Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Praktik Kerja Lapangan/Seminar pada
Semester VII
Disusun Oleh:
Aditia Kurniawan
121724002
POLITEKNIK
NEGERI BANDUNG
PT. PEMBANGKITAN
JAWA BALI
LEMBAR PENGESAHAN
Nama
: Aditia Kurniawan
NIM
: 121724002
Judul Laporan
Dosen Pembimbing
M.Muslih Mafruddin.
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Konversi Energi
Politeknik Negeri Bandung
POLITEKNIK
NEGERI BANDUNG
PT. PEMBANGKITAN
JAWA BALI
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktik kerja
lapangan tentang Analisa Pengaruh Arus Eksitasi Generator terhadap Pembebanan Pada
PLTA Cirata unit 2.
Dalam penyelesaian laporan ini, penulis banyak mendapat bantuan dan dorongan dari
berbagai pihak, baik yang berupa moril, maupun materil yang sangat berarti bagi
penyelesaian laporan ini. Oleh karenanya penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Wisrawan Wahju Pribowo, selaku General Manager di UP Cirata PT.PJB.
2. Bapak Dr. Hartono Budi Santoso, M.T selaku dosen pembimbing di Politeknik
Negeri Bandung.
3. Bapak Ahmad Deni Mulyadi, M.T, selaku Ketua Jurusan Teknik Konversi Energi.
4. Bapak Ir. Teguh Sasono, M.T, selaku Ketua Prodi Teknologi Pembangkit Tenaga
Listrik.
5. Ibu Siti Saodah, M.T, selaku Koordinator Kerja Praktik Lapangan Teknik Konveri
Energi.
6. Bapak M. Muslih Mafruddin, selaku supervisor, mentor dan pembimbing lapangan
di PLTA Cirata PT.PJB.
7. Bapak Achmad Awaludin, selaku superpvisor HAR Listrik di PLTA Cirata PT.PJB.
8. Bapak Iwa Koesnandar, selaku supervisor HAR Konin di PLTA Cirata PT.PJB.
9. Seluruh staf dan rekan-rekan OJT HAR Listrik di PLTA Cirata PT.PJB.
10. Pimpinan dan Staf GITET Cirata Baru APP Karawang PT.PLN PERSERO.
Penulis menyadari dengan keterbatasan pengetahuan penulis dan luasnya materi
penulisan laporan ini sangatlah jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu dengan segala
kerendahan hati, penulis sangat mengharapkan kritik maupun saran yang sifatnya
membangun dan mengarah kepada yang lebih baik dari semua pihak.
Semoga laporan praktikum ini dapat mendatangkan manfaat bagi pembaca umumnya
dan bagi penulis sendiri khususnya.
Bandung,
November 2015
Penulis
ii
POLITEKNIK
NEGERI BANDUNG
PT. PEMBANGKITAN
JAWA BALI
DAFTAR ISI
POLITEKNIK
NEGERI BANDUNG
PT. PEMBANGKITAN
JAWA BALI
iv
POLITEKNIK
NEGERI BANDUNG
PT. PEMBANGKITAN
JAWA BALI
DAFTAR GAMBAR
POLITEKNIK
NEGERI BANDUNG
PT. PEMBANGKITAN
JAWA BALI
vi
POLITEKNIK
NEGERI BANDUNG
PT. PEMBANGKITAN
JAWA BALI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem eksitasi merupakan salah satu bagian terpenting dalam proses pembangkitan
tenaga listrik, khususnya pada generator. Sistem eksitasi pada generator berfungsi untuk
menghasilkan medan magnet pada kumparan medan di rotor, sehingga ketika rotor yang
dikopel dengan prime mover berputar, maka akan timbul medan putar yang akan
menginduksi kumparan jangkar pada stator, sehingga pada kumparan jangkar akan timbul
fluks magnetik yang besarnya berubah-ubah terhadap waktu. Dengan adanya fluks magnetik
yang melingkupi kumparan jangkar pada stator ini, maka pada ujung kumparan tersebut
timbul ggl induksi atau tegangan listrik.
Pada pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Cirata, sistem eksitasi diatur menggunakan
alat yang disebut Automatic Voltage Regulator (AVR). AVR ini bekerja dengan cara
mengatur besarnya arus eksitasi yang diinjeksikan ke kumparan medan pada rotor generator
untuk menghasilkan ggl induki atau tegangan yang diinginkan sesuai dengan pembebanan
yang diterapkan.
Di Indonesia, pembebanan diatur oleh PT.PLN PERSERO khususnya oleh unit Pusat
Penyalur dan Pengatur Beban (P3B). Unit P3B ini akan mengatur besarnya pembagian beban
untuk masing-masing pembangkit tenaga listrik melalui sistem jaringan interkoneksi JawaMadura-Bali (Jamali) 500 KV yang menghubungkan antara pusat beban dengan pusat
pembangkitan tenaga listrik.
