Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Disusun oleh :
M. Zainul Wathani (1506784486)
NOTE
HARAP LAMPIRKAN SUMBER YA JIKA MENGUTIP TERIMAKASIH
SENANG BISA BERBAGI DENGAN ANDA...
M. ZAINUL WATHANI
m.zainulwathani@yahoo.com
087873192902
Page 2
A. PENDAHULUAN ---------------------------------------------------------------
2. Jenis-jenis Maslahah----------------------------------------------------------
11
12
14
16
16
17
17
18
19
19
C. KESIMPULAN -------------------------------------------------------------------
22
23
Page 3
Prof. Atha Mudzar. Revitalisasi Maqasid Al-Syariah dalam Pengembangan Ekonomi Syariah di Indonesia
(Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah, 2013) hal. 1
2
Yasin Habibi. Pertumbuhan Bank Syariah Melebihi Bank Konvensional
diakses dari
http://www.republika.co.id/ tanggal 20 Oktober 2015
3
OJK. Statistik Perbankan Syariah juni 2015.
Page 4
B. MASLAHAH MURSALAH
1. Pengertian Maslahah
Maslahah secara bahasa merupakan lawan kata dari mafsadah yang berati
kerusakan. Maslahah dapat diartikan sebagai manfaat, kebaikan dan faedah yang
diharapkan dari sesuatu4. Pertimbangan akan mashlahah merupakan hal yang sangat
penting dalam menetapkan syariat, karena sebenarnya mashlahah merupakan tujuan
dari penetapan syariah tersebut. Pentingnya mashlahah dalam penetapan syariah
tergambar melalui pernyataan para ulama dimana ada mashlahah, maka disitu ada
syariah Allah. Artinya segala sesuatu yang mengandung kemashlahatan maka
disitulah syariat Allah, sehingga dalam menetapkan hukum suatu perkara mashlahah
harus menjadi perkara yang utama.
Penerapan mashlahah dalam penetapan hukum ekonomi islam juga harus
mengacu kepada kemashlahatan. Ada beberapa contoh pertimbangan kemashlahatan
dalam penetapan regulasi dalam bidang ekonomi. Misalnya, Ibnu Taimiyah
mengajarkan bahwa pemerintah dapat melakukan intervensi harga, padahal secara
tekstual Ibnu Taimiyah, keputusan tersebut kelihatannya melanggar nash hadits nabi
yang menyatakan bahwa tidak boleh ada intervensi harga. 5 Akan tetapi dengan
pertimbangan kemashlahatan, dan situasi yang berbeda dengan zaman nabi, Ibnu
Taimiyah memahami hadist tersebut secara kontekstual dengan pertimbangan
mashlahah. Penetapan hukum yang didasarkan pada mashlahah juga dapat dilihat dari
Page 5
Agustianto Minka, Maqashid Syariah dalam Ekonomi dan Keuangan Syariah (Jakarta : Penerbit Ikatan Ahli
Ekonomi Islam Indonesia, 2013) halaman 70
7
Ibid, hal 53
Page 6
Artinya : Berangkatlah kamu baik dalam Keadaan merasa ringan maupun
berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. yang
demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.(QS.At
Taubah : 41)
Ayat diatas menunjukkan keharusan mendahulukan penjagaan terhadap agama
atas jiwa dan harta. Hal tersebut dapat diketahui melalui perintah Allah dengan
berjihad sekalipun dengan mengorbankan jiwa dan harta.
b. Ditinjau dari diterima dan tidak diakuinya oleh Syari
Ditinjau dari segi ini mashlahah terbagi menjadi tiga, yaitu : 8
1) Maslahah Mutabarah ()
Yaitu mashlahah yang diakui oleh syariat, artinya mashlahah tersebut
bersumber pada nash, baik Al-quran maupun hadist. Contoh dari mashlahah ini
adalah perintah melaksanakan shalat, melaksanakan puasa Ramadhan, melaksanakan
hukum qishash, larangan mencuri dan lainlain. Semua kewajiban tersebut berasal
dari nash Al-Quran dan hadits sehingga disebut sebagai mashlahah mutabarah.
