Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Alhamdulillah, puji serta syukur saya haturkan kepada Allah SWT karena telah memberikan saya
rahmat sehingga pembuatan makalah yang berjudul glycol dehydration selesai tepat pada
waktunya.
Makalah ini saya buat untuk memberikan informasi mengenai proses dehidrasi unit terutama
proses dehidrasi dengan menggunakan bahan kimia glycol, saya juga akan memberikan
informasi mengenai alat apa saja yang akan digunakan serta kelebihan dan kekurangan dalam
menggunakan glycol dalam proses dehidrasi, dan juga macam-macam glycol dalam proses
dehidrasi.
Diharapkan setelah pembuatan makalah ini kita semua mendapat informasi serta pengetahuan
baru yang membuat kita semakin kompeten, terutama dalam proses dehidasi glycol.
Saya juga berterima kasih kepada semua pihak yang ikut membantu dan terlibat dalam
penyusunan makalah ini, dan juga saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun
karena tak ada gading yang tak retak, kesempurnaan hanya milik Allah, namun kita harus terus
berusaha untuk menjadi insan yang lebih baik lagi.
Bontang, 7 Oktober 2014
Penyusun
Page 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................
11
12
13
16
17
17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................
19
Page 2
BAB I
I.
Pendahuluan
I.I Latar Belakang
Kandungan air di dalam feed gas harus dihilangkan karena dapat mengganggu proses
berikutnya. Alasan mengapa proses dehidrasi dilakukan adalah
Untuk mengurangi korosi dan menghilangkan potensi penurunan aliran feedgas dalam
pipa karena adanya pembentukan hidrat pada pipa.
Gas maupun liquid pada hidrokarbon pasti memiliki spesifikasi kandungan air.
Sedangkan dalam beberapa proses, air sangat tidak diinginkan di dalam plant jika
kondisi hidrokarbon dalam keadaan cryogenic dapat mengubah air menjadi es yang
dapat menyumbat aliran pipa. Dan juga terbentuknya air jenuh akibat proses amine.
Secara garis besar proses dehidrasi dibagi menjadi 2, yaitu absorbsi (penyerapan menggunakan
desiccant cair) dan adsorbsi (penyerapan menggunakan desiccant padat). Desiccant cair yang
banyak digunakan adalah glycol, sedangkan desiccant padat yang banyak digunakan adalah
activated alumina, silica gel atau molecular sieve. Dalam proses adsorbsi, desiccant padat
disimpan dalam suatu tempat yang tetap atau fixed-bed sehingga wet gas yang akan dicairkan
akan melewati desiccant tersebut, uap air akan terjerat pada desiccant padat baik dalam
permukaan maupun dalam pori-porinya, kemudian keluaran dari proses tersebut akan
menghasilkan gas kering.
Perbedaan proses absorbsi yaitu desiccant cair yang berkontak dengan wet gas tidak dalam
posisi fixed atau tetap melainkan desiccant tersebut bergerak kearah kebalikan dengan arah
wet gas yaitu ke bawah serta akan menyerap air yang terkandung pada feed gas. Desiccant cair
harus memiliki kemampuan seperti dibawah ini :
Daya serap yang tinggi terhadap air, dan daya serap rendah terhadap hidrokarbon.
Viskositas yang rendah agar mudah di pompa, dan memiliki kontak baik antara fase gas
maupun liquid.
Page 3
Untuk mencapai kandungan air dibawah 0.1 ppmv harus menggunakan molsieves.
Tetapi pada makalah kali ini saya akan menggunakan glycol yang umum digunakan di industry.
I.II Rumusan Masalah
Adapun masalah-masalah yang akan saya angkat dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana proses dehydration unit glycol yang digunakan dalam suatu pabrik
pengolahan minyak maupun gas alam ?
2. Apa kelebihan dan kekurangan dari penggunaan glycol dalam dehydration unit ?
3. Bagaimana pemilihan glycol yang tepat dalam proses dehydration ?
I.II Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana proses dehydration unit menggunakan glycol yang
digunakan di suatu pabrik pengolahan minyak bumi maupun gas alam
2. Mengetahui kelebihan dan kekurangan penggunaan glycol di dalam dehydaration
unit
3. Mengetahui pemilihan glycol yang tepat untuk suatu proses dehydration.
Page 4
BAB II
PEMBAHASAN
Page 5
Page 6
Daya serap yang tinggi terhadap air, dan daya serap rendah terhadap hidrokarbon.
Viskositas yang rendah agar mudah di pompa, dan memiliki kontak baik antara fase gas
maupun liquid.