Pembebanan yang dibebankan pada pembangkit setiap waktunya berubah-ubah. Oleh
karenanya suatu pembangkit tenaga listrik harus mampu membangkitkan daya listrik sesuai
dengan besarnya beban yang berubah-ubah tersebut. Pada pembangkit tenaga listrik,
fluktuasi pembebanan ini dapat diatasi dengan mengatur bukaan katup air atau uap dan
jumlah arus eksitasi yang diinjeksikan pada rotor generator pada putaran rotor yang konstan
oleh AVR sehingga dihasilkan daya listrik yang sesuai dengan pembebanan yang diterapkan.
Dengan pentingnya fungsi sistem eksitasi pada suatu pembangkit tenaga listrik, maka
pada laporan kerja praktek ini, penulis akan membahas mengenai jenis, cara kerja, dan
pengoperasian sistem eksitasi serta akan membahas pengaruh pengaturan arus eksitasi pada
generator terhadap pembebanan di PLTA Cirata PT.PJB.
POLITEKNIK
NEGERI BANDUNG
PT. PEMBANGKITAN
JAWA BALI
Mengetahui cara kerja sistem eksitasi pada generator di PLTA Cirata PT.PJB
POLITEKNIK
NEGERI BANDUNG
PT. PEMBANGKITAN
JAWA BALI
POLITEKNIK
NEGERI BANDUNG
PT. PEMBANGKITAN
JAWA BALI
UNIT
PABRIK PEMBUAT
KAPASITAS
MULAI OPERASI
PLTA 1
VA-ELIN AUSTRIA
126 MW
25 MEI 1988
PLTA 2
VA-ELIN AUSTRIA
126 MW
29 FEB 1988
PLTA 3
VA-ELIN AUSTRIA
126 MW
30 SEP 1988
PLTA 4
VA-ELIN AUSTRIA
126 MW
10 AGS 1988
PLTA 5
VA-ELIN AUSTRIA
126 MW
15 AGS 1997
PLTA 6
VA-ELIN AUSTRIA
126 MW
15 AGS 1997
PLTA 7
VA-ELIN AUSTRIA
126 MW
15 APR 1998
PLTA 8
VA-ELIN AUSTRIA
126 MW
15 APR 1998
POLITEKNIK
NEGERI BANDUNG
PT. PEMBANGKITAN
JAWA BALI
5. Surge Tank
9. Draft tube
2. Dam
6. Penstock
3. Intake Gate
7. Inlet Valve
4. Headrace Tunnel
8. Spiral Case
POLITEKNIK
NEGERI BANDUNG
PT. PEMBANGKITAN
JAWA BALI
9. Spiral Casing
2. Water Intake
10. Turbin
4. Headrace Tunnel
5. Surge Tank
13. Transformator
6. Penstock
7. Inlet Valve
15. SUTET
8. Generator
POLITEKNIK
NEGERI BANDUNG
PT. PEMBANGKITAN
JAWA BALI
Dalam proses produksi energi listrik, PLTA Cirata memanfaatkan air sebagai energi
primer dari sungai Citarum yang memiliki debit air cukup besar dan ditampung di waduk
kemudian dialirkan melalui pintu air (Intake Gate) sebagai pintu pembuka dan penutup
aliran air dari waduk menuju generator turbin, sedangkan monitoring kondisi waduk seperti
elevasi air dilakukan dari pusat pengendalian bendungan (Dam Control Centre), selanjutnya
masuk ke dalam terowongan tekan (Headrace tunnel). Sebelum memasuki pipa pesat
(penstock), air melewati tangki pendatar (surge tank) yang berfungsi sebagai pengaman pipa
pesat apabila terjadi tekanan mendadak atau tekanan kejut saat katup utama (main inlet
valve) ditutup seketika. Setelah katup utama dibuka, air masuk kedalam rumah siput (spiral
case). Air yang bergerak deras memutar turbin, dan keluar melalui pipa pembuangan (draft
tube) menuju pintu keluar (tail race gate) sampai ke sungai melalui saluran keluar (tail race
tunnel). Saluran pembuangan (draft tube) berbentuk miring ke atas, maksudnya adalah untuk
menghindari terjadinya kavitasi. Kavitasi adalah berubahnya air atau uap karena tekanan
tempat mencapai uap jenuh. Terjadi proses perubahan energi pada proses tersebut. Air yang
keluar dari waduk menuju pipa pesat (penstock) akan menghasilkan energi potensial.
Selanjutnya air masuk menuju turbin dan menggerakan komponen turbin berupa runner
sehingga terjadi perubahan energi potensial menjadi energi kinetik. Energi kinetik pada
runner turbin akan berputar menggerakan poros turbin, karena poros turbin disambung dan
digabung dengan poros generator maka akan menyebabkan pergerakan mekanik pada rotor
generator. Rotor generator akan memotong garis-garis gaya magnet yang dihasilkan oleh
kumparan medan di rotor, kemudian akan timbul ggl induksi pada stator generator
(kumparan jangkar) berupa tegangan sebesar 16,5 kV. Energi listrik tersebut yang digunakan
untuk menyuplai beban. Energi listrik dengan tegangan 16,5 kV disalurkan ke trafo utama
(main transformer) untuk mengubah tegangan 16,5 kV akan dinaikan menjadi 500 kV (Step
Up), selanjutnya ke gardu induk (GI) dan disalurkan menuju sistem interkoneksi JawaMadura-Bali 500 kV.