Menurut Dr. Wahbah Az-Zuhaili, tidak ada perbedaan pendapat akan kebolehan
menggunakan mashlahah jenis ini untuk menunjukkan bahwa penerapan hukum
hukum syariah akan mendatangkan mashlahah menolak mafsadat (kerusakan).
8
Page 7
Artinya : Orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran
(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama
dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari tuhannya, lalu
terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah)
kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah
penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.(QS. Al Baqarah :
275)
Contoh lain yaitu berlebihlebihan dalam agama. Sebagian sahabat
menyangka bahwa puasa terus menerus, tidak menikah dan tidak tidur malam hari
untuk mengerjakan shalat akan mendatangkan mashlahah bagi mereka namun hal ini
ditolak oleh Rasulullah melalui hadist beliau :
,
, ,
Artinya: Demi Allah, sesungguhnya saya adalah orang yang paling takut dan
paling bertakwa kepada Allah di antara kalian, tetapi saya berpuasa dan
berbuka, shalat dan tidur malam, dan saya juga menikah dengan perempuan.
Barangsiapa yang benci terhadap sunnahku, maka ia tidak termasuk
golonganku. ( HR. Bukhari, Muslim, dan An-najah).
Contoh yang paling populer dari mashlahah mulghah adalah fatwa Yahya bin
Yahya, seorang ahli fiqih madzhab maliki terhadap khalifah Abdurrahman ibn AlHakam Al-Umawi yang telah bersenggama dengan istrinya disiang hari bulan
Ramadhan. Menurut teks nash hadits hukuman atas pelanggaran tersebut adalah
M. Zainul Wathani (1506784486)
Page 8
Page 9
"Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu
kesempitan..(Al-hajj 78)
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam (Al-Anbiya : 107)
11
Elvan Syaputra, etc. Maslahah as an Islamic Source and its Application in Financial Transactions (Malaysia:
Quest Jurnal Faculty of Economics and Muamalat, Universiti Sains Islam Malaysia, 2014) hal. 68
Page 10
Agustianto Minka, Maqashid Syariah dalam Ekonomi dan Keuangan Syariah (Jakarta : Penerbit Ikatan Ahli
Ekonomi Islam Indonesia, 2013) halaman 79
Page 11
bukti
petunjuk
tertentu
yang
membatalkannya
dan
tidak
pula
memperhatikannya.
4) Yusuf Hamid AlAlim menyatakan bahwa maslahah mursalah adalah : mashlahah
yang tidak ada petunjuk syara tidak untuk membatalkannya, juga tidak untuk
memperhatikannya.
5) Jalil AlDin Abdul Rahman mendefinisikan maslahah mursalah, yaitu : mashlahah
yang sesuai dengan tujuan syari (pembuat hukum) dan tidak ada petunjuk tertentu
yang membuktikan tentang pengakukannya dan penolakannya.
6) Abdul Wahab AlKhallaf merumuskan bahwa maslahah mursalah adalah
Mashlahah yang tidak ada dalil syara datang untuk mengakui atau menolaknya.
7) Muhammad Abu Zahra mendefinisikan maslahah mursalah hampir sama dengan
Jalil AlDin Abdul Rahman yaitu : mashlahah yang selaras dengan tujuan syariat
islam dan tidak ada petunjuk tertentu yang membuktikan tentang pengakuan atau
penolakannya.
8) AsSyatibi (Madzhab Malikiyyah) mengatakan bahwa mendefinisikan maslahah
mursalah merupakan mashlahah yang sejalan dengan tindakan syara.
9) Muslehudin menyatakan bahwa maslahah mursalah terikat pada konsep bahwa
syariat ditujukan untuk kepentingan masyarakat dan berfungsi memberikan
kemanfaatan dan menghilangkan kemudharatan setiap kemaslahatan yang tidak ada
nashnya secara khusus akan tetap mashlahah tersebut sesuai dengan syara, maka
mashlahah tersebut dapat digunakan sebagai sumber hukum.