Dilihat dari unsur-unsur diatas, bahan yang paling tepat digunakan sebagai desiccant absorption
yaitu menggunakan glycol, ethylene glycol (EG), diethylene glycol (DEG), triethylene glycol
(TEG), tetraethylene glycol (TREG) dan prophylene glycol.
Namun yang paling banyak digunakan adalah triethylene glycol. Karena jika dibandingkan
dengan EG yang lebih ekonomis, EG sulit untuk di regenerasi dan juga dikontakkan dengan feed
yang mengandung air laut, EG akan menyerap sodium klorida yang lebih banyak dari TEG, dan
juga mudah untuk di regenerasi glycolnya.
Namun jika dibandingkan dengan yang lain, DEG adalah yang paling murah dan memiliki
viskositas paling rendah cocok digunakan di laut utara atau pada suhu dan cuaca lingkungan
yang dingin, akan tetapi penggunaan dan pengendalian didalam proses sangat tidak hemat
karena tidak bisa diregenerasi. Dibanding TEG, DEG lebih besar kemungkinan untuk melepas
serapan air tersebut, dengan konsentrasi yang tinggi dan suasana yang sulit.
TREG lebih kental dan lebih mahal dibandingkan yang lain, keuntungannya hanya memiliki
tekanan uap yang rendah yang dapat mecegah lepasnya muatan air yang sudah diserap. Dan
juga gas harus kontak pada suhu 500C.
Glycol dehydration LNG Academy III
Page 7
Dalam aplikasinya di industry paling banyak dijumpai adalah dengan menggunakan dessicant
cair, karena lebih ekonomis. Perawatannya yang mudah dan pengoprasiannya yang tidak begitu
rumit membuat dessicant cair lebih banyak dipakai asalkan sesuai dengan spesifikasi yang harus
dipenuhi didalam suatu industry tersebut.
Akan tetapi harus diperhatikan walaupun dapat dioperasikan dengan tidak begitu rumit , harus
ada desain tertentu dan kelarutan dessicant tersebut dalam gas asam, jika berada dalam
tekanan yang tinggi dan juga tingkat keasaman yang tinggi dapat membuat glycol tersebut larut
didalam gas.
DEG, TEG, dan TREG memiliki karakteristik yang sama yaitu tidak berwarna, tidak berbau,
kekentalan rendah, memiliki titik didih yang tinggi, volatilitas rendah higroskopisitas yang baik.
Glycol
EG
197
-13
DEG
245
-11
TEG
327
-6
Page 8
Inlet scrubber
separator yang digunakan untuk memisahkan antara hidrokarbon berat dan garam
dengan hidrokarbon ringan yang akan menjadi umpan unit dehidrasi (feed gas). Jika gas
inlet tidak ditempatkan sebelum dehydrator maka kandungan garam akan masuk ke
dalam reboiler, terevaporasi, dan menempel di dinding (sehingga efektifitas panas
reboiler menjadi berkurang) atau menutupi aliran pipa. Separator yang baik dapat
memisahkan oli kompresor, lumpur, inhibitor korosi, kotoran pipa, dll.
Flash tank
Tempat dimana rich glycol akan diturunkan tekanannya, dan akan terpisah antara rich
glycol dengan sedikit hidrokarbon ringan yang terserap yang kemudian akan dikeluarkan
dari sistem.
Filter
memastikan agar benar-benar rich glycol murni yang memasuki still.
Still
Page 9
tempat pemurnian glycol yang mengandung uap air sebelum masuk reboiler. Bagian
atas still column dirancang agar tidak terjadi kehilangan glycol saat dipanaskan. Ukuran
column tidak begitu critical karena vapor yang berada didalam column tersebet tidak
banyak.
Reboiler
tempat dipanaskannya rich glycol agar air yang terkandung dapat terlepas sempurna
dan glycol dapat digunakan kembali.
Surge drum
tempat penyimpanan lean glycol yang siap digunakan kembali di dehydrator dan juga
digunakan sebagai make up glycol serta pencegahan jumlah glycol yang akan dipompa
agar tidak kurang sehingga tidak akan terjadi surging pada pompa.
Pompa
alat yang digunakan untuk menaikan tekanan lean glycol untuk mencapai bagian atas
glycol dehydrator.
Condenser
alat untuk menurunkan suhu sebelum masuk contactor agar sempurna proses
penyerapannya.
Page 10
Saya akan menjabarkan 2 sudut pandang proses yang terjadi dari wet gas serta dari glycol.
Sudut pandang wet gas :
1. Wet gas masuk ke inlet scrubber sehingga memisahkan fasa liquid dan gas.
2. Wet gas masuk ke dalam glycol dehydrator yang akan terjadi proses absorpsi karena
berkontak langsung dengan lean glycol pada tray-tray yang tersedia.
