkatan Peran Serta Masyarakat
spesifik
adalah
sampah
yang
karena
sifat.konsentrasi,
dan/atau
5. Pengelolaan
sampah
adalah
kegiatan
yang
sistematis.menyeluruh,
dan
1.8
DASAR HUKUM
Dasar hukum yang dipakai sebagai pedoman dalam kegiatan Kajian Peningkatan
1.9
SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Materi Pokok yang tercantum di dalam Laporan Akhir ini antara lain adalah
PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, maksud dan tujuan, landasan hukum, ruang
lingkup pekerjaan dan sistematika pembahasan laporan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab II menjabarkan tinjauan pustaka yakni merupakan kajian ilmiah mengenai pengertian
sampah, sumber-sumber sampah, jenis-jenis sampah, aspek pengelolaan sampah
berbasis masyarakat, dan sebagainya.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab III menjabarkan metode penelitian yang digunakan mulai dari rancangan penelitian,
lokasi penelitian, populasi dan sampel/subjek penelitian, instrumen penelitian, teknik
pengumpulan data dan teknik analisis data.
BAB IV HASH DAN PEMBAHASAN
Bab IV menjabarkan kondisi gambaran umum dan tinjauan kebijakan lokasi perencanaan
yaitu kebijakan Kabupaten Malang dalam RTRW Provinsi Jawa Timur, kebijakan
persampahan Kabupaten Malang, karakteristik wilayah perencanaan dan deskripsi
wilayah regional, gambaran pengelolaan persampahan di Kabupaten Malang serta hasil
penelitian.
BABV PENUTUP
Bab V Penutup berisi kesimpulan yang merupakan ringkasan hasil penelitian serta saran
untuk pengembangan di masa yang akan datang.
Pada bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan persampahan yang
dikutip dan beberapa literatur. Beberapa hal yang akan dikutip adalah, pengertian tentang
sampah, sumber -sumber sampah, jenis-jenis sampah, proses perencanaan dalam
pengelolaan sampah berbasis masyarakat, aspek pengelolaan sampah, dampak negatif
sampah, pengelolaan sampah berbasis masyarakat, contoh pengelolaan sampah
berbasis masyarakat, pengertian pengelolaan sampah dengan konsep 3R, teknologi
pengomposan, dan sistem pengolahan sampah terpadu. Selain itu yang perlu
dikemukakan dalam bab ini adalah sumber timbunan sampah, dampak negatif sampah
dan permasalahan pengelolaan sampah.
2.1
PENGERTIAN SAMPAH
Pengertian sampah adalah suatu yang tidak dikehendaki lagi oleh yang punya dan
10
11
Berbagai macam sampah yang telah disebutkan diatas hanyalah sebagian kecil
saja dan sumber- sumber sampah yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari - hari.
Hal ini menunjukkan bahwa kehidupan manusia tidak akan pernah lepas dari sampah.
2.3
JENIS-JENIS SAMPAH
Jenis sampah yang ada di sekitar kita cukup beraneka ragam, ada yang berupa
sampah rumah tangga, sampah industri, sampah pasar, sampah rumah sakit, sampah
pertanian, sampah perkebunan, sampah peternakan, sampah institusi/kantor/sekolah,
dan sebagainya. Berdasarkan asalnya, sampah padat dapat digolongkan menjadi 2 (dua)
yaitu sebagai berikut:
6. Sampah Organik
Sampah organik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan hayati yang dapat
didegradasi oleh mikroba atau bersifat biodegradable. Sampah ini dengan mudah
dapat diuraikan melalui proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar
merupakan bahan organik. Termasuk sampah organik, misalnya sampah dari dapur,
sisa - sisa makanan, pembungkus (selain kertas, karet dan plastik), tepung, sayuran,
kulit buah, daun dan ranting.
7. Sampah Anorganik
Sampah anorganik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan nonhayati.baik
berupa produk sintetik maupun hasil proses teknologi pengolahan bahan tambang.
Sampah anorganik dibedakan menjadi : sampah logam dan produk - produk
olahannya, sampah plastik, sampah kertas, sampah kaca dan keramik, sampah
detergen. Sebagian besar anorganik tidak dapat diurai oleh alam/mikroorganisme
secara keseluruhan (unbiodegradable). Sementara, sebagian lainnya hanya dapat
diuraikan dalam waktu yang lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga
misalnya botol plastik, botol gelas, tas plastik, dan kaleng (Gelbert dkk, 1996).
Berdasarkan keadaan fisiknya sampah dikelompokkan atas:
1. Sampah basah (garbage)
Sampah golongan ini merupakan sisa - sisa pengolahan atau sisa-sisa makanan dari
rumah tangga atau merupakan timbunan hasil sisa makanan.seperti sayur mayur,
yang mempunyai sifat mudah membusuk, sifat umumnya adalah mengandung air dan
cepat membusuk sehingga mudah menimbulkan bau.
2. Sampah kering (rubbish)
Sampah golongan ini memang dikelompokkan menjadi 2 (dua) jenis:
Golongan sampah tak lapuk. Sampah jenis ini benar-benar tak akan bisa lapuk
secara alami, sekalipun telah memakan waktu bertahun-tahun.contohnya kaca
dan mika.
12
Golongan sampah tak mudah lapuk. Sekalipun sulit lapuk, sampah jenis ini akan
bisa lapuk perlahan - lahan secara alami. Sampah jenis ini masih bisa dipisahkan
lagi atas sampah yang mudah terbakar, contohnya seperti kertas dan kayu, dan
sampah tak mudah lapuk yang tidak bisa terbakar, seperti kaleng dan
kawat.(Gelbert dkk., 1996).
2.4
termasuk
prosedur
teknis
yang
akan
diambil
dalam
proses
perencanaan.
2. Perumusan masalah adalah tahap lanjut dari hasil penyelidikan. Data atau informasi
yang dikumpulkan di olah sedemkian rupa sehingga diperoleh gambaran yang lebih
lengkap, utuh dan mendalam.
3. Identifikasi daya dukung yang dimaksud dalam hal ini, daya dukung tidak harus
segera diartikan dengan dana kongkrit (money.atau uang), melainkan keseluruhan
aspek yang bisa memungkinkan terselenggaranya aktivitas dalam mencapai tujuan
13
dan target yang telah ditetapkan. Daya dukung akan sangat tergantung pada
persoalan yang dihadapi, tujuan yang hendak dicapai, aktivitas yang akan datarig.
Pengelolaan sampah tentu tidak saja dapat di topang dengan gerakan yang hanya
ditanamkan pada masyarakat. Hal tersebut di tanamkan pada pemerintah, yang juga
bertanggung jawab terhadap persoalan pengolahan sampah ini.
Secara umum, pelaksanaan pekerjaan perencanaan teknis pengelolaan sampah
terpadu 3R(reuse, reduce, recycle) yaitu kegiatan penggunaan kembali sampah secara
langsung,
mengurangi
segala
sesuatu
yang
menyebabkan
timbulnya
sampah,
Tahap Persiapan
Tahap persiapan pelaksanaan pengelolaan sampah berbasis masyarakat adalah
pekerjaan
yang
meliputi
antara
lain;
menentukan
pemilihan
data calon lokasi yang akan dipilih untuk melaksanakan program pengelolaan sampah
rumah tangga berbasis masyarakat. Data-data tersebut dapat diperoleh dari hasil kajian
studi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Rencana Retail Tata Ruang Kota
(RDTRK).
2.4.3
14
2.4.4
pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat .Kegiatan evaluasi ini dilakukan
secara bertahap, disesuaikan dengan kemajuan kegiatan yang telah dilakukan oleh
masyarakat, dan dilakukan pengontrolan secara intensif serta sebagai upaya untuk
menyiapkan kemandirian masyarakat.
15
16
2.5
(lima) aspek/komponen yang saling mendukung dimana antara satu dengan lainnya
saling berinteraksi untuk mencapai tujuan (SN119-2454-2002). Kelima aspek tersebut
meliputi:
3. Aspek teknis operasional
4. Aspek kelembagaan
5. Aspek hukum dan peraturan
6. Aspek pembiayaan
7. Aspek peran serta masyarakat.
Kelima aspek tersebut diatas ditunjukkan dengan Gambar 2.4 berikut ini:
Dan gambar tersebut terlihat bahwa dalam sistem pengelolaan sampah antara
aspek teknis operasional, kelembagaan, hukum, pembiayaan dan peran serta masyarakat
saling terkait dan tidak dapat berdiri sendiri.
2.5.1
17
pewadahan
sampai
ketempat
pembuangan
sementara.Pola
18
a. Pola Individual
Proses pengumpulan sampah dlmulai dari sumber sampah kemudian diangkut
ketempat pembuangan sementara/TPS sebelum dibuang ke TPA.
Sumber
Pengumpulan
Pengangkutan
TPA
b. Pola Komunal
Pengumpulan sampah dilakukan oleh penghasil sampah ketempat penampungan
sampah komunal yang telah disediakan ke truk sampah yang menangani titik
pengumpulan kemudian diangkut ke TPA tanpa proses pemindahan.