1.7.5 Peran PLTA Cirata di Sistem JAMALI
Kontribusi utama Cirata terhadap sistem Jawa-Madura-Bali yaitu memikul beban
puncak dan beroperasi pada pukul 17.00-22.00 WIB, dengan mode operasi LFC (Load
Frequency Control). Selain itu PLTA Cirata juga sebagai pengendali frekuensi pada
system 500 kV melalui load frequency control (LFC) dan memiliki fasilitas black start dan
line charging bila transmisi 500 kV padam total (Black Out) karena memiliki kemampuan
Start Up operasi/ sinkron ke jaringan 500 KV yang relative cepat 5 menit.
7
POLITEKNIK
NEGERI BANDUNG
PT. PEMBANGKITAN
JAWA BALI
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Medan Magnet
Medan magnet adalah ruangan di sekitar kutub magnet, yang gaya tarik atau tolaknya
masih dirasakan oleh magnet lain. Standar satuan energi magnet ini adalah kuat medan
magnet atau rapat fluks magnet (B). Standar internasional untuk rapat fluks magnet ini
adalah Tesla, sedangkan satuan unit medan magnet yang lebih kecil adalah Gauss dimana 1
Tesla = 10.000 Gauss. Bila ditinjau dalam masalah medan listrik terhadap medan magnet,
maka dapat digambarkan dengan Hukum Lorentz sebagai berikut:
= +
dimana:
F = gaya gerak magnet
qE = kuat medan listrik
qv = arah gerak
B = kuat magnet (rapat fluks magnet)
POLITEKNIK
NEGERI BANDUNG
PT. PEMBANGKITAN
JAWA BALI
digambarkan, maka akan terlihat garis-garis gaya ini keluar dari kutub Utara magnet dan
masuk ke kutub Selatan magnet (perlihatkan pada gambar 2.2).
POLITEKNIK
NEGERI BANDUNG
PT. PEMBANGKITAN
JAWA BALI
POLITEKNIK
NEGERI BANDUNG
PT. PEMBANGKITAN
JAWA BALI
b. Hukum Faraday
Berdasarkan percobaan Faraday diketahui bahwa tegangan listrik yang diinduksikan
oleh medan magnet bergantung pada tiga hal berikut:
1. Jumlah lilitan. Semakin banyak lilitan pada kumparan, semakin besar tegangan
yang diinduksikan.
2. Kecepatan gerakan medan magnet. Semakin cepat garis gaya magnet yang
mengenai konduktor, semakin besar tegangan induksi.
3. Jumlah garis gaya magnet. Semakin besar jumlah garis gaya magnet yang mengenai
konduktor, semakin besar tegangan induksi.
Bila kawat penghantar berupa kumparan dengan N lilitan, maka ggl induksi yang terjadi:
=
dimana:
= ggl induksi (volt)
N = jumlah lilitan
=
t
11
POLITEKNIK
NEGERI BANDUNG
PT. PEMBANGKITAN
JAWA BALI
b. Komponen
Secara umum generator sinkron terdiri atas stator, rotor, dan celah udara. Stator
merupakan bagian dari generator sinkron yang diam sedangkan rotor adalah bagian yang
berputar dimana diletakkan kumparan medan yang disuplai oleh arus searah dari Eksiter.
Celah udara adalah ruang antara stator dan rotor.
POLITEKNIK
NEGERI BANDUNG
PT. PEMBANGKITAN
JAWA BALI
1. Stator
Stator terdiri dari beberapa komponen utama, yaitu:
Rangka Stator
Rangka stator merupakan rumah (kerangka) yang menyangga inti jangkar
generator.
Inti Stator
Inti stator terbuat dari laminasi-laminasi baja campuran atau besi magnetik khusus
yang terpasang ke rangka stator.
Alur (slot) dan gigi
Alur dan gigi merupakan tempat meletakkan kumparan stator. Ada 3 (tiga) bentuk
alur stator yaitu terbuka, setengah terbuka, dan tertutup.
Kumparan Stator
Kumparan jangkar biasanya terbuat dari tembaga. Kumparan ini merupakan
tempat timbulnya ggl induksi.
2. Rotor
Rotor terdiri dari tiga komponen utama yaitu:
Slip ring
Slip ring merupakan cincin logam yang melingkari poros rotor tetapi dipisahkan
oleh isolasi tertentu. Terminal kumparan rotor dipasangkan ke slip ring ini
kemudian dihubungkan ke sumber arus searah melalui sikat (brush) yang letaknya
menempel pada slip ring.
Kumparan rotor
Kumparan medan merupakan unsur yang memegang peranan utama dalam
menghasilkan medan magnet. Kumparan ini mendapat arus searah dari sumber
eksitasi tertentu.
Poros rotor
Poros rotor merupakan tempat meletakkan kumparan medan, dimana pada poros
rotor tersebut telah terbentuk slot-slot secara paralel terhadap poros rotor.
