Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Abstrak
TUJUAN : Untuk menentukan efektifitas dan keuntungan dari segi keamanan
dalam melakukan cholangiografi intraoperatif (IOC) selama cholesistektomi
laparoskopik (LC) untuk menangani cholelithiasis simptomatik.
HASIL : Sebanyak total 371 pasien dimasukkan kedalam penelitian ini (remaja
hingga dewasa, batas usia mulai dari 16-70 tahun), dengan 185 pasien
dimasukkan kedalam kelompok LC rutin dan 186 pasien kedalam kelompok LC +
IOC. Kedua kelompok terapi tersebut sama dalam hal usia, jenis kelamin, indeks
massa tubuh, durasi gejala, jumlah dan ukuran batu empedu, serta gejala klinis.
Kedua kelompok terapi tersebut juga tidak menunjukkan adanya perbedaan
signifikan pada tingkat keberhasilan LC (98.38% berbanding 97.85%), sisa batu
CBD (0.54% berbanding 0.00%), trauma CBD (0.54% berbanding 0.53%) dan
komplikasi lainnya (2.16% berbanding 2.15%), dan juga pada durasi lama
perawatan di rumah sakit (5.10 1.41 hari berbanding 4.99 1.53 hari). Namun,
kelompok terapi LC + IOC menunjukkan lama operasi rata-rata yang lebih
panjang (kelompok LC rutin : 43.00 4.15 menit berbanding 52.86 4.47 menit,
P < 0.01). Tidak ada kasus komplikasi fatal pada kedua kelompok tersebut. pada
penilaian follo-up setelah 1 tahun, 1 pasien pada kelompok LC rutin melaporkan
mengalami diare selama 3 bulan setelah LC dan 1 pasien pada kelompok LC +
IOC melaporkan mengalami rasa tidak nyaman intermitten di daerah epigastrium,
tetapi pemeriksaan radiologis tidak menemukan adanya kelainan.
Poin Utama : Keuntungan klinis, dalam hal efektifitas dan keamanan, dalam
melakukan prosedur tambahan berupa cholangiografi intraoperatif (IOC) selama
prosedur terapi cholesistektomi laparoskopik (LC) pada pasien yang menderita
cholelithiasis simptomatik belum diketahui. Penelitian acak prospektif ini didesain
untuk membandingkan keadaan dan hasil operasi dari pasien yang ditangani
dengan menggunakan LC rutin atau LC + IOC. Tidak didapatkan adanya
keuntungan yang signifikan secara statistik dalam hal tingkat didapatkannya batu
pada duktus koledokus (CBD), trauma pada CBD atau komplikasi lainnya, atau
lama perawatan di rumah sakit, terapi terapi LC + IOC membutuhkan waktu
operasi yang secara signifikan lebih lama.
PENDAHULUAN
Sejak dikenalkan secara klinis kira-kira 25 tahun yang lalu, prosedur
cholesistektomi laparoskopik (LC) telah menggantikan operasi terbuka sebagai
terapi gold standard untuk cholelithiasis simptomatik. Sayangnya, area kerja yang
lebih terbatas dan manipulasi alat lebih detail yang dibutuhkan pada prosedur LC
meningkatkan resiko trauma pada duktus billiaris. Prosedur cholangiografi
intraoperatif (IOC), sebuah prosedur dimana dimasukkan sebuah kateter
dimasukkan kedalam duktus koledokus (CBD) untuk drainase empedu dan
menginjeksikan pewarna, yang dapat memperbaiki visualisasi anatomi duktus
billiar dan membantu laparoskopis untuk menghindari kerusakan akibat LC.
Walaupun kombinasi LC + IOC sering digunakan pada pusat-pusat kesehatan di
seluruh dunia, belum ada penelitian sistematik yang mendefinisikan secara rinci
keuntungannya terhadap pasien, dalam hal efektifitas dan keamanan, jika
dibandingkan dengan prosedur LC rutin saja.
Penelitian acak prospektif ini didesain untuk menentukan apakah pasien
yang mendapatkan terapi LC + IOC untuk menangani cholelithiasis simptomatik
memiliki hasil operatif yang lebih baik jika dibandingkan dengan yang diterapi
dengan LC saja.
Desain Penelitian
Pasien yang masuk ke Minimal Invasive Surgery Center of Tianjin Nankai
Hospital dari Januari 2012 hingga Januari 2014 untuk mendapatkan
penatalaksanaan cholelithiasis simptomatik dimasukkan kedalam penelitian ini.