Gambar 2.7
Sumber
Wadah
Pengangkut
Tempat
Pembuangan
3. Pemindahan Sampah
Proses pemindahan sampah adalah memindahkan sampah hasil pengumpulan ke
dalam alat pengangkutan untuk dibawa ke tempat pembuangan akhir. Tempat yang
digunakan untuk pemindahan sampah adalah depo pemindahan sampah yang
dilengkapi dengan container pengangkut (SN! 19-2454-2002).
4. Pengangkutan Sampah
Pengangkutan adalah kegiatan pengangkutan sampah yang telah dikumpulkan di
tempat penampungan sementara atau dari tempat sumber sampah ke tempat
pembuangan akhir. Berhasil tidaknya penanganan sampah juga tergantung pada
sistem pengangkutan yang diterapkan. Pengangkutan sampah yang ideal adalah
dengan truck container tertentu yang dilengkapi alat pengepres (SN119-2454-2002).
5. Pembuangan Akhir Sampah
Tempat pembuangan sampah akhir (TPA) adalah sarana fisik untuk berlangsungnya
kegiatan pembuangan akhir sampah. Tempat menyingkirkan sampah kota sehingga
aman (SK SNI T-11-1991-03).Pembuangan akhir merupakan tempat yang disediakan
19
untuk membuang sampah dari semua hasil pengangkutan sampah untuk diolah lebih
lanjut. Prinsippembuangan akhir adalah memusnahkan sampah domestik di suatu
lokasipembuangan akhir. Jadi tempat pembuangan akhir merupakan tempat
pengolahansampah.
Menurut
pengelolaansampah
perkotaan,
SNI
19-2454-2002
secara
umum
tentang
teknologi
teknik
operasional
pengolahan
sampah
dibedakan menjadi3 (tiga) metode yaitu: Open Dumping, Sanitary Landfill, Controlled
Landfill.
a. Open Dumping
Metode open dumping ini. Adapun bentuk kelembagaan tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Kota Raya dan Kota Besar (jumlah penduduk >500.000 jiwa) bentuk lembaga
pengelola sampah yang dianjurkan berupa dinas sendiri.
2. Kota sedang 1 (jumlah penduduk 250.000 - 500.000 jiwa) atau Ibu Kota Propinsi
bentuk lembaga pengelola sampah yang dianjurkan berupa dinas sendiri.
3. Kota sedang 2 (jumlah penduduk 100.000 - 250.000 jiwa) atau kota kotif bentuk
lembaga yang dianjurkan berupa dinas / suku dinas /UPTD Dinas Pekerjaaan Umum
atau seksi pada Dinas Pekerjaan Umum.
4. Kota kecil (jumlah penduduk 20.000 - 100.000 jiwa) atau kota kotif bentuk lembaga
pengelolaan sampai yang dianjurkan berupa dinas / suku dinas /UPTD, Dinas
Pekerjaan Umum atau seksi pada Dinas Pekerjaan Umum.
2.5.2
negara hukum, dimana sendi-sendi kehidupan bertumpu pada hukum yang berlaku.
Manajemen persampahan kota di Indonesia membutuhkan kekuatan dan dasar hukum,
seperti dalam pembentukan organisasi, pemungutan retribusi.keteriibatan masyarakat.
Dasar hukum pengelolaan kebersihan yang telah diterbitkan oleh Pemerintah daerah baik
dalam bentuk Peraturan Daerah
2.5.3
Aspek Pembiayaan
Pembiayaan merupakan sumber daya penggerak agar pada roda sistem
20
prioritas, kewenangan dan struktur organisasi yang ada tidak berhak mengelola dana
sendiri dan penyusunan tarif retribusi tidak didasarkan metode yang benar.
Menurut Raharyan dan Widagdo,(2005). peraturan yang dibutuhkan dalam sistem
pengelolaan sampah di perkotaan antara lain adalah mengatur tentang :
a. ketertiban umum yang terkait dengan penanganan persampahan
b. rencana induk pengelolaan sampah kota
c. bentuk lembaga organisasi pengelolaan
d. tata cara penyelenggaraan pengelolaan
e. tarif jasa pelayanan atau retribusi
f.
kerjasama dengan berbagai pihak terkait, diantaranya kerjasama antar daerah atau
kerjasama dengan pihak swasta.
2.5.4
2.6
lama akan mencemarkan tanah. Yang dikategorikan sampah disini adalah bahan yang
21
tidak dipakai lagi (refuse) karena telah diambil bagian-bagian utamanya dengan
pengolahan menjadi bagian yang tidak disukai dan secara ekonomi tidak ada harganya.
Menurut Gelbert dkk (1996) ada tiga dampak sampah terhadap manusia dan lingkungan
yaitu:
1.
2.
3.
22
2.7
23
masih berpotensi untuk didaur ulang, disetiap langkah operasi yaitu mulai dari
pewadahan, pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir. Sistem IMR akan
meningkatkan perolehan berbagai bahan yang bernilai ekonomi dan dapat dipasarkan,
bukan menghambat kemampuan yang ada.
2.8
Hasil kegiatan pengelolaan sampah terpadu di Kabupaten Sragen adalah sebagai berikut:
-
24
25
26
2.9
27
Tindakan yang bisa dilakukan untuk setiap sumber sampah adalah sebagai berikut:
a. Rumah Tangga, tindakan yang bisa dilakukan adalah:
1. Mengurangi (Reduce), melalui tindakan:
Pilih prdduk atau kemasan yang dapat di daur ulang dan mudah terurai.
2.
28
c. Daerah Komersil
1. Mengurangi (reduce), melalui tindakan:
2.10
TEKNOLOGI PENGOMPOSAN
A. Pengertian Kompos
Pengomposan (Composting) adalah sistem pengolahan sampah organik dengan
bantuan mikroorganisme sehingga membentuk pupuk organis (pupuk kompos).
Mengolah sampah menjadi kompos (pupuk organik) dapat dilakukan dengan berbagai
cara, mulai yang sederhana hingga memerlukan mesin (skala industri atau komersial).
Membuat kompos dapat dilakukan dengan metode aerob dan anaerob. Pada
pengomposan secara aerob, proses dekomposisi bahan baku menjadi kompos akan
berlangsung optimal jika ada oksigen. Sementara pada pengomposan anaearob
dekomposisi bahan baku menjadi kompos tidak memerlukan oksigen. Disisi lain
pengomposan juga berarti menghasilkan sumber daya baru dari sampah yaitu
kompos yang kaya akan unsur hara mikro. Upaya lain yang dapat dilakukan untuk
mengurangi timbunan sampah adalah menciptakan metode yang ramah lingkungan
dan mudah untuk bisa dilakukan di tingkat kawasan atau rumah tangga, salah satunya
adalah dengan membuat kompos di tingkat rumah tangga atau kawasan.
29
C. Proses Pengomposan
Dalam proses pengomposan, sampah organik secara alami akan diuraikan oleh
berbagai jenis mikroba atau jasad renik seperti bakteri, jamur dan lain sebagainya.
Proses uraian ini memerlukan kondisi yang optimal seperti ketersediaan nutrisi yang
30
memadai, udara yang cukup, kelembaban yang tepat. Makin cepat dan makin tinggi
pula mutu komposnya.
Diwadah pengomposan atau komposter, mula-mula sejumlah mikroba aerobik
(mikroba yang tidak bisa hidup jika tidak ada udara), akan menguraikan senyawa
kimia rantai panjang yang dikandungkan sampah, seperti selulosa.karbohidrat, lemak,
protein. Menjadi senyawa yang lebih sederhana, gas karbondioksida dan air.
Senyawa-senyawa sederhana tersebut merupakan makanan yang berlimpah, mikroba
tumbuh dan berkembangbiak secara cepat sehigga jumlahnya berlipat ganda.
2.11
kota di Indonesia, sebab apabila tidak dilakukan penanganan yang baik akan
mengakibatkan terjadinya perubahan keseimbangan lingkungan yang merugikan atau
tidak diharapkan sehingga dapat mencemari lingkungan baik terhadap tanah, air dan
udara. Oleh karena itu untuk mengatasi masalah pencemaran tersebut diperlukan
penanganan dan pengendalian terhadap sampah. Penanganan dan pengendalian akan
menjadi semakin kompleks dan rumit dengan semakin kompleksnya jenis maupun
komposist dari sampah sejalan dengan semakin majunya kebudayaan. Oleh karena itu
penanganan sampah di perkotaan relatif lebih sulit dibanding sampah di desa-desa.
Masalah sampah sebenarnya tidak melulu terkait dengan TPA, seperti yang terjadi
selama ini karena sistem manajemen sampah merupakan sistem yang terkait dengan
banyak pihak; mulai dari penghasil sampah (seperti rumah tangga, pasar, institusi,
industri, dan Iain-Iain), pengelola (dan kontraktor), pembuat peraturan, sektor informal,
maupun masyarakat yang terkena dampak pengelolaan sampah tersebut sehingga
penyelesaiannya pun membutuhkan keterlibatan semua pihak terkait dan beragam
pendekatan.
