Você está na página 1de 6

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemiskinan merupakan suatu masalah bagi negara-negara di seluruh dunia, kemiskinan
merupakan penyakit sosial ekonomi bagi negara berkembang dan negara maju seperti Inggris
dan Amerika. Di Inggris kemiskinan terjadi sekitar tahun 1700 pada masa kebangkitan revolusi
di Eropa. Amerika Serikat sendiri mengalami kemiskinan pada tahun 1930-an, saat itu ekonomi
mereka mengalami depresi dan resesi ekonomi yang hebat namun setelah tiga puluh tahun
kemudian mereka tercatat menjadi Negara Adidaya dan terkaya di dunia.
Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah/negara indonesia adalah
kemiskinan, dewasa ini pemerintah belum mampu menghadapi atau menyelesaikan
permasalahan tersebut, padahal setiap mereka yang memimpin Negara Indonesia selalu
membawa kemiskinan sebagai misi utama mereka disamping misi-misi yang lain.
Remi dan Tjiptoherijanto (2002:1), mengatakan bahwa upaya menurunkan tingkat
kemiskinan telah dimulai awal tahun 1970-an diantaranya melalui program Bimbingan
Masyarakat (Bimas) dan Bantuan Desa (Bandes). Tetapi upaya tersebut mengalami tahapan
jenuh pada pertengahan tahun 1980-an, yang juga berarti upaya penurunan kemiskinan di tahun
1970-an tidak maksimal, sehingga jumlah orang miskin pada awal 1990-an kembali naik.
Disamping itu kecenderungan ketidakmerataan pendapatan melebar yang mencakup antar sektor,
antar kelompok, dan ketidakmerataan antar wilayah.
Kondisi kemiskinan Indonesia semakin parah akibat krisis ekonomi pada tahun 1998,
namun ketika pertumbuhan ekonomi yang sempat menurun akibat krisis dapat teratasi dan dapat
dipulihkan, kemiskinan tetap saja sulit untuk ditanggulangi. Pada tahun 1999, 27% dari total
penduduk Indonesia berada dalam kemiskinan. Sebanyak 33,9% penduduk desa dan 16,4%
penduduk kota adalah orang miskin. Krisnamurthi dalam Nyayu Neti Arianti, dkk, (2004:3).
Salah satu prasyarat keberhasilan pengentasan kemiskinan adalah dengan cara
mengidentifikasi kelompok sasaran dan wilayah sasaran dengan tepat. Program pengentasan dan
pemulihan nasib orang miskin tergantung dari langkah awal yaitu ketetapan mengidentifikasi
siapa yang dikatakan miskin dan di mana dia berada. Aspek di mana si miskin dapat ditelusuri
melalui si miskin itu sendiri serta melalui pendekatan-pendekatan profil wilayah atau karakter
geografis.
Pada masa kepemimpinan SBY pemerintah Indonesia juga meluncurkan program
penanggulangan kemiskinan seperti BLT (Bantuan Langsung Tunai), KUR (Kredit Usaha
Rakyat), pengembangan UMKM, PNPM Mandiri, dan masih banyak program-program lainnya,
akan tetapi belum mampu mementaskan masyarakat Indonesia dari jurang kemiskinan yang
semakin hari semakin menyiksa dan menganiaya. Keadaan ini sudah seharusnya menjadi sebuah
evaluasi diri bagi pemerintah untuk dapat terus merencanakan serta mengambil sebuah kebijakan

yang dapat membawa Indonesia keluar dari jurang kemiskinan. Pemerintah dalam
penanggulangan masalah kemiskinan sangatlah serius, bahkan merupakan salah satu program
prioritas akan tetapi hasilnya belum cukup memuaskan.
Permasalahan kemiskinan merupakan permasalahan yang kompleks dan bersifat
multidimensional, Oleh karena itu, upaya pengentasan kemiskinan harus dilakukan secara
komprehensif, mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu
(M. Nasir, dkk, dalam Adit Agus Prastyo, 2010:18).
Dalam upaya penanggulangan kemiskinan ada dua strategi utama yang harus ditempuh
oleh pemerintah. Pertama, melindungi keluarga dan kelompok masyarakat miskin melalui
pemenuhan kebutuhan pokok mereka. Kedua, memberdayakan mereka agar mempunyai
kemampuan untuk melakukan usaha dan mencegah terjadinya kemiskinan baru.
Faktor mendasar yang menyebabkan kemiskinan diantaranya: SDM, SDA, Sistem, dan
juga tidak terlepas dari sosok pemimpin, sehingga dimensi tersebut sangat berkaitan antara satu
dengan yang lainnya.
Kemiskinan terjadi karena kemampuan masyarakat pelaku ekonomi tidak sama, sehingga
terdapat masyarakat yang tidak dapat ikut serta dalam proses pembangunan atau menikmati
hasil-hasil pembangunan. Soegijoko, (1997:137). Dengan kata lain yang kaya semakin kaya dan
yang miskin semakin menderita.
B. Tujuan
Untuk mengetahui hal-hal mengenai kemiskinan