Pendaftaran penelitian diajukan pada remaja ( 16 tahun) dan pasien dewasa
dengan gejala klinis berupa gejala-gejala kolik billiar, penemuan radiologis yang
mengarah ke batu empedu, dan hasil serum biokimia (misalnya kadar bilirubin,
alkali fosfatase dan alanine aminotransferase) dalam batas normal. Pasien tidak
dimasukkan kedalam penelitian jika terdapat keadaan berikut : saat ini dicurigai
atau didiagnosis menderita batu CBD atau riwayat batu CBD; pankreatitis akut
aktif; hamil; syok sepsis; batu empedu intrahepatik atau dilatasi duktus
intrahepatik; tumor pankreas atau biliar maligna; riwayat spinchterotomy
sebelumnya; tidak dapat menjalani anestesi dan pembedahan; kontraindikasi
terhadap meglumine diatrizoate; sirosis hepatis; riwayat operasi abdomen; riwayat
jaundice; dilatasi CBD (diameter > 8 mm); primary sclerosing cholangitis;
ketikdamampuan untuk memberikan informed consent untuk berpartisipasi dalam
penelitian.
Semua peserta penelitian diberikan informed consent dan secara acak
mendapatkan terapi rutin dengan LC atau terapi LC + IOC dengan menggunakan
protokol dalam amplop yang tersegel. Semua operasi pembedahan dilakukan oleh
seorang ahli laparoskopi yang telah berpengalaman dengan > 2000 kasus LC.
Dinilai eligibilitasnya
n = 544
Dikeluarkan
n = 21
Menolak untuk ikut dalam penelitian
n = 119
Kelompok Rutin
Kelompok IOC
n = 202
n = 202
Gagal IOC
n = 17
n=6
Dianalisa
n = 185
n = 10
Dianalisa
n = 186
Kelompok LC
Kelompok LC
rutin,
+ IOC,
n = 185
58.22 8.41
97 (52.43)
24.14 1.12
n = 186
57.43 7.15
101 (54.30)
23.96 1.89
0.33
0.72
0.27
176 (95.14)
179 (96.24)
0.60
Demam
46 (24.86)
49 (26.34)
0.74
Usia (tahun) 1
Jenis kelamin wanita
BMI 1
Gejala Klinis
Nilai P
Karakteristik
Mual / muntah
Durasi Gejala (hari) 1
Ukuran maksimum batu
Kelompok LC
Kelompok LC
rutin,
+ IOC,
n = 185
28 (15.14)
3.46 1.82
1.42 0.23
n = 186
31 (16.67)
3.50 2.22
1.39 (0.21)
Nilai P
0.69
0.48
0.19
empedu (cm) 1
Batu empedu multiple 3
46 (24.86)
48 (25.81)
0.84
1
Data dipresentasikan sebagai rata-rata SD. BMI : Indeks massa tubuh; LC :
Cholesistektomi laparoskopik; IOC : Cholangiografi intraoperatif.
Analisis Statistik
Data kuantitatif dipresentrasikan sebagai rata-rata SD. Perbedaan antar
kelompok dinilai dengan menggunakan tes x2 (untuk variabel kategorik) dan tes
Fishers exact (untuk variabel numerik). Nilai ambang batas untuk perbedaan
yang signifikan secara statistik diset pada nilai P < 0.05. Semua analisis statistik
dilakukan dengan menggunakan SPSS untuk Windows, versi 16.0 (SPSS Inc.,
Chicago, IL, Amerika Serikat).
HASIL
Populasi Penelitian dan Kelompok Terapi
Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1, sebanyak total 544 pasien memenuhi
kriteria inkusi awal. Dari 544 pasien tersebut, 119 pasien memutuskan untuk
menolak tawaran untuk dimasukkan kedalam penelitian dan 21 tidak dimasukkan
kedalam penelitian karena adanya batu CBD atau dilatasi CBD > 8 mm yang
diverifikasi dengan menggunakan B-ultrasound (n = 21). Oleh karena itu,
populasi awal penelitian terdiri dari 404 pasien, yang kemudian dibagi sama rata
kedalam kelompok LC rutin dan kelompok LC + IOC (masing-masing n = 202).
Namun, hanya 371 dari pasien tersebut yang masuk dalam analisis akhir karena
hilangnya pasien pada saat follow-up (n = 17, kelompok LC rutin; n = 10,
kelompok LC + IOC) dan kegagalan untuk menyelesaikan prosedur IOC karena
perlengketan berat pada segitiga cystohepatik (n = 6).