13
POLITEKNIK
NEGERI BANDUNG
PT. PEMBANGKITAN
JAWA BALI
c. Prinsip Kerja
Adapun prinsip kerja dari generator sinkron secara umum adalah sebagai berikut:
1. Kumparan medan yang terdapat pada rotor dihubungkan dengan sumber eksitasi
tertentu yang akan mensuplai arus searah terhadap kumparan medan. Dengan adanya
arus searah yang mengalir melalui kumparan medan maka akan menimbulkan fluks
yang besarnya terhadap waktu adalah tetap.
2. Penggerak mula (Prime Mover) yang sudah terkopel dengan rotor segera
dioperasikan sehingga rotor akan berputar pada kecepatan nominalnya.
3. Perputaran rotor tersebut sekaligus akan memutar medan magnet yang dihasilkan
oleh kumparan medan. Medan putar yang dihasilkan pada rotor, akan diinduksikan
pada kumparan jangkar sehingga pada kumparan jangkar yang terletak di stator akan
dihasilkan fluks magnetik yang berubah-ubah besarnya terhadap waktu. Adanya
perubahan fluks magnetik yang melingkupi suatu kumparan akan menimbulkan ggl
induksi pada ujung-ujung kumparan tersebut, hal tersebut sesuai dengan persamaan
berikut :
= 120........(1.1)
= 4,44 ........(1.2)
4,44
120
Maka E adalah,
= ...........(1.4)
= + + + ...........(1.5)
= + + ....................................(1.6)
dimana,
E = GGL induksi (Volt)
POLITEKNIK
NEGERI BANDUNG
PT. PEMBANGKITAN
JAWA BALI
f = Frekuensi
Xa = reaktansi jangkar
15
POLITEKNIK
NEGERI BANDUNG
PT. PEMBANGKITAN
JAWA BALI
POLITEKNIK
NEGERI BANDUNG
PT. PEMBANGKITAN
JAWA BALI
17
POLITEKNIK
NEGERI BANDUNG
PT. PEMBANGKITAN
JAWA BALI
Dengan sifat demikian, resistor tidak akan merubah sifat-sifat listrik AC yang
mengalirinya. Gelombang arus dan tegangan listrik yang melewati resistor akan selalu
bersamaan membentuk bukit dan lembah. Dengan kata lain, beban resistif tidak akan
menggeser posisi gelombang arus maupun tegangan listrik AC.
Pada grafik di atas, karena gelombang tegangan dan arus listrik berada pada fasa yang
sama maka nilai dari daya listrik akan selalu positif. Inilah mengapa beban resistif murni
akan selalu ditopang oleh 100% daya nyata.
b. Beban Induktif
Beban induktif dihasilkan oleh kumparan yang terdapat di berbagai alat-alat listrik
seperti motor, trafo, dan relai. Kumparan dibutuhkan oleh alat-alat listrik tersebut untuk
menciptakan medan magnet sebagai komponen kerjanya. Pembangkitan medan magnet
pada kumparan inilah yang menjadi beban induktif pada rangkaian arus listrik AC.
Kumparan memiliki sifat untuk menghalangi terjadinya perubahan nilai arus listrik.
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa listrik AC memiliki nilai arus yang naik turun
membentuk gelombang sinusoidal. Perubahan arus listrik yang naik turun inilah yang
dihalangi oleh komponen kumparan di dalam sebuah rangkaian listrik AC. Terhalangnya
perubahan arus listrik ini mengakibatkan arus listrik menjadi tertinggal beberapa derajat
oleh tegangan listrik pada grafik sinusoidal arus dan tegangan listrik AC.
18
POLITEKNIK
NEGERI BANDUNG
PT. PEMBANGKITAN
JAWA BALI
Dari gambar tersebut diketahui bahwa jika sebuah sumber listrik AC diberi beban
induktif murni, maka gelombang arus listrik akan tertinggal sejauh 90 oleh gelombang
tegangan. Atas dasar inilah beban induktif dikenal dengan istilah beban lagging atau arus
tertinggal tegangan.
c. Beban Kapasitif
Beban kapasitif merupakan kebalikan dari beban induktif. Jika beban induktif
menghalangi terjadinya perubahan nilai arus listrik AC, maka beban kapasitif bersifat
menghalangi terjadinya perubahan nilai tegangan listrik. Sifat ini menunjukkan bahwa
kapasitor bersifat seakan-akan menyimpan tegangan listrik sesaat.
Ketika mendapatkan suplai tegangan AC, maka kapasitor akan menyimpan dan
melepaskan tegangan listrik sesuai dengan perubahan tegangan masuknya. Fenomena
inilah yang mengakibatkan gelombang arus AC akan mendahului (leading) tegangannya
sejauh 90.
Gambar di bawah adalah gelombang sinusoidal tegangan dan arus listrik AC pada beban
kapasitor murni. Nampak jika kita plot daya listrik yang dibutuhkan untuk menanggung
beban kapasitor juga berbentuk sinusoidal. Daya listrik bernilai positif (daya diserap
19
POLITEKNIK
NEGERI BANDUNG
PT. PEMBANGKITAN
JAWA BALI
kapasitor) pada setengah pertama gelombang sinusoidal daya, serta negatif (daya
dikeluarkan kapasitor) pada setengah gelombang kedua.