3. Kemudian setelah proses absorpsi wet gas berubah menjadi dry gas yang akan
dilanjutkan ke proses selanjutnya.
Sudut pandang glycol :
1. Lean glycol masuk kedalam glycol dehydrator di bagian atas dan melakukan kontak
dengan wet gas sehingga berubah menjadi rich glycol.
2. Rich glycol masuk sementara ke still untuk dipanaskan sedikit agar terhindar dari
hidrokarbon ringan yang ikut terserap kemudian dipisahkan di flash tank. Hidrokarbon,
bahan korosif, dan gas corbon dioksida yang terikut akan dipisahkan ke flash gas dalam
flash tank dan dikeluarkan dari system regenerasi, dan menghindari adanya bahan
korosif yang terbawa masuk di temperature tinggi boiler.
Page 11
3. Rich glycol melewati cross heat exchanger berisi lean glycol yang panas untuk
menaikkan suhunya sebelum memasuki still dan di reboiler. Suhu pada regenerator
biasanya berada pada suhu 400 C, dan temperature lean glycol tidak akan melebihi suhu
60 65 C (140 149 F).
4. Pada filter terjadi penyaringan paraffin hydrocarbon yang larut didalam glycol,
walaupun jumlahnya sedikit sekali, beberapa dari bahan tersebut lebih berat dari udara
dan bias menjadi maslah safety jika tidak ditindak lanjuti. Tambahan komponen
aromatic larut di dalam TEG yang dapat menyebabkan masalah pada still kolom. Di
dalam glycol juga terdapat activated carbon untuk menghindari masuknya iron sulfida
dan aromatic dalam bentuk foam. Aromatic karbon terdapat pada rich glycol dan ikut
masuk kedalam regenerator, yang dapat dengan mudah mencapai titik equilibrium dan
lebih berat dari hidrokarbon berat, oleh karena itu dibutuhkan activated carbon filter.
5. Air yang terserap akan dikeluarkan dari glycol dengan cara dipanaskan pada tekanan
atmosferik.
6. Glycol yang sudah diregenerasi keluar dari surge drum kemudian didinginkan di cross
heat exchanger.
7. Lean glycol di pompa menuju condenser sebelum kembali dikontakkan dengan wet gas
agar tidak terlalu panas dan kembali disirkulasikan ke glycol dehydrator.
8. Lean glycol yang bebas dari hidrokarbon dan air siap untuk kontak kembali dengan wet
gas di bagian atas glycol dehydrator.
II.VI Tipikal Kondisi Operasi Glycol Dehydrator
Contactor
Inlet pressures
Inlet temperatures
Pressure drop
Page 12
Tray efficiencies
25 30%
Dew points
Vaporization
Total
Column internal
Reboiler temperatures
Pressure
Temperature
150oF (66oC)
Retention times
~10 menit
Page 13
3. Jumlah kontak absorber dengan wet gas yang akan menentukan berapa banyak tray
yang dibutuhkan di dalam dehydrator.
Dari table diatas menunjukan bahwa jika equilibrium dew point dan contactor temperature
dijaga sedemikian rupa akan menghasilkan konsentrasi TEG regenerasi yang bagus. Contohnya
jika equilibrium temperature sekitar 10 - 150F ( 5 - 100C) dibawah dew point temperature yang
diinginkan. Dan juga mendapat -15oF (-26oC) maka akan didapatkan konsentrasi lean glycol
sekitar 99.8 sampai 99.9 wt%.
Semakin tinggi konsentrasi lean glycol yang diinginkan maka semakin besar kerja reboiler. Pada
suhu reboiler 400oF (204oC), typical konsentrasi lean glycol yang keluar adalah sekitar 98.6 wt%
(engineering data book, 2004b) pada ketinggian air laut. Yang biasanya digunakan adalah
Page 14
dengan pengurangan tekanan saat stripping gas atau vakum destilasi yang bisa mencapai
konsentrasi lean glycol sekitar 99.95 sampai 99.98 wt%.
Dehydration unit menggunakan glycol biasanya tipikal antara satu tempat dengan tempat yang
lainnya, namun ada beberapa metode didalam proses regenerasi glycol untuk mendapat
kemurnian lebih tinggi lagi, namun kebanyakan pengeringan menggunakan cara menurunkan
tekanan parsial, karena jika menggunakan suhu diatas 400 F maka akan merusak glycol itu
sendiri atau bias disebut degradasi termal glycol.