Sistem
Pengelolaan
Sampah
Terpadu
adalah
sistem
manajemen
yang
31
sampah terpadu ini mempunyai prinsip yang secara umum dapat dirumuskan (Pasang,
2005) sebagai berikut:
1. Perencanaanl Perumusan Kebijakan dan Manajemen
Pada wilayah ini mencakup beberapa aspek kegiatan yaitu : perencanaan strategis,
kerangka peraturan dan kebijakan, partisipasi masyarakat, menajemen keuangan,
pengembangan kapasitas institusi, serta penelitian dan pengembangan (termasuk di
dalamnya pemeriksaan dan tindakan perbaikan).
Konsep
rencana
pengelolaan
sampah
perlu
dibuat
dengan
tujuan
untuk
efisiensi
dan
efektivitas
pengelolaan
sampah,
meningkatkan
aspek
legal
dalam
pengelolaan
sampah.
Sistem
manajemen
32
pendaur ulang (pemulung, pemilik lapak dan pabrik pengguna bahan daur ulang), dan
produsen dan pengguna pupuk kompos, membuat masalah sampah bukan hanya
menjadi urusan Dinas Kebersihan atau instansi lainnya di daerah, tapi menjadi urusan
dan kepentingan semua pihak. Secara riil pada aspek ini dapat dirumuskan program
kerja yang akan dilaksanakan seperti:
a. Program Jangka Pendek (tahunan), meliputi:
-
Pelaksanaan
kampanye
massal
mengenai
3R
33
Pelaksanaan
penegakan
hukum
secara
tegas
terhadap
pelanggaran-
34
3. Penanganan sampah
Menurut Daniel, dkk (1985) langkah-langkah yang dapat dilaksanakan dalam
penentuan strategi penanganan sampah adalah berikut:
a. Inventarisasi program dan data
Membentuk suatu data base pengelolaan persampahan yang terpadu. Dilakukan
dengan melakukan kajian yang mendalam tentang besarnya laju timbunan
sampah yang terjadi sebagai dasar penentuan kebijakan pengelolaan sampah.
Idealnya setiap TPA harus memiliki jembatan timbang untuk memonitor laju
timbunan sampah yang sebenarnya. Dalam jangka pendek, perhitungan laju
timbunan sampah dapat dilakukan dengan melakukan kerjasama dengan pihak
dinas
perhubungan dalam
memanfaatkan jembatan
timbang milik
dinas
perhubungan untuk memonitor sampah yang akan masuk ke TPA. Pada tahap
selanjutnya, perlu dikaji lebih jauh komposisi dan karateristik sampah. Sehingga
kemudian dapat ditentukan jenis pengolahan sampah yang dibutuhkan.
b. Penetapan Orientasi Pelayanan
Dengan mengalihkan kegiatan pengelolaan sampah dan mumi dilakukan
pemerintah, kepada suatu badan pengelola yang dibentuk khusus untuk
melaksanakan tugas tersebut, diharapkan dapat dicapai perubahan orientasi
pelayanan dan kegiatan pengelolaan persampahan. Kendala-kendala pembiayaan
dan teknologi yang ada, dapat diubah menjadi kegiatan yang berorientasi kepada
kemandirian dalam melaksanakan kegiatan. Dan pola ini diharapkan akan
didapatkan suatu solusi optimal yang transparan. Teknologi Pengolahan Sampah
Terpadu menuju Zero Waste harus merupakan teknologi yang ramah lingkungan.
Untuk tempat pembuangan akhir, dibagi menjadi tempat pembuangan tipe aman,
tempat pembuangan terkontrol, tempat pembuangan terisolasi. Lebih lanjut,
pembuangan sampah di TPA harus menggunakan metode sanitary landfill,
sehingga kebutuhan lahan untuk TPA dapat dibatasi dan kelestarian lingkungan
dapat
dijaga
dan
keberlanjutan
dari
lokasi
dimaksud
dapat
alam yang berasal dari lingkungan, serta mengembalikan hasil aktifitas berupa buangan
(waste) kembali ke lingkungan. Keseimbangan dampak positif pemanfaatan sumber daya
alam dan dampak negatifnya bagi kesejahteraan manusia sangat dipengaruhi oleh
penggunaan teknologi yang digunakan mengeksplorasi sumber daya alam, mengolah
buangannya, serta daya asimilasi atau daya dukung lingkungan.
35
pengumpulan,
umumnya
melibatkan
sejumlah
tenaga
yang
36
Sampah (refuse) adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau
sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh
manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi bukan biologis (karena human waste tidak
termasuk didalamnya) dan umumnya bersifat padat. Sumber sampah bisa bermacammacam, diantaranya adalah : dari rumah tangga, pasar, waning, kantor, bangunan umum,
industri, dan jalan.
Berdasarkan komposisi kimianya, maka sampah dibagi menjadi sampah organik dan
sampah anorganik. Penelitian mengenai sampah padat di Indonesia menunjukkan bahwa
80% merupakah sampah organik, dan diperkirakan 78% dari sampah tersebut dapat
digunakan kembali (Outerbridge, ed 1991 dalam Muktiaji, 2008).
Pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan dalam menangani sampah
sejak ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir. Secara garis besar, kegiatan di
dalam pengelolaan sampah meliputi pengendalian timbunan sampah, pengumpulan
sampah, transfer dan transport, pengolahan dan pembuangan akhir (Kartikawan: 2007
dalam Muktiaji, 2008) sebagai berikut:
1.
2.
37
Pengumpulan (collecting)
Adalah kegiatan pengumpulan sampah dan sumbernya menuju ke lokasi TPS.
Umunmya dilakukan dengan menggunakan gerobak dorong dan rumah-rumah
menuju ke lokasi TPS.
4.
5.
Pengolahan (treatment)
Bergantung dari jenis dan komposisinya, sampah dapat diolah. Berbagai altematif
yang tersedia dalam pengolahan sampah, di antaranya adalah:
a. Transformasi fisik, meliputi pemisahan komponen sampah (shorting) dan
pemadatan (compacting), yang tujuannya adalah mempermudah penyimpanan
dan pengangkutan.
b. Pembakaran (Incinerate), merupakan teknik pengolahan sampah yang dapat
mengubah sampah menjadi bentuk gas, sehingga volumenya dapat berkurang
hingga 90-95%. Meski merupakan teknik yang efektif, tetapi bukan merupakan
teknik yang dianjurkan. Hal ini disebabkan karena teknik tersebut sangat
berpotensi untuk menimbulkan pencemaran udara.
c. Pembuatan kompos (composting), Kompos adalah pupuk alami (organik) yang
terbuat dari bahan - bahan hijauan dan bahan organik lain yang sengaja
ditambahkan untuk mempercepat proses pembusukan, misalnya kotoran ternak
atau bila dipandang perlu, bisa ditambahkan pupuk buatan pabrik, seperti urea.
Berbeda dengan proses pengolahan sampah yang lainnya, maka pada proses
pembuatan kompos baik bahan baku, tempat pembuatan maupun cara
pembuatan dapat dilakukan oleh siapapun dan dimanapun.
38
d. Energy recovery, yaitu tranformasi sampah menjadi energi, baik energi panas
maupun energi listrik. Metode ini telah banyak dikembangkan di Negara-negara
maju yaitu pada instalasi yang cukup besar dengan kapasitas 300 ton/hari
dapat dilengkapi dengan pembangkit listrik sehingga energi listrik ( 96.000
MWH/tahun) yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk menekan biaya proses
pengelolaan.
6.
Pembuangan akhir
Pada prinsipnya, pembuangan akhir sampah harus memenuhi syarat-syarat
kesehatan dari kelestarian lingkungan. Teknik yang saat ini dilakukan adalah
dengan open dumping, di mana sampah yang ada hanya di tempatkan di tempat
tertentu, hingga kapasitasnya tidak lagi memenuhi. Teknik ini sangat berpotensi
untuk menimbulkan gangguan terhadap lingkungan. Teknik yang direkomendasikan
adalah dengan sanitary landfill. Di mana pada lokasi TPA dilakukan kegiatankegiatan tertentu untuk mengolah timbunan sampah.
Dewasa ini masalah sampah merupakan fenomena sosial yang perlu mendapat
perhatian dari semua pihak, karena setiap manusia pasti memproduksi sampah, disisi lain
masyarakat tidak ingin berdekatan dengan sampah. Seperti kita ketahui bersama bahwa
sampah yang tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan berbagai dampak negatif
pada lingkungan. Gangguan yang ditimbulkan meliputi bau, penyebaran penyakit hingga
terganggunya estetika lingkungan. Beberapa pemasalahan yang timbul dalam sistem
penanganan sampah sistem yang terjadi selama ini adalah:
a. Dari segi pengumpulan sampah dirasa kurang efisien karena mulai dari sumber
sampah sampai ke tempat pembuangan akhir, sampah belum dipilah-pilah sehingga
kalaupun akan diterapkan teknologi lanjutan berupa komposting maupun daur ulang
perlu tenaga untuk pemilahan menurut jenisnya sesuai dengan yang dibutuhkan, dan
hal ini akan memerlukan dana maupun menyita waktu.
b. Pembuangan akhir ke TPA dapat menimbulkan masalah, diantaranya:
-
Perlu lahan yang besar bagi tempat pembuangan akhir sehingga hanya cocok
bagi kota yang masih mempunyai banyak lahan yang tidak terpakai. bila kota
menjadi semakin bertambah jumlah penduduknya, maka sampah akan menjadi
semakin bertambah baik jumlah dan jenisnya. Hal ini akan semakin bertambah
juga luasan lahan bagi TPA.