20
POLITEKNIK
NEGERI BANDUNG
PT. PEMBANGKITAN
JAWA BALI
BAB III
SISTEM EKSITASI PLTA CIRATA UNIT 2
3.1 Skematik Sistem Eksitasi
Sistem eksitasi berfungsi untuk menyediakan arus yang dibutuhkan oleh kumparan
medan pada generator sinkron untuk menghasilkan tegangan terminal. Berikut ini diagram
blok dari sebuah sistem eksitasi:
POLITEKNIK
NEGERI BANDUNG
PT. PEMBANGKITAN
JAWA BALI
POLITEKNIK
NEGERI BANDUNG
PT. PEMBANGKITAN
JAWA BALI
b. Beban Induktif
Untuk beban induktif murni (Cos = 0 lag ), maka arus akan tertinggal sebesar 90o
dari tegangan. Hal ini menyebabkan fluksi yang dihasilkan oleh arus jangkar akan
melawan fluksi arus medan. Dengan kata lain reaksi jangkar akan demagnetising artinya
pengaruh raksi jangkar akan melemahkan fluksi arus medan.
Seperti yang diketahui, bahwa beban induktif hanya mengkonsumsi daya reaktif saja.
Oleh karenanya pada pembangkit, untuk meningkatkan besarnya daya reaktif (MVAR)
yang dibangkitkan, dapat dilakukan dengan cara memperkuat fluksi medan yakni
menambah besarnya arus eksitasi yang diinjeksikan ke kumparan medan.
c. Beban Kapasitif
Untuk beban kapasitif murni (Cos = 0 lead ), maka arus akan mendahului tegangan
sebesar 90o. Fluksi yang dihasilkan oleh arus jangkar akan searah dengan fluksi arus
medan sehingga reaksi jangkar yang terjadi akan magnetising artinya pengaruh reaksi
jangkar akan menguatkan fluksi arus medan.
Dengan terjadinya penguatan fluksi medan di kumparan medan generator, maka akan
terjadinya kenaikan tegangan terminal generator. Untuk menjaga agar tegangan terminal
generator ini sama dengan tegangan jaringan interkoneksi, maka arus eksitasi yang
diinjeksikan ke kumparan medan di rotor akan dikurangi. Sehingga dengan naiknya
pemakaian beban kapasitif, maka arus eksitasi yang diinjeksikan ke rotor pada generator
akan semakin dikurangi.
3.3 Sistem Eksitasi PLTA Cirata Unit 2
Seperti yang telah diketahui, bahwa generator yang digunakan pada PLTA Cirata unit 2
tidak menggunakan magnet permanen, maka medan magnet yang digunakan untuk
membangkitkan tegangan induksi dihasilkan dengan cara menginjeksikan arus DC pada
kumparan medan yang terdapat pada rotor di generator tersebut melalui slip ring dan carbon
brush.
PLTA Cirata Unit 2 ini memiliki tipe sistem eksitasi statis, yakni arus eksitasi berasal dari
tegangan keluaran dari generator itu sendiri yang telah diturunkan dan disearahkan dari
tegangan AC 3 fasa menjadi sistem tegangan DC. Berikut ini sistem eksitasi PLTA Cirata
Unit 2:
23
POLITEKNIK
NEGERI BANDUNG
PT. PEMBANGKITAN
JAWA BALI
Gambar 3.2 Single Line Diagram Sistem Eksitasi PLTA Cirata Unit 2
Sumber: 1993. Generator and Indoor Electrical Equipment. Elin.LTD
24
POLITEKNIK
NEGERI BANDUNG
PT. PEMBANGKITAN
JAWA BALI
Peralatan utama yang digunakan pada sistem eksitasi PLTA Cirata Unit 2 adalah sebagai
berikut:
1. Generator
2. Excitation Transformer
3. Thyristor Rectifier
4. Battery
5. Battery Charger
6. Regulator dan Gate Control
7. Field Discharge Device
8. Ventilation Unit
9. Polarity Reverse Link
10. Over Voltage Protection
Pada prosesnya, tegangan keluaran yang dihasilkan oleh generator PLTA Cirata Unit 2
adalah tegangan AC 16,5 kV 3 fasa. Kemudian tegangan ini diturunkan menggunakan trafo
step down eksitasi menjadi 380 VAC 3 fasa, selanjutnya tegangan 3 fasa 380 VAC ini
disearahkan oleh converter AC to DC menggunakan rectifier sehingga dihasilkan tegangan
DC 110 volt. Tegangan 110 VDC ini akan diinjeksikan ke kumparan medan dirotor melalui
carbon brush dan slip ring untuk membangkitkan medan magnet pada rotor.
Untuk kondisi start awal dimana generator belum mampu menghasilkan tegangan
keluaran, maka sistem eksitasi untuk generator dilakukan dengan menggunakan battery.
