Você está na página 1de 20

A D EN O ID ITI

Oleh :
S
Kurnia Tris Saputra
(0810070100011)
Pembimbing :
Dr. Ali Syahbana S. Sp.
THT, Kl

A N ATO M I D A N FIS IO LO G I FA R IN G
A . A N ATO M I FA R IN G

Anatomi faring terbagi


atas:
- Nasofaring
- Orofaring
- Laringofaring /
hipofaring

A denoid
Adenoid merupakan jaringan limfoid pada dinding posterior nasofaring

diatas batas palatum molle dan termasuk dalam cincin waldeyer.


Adenoid berfungsi memproduksi Ig A -> sistem pertahanan pertama

melindungi tubuh terhadap invasi mikroorganisme dan molekul asing.

A denoiditi
s
Adenoiditis adalah peradangan pada adenoid yang
biasanya
disebabkan
oleh
suatu
infeksi,
peradangan bisa disebabkan oleh bakteri, virus
atau suatu alergi

Epidem ologi
adenoi
di
ti
s
1. berdasarkan penelitian institutional rivew

board
amerika, 2008 2010 didapatkan data 198 anak dengan
usia rata rata 3,7 tahun, mengalami adenoiditis,
dengan perbandingan anak laki laki dan perempuan
60 : 40.
2. Tonsil kronik pada anak, hampir selalu di ikuti oleh
adenoiditis
3. Pembesaran adenoid meningkat setelah lahir, mencapai
ukuran maksimal pada usia 3 6 tahun dan menetap
pada usia 8 9 tahun.
4. Setelah mencapai usia 14 tahun adenoid bertahap
mengalami involusi atau regresi.

Etiologi adenoiditis
1. Fisiologis
a. Puncaknya pada usia 3-7 tahun

2. infeksi
a. Infeksi kronik atau rekuren pada saluran
pernafasan atas atau ispa.
b.
Infeksi
bakteri,
virus
yang
dapat
menimbulkan demam dan eritema pada
daerah orofaring.

P atof i
siolog i A d en oid itis
1. Jaringan

limfoid pada cincin waldeyer


sangan kecil -> bertambah besar karena
tonsil dan adenoid memfagosit kumankuman patogen sebagai aktivitas imun.
2. Infeksi virus dan bakteri merupakan
mekanisme terjadinya adenoiditis kronik.
3. Biasanya bisa dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, riwayat alergi, antibiotik yang
digunakan secara tidak tepat.

G ejala klinis
Rhinorrhea purulen
Sumbatan hidung
Demam
Otitis media
Sakit kepala
Lesu, mual
Mudah mengantuk
Tenggorokan terasa

menganjal
Suara sangau ngorok
Gangguan pernapasan

terutama waktu tidur


telentang
Nafas bau
Nafsu makan berkurang
Facies adenoid

D iagnosis
1. Anamnesis.

anamnesis bisa ditegakan dari keluhan


dari gejala gejala.
2. Pemeriksaan fisik
lansung
. Melihat
transoral lansung kedalam
nasofaring setelah palatum mole di
retraksi
. Rinoskopi anterior ( fhenomena palatum
molle negative )

Tidak lansung:
1. Rhinoskopi
posterior
2. Nasofaringioskop

Palpasi
jari
telunjuk
dimasukan
ke
nasofaring,
kemudian
meraba
adenoid, adenioditis ( + ) jika
membesar

P em eriksaan penunjang
1. Radiologi, foto polos leher lateral bisa menunjukan

ukuran adenoid dan derjat obstruksi.


2. nasofaringskopi
Mendiaknosis adenoid hipertrofi, infeksi adenoid,
dan ifusiensi velopharyngeal ( vpi ), menyingkirkan
penyebab lain dari obstruksi.

Ct scan

merupakan modilitas yang lebih sensitif


dari pada foto polos untuk identipikasi
jaringan

P enatalaksanaan
medikamentosa
Dengan pemberian antibiotik sesuai kultur biasanya bakteri

yang paling sering adalah streptococus dengan terapi penisilin


dan eritromisin. Bila tidak ada kesembuhan dengan terapi
antibiotik kemungkinan besar penyebanya adalah virus.
Operasi
Adenoidektomi

Obstruksi : obstruksi hidung kronis atau nafas melalui mulut,


Sleep apnea atau gangguan tidur, Kelainan menelan, kelainan
bicara, kelainan orofasial.
. Infeksi : adenoiditis kronik/ berulang, otitis media kronis.
. Kecurigaan neoplasma, benigna atau maligna.
Kontra indikasi ;
. Gangguan perdarahan
. Resiko anastesi yang besar atau penyakit berat
. anemia
.

Adenoidecto
my

Curet forcep

Magil forcep

Punch forcep

K om plikasi
Obstruksi nares posterior (pembesaran

adenoid kearah anterior/koana)


Infeksi kronis (infeksi kelenjar limfe
perituba/limfadenitis perituba)
OMA berulang
Sinusitis Kronik
Otitis media non superatif (otitis media
serosa, otitis media efusi)

P rognosis
Jika

pasien ditangani dengan baik diharapkan


dapat sembuh sempurna.
Otitis media persisten kronik:
Maw and speller, paradise menunjukan bahwa sekitar
30-50% terjadi penurunan otitis media setelah
dilakukan adenoidectomy.
Sinusitis kronik :
Studi dari lee and rosenfeld pada tahun 1997. walau
dengan dilakukan pengangkatan adenoid tidak
akan berkurang.
Obstruksi jalan napas :
Adenoidectomy menghilangkan obstruksi nasal
sehingga gejala-gejala seperti sleep apnea,
hiponasal, hilang dengan sendirinya.

Terima
Kasih

Você também pode gostar