Dapat menjadi lahan yang subur bagi pembiakan jenis-jenis bakteri serta bibit
penyakit lain juga dapat menimbulkan bau tidak sedap yang dapat tercium dari
puluhan bahkan ratusan meter yang pada akhimya akan mengurangi nilai estetika
dan keindahan lingkungan.
39
Karena
segala
dampak
yang
diakibatkan
oleh
lingkungan
pihak
yang
pelaksanaan,
termasuk
prosedur,
melaksanakan,
struktur organisasi,
proses
mencapai,
dan
mereview
perencanaan,
sumber-sumber
dan
memelihara
untuk
tanggung
jawab,
mengembangkan,
kebijaksanaan Iingkungan
yang berprinsip pada aktivitas PDCA (Plan - Do - Check - Action), sehingga elemenelemen utama EMS akan mengikuti prinsip PDCA ini, yang dikembangkan menjadi
enam
prinsip dasar EMS, yaitu : (1). Kebijakan (dan komitmen) Iingkungan, (2).
Perencanaan, (3). Penerapan dan Operasi, (4). Pemeriksaan dan tindakan koreksi, (5).
Tinjauan manajemen, dan (6) Penyempurnaan menerus.
Manfaat dari EMS diantaranya adaiah untuk : meningkatkan kinerja Iingkungan,
mengurangi/
menghilangkan
keluhan
masyarakat
terhadap
dampak
Iingkungan,
mencegah polusi dan melindungi | sumber daya alam dan secara umum mampu
mengurangi resiko.
Implementasi dari sistem pengelolaan Iingkungan sebagai langkah dan strategi
pengendalian penurunan (degradasi) kualitas Iingkungan mendasarkan pada 3 unsur
pokok atau sering disebut sebagai segitiga emas (golden triangle) yaitu unsur: EKONOMI,
EKOLOGI dan MASYARAKAT. Dalam hubungan antar unsur-unsur yang terkandung
dalam sistem sosial maupun dalam sistem alam terdapat beberapa proses yang terjadi
sebagai berikut:
40
yang
tidak
banyak
bergerak
pun
mempunyai
hubungan
saling
reguler
dan
Tindakan
perbaikan:
mencakup
pemantauan,
41
PROYEKSI/PERKORAAN SAMPAH
Analisa dan perhitungan pada bidang persampahan dapat dilakukan dengan
Area pelayanan
Umumnya masyarakat daerah pedesaan melakukan pengelolaan persampahan
secara individu. Di pedesaan dianggap belum ada masalah karena ketersediaan lahan
masih
cukup
luas,
sehingga
mempermudah
masyarakat
mengelola
sendiri
Timbunan sampah
Jumlah timbunan sampah yang ditimbulkan oleh masyarakat pedesaan umumnya
lebih kecil bila dibandingkan masyarakat perkotaan.
Pengangkutan
Sistem pengangkutan yang ada pada persampahan di pedesaan apalagi kawasan
perbatasan biasanya sederhana dan hanya berupa gerobak saja.
Pengelolaan
Umumnya pengelolaan persampahan di pedesaan cukup sederhana berupa
pemilahan dan pengomposan. Bahkan tidak sedikit masyarakat pedesaan yang
mengelola sampahnya terutama sampah halaman dengan cara dibakar.
Metode pendekatan yang dipergunakan dalam penentuan dasar sarana dan
Komposisi sampah
Kapasitas minimum tempat sampah, rumah tangga 0,02 m 3 berdasarkan jumlah orang
dan banyaknya buangan sampah untuk seluruh kawasan 0,002 m 3/orang/hari.
42
pembuangan akhir (TPA) sampah, maka lokasi ini perlu difasilitasi setidaknya dengan
teknologi tepat guna. Lebih baik lagi tentunya bila sampah bisa didaur ulang untuk
berbagai hal.
Krlteria penanganaan sampah
Di Ibu Kota Kecamatan yang dikategorikan ke dalam kota kecil dengan kepadatan
penduduk berkisar antara 50 jiwa/ha sampai dengan 100 jiwa/ha, penangananan
persampahan dapat dilayani oleh Petugas Dinas Kebersihan dan Pertamanan
Kabupaten / Kota setempat dengan target penanganan sampah per hari 50 - 70%
total produksi sampah.
Ketentuan analisa kebutuhan sarana dan prasarana persampahan Daerah studi yang
merupakan kota kecil dan daerah pedesaan mempunyai laju produksi sampah sekitar
2,5 It/org/hr sampai dengan 2,7 It/org/hr dapat diberlakukan standar analisa
kebutuhan sarana dan prasarana persampahan pada Tabel berikut:
Tabel 3.1
NO PERALATAN
SUB SISTEM PENGUMPUL
KAPASITAS PELAYANAN
Bin/kantong plastik
4030 It
1KK/7-10Jw
Bin / Pejalan K
70 It
2 TPS Type Baru
50KK/500Jw
4 Container
200 KK/2.000 Jw
Gerobak
200 KK/2.000 Jw
5 Transfer Depo
200 m2
120KK/1.200Jw
2
Transfer Depo
100 m
4.000 KK/40.000 Jw
SUB SISTEM PENGANGKUT
6 Truk Biasa
6m
709KK/7.000Jw
Dump Truk
8m
1.000 KK/10.000 Jw
Amroll Truk+4 Container
8m
1.000 KK/10.000Jw
Compactor Truk
8m
1.300 KK/10.000 Jw
SUB SISTEM PEMUAT
7
Buldozer
80 Hp
10.000 KK/100.000Jw
Sumber. Standart Penangkutan sampah Pekerjaan Umum
43
RRA
PRA
Akhir70- 80 an
Perguruan tinggi
LB. Asing/lnternasional
80-90 an
L3M
LSM/Dinas Pern.
Inovasi Utama
Metode
Perilaku
Efektif, Ekstraktif
Fasilitasi, Parsitipasi
Cita-cita
Keluaran Jangka panjarig
Pembelajaran O L
Peferic., Ranc. ,
Program dan Publikasi
Tujuan PRA adalah mengidentifikasi masalah dan kebutuhan potensi dan sumber
daya, untuk perencanaan program dan pemantauan/evaluasi program. Tujuan praktis
PRA, antara lain :
Menjadikan masyarakat sebagai Subyek, bukan Obyek Pembangunan
44
45
RANCANGAN PENELITIAN
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif,
yaitu penelitian yang bermaksud mendeskripsikan fenomena dalam pengelolaan sampah
berbasis masyarakat di Kabupaten Malang khususnya pada pengelolaan sampah di TPA
Talangagung, Kepanjen dan TPST Dau. Penggunaan metode deskriptif kualitatif ini
memiliki keunggulan karena masalah yang dikaji tidak sekedar berdasarkan laporan pada
suatu kejadian atau fenomena saja melainkan juga dikonfirmasi dengan sumber-sumber
lain yang relevan.
Berdasarkan tujuan penelitian kualitatif, maka prosedur sampling yang penting
adalah bagaimana menemukan informasi kunci (key informant). Orientasi mengenai
responden adalah bukan berapa jumlah masyarakat yang dijadikan responden tetapi
apakah data yang terkumpul sudah mencukupi atau belum. Dengan demikian, penelitian
deskriptif
kualitatif
yang
dilakukan
dimaksudkan
untuk
mengeksplorasi
dan
46
LOKASI PENELITIAN
Lokasi dalam penelitian Kajian Peningkatan Peran Serta Masyarakat Dalam
Pengelolaan Persampahan di Kabupaten Malang dilakukan pada dua lokasi tempat
pembuangan akhir sampah di Kabupaten Malang yaitu TPA Talangagung dan TPST Dau
Kabupaten Malang. Pertimbangan pemilihan lokasi pada kedua tempat pembuangan
sampah tersebut dikarenakan telah terjadi proses pengelolaan sampah berbasis
masyarakat pada lokasi tersebut yang dapat dijadikan acuan bagi seluruh tempat
pembuangan sampah yang ada di Kabupaten Malang.
SUMBER DATA PENELITIAN
Dalam penelitian ini, sebagai sumber data perseorangan yang diwawancarai yaitu
orang yang memiliki kompetensi untuk memberikan keterangan yang relevan dengan
tema penelitian. Dalam hal ini adalah pengurus RT/RW, Kader-kader Lingkugan, Pejabat
Kelurahan, Pejabat Kecamatan dan Pejabat Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang, Badan
Lingkungan Midup, serta Masyarakat pelaku di Kabupaten Malang.
Sumber data dari pengamatan yaitu pengamatan di lokasi penelitian yang
dilakukan oleh peneliti, serta mengamati fenomena yang terjadi dilokasi penelitian.