Battery yang digunakan memiliki tegangan 2 V dan arus 800 Ah tiap unitnya. Battery ini
tersusun secara seri sebanyak 55 unit battery yang terletak di station battery, sehingga
dihasilkan tegangan 110 V dengan arus 800 Ah. Selain itu pada station battery juga terdapat
55 unit battery lainnya yang terhubung secara seri, yang diparalelkan dengan 55 battery
pertama dengan tegangan dan arus yang sama. 55 battery kedua ini difungsikan sebagai
redudant, yakni battery tersebut pada posisi standby dan bekerja untuk membantu apabila
55 battery pertama sebagai suplai utama mengalami kegagalan serta tidak mampu atau
kekurangan daya dalam mencatu arus eksitasi ke kumparan medan dirotor.
Ketika generator telah mampu menghasilkan 20% dari arus beban nol, maka suplai
eksitasi dari battery secara otomatis akan terputus (change over) dan eksitasi akan dicatu
daya oleh tegangan keluaran generator itu sendiri selama operasi pembangkitan dilakukan.
25
POLITEKNIK
NEGERI BANDUNG
PT. PEMBANGKITAN
JAWA BALI
POLITEKNIK
NEGERI BANDUNG
PT. PEMBANGKITAN
JAWA BALI
3. Battery
Battery berfungsi sebagai sumber catu daya sistem eksitasi pada saat starting awal.
Dimana generator belum mampu menghasilkan tegangan untuk sistem eksitasi sendiri.
Berikut ini spesifikasi battery yang digunakan di PLTA Cirata Unit 2:
POLITEKNIK
NEGERI BANDUNG
PT. PEMBANGKITAN
JAWA BALI
5. Thyristor Rectifier
Thyristor Rectifier yang digunakan di PLTA Cirata Unit 2 buatan pabrikan Elin.
Thyristor Rectifier berfungsi untuk menyearahkan tegangan 3 fasa keluaran dari trafo
eksitasi dari 380 VAC menjadi 110 VDC. Tegangan 110 VDC inilah yang digunakan
sebagai sumber arus eksitasi pada generator tersebut. Berikut ini spesifikasi Thyristor
Rectifier yang digunakan di PLTA Cirata Unit 2:
POLITEKNIK
NEGERI BANDUNG
PT. PEMBANGKITAN
JAWA BALI
7. Ventilation Unit
Ventilation Unit terdiri atas 2 unit fan yang dicatu daya secara langsung oleh keluaran
rectifier. Ventilation Unit merupakan peralat bantu yang berfungsi sebagai pendingin
sistem eksitasi. Arus yang besar menyebabkan panas yang tinggi, sehingga dapat
merusak peralatan sistem eksitasi. Berikut ini spesifikasi Ventilation Unit yang
digunakan di PLTA Cirata Unit 2:
POLITEKNIK
NEGERI BANDUNG
PT. PEMBANGKITAN
JAWA BALI
9. Field Flashing
Field Flashing adalah proses catu daya sistem eksitasi dilakukan oleh battery pada
saat generator belum mampu menghasilkan tegangan keluaran sendiri. Ketika generator
sudah mampu menghasilkan 5% dari tegangan nominalnya, maka thyristor mulai
beroperasi. Kemudian ketika arus eksitasi pada Bus-AC telah mencapai 20% dari arus
eksitasi beban nol generator, maka suplai eksitasi dari battery akan terputus dan akan di
change over oleh keluaran dari generator itu sendiri. Berikut ini spesifikasi Field
Flashing dari di PLTA Cirata Unit 2:
30
POLITEKNIK
NEGERI BANDUNG
PT. PEMBANGKITAN
JAWA BALI
BAB IV
ANALISIS DATA
4.1 Cara Kerja Sistem Eksitasi PLTA Cirata Unit 2
Pada bab sebelumnya, telah dijelaskan bahwa sistem eksitasi pada generator PLTA Cirata
Unit 2 ini merupakan jenis sistem eksitasi statik, dimana sumber eksitasi berasal dari
keluaran generator sinkron itu sendiri yang disearahkan terlebih dahulu dengan
menggunakan rectifier. Namun, pada saat strating awal dimana generator belum mampu
menghasilkan tegangan, maka energi yang digunakan untuk sistem eksitasi diambil dari
battery yang terletak di station battery, proses ini disebut dengan field flashing.
Besarnya arus yang diinjeksikan ke rotor generator oleh battery saat proses field flashing
ini adalah 125 A DC. Dengan adanya arus inisial eksitasi ini maka generator akan
menghasilkan tegangan keluaran. Pada saat tegangan keluaran generator telah mencapai 5%
dari tegangan nominalnya sebesar 16,5 kV maka thyristor mulai beroperasi dan menaikkan
tegangan hingga nilai nominalnya.
Kemudian ketika arus eksitasi yang tersedia pada pada Bus AC telah mencapai 20% dari
arus eksitasi tanpa beban, maka contactor yang menghubungkan antara battery dengan rotor
generator akan terbuka, sehingga sistem eksitasi sekarang dicatu daya oleh tegangan
keluaran dari generator itu sendiri. Besarnya arus eksitasi pada saat beban nol dari generator
ini adalah sebesar 998 A DC.