10) Dr. Wahbah Az-Zuhaili mendefinisikan maslahah mursalah dengan sifatsifat
yang sesuai dengan tindakan dan tujuan pembuat syariat tetapi tidak ada dalil
khusus yang menetapkan atau membatalkan dan dengan penetapan hukum dari
sifatsifat tersebut akan tercapai kemashlahatan dan terhindar dari kerusakan pada
manusia.
Dari keseluruhan rumusan definisi maslahah mursalah yang didefinisikan oleh
para ulama diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa maslahah mursalah adalah
mashlahah yang diambil dengan tujuan kemashlahatan dan menghindari akibat yang
lebih besar apabila mashlahah tersebut tidak diambil. Mashlahah yang diambil harus
bersesuaian dengan tujuan syariah (maqashid syariah), tidak bertentangan dengan
pokokpokok syariah dan tidak berlawanan dengan dalil (nash) yang qathi.
Page 12
Ibid, hal. 92
Abdul Wahhab Khallaf,. Ilmu Ushul Fiqh (Semarang: Dina Utama Semarang, 1994) hal. 119-121
15
Abdul Hayy Abdul Al. Pengantar Ilmu Ushul Fiqh, Alih Bahasa Muhammad Hisbah, Lc. (Jakarta : Pustaka
Al-Kautsar, 2006) hal. 317-319. Lihat juga Wael B. Hallaq. Sejarah Teori Hukum Islam (Jakarta : Raja Grafindo
Persada, 2000) hal. 166
14
Page 13
umum, artinya
Pada dasarnya, segala sesuatu yang bermanfaat adalah boleh sedangkan yang
berbahaya tidak boleh
Page 14
Mudharat (nahaya) tidak dapat dihilangkan dengan bahaya yang sama
Mudharat yang khusus (individu) dapat ditorerir untuk mudharat yang
universal.
Mudharat yang lebih besar dapat dihilangkan dengan mudharat yang lebih
kecil
Maslahah pada level hajah, kadang-kadang menempati posisi masalahah
pada level dharuriyah
Segala mudharat harus dihindari sebisa mungkin
Mencegah mafsadah harus didahulukan dari pada mengambil maslahah
Situasi dharurat memboleh yang tidak dibolehkan
jika ada dua kemudharatan, maka yang lebih besar dihindari dengan
Page 15
Kesulitan melahirkan kemudahan
"jika terjadi kontradiksi antara saran dan tujuan, maka dipastikan bahwa
tujuan lebih dikedapankan dibandingkan sarana
segala sesuatu yang diharamkan dengan sadd zariah, dapat diperbolehkan
dengan maslahah yang kuat
Masalah yang sempit (sulit) dapat menjadi luas
Kemudharatan itu diukur dengan tingkat kemudharatannya
Kerugian individu bisa ditorerir untuk menghindari kerugian masyarakat
Keadaan terpaksa tidak menyebabkan hilangnya hak orang lain
Page 16
Amir Shaharuddin. Maslahah-Mafsadah Approach in Assessing the Shariah Compliance of Islamic Banking
Products (Malaysia : International Journal of Business and Social Science Islamic Science University of
Malaysia, 2010) hal. 131
19
Rofiuddin NF. Kemungkinan Penerapan Profit Equalization Reserve di Indonesia (Bogor : Jurnal Universitas
Djuanda Bogor, 2014) hal. 38
Page 17
Agustianto Minka, Kajian Ekonomi Selama Bulan Ramadhan. Diakses dari www.agustiantocentre.com
tanggal 20 oktober 2015
21
MUI, Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 92/Dsn-Mui/Iv/2014 Tentang Pembiayaan yang Disertai Rahn
(Al-Tamwil Al-Mautsuq Bi Al-Rahn) diakses dari http://www.dsnmui.or.id/ diakses tanggal 20 oktober 2015
22
Veitzal Rivai. Islamic Financial Management. (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2008) hal. 340-341
23
Nevi Hasnita, Konstruksi Hybrid Contract pada Transaksi Lembaga Keuangan Syariah (Aceh : Jurnal
Fakultas Syariah IAIN Ar-Raniry, tt) hal. 7
Page 18
Ibid, Hal. 7
Ibid. hal.8
26
Agustianto Minka, Maqashid Syariah dalam Ekonomi dan Keuangan Syariah (Jakarta : Penerbit Ikatan Ahli
Ekonomi Islam Indonesia, 2013) hal 99
25
Page 19
.