Pengambilan data dilakukan melalui observasi, wawancara, kuesioner. Sumber data
pendukung yaitu berupa dokumen yang dapat berupa laporan, catatan, serta bahanbahan tertulis lainnya yang merupakan dokumen resmi yang relevan dengan tema
penelitian dan dapat dijadikan referensi.
N
1 N .e2
Keterangan:
= Jumlah Sample
N = Jumlah Populasi
e
= Sample Error
47
Sosial ekonomi masyarakat diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Malang;
Data tentang sampah diperoleh dari Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten
Malang;
sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut. Pengertian lain dari data
primer dapat disimpulkan sebagai data pokok penelitian.sedangkan data sekunder adalah
data tambahan yang dipakai untuk menyempurnakan data primer. Teknik pengambilan
data primer dan data sekunder dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
a. Wawancara
Wawancara bebas tanpa daftar atau pedoman pertanyaan. Wawancara bebas
dilakukan
pada
menginventarisir
waktu
peninjauan
masukan
yang
dilapangan
didapat
(prasurvei),
dilapangan.
dimana
Wawancara
peneliti
dengan
48
49
50
PAPARAN DATA
Gambaran Umum Kabupaten Malang
Uraian gambaran umum Kabupaten Malang meliputi geografi dan administrasi,
kondisi fisik dasar, serta kondisi sosial dan kependudukan berikut ini:
Sebelah Utara
Sebelah Timur
: Kabupaten Lumajang
Sebelah Selatan
: Samudra Indonesia
Sebelah Barat
: Kabupaten Blitar
51
52
53
Iklim menjadi salah satu parameter yang mempengaruhi pada kondisi komposisi sampah
juga volume timbunan sampah/orang/harinya. Komposisi sampah terutama terlihat dari
kadar air yang dikandung dan kelembaban sampah yang terjadi.
B. Topografi
Kabupaten Malang dikelilingi oleh beberapa gunung dan dataran rendah atau daerah
lembab pada ketinggian 250-500 meter diatas permukaan laut (dpl) yang terletak di
bagian tengah wilayah Kabupaten Malang. Daerah-daerah tinggi merupakan daerah
perbukitan kapur (Pegunungan Kendeng) dibagian selatan pada ketinggian 500-3600
meter dpl dan daerah lereng Kawi-Arjuno dibagian barat pada ketinggian 500-3.300 meter
dpl.
Terdapat sembilan gunung dan satu yang menyebar merata disebelah Utara, Timur,
Selatan dan Barat wilayah Kabupaten Malang. Beberapa gunung telah dikenal secara
nasional yaitu Gunung Semeru (3.676 meter) gunung tertinggi di pulau Jawa, Gunung
Bromo (2.156 meter) dan Gunung Arjuno (3.339 meter).
Kondisi topografi yang demikian mengindikasikan potensi hutan yang besar. Hutan yang
merupakan sumber air yang cukup, yang mengalir sepanjang tahun melalui sungaisungainya mengairi lahan pertanian. Dari 18 sungai besar dan bemama di wilayah
Kabupaten Malang.diantaranya terdapat Sungai Brantas, sungai terbesar dan terpanjang
54
di Jawa Timur. Hulu bagian Sungai Brantas bagian atas terdapat di wilayah Kota Batu dan
Hulu Bawah terdapat di wilayah Kabupaten Malang.
Kondisi topografi pegunungan dan perbukitan menjadikan Kabupaten Malang menjadi
daerah sejuk dan banyak di minati sebagai tempat tinggal dan tempat peristirahatan.
Tabel 4.2 menunjukkan Sedangkan luas wilayah kecamatan di seluruh Kabupaten Malang
berdasar kedalaman tanah efektif.
55
56
57
58
B. Kepadatan Penduduk
Selain jumlah penduduk, kepadatan penduduk yang tinggi akan menimbulkan
permasalahan dalam pengelolaan sampah, terutama terhadap sub sistem pengumpulan
dan penampungan sementara sampah (TPS) karena lahan TPS yang dibutuhkan lebih
luas sedangkan lahan yang tersedia umumnya terbatas. Karena keterbatasan lahan
tersebut, maka kemungkinan besar TPS tersebut akan berada di sekitar pemukiman
penduduk padat, yang berpotensi menimbulkan pencemaran. Gambaran kepadatan
penduduk di wilayah Kabupaten Malang untuk tiap Kecamatan dapat dilihat pada label 4.4
Tabel 4.4
KECAMATAN
LUAS
2
(KM )
PENDUDUK
(JIWA)
KEPADATAN
PENDUDUK
% TERHADAP KABUPATEN
LUAS
PENDUDUK
510.
Donomulyo
192,60
73.047
379
6,47
3,04
020.
Kalipare
105,39
67.045
636
3,54
2,79
030.
Pagak
90,08
50.672
563
3,03
2,11
040
Bantur
159,15
71.294
448
5,35
2,97
050,
Gedangan
130,55
55.079
422
4,39
2,29
06O.
Sumbermanjing
239,49
97.034
405
8,04
4,04
070.
Dampit
135,31
117.348
867
4,55
4,89
080.
Tirtoyudo
141,96
62.923
443
4,77
2,62
090.
Ampelgading
79,60
57.537
723
2,67
2,40
100.
Poncokusumo
102,99
93.117
904
3,46
3,88
110.
Wajak
94,56
81.284
860
3,18
3,38
120.
Turen
63,90
112.210
1.756
2,15
4,67
130.
Bululawang
49,36
61.374
1.243
1,66
2,56
140,
Gondanglegi
79.74
78.619
986
2,68
3,27
150.
Pagelaran
45,83
66.125
1.443
1,54
2,75
160,
Kepanien
46,25
93.186
2.015
1,55
3,88
170.
Sumberpucung
35,90
54.773
1.526
1,21
2,28
180.
Kromengan
38,63
39.222
1.015
1,30
1,63
190.
Ngajum
60,12
50.247
836
2,02
2,09
200.
Wonosari
48,53
43.984
906
1,63
1,83
210.
Wagir
75,43
76.592
1.015
2,53
3,19
220.
Pakisaji
38,41
74.953
1.915
1,29
3,12
230.
Tajinan
40,11
49.949
1.245
1,35
2,08
240.
Tumpang
72,09
74.839
1.038
2,42
3,12
250.
Pakis
53,62
123.034
2.295
1,80
5,12
260.
Jabung
135,89
70.522
519
4,56
2,94
270.
Lawang
58,23
91.358
1.339
2,29
3,80
280.
Singosari
118,51
152.873
1.290
3,98
6,37
290.
Karangploso
58,74
54.518
928
1,97
2,27
59
300.
Dau
41,96
56.112
1.337
1,41
2,34
310.
Pujon
130,75
61.618
471
4,39
2,57
320.
Ngantang
147,70
58.015
393
4,96
2,42
330.
Kasembon
55,67
31.069
558
1,87
1,29
2.977,05
2.401.572
807
100,00
100,00
Total
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
JUMLAH
RASIO JENIS
KELAMIN
0-4
109.188
94.104
205.611
116,03
5-9
106.648
96.106
205.098
110,97
10-14
103.976
104.210
210.670
99,78
15-19
92.735
84.696
179.491
109,49
20-24
85.627
82.163
169.767
104,22
25-29
91.009
93.199
186.420
97,65
30-34
99,495
95.331
197.120
104,37
35-39
93.286
84.806
180.156
110,00
40-44
91.084
95.708
189.052
95,17
45-49
79.079
90.157
171.332
87,71
50-54
80.545
63.614
145.760
126,62
55-59
56.938
53.587
111.819
106,25
60-64 "
37.520
33.199
71.532
113,02
65 +
89.911
125.858
218.594
71,44
1.192.835
1.208.737
2.401.572
101,70
JUMLAH
60
Tabel 4.6
No
Jenis Kelami
Jumlah (Jiwa)
Prosentase
Laki-Laki
74
52,1 %
Perempuan
68
47,9%
Jumlah
142
100 %
61
Tabel 4.7
No
Usia
Jumlah (Jiwa)
Prosentase
0-14
41
28,9%
15-59
85
59,8%
59 - ke atas
16
11,3%
Jumlah
142
100 %
No
Agama
Jumlah (Jiwa)
Prosentase
Islam
91
64,1 %
Kristen
21
59,8%
Katolik
30
21,1%
Hindu
Jumlah
142
100%
62
Tabel 4.9
No
Agama
Jumlah (Jiwa)
Prosentase
Belum Sekolah
12
25%
SD
10
20,8%
SMP-SMA
19
39,6%
PT
14,6%
Jumlah
48
100%
No
Agama
Jumiah (Jiwa)
Prosentase
6,9 %
36
27,7 %
PNS danABRI
21
16,2 %
64
49,2%
Jumiah
130
100%
63
No
Jumlah RW
Jumlah RT
Jumlah Penduduk
(Jiwa)
01
636
02
916
03
829
04
551
05
10
1.124
06
13
1.129
7.
07
1.309
8.
08
10
1.801
9.
09
12
1.456
10.
10
13
2.764
11.