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan
kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar,
ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Sebagian orang memahami istilah ini
secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan
evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan. kemiskinan
dapat juga dikatakan sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah yaitu adanya tingkat
kekurangan materi pada sejumlah atau golongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan
yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Standar kehidupan yang rendah ini
secara langsung tampak pengaruhnya terhadap tingkat keadaan kesehatan kehidupan moral, dan
rasa harga diri dari mereka yang tergolong sebagai orang miskin.
Dalam kamus ilmiah populer, kata Miskin mengandung arti tidak berharta (harta yang
ada tidak mencukupi kebutuhan) atau bokek. Adapun kata fakir diartikan sebagai orang yang
sangat miskin. Secara Etimologi makna yang terkandung yaitu bahwa kemiskinan sarat dengan
masalah konsumsi. Hal ini bermula sejak masa neo-klasik di mana kemiskinan hanya dilihat dari
interaksi negatif (ketidak seimbangan) antara pekerja dan upah yang diperoleh.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) per Maret 2010 lalu masyarakat miskin di
Indonesia mencapai 13,33 persen atau sebanyak 31,02 juta orang dari jumlah penduduk
Indonesia. Di akhir tahun 2010, jumlah kemiskinan tersebut tentunya tidak jauh berbeda. Ini
berarti kemiskinan masih merupakan masalah besar bangsa ini. Bayangkan dengan jumlah
penduduk miskin sebesar itu, kita mencatatkan diri sebagai Negara yang orang miskinnya lebih
banyak dari jumlah penduduk Negara tetangga Malaysia yang berpenduduk 26,79 juta orang di
tahun yang sama.
1. Indikator-indikator kemiskinan
Untuk bisa menjawab dari permasalahan kemiskinan, penting bagi kita untuk
menelusuri secara detail indikator-indikator kemiskinan tersebut. Indikator-indikator kemiskinan
menurut Badan Pusat Statistika adalah sebagai berikut :
Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (sandan, pangan dan papan).
Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan, pendidikan,
sanitasi, air bersih dan transportasi).
Tidak adanya jaminan masa depan (karena tidak ada investasi untuk pendidikan dan
keluarga).
Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massa.
Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan terbatasnya sumber daya alam.
Kurangnya apresiasi dalam kegiatan sosial masyarakat.
Tidak adanya akses dalam lapangan kerja dan mata pencaharian yang berkesinambungan.
Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental.
Ketidakmampuan dan ketidak tergantungan sosial (anak-anak terlantar, wanita korban
kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok marginal dan terpencil).
2. Penyebab kemiskinan