Seperti yang diketahui bahwa tegangan keluaran dari generator adalah tegangan AC 3
fasa 16,5 kV, sedangkan sistem eksitasi menggunakan tegangan DC 110 V, maka diperlukan
trafo step down dan converter agar tegangan keluaran generator ini dapat digunakan untuk
mencatu sistem eksitasi. Tegangan keluaran generator akan diturunkan menggunakan trafo
eksitasi dari 16,5 kV menjadi 380 V 3 fasa AC, kemudian tegangan ini diubah menjadi
tegangan DC 110 V menggunakan thyristor rectifier, selanjutnya tegangan ini baru dapat
digunakan untuk mencatu daya sistem eksitasi pada generator tersebut.
Kemudian untuk pengaturan besarnya arus eksitasi yang diinjeksikan ke rotor pada
generator akan diatur oleh automatic voltage regulator (AVR). AVR ini akan mengontrol
proses switching sistem eksitasi dengan cara mengatur besarnya tegangan atau arus yang
diinjeksikan pada terminal gate di SCR atau thyristor. Pada saat kaki gate diberi tegangan
positif, maka SCR akan menghantarkan arus listrik dari anoda ke katoda dari SCR tersebut,
31
POLITEKNIK
NEGERI BANDUNG
PT. PEMBANGKITAN
JAWA BALI
sehingga arus eksitasi akan diteruskan ke kumparan medan pada rotor. Bagian AVR yang
mengontrol besarnya tegangan atau arus yang diinjeksikan ke terminal gate pada SCR adalah
Gate Control Unit. Pengaturan switching arus eksitasi yang dilakukan oleh AVR ini akan
disesuaikan dengan proses pembebanan yang berlangsung pada generator tersebut.
4.2 Pengaruh Arus Eksitasi Generator Terhadap Pembebanan
Pada bab pendahuluan, telah dipaparkan bahwa penulisan karya tulis ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh pembebanan terhadap pengaturan arus eksitasi yang diinjeksikan ke
rotor generator. Berikut ini adalah data operasi harian yang meliputi data pembebanan dan
arus eksitasi PLTA Cirata Unit 2 pada Selasa, 4 Agustus 2015:
VOUT.GEN
(KV)
15,9
16,4
16
16,1
16,5
16,2
16,3
15,8
IR
(A)
2200
2405
2800
3048
2953
3240
3468
4120
IS
IT
Cos
Pbeban
Q
(A)
(A) IRata (A)
phi
(MW)
(MVAR)
2110 2230 2180,00
0,9
56,00
20
2285 2350 2346,67
0,9
59,50
29,5
2730 2770 2766,67
0,9
67,00
41
2963 3028 3012,50
0,9
73,50
39,75
2863 2917 2911,11
0,9
73,33
37
3140 3213 3197,78
0,9
80,33
40
3668 3435 3523,33
0,9
88,75
37,25
4040 4120 4093,33
0,9
105,00
40
Tabel 4.1 Data Operasi Harian PLTA Cirata Unit 2
IF (A)
830,0
1174,0
1227,0
1243,0
1255,0
1275,3
1288,0
1313,0
Dari data tersebut data tersebut dapat diketahui arus eksitasi terendah yang diinjeksikan
ke kumparan medan di rotor adalah 830 A untuk daya beban sebesar 56 MW dan tertinggi
sebesar 1313 A ketika daya beban 105 MW. Arus eksitasi maksimal yang mampu dicapai
adalah sebesar 1588 A untuk beban penuh sebesar 126 MW.
Bila dibandingkan antara arus eksitasi pada daya beban 105 MW dengan arus eksitasi
pada beban penuh yang dapat dibangkitkan oleh generator, maka didapatkan nilai sebesar
82,6%. Nilai ini menunjukkan pada saat pembebanan yang dilakukan adalah sebesar 83,3%
dari beban penuh (105 MW dari 126 MW), maka arus eksitasi yang diinjeksikan adalah
82,6% dari arus eksitasi beban penuhnya.
Bila dikaitkan dengan persamaan sebelumnya, dimana persentasi pembebanan dan arus
eksitasi seharusnya sama, yakni pada pembebeban 83.3% dari beban penuh, seharusnya arus
eksitasinya sebesar 83,3% juga, namun pada PLTA Cirata Unit 2 hanya 82,6%. Hal ini
dikarenakan arus maksimal 1588 A tersebut tidak hanya digunakan untuk membangkitkan
32
POLITEKNIK
NEGERI BANDUNG
PT. PEMBANGKITAN
JAWA BALI
daya aktif saja, tetapi juga untuk membangkitkan daya reaktif, sehingga arus eksitasi
maksimal 1588 A tersebut tidak hanya digunakan untuk membangkitkan daya sebasar 126
MW. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sistem eksitasi di PLTA Cirata Unit 2 telah
bekerja secara optimal.
Selain itu, dari data tersebut dapat dibahas beberapa hal, yakni:
1. Pengaruh Pembebanan terhadap Tegangan Terminal generator
Dari data diatas dapat diketahui bahwa dengan terjadinya perubahan beban, tegangan
terminal generator juga akan ikut berubah. Ketika beban naik, maka yang terjadi adalah
tegangan jaringan akan turun dan membuat tegangan terminal generator juga menjadi turun
sehingga memaksa generator untuk menaikkan tegangan terminal generator agar tetap
dalam kondisi nominalnya yakni 16,5 KV. Tegangan terminal generator ini dapat dijaga
pada kondisi nominalnya dengan cara menambah besarnya arus eksitasi yang diinjeksikan
ke rotor generator.