11
15
2.504
12.
12
484
13.
13
702
105
16.205
Jumlah
64
No
Jenis Kelamin
Jumlah (Jiwa)
Prosentase
Laki-Laki
100
49%
Perempuan
105
51%
Jumlah
205
100%
No
Usia
Jumlah (Jiwa)
Prosentase
0-I4
55
26,9%
15-59
100
48,7 %
59 - ke atas
50
24,4 %
Jumlah
205
100%
65
No
Agama
Jumlah (Jiwa)
Prosentase
Islam
190
92 %
Kristen
10
5%
Katolik
3%
Hindu
0%
Budha
0%
Jumlah
205
100%
No
Pendidikan
Jumlah (Jiwa)
Prosentase
Bl Sekolah
26
22,6 %
SD
59
51,3 %
SMP-SMA
25
21,7 %
PT
4,5 %
Jumlah
115
100%
66
No
Pekerjaan
Jumlah (Jiwa)
Prosentase
39
21%
89
48.1 %
1.7%
49
26.4%
Penggangguran
2.8%
Jumlah
185
100%
lingkungan
hidup
yang
meliputi
kebijaksanaan
penataan,
pemanfaatan,
masing-masing,
masyarakat
serta
pelaku
pembangunan
lainnya
dengan
67
melalui keaktifannya pada setiap rapat, kemudian diwakili oleh kader lingkungan diadakan
mekanisasi pelaksanaan pengelolaan persampahan dengan menggunakan Teknologi
Mufti Drummer. Hasil wawancara peneliti dengan Bapak Rudi sebagai perencanaan awal
dalam pengelolaan lingkungan di daerah RT 03, RW II Talangagung sebagai berikut:
" Ya awalnya disini saya yang mempelopori kegiatan pembangunan persampahan
yang mampu menciptakan nilai tambah berupa bagaimana sampah yang ada
mampu memberikan energi alternatif berupa gas metan. Dari hasil uji coba
tersebut, maka saya bersama keluarga dan tetangga sekitarnya melakukan
komposting sampah lingkungan dan hasilnya mampu gas metan bisa berjalan;
selain itu Dinas PU Cipta Karya Kabupaten Malang melalui Kasubdin Kebersihan
dan Lingkungan Bapak Ir. Koderi dan Bapak Ir. Renung melakukan terobosan
pengelolaan TPA dengan sistem pemanfaatan GAS METAN. Dari hasil uji coba
tersebut, maka warga di sekitar TPA Talangagung juga merespon hasil uji coba
TPA berbasis komposter multi drammer", maka kami bersama-sama melakukan
proses sosialisasi untuk membentuk kader lingkungan".
Kegiatan Pewadahan
Pewadahan merupakan suatu cara penampungan sampah sementara baik di sumbernya.
individual maupun komunal. Ada beberapa tujuan dilakukan 79 pewadahan yaitu :
memudahkan pengumpulan dan pengangkutan, mengatasi timbulnya bau busuk dan
menghindari
perhatian
dari
binatang,
menghindari
air
hujan
dan
menghindari
68
yang berupa daun-daun dijadikan kompos. Di daerah penelitian di Talangagung saat ini
justru sampah organik dibuang ke TPS. Peneliti mewawancarai salah satu narasumber.
"Sampah dapur saya buang ketempat sampah, sedangkan yang bisa dijual seperti
kardus, botol aqua saya jual lumayan dapat duit, dulu saya tidak mengerti kalau
sampah dapur bisa dijadikan kompos, tahunya ya Pak Koder, Pak Renting, Pak
Rudy Dinas PU Cipta Karya Kabupaten Malang, tapi sekarang belum
dilaksanakan masih dibuang ke TPS, yang dipakai kompos baru sampah daundaun dari taman " ( Hasil wawancara dengan Ibu Supar)
"Saya sudah punya Keranjang untuk membuat kompos, jadi sampah habis masak
didapur saya masukkan keranjang, sedangkan sampah anorganik saya buang
kepekarangan rumah aja, habis kemana lagi TPS nya kan jauh, sedangkan disini
kalau sedia tempat sampah didepan rumah rumah yang mau ngambil siapa?,
wong tempatnya aja naik turun tidak mungkin pakai becak sampah. Ya sudah
kalau tidak dibakar ya buang kesungai. ( Hasil wawancara dengan Ibu Sulis)
69
mendapat respon dari warga. Jiwa sosial yang dimiliki Bapak Rudi bersama dengan
bapak-bapak dari Dinas PU Cipta Karya Kabupaten Malang sangat berpengaruh sekali
terhadap lingkungan maupun dalam pengelolaan sampah rumah tangga.
Dengan peran serta masyarakat yang begitu peduli terhadap lingkungan, maka Dinas PU
Cipta Karya Kabupaten Malang mengajak bapak-bapak dan Ibu-lbu untuk membentuk
kader lingkungan dalam pengelolaan sampah rumah tangga sistem multi drumer. Dengan
adanya perhatian Dinas PU Cipta Karya Kabupaten Malang terutama Bapak Koderi dan
Bapak Renung, warga RT03, RWII sangat senang sekali dan lebih semangat dalam
mengelola lingkungannya. Hasil dari Kader Lingkungan, Bapak-Bapak dan Ibu-ibu bisa
melakukan pemilahan sampah, dan memanfaatkan sampah-sampah daun yang
berguguran dari taman untuk dijadikan kompos. Setiap hari minggu warga melakukan
kerja bakti membersihkan lingkungan rumah dan taman yang ada disekitamya, dan
sampai sekarang dengan rasa sukarela bapak-bapak warga RT03, RW II membersihkan
taman tanpa ada yang memberitahu terlebih dahulu.
Peran Ibu Supar di Desa Ardirejo RT 09, RW XI, sama dengan Bapak Rudi begitu gigih
menyuarakan tebersihan lingkungan, mulai awal dari perjuangan Ibu Supar mendapat
kendala selalu berbenturan dengan masyarakat, tetapi beliau tidak tinggal diam selalu
memberi contoh membuang sampah yang benar dan selalu mengajak masyarakat untuk
tidak membuang sampah di Sungai Bajak. Ibu Supar selalu memberi pengertian dampak
jika membuang sampah di Sungai bajak. Ketekunan dan rasa sosial tinggi yang dimiliki
oleh Ibu Supar, kemudian mendapat respon dan support dari Dinas PU Cipta Karya dan
Tata Ruang Kabupaten Malang. Kemudian Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang
Kabupaten Malang mengadakan sosialisasi dan mengajak Ibu Supar beserta anggota
kader lingkungan kader-kader lingkungan yang masuk dalam kelompok "Lestari" sangat
senang, kelompok lestari" juga bisa mengenal langsung Dinas PU Cipta Karya dan Tata
Ruang Kabupaten Malang yang sangat berperan dalam pengelolaan sampah rumah
tangga.
70
2. Dalam memproses sampah dijadikan kompos, kendala yang dialami adalah tentang
bahan baku mengenai pemasaran hasil kompos.
3. Dalam pengelolaan dan teknis operasional di lapangan banyak di jumpai sampah
yang masih tercampur antara sampah organik maupun anorganik, akibatnya sampah
organik yang semestinya bisa di proses tetapi terbuang begitu saja.
Keunggulan dan Kelemahan dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Dalam pengelolaan sampah rumah tangga keunggulan dan kelemahan yang dicapai
adalah sebagai berikut :
Keunggulannya yaitu:
Partisipasi
masyarakat
dalam
pengelolaan
sampah
dan
adanya
organisasi
pengelolaan sampah akan memberikan dampak sosial yang positif. Adanya interaksi
antar individu dalam masyarakat akan memberikan pengaruh positif bagi kehidupan
masyarakat.
Dampak lain yang dapat memberikan motivasi tambahan bagi masyarakat dalam
pengelolaan sampah adalah aspek ekonomi, pendapatan dan penjualan kompos serta
dari penjualan sampah anorganik yang dapat dijual kembali, akan dapat menambah
pendapatan kelompok.
Lingkungan akan menjadi bersih dan sehat karena semua sampah dapat
termanfaatkan. Masyarakat akan mendapat keuntungan secara tidak langsung dari
penurunan biaya pengobatan anggota keluarga yang sakit akibat sanitasi lingkungan
yang buruk.
Jumlah sampah yang harus diangkut menuju TPA menjadi berkurang, hal ini akan
dapat memperpanjang umur TPA. Dengan demikian tidak lagi di pusingkan untuk
mencari lahan TPA yang baru.
Kelemahan yaitu:
Pengelolaan dan teknis operasional yang banyak ditemui adalah masalah pemilahan
sampah rumah tangga, yang masih kurang tuntas. Artinya masih ada sampah organik
dan anorganik yang terbuang ke bantaran sungai maupun terbuang ke TPS. Problem
dalam kepengurusan adalah masalah kaderisasi, bagaimana mencari pengurus baru
yang memiliki kapasitas dan integritas.
Biaya operasional pengangkutan sampah dari TPS menuju TPA yang harus terus
menerus meningkat seiring dengan kenaikan harga bahan bakar dan ditanbah lagi
perlu biaya operasional untuk merawat armada-armada pengangkut sampah.