Persoalan kemiskinan di Negara berkembang merupakan fenomen global. Karenanya


diperlukan peran dari berbagai pihak, baik pemerintah, swasta ataupun pekerja sosial untuk
menangani masalah kemiskinan. Terlebih dalam memberikan masukkan (input) dan melakukan
perencanaan strategis (strategic planning) tentang suatu kebijakan pemerintah.
Perlu dibahas tentang macam-macam dan penyebab munculnya kemiskinan yang secara
tidak langsung menjadi standar global. Pertama, kemiskinan kebudayaan; biasanya disebabkan
adanya kesalahan pada subjeknya. Misalnya malas, tidak percaya diri, gengsi, tak memiliki jiwa
wirausaha yang kompatibel, tidak mempunyai kemampuan dan keahlian, dan sebagainya. Kedua
kemiskinan struktural; ini biasanya terjadi disebabkan faktor eksternal yang melatarbelakangi
kemiskinan itu sendiri. Faktor eksternal itu disebabkan kinerja dari pemerintah di antaranya:
pemerintah yang tidak adil, korupsi, paternalisitik, birokrasi yang berbelit, dan sebagainya.
3. Tantangan Kemiskinan di Indonesia
Masalah kemiskinan di Indonesia erat sekali hubungannya dengan rendahnya Sumber
Daya Manusia (SDM), hal ini dibuktikan oleh rendahnya mutu kehidupan masyarakat Indonesia
yang meskipun kaya akan Sumber Daya Alam (SDA). Sebagaimana ditunjukan oleh rendahnya
Indeks Pembangunan Masyarakat (IPM) Indonesia di tahun 2002 yang masih menempati
peringkat lebih rendah dari Malaysia dan Thailand di antara Negara-negara ASEAN.
Tantangan lainnya adalah kesenjangan antara desa dan kota. Proporsi penduduk miskin di
pedesaan relativ lebih tinggi dibanding perkotaan. Data Susenas (survei sosial ekonomi nasional)
pada tahun 2004 menunjukan bahwa sekitar 69,0 persen penduduk Indonesia termasuk penduduk
miskin yang sebagian besar bekerja di sector pertanian. Selain itu juga tantangan yang sangat
memilukan adalah kemiskinan di alami oleh kaum perempuan yang ditunjukkan oleh rendahnya
kualitas hidup dan peranan wanita, terjadinya tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak,
serta masih rendahnya angka pembangunan gender (Gender-related Development Indeks, GDI)
dan angka Indeks pemberdayaan Gender (Gender Empowerment Measurement,GEM).
Tantangan selanjutnya adalah otonomi daerah. di mana hal ini mempunyai peran yang
sangat signifikan untuk mengentaskan atau menjerumuskan masyarakat dari kemiskinan. Sebab
ketika meningkatnya peran keikutsertaan pemerintah daerah dalam penanggulangan kemiskinan.
maka tidak mustahil dalam jangka waktu yang relatif singkat kita akan bisa mengentaskan
masyarakat dari kemiskinan pada skala nasional terutama dalam mendekatkan pelayanan dasar
bagi masyarakat. Akan tetapi ketika pemerintah daerah kurang peka terhadap keadaan
lingkungan sekitar, hal ini sangat berpotensi sekali untuk membawa masyarakat ke jurang
kemiskinan, serta bisa menimbulkan bahaya laten dalam skala Nasional.
4. Kebijakan dan Program Pengentasan Kemiskinan
Upaya penanggulangan kemiskinan Indonesia telah dilakukan dan menempatkan
penanggulangan kemiskinan sebagai prioritas utama kebijakan pembangunan nasional.
Kebijakan kemiskinan merupakan prioritas Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
2004-2009 dan dijabarkan lebih rinci dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) setiap tahun serta
digunakan sebagai acuan bagi kementrian, lembaga dan pemerintah daerah dalam pelaksanaan
pembangunan tahunan.