Sedangkan pada saat terjadi penurunan beban, tegangan pada jaringan akan cenderung
naik, dan tegangan teminal generator juga akan naik melebihi tegangan nominalnya. Untuk
menjaga agar tegangan terminal tetap pada kondisi nominalnya maka besarnya arus eksitasi
yang diinjeksikan pada rotor generator harus dikurangi. Hal ini dibuktikan pada grafik
tegangan terminal terhadap arus eksitasi dan pengaruh pembebanan terhadap tegangan
terminal berikut:
VOUT.GEN (KV)
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
PBEBAN (MW)
33
POLITEKNIK
NEGERI BANDUNG
PT. PEMBANGKITAN
JAWA BALI
IF (A)
1000,0
800,0
600,0
400,0
200,0
0,0
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
PBEBAN (MW)
Pada bab dasar teori telah dijelaskan bahwa tegangan terminal secara matematis
dituliskan sebagai berikut :
= .......(1)
= ( )....................(2)
= cos 3.....(3)
Dari persamaan diatas dapat diketahui bahwa tegangan terminal (Vt) yang dibangkitkan
akan berbanding lurus dengan ggl induksi (E). Karena putaran dijaga kontan untuk menjaga
frekuensi tetap 50 Hz, maka pengaturan besarnya ggl induksi yang dibangkitkan hanya
dipengaruhi oleh fluksi () yang dihasilkan oleh arus eksitasi (IF). Sehingga diperoleh
hubungan berikut:
34
POLITEKNIK
NEGERI BANDUNG
PT. PEMBANGKITAN
JAWA BALI
Sehingga semakin besar pembebanan yang dilakukan maka arus eksitasi yang
diinjeksikan ke rotor pada generator juga akan semakin besar .
30
1400,0
25
1200,0
1000,0
20
800,0
IF (A)
VOUT.GEN (KV)
15
600,0
10
400,0
200,0
0
0,00
20,00
40,00
60,00
Pbeban (MW)
80,00
0,0
100,00
120,00
PBEBAN VS VOUT.GEN
PBEBAN VS IF
Gambar 4.3 Grafik Pembebanan terhadap Tegangan Terminal dan Arus Eksitasi
35
POLITEKNIK
NEGERI BANDUNG
PT. PEMBANGKITAN
JAWA BALI
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Dari pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal, yakni:
1.
Jenis sistem eksitasi pada generator PLTA Cirata Unit 2 adalah sistem eksitasi
statis dengan catu daya saat starting menggunakan battery.
2.
Sistem eksitasi pada generator PLTA Cirata Unit 2 telah bekerja secara optimal.
3.
4.
5.
6.
Semakin besar pembebanan pada generator, maka arus eksitasi yang diinjeksikan
akan semakin besar.
5.2 Saran
Untuk menjaga agar sistem eksitasi genertaor PLTA Cirata Unit 2 tetap bekerja
dalam kondisi optimal, hendaknya pada saat Preventive Maintenance (PM) sedang
berlangsung, memeriksa sistem penyearahan dan kondisi baut-baut terminal
penyearahan, membersihkan kontaminasi akibat debu, oli, grease dan material yang
lengket yang terdapat pada slipring dan carbon brush serta bagian generator yang
berhubungan secara listrik agar tidak terjadi kegagalan kontak listrik.
36
POLITEKNIK
NEGERI BANDUNG
PT. PEMBANGKITAN
JAWA BALI
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Anonim. 2008. Cirata Excitation System Operation and Maintenance Manual. VA Tech
Hydro
[2]. Basu, Swapan and Ajay Kumar Debnath. 2015. Power Plant Instrumentation and
Control Handbook. Academic Press: London , UK
[3]. Boldea Ion. 2006. The Electric Generator Synchronous Generators. Taylor and francis
group: New York
[4]. Anonim. 2015. Generator Sinkron 3 Fasa, [pdf].
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20111/3/Chapter%20II.pdf, diakses
tanggal 12 Agustus 2015)
[5]. Anthony, Zuriman.2015. Generator Sinkron, [pdf].
(http://sisfo.itp.ac.id/bahanajar/BahanAjar/ZurimanAnthony/Mesin%20Listrik%20AC
/Bab%20I.pdf, diakses tanggal 13 Agustus 2015).
[6]. Nurbaiti. 2015. Medan Magnet dan Induksi Elektromagnetik, [doc].
(https://baitbaiti.files.wordpress.com/2009/09/medan-magnet-dan-induksielektromagnetik.doc, diakses tanggal 18 Agustus 2015)
[7]. Suryadiningrat, Rian. 2013. Pengoperasian Turbin Generator PLTA Besar dan
Pengoperasian Sistem Penunjang PLTA Besar. UP.Cirata:PT.PJB, Purwakarta
vi
LAMPIRAN