Sesimpel sebuah proses pasti ada faktor yang dapat menyebabkan gagalnya suatu proses. Pada
glycol dehydration ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan banyaknya pengeluaran
glycol yang terlepas atau hilang. Berikut adalah beberapa faktor yang dapat menyebabkan
masalah :
1. Foaming
Glycol sangat mudah berubah menjadi foam. Foaming tidak akan begitu berpengaruh
jika para engineer yang mendesign sangat teliti. Namun foam ini akan berpengaruh jika
adanya aromatic atau sulfur yang terkandung didalamnya. Penggunaan antifoam adalah
salah satu cara menhindari foam glycol yang terlalu banyak. Dengan menggunakan
trioktilposfat sampai 500 ppm. Akan tetapi jika anti foam yang diberikan terlalu banyak
akan menimbulkan percepatan foaming pada glycol. Oleh karena itu solusi terbaik
adalah dengan memperbaiki system filter agar aromatic dan sulfur tidak bias masuk ke
dalam reboiler.
2. Degradation
Degradasi suatu bahan kimia adalah kejadian yang alami. Untuk menghindarinya adalah
dengan memasang filtration yang efektif, untuk menahan bahan kimia yang dapat
berpengaruh terhadap percepatan degradasi tidak memasuki reboiler.
3. Garam yang menyumbat pada still column.
Adanya garam pada still column dan reboiler dapat menghambat aliran panas sehingga
penyulingan tidak efektif. Solusinya adalah inlet separator harus berjalan efektif
sehingga tidak ada garam yang masuk ke dalam proses.
4. Lean glycol yang menuju absorber yang terlalu panas
Glycol dehydration LNG Academy III
Page 15
Page 16
BAB III
KESIMPULAN
III.I Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat saya simpulkan bahwa proses dehidrasi bertujuan untuk
menghilangkan kadar air didalam feed gas agar tidak menjadi penyebab masalah didalam
proses selanjutnya disuatu industry khususnya pengolahan gas alam. Selain dapat membeku
pada suhu kriogenik, air juga dapat membuat peralatan mudah berkarat dan juga bila adanya
genangan air dialam pipa, maka aliran suatu pipa tidak akan maksimal. Untuk prosesnya
dehidrasinya sendiri terdapat dua tipe desiccant yang dapat digunakan, yaitu desiccant padat
menggunakan molecular sieve atau silica gel dan juga dengan desiccant cair menggunakan EG,
DEG, TEG, TREG atau prophylene glycol. Dari kedua desiccant tersebut yang lebih mudah
dioperasikan dan dirawat adalah dessicant cair walaupun hasil penyerapan airnya tidak sebaik
dengan menggunakan desiccant padat.
Dessicant cair yang paling banyak digunakan adalah TEG, pada proses ini glycol pada TEG
memiliki daya serap yang sangat baik terhadap air. Glycol akan menyerap air pada feed gas
yang dikontakkan melalui tray-tray di glycol dehydrator. Proses ini disebut dengan proses
absorbs.
Macam-macam glycol yang dipakai di industry kimia biasanya TEG namun jika industry tersebut
berada pada suhu lingkungan yang dingin biasanya menggunakan DEG.
Penggunaan TEG mudah karena dapat diregenasi sehingga menghemat biaya produksi. Dan
juga TEG banyak dijual dipasaran, selain itu kemampuan glycol dalam menyerap air juga sangat
besar akan tetapi kadar air pada keluaran dry gas masih cukup besar yang artinya jika feed gas
tersebut diperuntukkan untuk pembuatan gas LNG yang akan melewati proses kriogenik
diharuskan untuk mengurangi lagi kadar air pada feed gas nya sampai dibawah 0.1 ppm dengan
menggunakan molecular sieve atau silica gel. Tapi jika tidak membutuhkan ketelitian rendah
seperti untuk feed gas LNG, gunakan saja TEG ini.
Glycol dehydration LNG Academy III
Page 17
intinya penggunaan glycol sebagai desiccant cair sangat efektif jika feed gas memiliki
kandungan air yang besar dan juga gas yang dihasilkan memiliki spesifikasi air yang terkandung
tidak begitu kecil. Namun disamping kelebihannya ada kekurangan dan beberapa kesulitan yang
akan dihadapi saat proses dijalankan, namun dengan design yang teliti, kemudian equipment
yang berkualiatas dan memadai, serta operator yang handal dalam mengatur jalannya proses
dehidrasi san juga maintenance yang reliable akan membuat proses dehidrasi menggunakan
glycol ini sangat baik dan efisien.
Page 18
Daftar Pustaka
Arthur I. Hidney and William H. Parrish. 2006. Fundamental of natural gas and processing by
Gas. USA : Taylor and Francis Group
Campbell, John. 1992. Gas Conditioning and Processing vol.II. USA : Campbell Petroleum Series
engineering data book, 2004b
Page 19