Sebagai wujud gerakan bersama dalam mengatasi kemiskinan dan mencapai Tujuan
pembangunan Milenium, Strategi Nasional Pembangunan Kemiskinan (SPNK) telah disusun
melalui proses partisipatif dengan melibatkan seluruh stakeholders pembangunan di Indonesia.
Selain itu, sekitar 60 % pemerintah kabupaten/ kota telah membentuk Komite penanggulangan
Kemiskinan Daerah (KPKD) dan menyusun Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
(SPKD) sebagai dasar arus utama penanggulangan kemiskinan di daerah dan mendorong gerakan
sosial dalam mengatasi kemiskinan.
Adapun langkah jangka pendek yang diprioritaskan antara lain sebagai berikut:
a) Mengurangi kesenjangan antar daerah dengan; (i) penyediaan sarana-sarana irigasi, air
bersih dan sanitasi dasar terutama daerah-daerah langka sumber air bersih. (ii)
pembangunan jalan, jembatan, dan dermaga daerah-daerah tertinggal. (iii) redistribusi
sumber dana kepada daerah-daerah yang memiliki pendapatan rendah dengan instrumen
Dana Alokasi Khusus (DAK) .
b) Perluasan kesempatan kerja dan berusaha dilakukan melalui bantuan dana stimulan untuk
modal usaha, pelatihan keterampilan kerja dan meningkatkan investasi dan revitalisasi
industri.
c) Khusus untuk pemenuhan sarana hak dasar penduduk miskin diberikan pelayanan antara
lain:
pendidikan gratis sebagai penuntasan program belajar 9 tahun termasuk tunjangan
bagi murid yang kurang mampu.
jaminan pemeliharaan kesehatan gratis bagi penduduk miskin di puskesmas dan
rumah sakit kelas tiga.
Di bawah ini merupakan contoh dari upaya mengatasi kemiskinan di Indonesia.
Contoh dari upaya kemiskinan adalah di propinsi Jawa Barat tepatnya di Bandung dengan
diadakannya Bandung Peduli yang dibentuk pada tanggal 23 25 Februari 1998. Bandung
Peduli adalah gerakan kemanusiaan yang memfokuskan kegiatannya pada upaya menolong
orang kelaparan, dan mengentaskan orang-orang yang berada di bawah garis kemiskinan. Dalam
melakukan kegiatan, Bandung Peduli berpegang teguh pada wawasan kemanusiaan, tanpa
mengindahkan perbedaan suku, ras, agama, kepercayaan, ataupun haluan politik.
Oleh karena sumbangan dari para dermawan tidak terlalu besar bila dibandingkan dengan
permasalahan kelaparan dan kemiskinan yang dihadapi, maka Bandung Peduli melakukan
targetting dengan sasaran bahwa orang yang dibantu tinggal di Kabupaten/ Kotamadya Bandung,
dan mereka yang tergolong fakir. Golongan fakir yang dimaksud adalah orang yang miskin
sekali dan paling miskin bila diukur dengan Ekuivalen Nilai Tukar Beras.

BAB III
A. Kesimpulan
kemiskinan adalah merupakan suatu masalah yang terjadi di negara-negara
berkembang di seluruh dunia. Permasalahan kemiskinan merupakan permasalahan
yang kompleks dan bersifat multidimensional. Oleh karena itu, upaya pengentasan
kemiskinan harus dilakukan secara komprehensif, mencakup berbagai aspek
kehidupan masyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu. Kemiskinan harus menjadi
sebuah tujuan utama dari penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi oleh negara
Indonesia, karna aspek dasar yang dapat dijadikan acuan keberhassilan pembangunan
ekonomi adalah teratasinya masalah kemiskinan. Pemerintah indonesia harus terus
memberdayakan dan membina masyarakat miskin untuk dapat mengelola sumbersumber Ekonomi yang dapat meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan timbulnya masalah kemiskinan,
diantaranya, SDM yang rendah, SDA yang tidak dikelolah dengan baik dan benar,
pendidikan yang rendah, tidak memiliki pengetahuan untuk mengembangkan sektorsektor perekonomian baik itu dibidang pertanian maupun dibidang perindustrian, dan
masih banyak lagi faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya permasalahan
kemiskinan sebagaimana yang penulis jelaskan diatas.
B. Saran
Berdasarkan masalah yang telah dibahas di atas, untuk keluar dari masalah
kemiskinan tersebut kita seharusnya paham tentang apa yang dimaksud kemiskinan
dan faktor-faktor penting penyebab masalah kemiskinan tersebut. Dan pengentasan
kemiskinan tidak bisa kita serahkan kepada pemerintah saja, tetapi juga harus dibantu
oleh sektor lain dan harus dimulai dari diri kita sendiri. Pemerintah pun harus
mempunyai program pengentasan kemiskinan yang lebih baik dari yang sudah ada
dan diharapkan pemerintah baik di kota atau daerah bisa menjalankan dengan sejujur
mungkin tanpa adanya korupsi yang saat ini merajalela. Bila itu bisa terlaksana
dengan baik maka dipastikan keadaan ekonomi di Indonesia bisa lebih baik dari
sekarang dan penyakit sosial ekonomi ini dipastikan akan berkurang.
C. Daftar Pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Kemiskinan
http://lasonearth.wordpress.com/makalah/makalah-kewarganegaraan-kemiskinan/
http://www.waspada.co.id/index.php/images/index.php?option=com_content&view=
article&id=169458:masalah-kemiskinan-indonesia&catid=25:artikel&Itemid=44

Você também pode gostar