71
Kapasitas TPA yang terbatas, sementara jumlah sampah setiap harinya terus
menerus masuk ke TPA dan hanya sebagian kecil yang direduksi pemulung.
Usulan Pengelolaan
Tujuan yang ingin dicapai dari Program Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Berbasis
Masyarakat dengan prinsip 3R adalah sebagai berikut :
Peran aktif masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah tangga, dengan melakukan
pemilahan, maka masyarakat juga memperoleh manfaat dari hasil pemrosesan
sampah organik dijadikan kompos, meningkatkan kohesi sosial dan mengurangi
dampak pencemaran lingkungan.
Merubah
perllaku
masyarakat dalam
pengelolaan
Tahap Perencanaan
pemerintah
mengajak
tokoh-tokoh
masyarakat
atau
wakil-wakil
72
Prinsip partisipasi hanya akan terwujud secara sehat, jika apa yang dibahas
merupakan hal yang dekat dengan kehidupan keseharian masyarakat. Hasil
disempurnakan untuk menjadi konsep perencanaan yang disepakati bersama
antara pemerintah dan masyarakat.
2.
Tahap Implementasi
3.
4.
Laporan rutin kepada masyarakat akan disampaikan pada acara temu kader
kader lingkungan atau pada saat ada acara di tingkat RT maupun RW.
Tahap Evaluasi
73
74
Komposisi dan volume sampah yang dihasilkan pada suatu wilayah sangat
terhadap pola pengelolaan sampah suatu kota, terutama yang terkait dengan
perencanaan peningkatan infrastruktur persampahan dan teknologi pengolahan sampah
yang akan diterapkan. Gambaran pengelolaan sampah di Kabupaten Malang akan
dijelaskan dalam
. .
Kecamatan Lawang
Kecamatan Dau
Kecamatan Karangploso
Kecamatan Kepanjen
Kecamatan Pakisaji
Kecamatan Wagir
Kecamatan Kromengan
Kecamatan Ngajum
Kecamatan Wonosari
Kecamatan Turen
Kecamatan Dampit
Kecamatan Tirtoyudo
Kecamatan Tumpang
Kecamatan Pakis
Kecamatan Poncokusumo
Kecamatan Jabung
75
Kecamatan Bululawang
Kecamatan Wajak
Kecamatan Gondanglegi
Kecamatan Tajinan
Kecamatan Pagelaran
Kecamatan Pagak
Kecamatan Kalipare
Kecamatan Bantur
Kecamatan Gedangan
Kecamatan Donomulyo
Kecamatan Pujon
Kecamatan Ngantang
Kecamatan Kasembon
76
UPTD Singosari
UPTD Pujon
UPTD Tumpang
UPTD Kepanjen
UPTD Bululawang
UPTD Turen
UPTD Pagak
TPS
ditangani
oleh
kebersihan
lingkungan
khususnya
untuk
77
penduduk Kabupaten Malang pada Tahun 2008 sebesar 2.419.822 jiwa dengan volume
sampah 2,09 It/orang/hari.
Sistem pengumpulan sampah Kabupaten Malang umumnya menggunakan sistem
pengumpulan individual tidak langsung yaitu memanfaatkan gerobak menuju TPS atau
Depo, dan menjadi tanggung-jawab masyarakat, kecuali untuk sampah hasil penyapuan
jalan. Pada sistem pengumpulan ini, penggunaan jenis atau cara pengumpulan
bergantung dari daerah pelayanan, tingkat sosial-ekonomi masyarakat, sarana dan
prasarana yang dilayani. Sistem pengumpulan sampah Kabupaten Malang umumnya
menggunakan sistem pengumpulan individual tidak langsung (door to door) yaitu Sampah
yang dikelola oleh masyarakat, selanjutnya dibuang ke TPS dengan menggunakan
gerobak berukuran 1,5 - 2 m3 (pola individual/komunal tidak langsung), yang menjadi
tanggung-jawab masyarakat, kecuali untuk sampah hasil penyapuan jalan. Pola lain yang
juga banyak digunakan adalah pola komunal langsung yaitu untuk lokasi-lokasi yang
sudah terdapat container umumnya langsung diambil oleh Arm Roll Truk menuju TPA.
TPS di Kabupaten Malang dapat berupa landasan atau transfer depo. Pengertian
landasan di sini adalah tempat perletakan container dan merupakan tempat bertemunya
truk pembawa container dengan gerobak, tanpa ada fasilitas kantor dan peralatan lain.
Pada tiap TPS terdapat container yang biasanya digunakan untuk pengumpulan sampah
sementara hingga pengangkutan untuk dibuang di TPA. Tiap-tiap TPS biasanya memiliki
satu atau dua container tergantung volume timbunan sampah pada daerah yang dilayani.
Landasan dibuat untuk mempermudah transfer pengumpulan sampah apabila Depo
terlalu jauh dari sumber sampah.
Dari TPS, kegiatan selanjutnya adalah pengangkutan sampah. Kegiatan
pengangkutan sampah sangat tergantung dari pola jaringan jalan yang dilalui dan
jangkauan pelayanan atau batas-batas geografis yang dapat dijangkau oleh armada
transportasi sampah. Alat transportasi pengangkut sampah di Kabupaten Malang sudah
memadai yaitu menggunakan Arm Roll Truk (ARM) dan dump truk sehingga lebih cepat
kinerjanya.
TPA di wilayah kabupaten Malang selama ini semuanya menggunakan sistem
open dumping sehingga dampak yang ditimbulkan cukup beragam dari aspek sosial
maupun aspek kesehatan lingkungan dan kesehatan masyarakat.
A. Sistem Teknik Operasional
Sistem tehnis operasional dalam sistem pengelolaan persampahan sangat ditentukan
volume sampah yang diangkut / di buang ke tempat pembuangan akhir. kegiatan
78
dengan
pengangkutan
sampah
hingga ke
B. Sistem Pewadahan
Sistem pewadahan merupakan awal pengelolaan sampah, yaitu penempatan bin
container pada setiap rumah tangga. Sistem pewadahan yang ada di Kabupaten Malang
adalah dalam bentuk plastik yang ada di setiap rumah tangga, bin container dari ban
bekas atau tong sampah. Bin container juga dapat berbentuk bangunan kotak sampah
dari konstruksi batu bata. Pada umumnya tidak dilakukan pemisahan antara sampah
organik dan sampah anorganik Dari hasil observasi diketahui bahwa pewadahan pada
umumnya telah dilaksanakan oleh masyarakat tanpa pemisahan sampah organik dan
anorganik.
C. Sistem Pengumpulan
Sistem pengumpulan merupakan rangkaian untuk memindahkan sampah dari sub sistem
pewadahan ke sub sistem tempat penampungan sementara ( TPS ). Sarana yang
digunakan
beberapa
tempat
menggunakan
contaimer
dan
beberapa
tempat
79
D. Sistem Pengangkutan
Sistem pengangkutan yang dilakukan sampah di Kabupaten Malang dengan Truk, baik
dengan jenis bak terbuka maupun dengan Arm-roll Truck dengan kapasitas 8m 3, bak
truck dapat digerakkan secara hidrolik sehingga proses bongkar sampah bisa efektif. Sub
sistem ini untuk mengangkut sampah dari TPS menuju tempat pembuangan akhir (TPA).
Sistem pengangkutan dikatakan bemasil apabila tidak ada lagi sampah yang tercecer
disana sini.
Rendahnya jadwal pengangkutan sampah yang hanya dilakukan satu kali dalam sehari,
menyebabkan terjadinya penumpukan sampah di TPS, semestinya dibuat jadwal sehari
dua kali dalam pengangkutan yaitu pagi dan sore, sehingga mengurangi penumpukan
sampah di TPS. Sistem pengangkutan sampah juga menyebabkan gangguan sistem
transportasi, container hanya ditutup jaring pada saat pengangkutan ke TPA, sehingga
jika ada angin kencang sampah dalam container terbang atau jatuh dijalan raya,
disamping itu juga baunya yang mengganggu pengendara di belakangnya. Bau yang
ditimbulkan oleh keberadaan sampah yang ada di container saat pengangkutan maka
mobil pribadi maupun umum cenderung menjaga jarak dengan truk sampah.
80
: 100%
: 2 It/hari/orang
: 340 m3/hari
B. Dukungan APBD
Pemerintah Kabupaten Malang dalam rangka percepatan pembangunan persampahan
telah mengalokasikan dana untuk kemitraan (dan ini tergantung dari masyarakat untuk
mengusulkan program persampahan di wilayahnya.
Sharing pendanaan Program Pembangunan TPST (Tempat Pengelolaan Sampah
Terpadu) 3R (Reduce, Reuse, Recycle), yang dikelola oleh masyarakat dan Pemerintah
Daerah sebagai pembinanya (Teknis Operasional, Manajemen Keuangan, Manajemen
81
Kelembagaan), dana sharing dari APBN dan APBD Kabupaten Malang (pembangunan
TPST 3R di Kepanjen, dan pembangunan TPST 3R di Singosari).
