Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada awal pemenuhan kebutuhannya, manusia hanya mengambil dari alam
sekitar tanpa kegiatan budidaya (farming), dengan demikian belum memerlukan
sarana produksi pertanian. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan manusia,
alam tidak dapat menyediakan semua kebutuhan itu sehingga manusia mulai
membudidayakan (farming) secara ekstensif berbagai tanaman, hewan dan ikan
untuk memenuhi kebutuhannya. Pada tahap ini kegiatan budidaya mulai
menggunakan sarana produksi, dilakukan dalarn pertanian itu sendiri (on farm)
dan
hanya
untuk
memenuhi
kebutuhan
keluarga
sendiri
(home
pertanian di Indonesia ?
Apa saja Kendala atau hambatan dalam membangun agribisnis ?
Apa yang disebut agroindustri ?
Apa saja Penerapan teknologi untuk agroindustri ?
Apa saja Pengembangan agroindustri ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian agribisnis terhadap pertanian
2. Untuk mengetahui mengembangkan kegiatan agribisnis
3. Untuk mengetahui Peranan agribisnis sebagai suatu sistem dalam
4.
5.
6.
7.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sistem Agribisnis
Agribisnis merupakan sistem pertanian yang saling terkait mulai dari sistem
hulu sampai dengan sistem hilir yang memanfaatkan sumber daya yang ada
Dengan
demikian
proses
pengupasan,
pembersihan,
pengekstraksian,
Subsistem Penunjang
Subsistem ini merupakan penunjang kegiatan pra panen dan pasca panen
yang meliputi :
Sarana Tataniaga
Perbankan/perkreditan
Penyuluhan Agribisnis
Kelompok tani
Infrastruktur agribisnis
Koperasi Agribisnis
BUMN
Swasta
Penelitian dan Pengembangan
Pendidikan dan Pelatihan
Transportasi
Kebijakan Pemerintah
agribisnis
diantaranya
:Pembangunan
Agribisnis
merupakan
domestik/lokal).
Sehingga
perlu
pengembangan
Agribisnis
seperti atribut nutrisi (kandungan zat-zat nutrisi) dan atribut nilai (ukuran,
penampakan, rasa, aroma dan sebagainya) serta atribut keamanan dari produk
bahan pangan seperti kandungan logam berat, residu pestisida, kandungan racun
juga ditentukan pada industri perbenihan. Oleh karena itu Pemda perlu
mengembangkan usaha perbenihan (benih komersial) berdasar komoditas
unggulan masing-masing daerah, yang selanjutnya dapat dikembangkan menjadi
industri perbenihan modern.
4. Dukungan Industri Agro-otomotif dalam pengembangan sistem agribisnis.
Perlu adanya rental Agro-otomotif yang dilakukan oleh Koperasi Petani
atau perusahaanagro-otomotif itu sendiri.
5. Dukungan Industri Pupuk dalam pengembangan sistem agribisnis.
Pada waktu yang akan datang industri pupuk perlu mengembangkan sistem
Networking baik vertikal (dari hulu ke hilir) maupun Horisontal (sesama
perusahaan pupuk), yaitu dengan cara penghapusan penggabungan perusahaan
pupuk menjadi satu dimana yang sekarang terjadi adalah perusahaan terpusat pada
satu perusahaan pupuk pemerintah. Oleh karena perusahaan-perusahaan pupuk
harus dibiarkan secara mandiri sesuai dengan bisnis intinya dan bersaing satu
sama lain dalam mengembangkan usahanya. Sehingga terjadi harmonisasi
integrasi dalam sistem agribisnis. Serta perlu dikembangkan pupuk majemuk,
bukan pupuk tunggal yang selama ini dikembangkan.
6. Pengembangan Sistem Agribisnis melalui Reposisi Koperasi Agribisnis.
Koperasi perlu mereformasi diri agar lebih fokus pada kegiatan usahanya
terutama menjadi koperasi pertanian dan mengembangkan kegiatan usahanya
sebagai koperasi agribisnis. Untuk memperoleh citra positif layaknya sebuah
koperasi usaha misalnya: Koperasi Agribisnis atau Koperasi Agroindustri atau
Koperasi Agroniaga yang menangani kegiatan usaha mulai dari hulu sampai ke
hilir.
7. Pengembangan Sistem Agribisnis melalui pengembangan sistem informasi
agribisnis.
Dalam membangun sistem informasi agribisnis, ada beberapa aspek yang
perlu diperhatikan adalah informasi produksi, informasi proses, distribusi, dan
informasi pengolahan serta informasi pasar.
pem-bangunan
di
Indonesia.
Sejarah
modern
Indonesia
2.
3.
membangunagribisnis.
Kurangnya modal bagi para pelaku agribisnis.
Infrastruktur yang belum berkembang dengan baik sehingga menghambat
4.
5.
profesional.
Kurangnya partisipasi masyarakat dalam membangun agribisnis dan
agribisnis
bagi
para
pelakunya
secara
Melakukan penelitian dan mencari strategi dengan teknologi yang tepat dalam
2.
3.
4.
5.
dan berkelanjutan.