Berhasil menyelesaikan LC
Konversi ke operasi terbuka
Trauma CBD
Waktu operasi (menit) 1
Kelompok LC
Kelompok LC
rutin,
+ IOC,
n = 185
182
3
1
43.00 4.15
n = 186
182
4
1
52.86 4.47
Nilai P
0.71
0.71
0.75
< 0.01
5.10 1.41
4.99 1.53
0.47
(hari) 1
1
Data dipresentasikan sebagai rata-rata SD. LC : Cholesistektomi laparoskopik;
IOC : Cholangiografi intraoperatif; CBD : Duktus koledokus.
n = 185
n = 186
Sisa Batu CBD
1
0
0.50
Komplikasi Lainnya
2
2
0.64
LC : Cholesistektomi laparoskopik; IOC : Cholangiografi intraoperatif; CBD :
Duktus koledokus.
DISKUSI
Tambahan IOC selama prosedur terapi LC untuk penanganan penyakit kantung
empedu rutin dilakukan dan dianggap menguntungkan untuk mengetahui anatomi
billiar dan mengindentifikasi batu pada CBD. Namun, efektifitas dan keamanan
kombinasi tersebut, jika dibandingkan dengan prosedur LC saja, masih belum
dapat ditentukan. Orang yang mendukung penggunaan pendekatan gabungan
tersebut berpendapat bahwa IOC dapat membantu ahli laparoskopik untuk
menghindari terjadinya trauma duktus billiaris dan dapat menurunkan resiko sisa
batu CBD. Sedangkan yang tidak setuju berpendapat bahwa prosedur tambahan
tersebut hanya memberikan sedikit atau tidak memberikan keuntungan dan hanya
mempersulit kondisi operasi.
Pusat kesehatan kami mulai melakukan operasi LC pada tahun 1992 dan
sejak saat itu telah mengumpulkan banyak pengalaman klinis dalam hal operasi
laparoskopik untuk penanganan cholelithiasis, yang sampai saat ini telah
diaplikasikan pada > 50.000 kasus. Pencatatan dan analisis matriks performa pada
rumah sakit kami menunjukkan adanya peningkatan kasus trauma CBD akibat LC
dan sisa batu CBD selama 2 dekade terakhir. Kami membuat observasi umum
bahwa peningkatan kasus yang tidak memuaskan tersebut terjadi bersamaan
dengan pengenalan dan penggunaan IOC pada LC yang lebih rutin. Ketika audit
detail terhadap data metrik rumah sakit terbukti tidak adekuat untuk menentukan
apakah IOC sebenarnya diperlukan selama proses LC (memperbaiki efektifitas
dan tetap memiliki sifat keamanan yang cukup), kami mendesain penelitian acak
prospektif ini.
Hasil dari penelitian ini mengindikasikan bahwa tambahan IOC terhadap
prosedur LC tidak memiliki efek yang signifikan terhadap tingkat kesuksesan
peneyesaian LC, mendapatkan batu CBD, trauma CBD, atau komplikasi terkait
terapi lainnya. Namun, prosedur IOC tersebut memperpanjang waktu operasi.
Kami juga menemukan tingkat kesuksesan penyelesaian IOC yang tidak absolut,
namun tingkat yang kami dapatkan (3.23%) lebih tinggi daripada yang dilaporkan
sebelumnya. Tingkat keberhasilan IOC kami yang relatif tinggi dapat
menunjukkan pengalaman ahli laparoskopik kami serta tim pendukung operasi
yang sangat tinggi dan/atau kemajuan umum instrumentasi dan kualitas imaging.
Namun, harus dicatat bahwa 1 kasus trauma duktus billiar yang terjadi pada serial
LC + IOC, prosedur IOC tersebut dapat mengidentifikasi trauma yang sangat
kecil yang tidak terlihat dengan mata biasa. Selain itu, salah satu pasien dalam
kelompok LC rutin mengalami kebocoran empedu dan mungkin bahwa keadaan
tersebut dapat diobservasi dan dicegah jika telah dilakukan IOC.
Kesimpulannya, serial kasus cholelithiasis simptomatik yang kami
dapatkan tidak menunjukkan adanya keuntungan statistik yang signifikan dengan
menggunakan IOC selama LC; khususnya, tidak memperbaiki tingkat
didapatkannya batu empedu atau trauma pada duktus billiaris. Namun, performa
prosedur IOC tambahan tersebut memperpanjang waktu operasi, mempersulit
operasi, dan kemungkinan dapat memperburuk hasil operasi. Oleh karena itu,
hasil dari penelitian ini tidak mendukung penggunaan rutin IOC pada LC untuk
pasien yang menderita cholelithiasis simptomatik. Dibutuhkan penelitian yang
lebih besar, yang menggunakan demografi pasien, dokter yang menangani, dan
rumah sakit yang lebih luas untuk mengkonfirmasikan penelitian kami dan
menunjukkan generalisabilitasnya terhadap populasi pasien penderita
cholelithiasis lainnya.