C. Pengelolaan Persampahan
Terkait dengan prioritas pengelolaan sampah, di Kabupaten Malang saat ini mulai
dikembangkan pengelolaan sampah secara mandiri baik skala kecil yaitu pengelolaan
sampah mandiri pada tingkatan rumah tangga, maupun penanganan sampah skala
kawasan (yaitu pelayanan door to door sampai dengan pengolahan TPST 3R)
Sosialisasi kepada masyarakat (Masyarakat Umum, Masyarakat Pondok Pesantren,
lingkungan pendidikan, lingkungan TNI) dalam rangka implementasi pengelolaan sampah
berbasis masyarakat sesuai UU No. 18 Tahun 2008, yang mana model sosialisasinya dari
inisiatif masyarakat.
Perbaikan kualitas pelayanan yang saat ini dilakukan SKPD berupa pelayanan di tahap
pemindahan pengangkutan serta sistem pemrosesan akhir sampah (yaitu dengan
methode contolled landfill). Penyediaan prasarana dan sarana guna mendukung
pelayanan persampahan.
Pembinaan dan penguatan kelembagaan pengelola persampahan (personil SKPD Dinas
Cipta Karya dan Tata Ruang) melalui pendidikan dan pelatihan yang intensif dan
terjadwal.
D. Tempat Pernbuangan Akhir (TPA)
Di Kabupaten Malang untuk pelayanan persampahan khususnya tempat pemrosesan
akhir (TPA) sampah terdapat di beberapa tempat yaitu di TPA Sampah Randuagung
Singosari, TPA Sampah Paras Poncokusumo, TPA Sampah Talangagung Kepanjen, TPA
Sampah Rejosari Bantur dengan konsep pelayanannya adalah sistem cluster (per wilayah
eks pembantu Bupati). Kondisi saat ini, dengan ketersediaan alat berat yang kondisinya
sangat memprihatinkan belum mampu melaksanakan sistem pemrosesan akhir (TPA)
Sampah yang sesuai dengan metode Controlled Landfill sesuai yang diamanatkan dalam
UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Telah mengembangkan teknologi
sederhana untuk pemanfaatan Gas Methane yang sudah dilaksanakan dan rencana
pengembangannya.
E. Partisipasi dan inisiatif Publik, Swasta dan pemerintah
Kabupaten Malang dalam membangun partisipasi dan inisiatif publik, swasta dan
pemerintah, antara lain melalui:
Kerjabakti Gotong Royong (pelibatan SKPD, Masyarakat dan Swasta ataupun PKK)
dalam pengelolaan persampahan,
82
83
84
85
86
Kepanjen
menuju
TPA
Wisata
Edukasi,
sedangkan
implementasi
pegelolaannya meliputi sistem urug terkendali (contrail landfill) dengan pengendalian air
dan pemanfaatan gas methan serta diharapkan dapat menekan sedini mungkin timbulnya
pencemaran lingkungan sekitar lahan TPA; sejalan dengan kondisi tersebut, TPA dapat
difungsikan sebagai media pembelajaran bagi masyarakat pada umumnya dan
khususnya dunia pendidikan sehingga siswa dan atau mahasiswa dapat melakukan
pembelajaran lingkungan hidup melalui pengelolaan sampah di TPA Wisata Edukasi
tersebut
87
88
selanjutnya,
sehingga
operasional
TPA
Satelit
dan
keberadaan Bank Sampah terkondisi sedemikian rupa agar aman terhadap dampak
negatif lingkungan pencemaran bau, udara, tanah dan air), selanjutnya akan
menghasilkan nilai tambah dan dampak ekonomi bagi masyarakat pengelola.
Sistem Operasional TPA Satelit dan Bank Sampah
a.
b.
89
c.
Setiap hari, petugas bank sampah wajib menjaga dan memelihara kebersihan
lokasi bank sampah sehingpa lokasi tersebut tidak terkesan kumuh.
Petugas bank sampah wajib melaksanakan pencatatan volume/berat sampah anorganik pada buku yang tersedia, apabila setiap saat manajemen (pengurus
KSM) melakukan transaksi pelelangan/jual beli sampah tersebut.
d.
Setiap hari mulai 06.00 sampai dengan 14.00 petugas pengangkut sampah basah
(organik) wajib melaksanakan penurunan sampah organik dari; alat angkut ke
areal sel TPA.
Petugas wajib melaksanakan perataan sampah organik di areal sel aktif secara
manual.
tidak
mampu
memperbaiki,
maka
wajib
melaporkan
kepada
manajemen/KSM.
90
2.3
Ambulan sampah dari rumah tangga direncanakan dilakukan pemilahan dari sumbernya
yaitu sampah ganik ditempatkan pada tong/kantong plastik dan dilayani/diangkut oleh
petugas ke TPA satelit untuk proses selanjutnya, sedangkan sampah an-organik (plastik,
kertas, karton, logam, kaca, botol.dll) juga dimasukan kedalam tong/karung plastik
dilayani pengangkutannya setiap 1 (satu) minggu untuk diklasifikasi/dipilih di Bank
Sampah, namun sebelumnya petugas mencatat pada kartu pelanggan yang tersedia,
kemudian pada akhir bulan dilakukan penghitungan jumlah berat sampah tersebut untuk
konversi menjadi nilai rupiah guna meringankan pelanggan dalam membayar retribusi
sampah setiap bulannya.
A. Aspek Kelembagaan
Kelembagaan pengelolaan sampah mandiri dibentuk atas dasar kesepakatan warga
setempat melalui pembentukan kelompok swadaya masyarakat (KSM) pengelola
sampah, mekanismenya pengurus KSM dipilih oleh masyarakat sendiri (ketua, sekretaris,
bendahara, petugas pengangkut sampah dan pengelola TPA Satelit), dilegalisasi oleh
lurah/kepala desa setempat, sedangkan didalam operasionalnya bertanggung jawab
kepada masyarakat.
B. Aspek Regulasl
Pengaturan mekanisme dan operasional pengelolaan sampah mandiri direncanakan dan
dibuat berdasarkan hasil kesepakatan warga masyarakat melalui rembug warga yang
difasilitasi oleh lurah dan lembaga kelurahan setempat serta pendampingan oleh
dinas/badan terkait yang membidangi. selanjutnya harus dilegalisasi oleh lurah setempat
dan mengatahui camat untuk ditindaklanjuti pelaporan kepada Bupati Malang untuk
mendapat persetujuan.
C. Aspek Pembiayaan
Pembiayaan operasional pengelolaan sampah mandiri didukung dari dana retribusi/iuran
pengelolaan sampah dari masyarakat pelanggan sampah, penentuan besarnya tarif
retribusi sampah/iuran akan dilakukan rembug warga masyarakat untuk mendapatkan
hasil kesepakatan bersama yang dilegalisasi oleh lurah setempat, agar pengelolaan
sampah yang dilakukan oleh pengelola dapat beroperasional secara berkelanjutan dalam
rangka mendukung peningkatan kualitas lingkungan sehingga diharapkan ada proses
pembelajaran bagi masyarakat secara luas.
91
perilaku
masyarakat dalam
pengelolaan
sampah,
dari membuang
Dalam
pengelolaan sampah rumah tangga harus ada kerjasama antara pemerintah dan
masyarakat, agar tujuan pengelolaan dapat berhasil sesuai yang diharapkan dalam
mendukung terciptanya lingkungan yang sehat. Keduanya harus mampu menciptakan
sinergi. Tanpa melibatkan masyarakat, pemerintah tidak akan dapat mencapai hasil
pembangunan secara optimal.
Permasalahan yang akan menjadi usulan pengelolaan sampah yaitu bagaimana
program suatu kesepakatan yang dilakukan bersama bisa dimulai.diimplementasikan
sampai evaluasi dilakukan, maka tahapan-tahapan yang dilaksanakan sebagai berikut:
1. Tahap Perencanaan
92
pemerintah
mengajak
tokoh-tokoh
masyarakat
atau
wakil-wakil
Kader-kader
lingkungan
kemudian
berbicara
dengan
masyarakat.
Selain
Prinsip partisipasi hanya akan terwujud secara sehat, jika apa yang dibahas
merupakan hal yang dekat dengan kehidupan keseharian masyarakat.
5. Tahap Implementasi
Dalam
pelaksanaan
pengawasan
pemeliharaan
dan
peningkatan
disiplin
93
Laporan rutin kepada masyarakat akan disampaikan pada acara temu kader-kader
lingkungan atau pada saat ada acara di tingkat RT maupun RW.
7. Tahap Evaluasi
Pemerintah
melakukan
evaluasi
tahunan
sesuai
dengan
laporan
yang
disampaikan stakeholder.
94
5.1
KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan dan analisis serta merujuk pada tujuan penelitian, Kajian
95
3. Permasalahan utama dari peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah
tangga adalah bagaimana menerapkan paradigma dari memilah, membuang sampah
menjadi memanfaatkan sampah. Kader-kader lingkungan sangat besar peranannya
dalam membantu terwujudnya program pemerintah.
5.2
SARAN
96
Pendahuluan
97
98
99
100
101