Memberikan pendidikan dan pelatihan mengenai keuntungan agribisnis
kepada pelaku utama
E. Pengertian Agroindustri
Agroindustri adalah kegiatan yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai
bahan baku, merancang dan menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan
tersebut. Secara eksplisit pengertian Agroindustri pertama kali diungkapkan oleh
Austin (1981) yaitu perusahaan yang memproses bahan nabati (yang berasal dari
tanaman) atau hewani (yang dihasilkan oleh hewan). Proses yang digunakan
mencakup pengubahan dan pengawetan melalui perlakuan fisik atau kimiawi,
penyimpanan, pengemasan dan distribusi. Produk Agroindustri ini dapat
merupakan produk akhir yang siap dikonsumsi ataupun sebagai produk bahan
baku industri lainnya. Agroindustri merupakan bagian dari kompleks industri
pertanian sejak produksi bahan pertanian primer, industri pengolahan atau
transformasi sampai penggunaannya oleh konsumen. Agroindustri merupakan
kegiatan yang saling berhubungan (interlasi) produksi, pengolahan, pengangkutan,
penyimpanan, pendanaan, pemasaran dan distribusi produk pertanian. Dari
pandangan para pakar sosial ekonomi, agroindustri (pengolahan hasil pertanian)
merupakan bagian dari lima subsistem agribisnis yang disepakati, yaitu subsistem
penyediaan sarana produksi dan peralatan. usaha tani, pengolahan hasil,
pemasaran, sarana dan pembinaan. Agroindustri dengan demikian mencakup
Industri
Pengolahan
MesinPertanian
Hasil
(IPMP)
dan
Pertanian
Industri
(IPHP),
Jasa
Industri
Sektor
Peralatan
Pertanian
Dan
(IJSP).
10
11
mendatang antara lain, produk berbasis pati, hasil hutan non kayu, kelapa dan
turunannya, minyak atsiri dan flavor alami, bahan polimer non karet serta hasil
laut non ikan.
Dengan demikian, agroindustri merupakan langkah strategis untuk
meningkatkan nilai tambah hasil pertanian melalui pemanfaatan dan penerapan
teknologi, memperluas lapangan pekerjaan serta meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Pada kenyataannya, perkembangan nilai ekspor agroindustri masih
relatif lambat dibandingkan dengan subsektor industri lainnya. Hal ini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :
1. Kurang cepatnya pertumbuhan sektor pertanian sebagai unsur utama
dalam menunjang agroindustri, di pihak lain juga disebabkan oleh
kurangnya pertumbuhan sektor industri yang mendorong sektor pertanian.
2. Pemasaran produk agroindustri lebih dititik beratkan pada pemenuhan
pasar dalam negeri. Produk-produk agroindustri yang diekspor umumnya
berupa bahan mentah atau semi olah.
3. Kurangnya penelitian yang mengkaji secara mendalam dan menyeluruh
berbagai aspek yang terkait dengan agroindustri secara terpadu, mulai dari
produksi bahan baku, pengolahan dan pemasaran serta sarana dan
prasarana, seperti penyediaan bibit, pengujian dan pengembangan mutu,
transportasi dan kelengkapan kelembagaan.
4. Kurangnya minat para investor untuk menanamkan modal pada bidang
agroindustri.
12
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Konsep agribisnis merupakan suatu konsep yang terikat dari subsystem
hulu hingga hilir yang berorientasi pada pasar dengan memperhatikan kuantitas,
kualitas dan kontuinitas serta berdaya saing tinggi untuk dapat meningkatkan
produktivitas dan pendapatan pelaku agribisnis. Jika konsep agribisnis dapat
diterapkan dengan baik secara tidak langsung dapat memberikan kontribusi yang
besar terhadap pertumbuhan perekonomian baik dalam pemanfaatan tenaga kerja
yang banyak dari masing-masing subsitem hingga penyediaan pangan nasional.
aspek yang dapat ditempuh dalam upaya mengembangkan kegiatan agribisnis
diantaranya :Pembangunan Agribisnis merupakan pembangunan industri dan
pertanian serta jasa yang dilakukan sekaligus, dilakukan secara simultan dan
harmonis.Yang sering kita dapatkan selama ini adalah industri pengolahan
(Agroindustri) berkembang di Indonesia, tapi bahan bakunya dari impor.
Agroindustri adalah kegiatan yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai
bahan baku, merancang dan menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan
tersebut. Secara eksplisit pengertian Agroindustri pertama kali diungkapkan oleh
Austin (1981) yaitu perusahaan yang memproses bahan nabati (yang berasal dari
tanaman) atau hewani (yang dihasilkan oleh hewan). Proses yang digunakan
mencakup pengubahan dan pengawetan melalui perlakuan fisik atau kimiawi,
penyimpanan, pengemasan dan distribusi. Produk Agroindustri ini dapat
merupakan produk akhir yang siap dikonsumsi ataupun sebagai produk bahan
baku industri lainnya. Teknologi yang digolongkan sebagai teknologi agroindustri
produk pertanian begitu beragam dan sangat luas mencakup teknologi pascapanen
dan teknologi proses. Untuk memudahkan, secara garis besar teknologi
pascapanen digolongkan berdasarkan tahapannya yaitu, tahap atau tahap sebelum
pengolahan, tahap pengolahan dan tahap pengolahan lanjut . Perlakuan
pascapanen tahap awal meliputi, pembersihan, pengeringan, sortasi dan
pengeringan berdasarkan mutu, pengemasan, transport dan penyimpanan,
pemotongan/pengirisan, penghilangan biji, pengupasan dan lainnya.
13
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1983. Simposium nasional Agroindustri I, Jurusan Teknologi industri
Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Austin, J.E. 1981. Agroindustrial Project Analysis. The Johns Hopkins University
Prss. London
Saragih, bungaran, siswono Yudo Husodo, dkk. 2005. Pertanian Mandiri. Penebar
swadaya, Jakarta.
14
KATA PENGANTAR
Padangsidimpuan,
2015
Kelompok X
15
Oktober
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................
i
DAFTAR ISI....................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................
A. Latar Belakang.................................................................................
1
B. Rumusan Masalah............................................................................
2
C. Tujuan...............................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................
16