"Kesulitan dapat menarik kemudahan."
"Menghindarkan kerusakan (kerugian) harus didahulukan (diprioritaskan)
atas mendatangkan kemaslahatan."
Berdasarkan kaidah-kaidah yang digunakan diatas dapat disimpulkan bahwa
syariah card merupakan kartu yang dikeluarkan berdasarkan dalil maslahah
mursalah. Akad yang digunakan pada produk syariah card ini yaitu kafalah, qardh
dan
27
Hengki Firmanda, Syariah Card (Kartu Kredit Syariah) Ditinjau dari Asas Utilitas dan Maslahah (Riau :
Jurnal Ilmu Hukum Universitas Riau, 2014) hal. 260-261
28
Nevi Hasnita. Op.Cit. hal.8
29
Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 54/Dsn-Mui/X/2006 tentang Syariah Card diakses dari
http://www.dsnmui.or.id/index.php?mact=News,cntnt01,detail,0&cntnt01articleid=56&cntnt01origid=59&cntnt
01detailtemplate=Fatwa&cntnt01returnid=61tanggal 21 oktober 2015
30
Hengki Firmanda, Syariah Card (Kartu Kredit Syariah) Ditinjau dari Asas Utilitas dan Maslahah (Riau :
Jurnal Ilmu Hukum Universitas Riau, 2014) hal. 281
Page 20
31
Page 21
C. KESIMPULAN
1. Maslahah mursalah merupakan salah satu metode penetapan hukum (dalil) yang masih
menjadi perdebatan di kalangan para ulama. Para ulama yang menggunakan maslahah
mursalah sebagai dalil memiliki argumentasi bahwa kehidupan terus mengalami
perkembangan sehingga diperlukan maslahah mursalah sebagai salah satu metode
penetapan hukum. Penetapan suatu hukum melalui maslahah mursalah hanya dapat
dilakukan dengan syarat-syarat tertentu.
2. Menurut para ulama, dalam menggunakan maslahah mursalah sebagai dalil, ada
beberapa syarat yang harus dipenuhi diantaranya :
a. Mashlahah mursalah adalah mashlahah yang hakiki dan bersifat umum, artinya
mashlahah tersebut dapat diterima secara rasional bahwa ia betulbetul membawa
kemanfataan bagi manusia.
M. Zainul Wathani (1506784486)
Page 22
D. DAFTAR PUSTAKA
Buku dan Jurnal
Abdul Hayy Abdul Al. Pengantar Ilmu Ushul Fiqh, Alih Bahasa Muhammad Hisbah, Lc.
(Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2006)
Abdul Wahhab Khallaf. Ilmu Ushul Fiqh (Semarang: Dina Utama Semarang, 1994)
Adi Warman Karim. Ekonomi Mikro Islam, Cetakan 5 (Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2014)
Agustianto Minka, Maqashid Syariah dalam Ekonomi dan Keuangan Syariah (Jakarta :
Penerbit Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia, 2013)
Akram Ali Yusuf,
( Yordania : Thesis Deposit Library University Jordania, 2007)
Page 23
Ramadhan.
Diakses
dari
OJK. Statistik Perbankan Syariah juni 2015. Diakses dari http://www.ojk.go.id/statistikperbankan-syariah-juni-2015 tanggal 20 oktober 2015.
Yasin Habibi. Pertumbuhan Bank Syariah Melebihi Bank Konvensional diakses dari
http://www.republika.co.id/ tanggal 20 Oktober 2015
Page 24