Você está na página 1de 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada awal pemenuhan kebutuhannya, manusia hanya mengambil dari alam
sekitar tanpa kegiatan budidaya (farming), dengan demikian belum memerlukan
sarana produksi pertanian. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan manusia,
alam tidak dapat menyediakan semua kebutuhan itu sehingga manusia mulai
membudidayakan (farming) secara ekstensif berbagai tanaman, hewan dan ikan
untuk memenuhi kebutuhannya. Pada tahap ini kegiatan budidaya mulai
menggunakan sarana produksi, dilakukan dalarn pertanian itu sendiri (on farm)
dan

hanya

untuk

memenuhi

kebutuhan

keluarga

sendiri

(home

consumption).Tahap selanjutnya, ditandai dengan adanya spesialisasi dalam


kegiatan budidaya sebagai akibat pengaruh perkembangan diluar sektor pertanian
dan adanya perbedaan potensi sumberdaya alam (natural endowment) antar
daerah, perbedaan ketrampilan (skill )dalam masyarakat serta terbukanya
hubungan lalulintaantar daerah. Pada tahap ini, selain dikonsumsi sendiri, hasilhasil pertanian mulaidipasarkan dan diolah secara sederhana sebelum dijual.
Perkembangan sektor pertanian selanjutnya dipacu oleh kemajuan
teknologi yang sangat pesat di sektor industri (kimia dan mekanik) dan
transportasi. Pertanian menjadi semakin maju dan kompleks dengan ciri
produktivitas per hektar yang semakin tinggi berkat penggunaan sarana produksi
pertanian yang dihasilkan oleh industri (pupuk dan pestisida). Kegiatan pertanian
semakin terspesialisasi menurut komoditi dan kegiatannya. Namun, petani hanya
melakukan kegiatan budidaya saja, sementara pengadaan sarana produksi
pertanian didominasi oleh sektor industri. Dipihak lain karena proses pengolahan
hasil-hasil pertanian untuk berbagai keperluan membutuhkan teknologi yang
semakin canggih dan skala yang besar agar ekonomis, maka kegiatan ini pun
didominasi oleh sektor industri pengolahan. Melalui prosespengolahan, produkproduk pertanian menjadi lebih beragam penggunaan danpemasarannyapun
menjadi lebih mudah (storable and transportable) sehingga dapat diekspor.Pada
tahap ini pembagian kerja di dalam kegiatan pertanian menjadi semakin jelas,
yaitu:kegiatan budidaya (farming) sebagai kegiatan pertanian dalam arti sempit,
kegiatan produksi sarana pertanian (farm supplies) sebagai industri hulu dan

kegiatan pengolahan komoditi pertanian sebagai industri hilir. Spesialisasi


fungsional dalam kegiatan pertanian seperti yang telah dikemukakan diatas
meliputi seluruh kegiatan usaha yang berhubungan langsung maupun tidak
langsung dengan pertanian dan keseluruhannya disebut sistem "Agribisnis'.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian agribisnis terhadap pertanian ?
2. Apa saja Strategidalammengembangkan kegiatan agribisnis ?
3. Apa saja Peranan agribisnis sebagai suatu sistem dalam pengembangan sektor
4.
5.
6.
7.

pertanian di Indonesia ?
Apa saja Kendala atau hambatan dalam membangun agribisnis ?
Apa yang disebut agroindustri ?
Apa saja Penerapan teknologi untuk agroindustri ?
Apa saja Pengembangan agroindustri ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian agribisnis terhadap pertanian
2. Untuk mengetahui mengembangkan kegiatan agribisnis
3. Untuk mengetahui Peranan agribisnis sebagai suatu sistem dalam
4.
5.
6.
7.

pengembangan sektor pertanian di Indonesia


Memaparkan Kendala atau hambatan dalam membangun agribisnis
Menjelaskan pengertian agroindustri
Menjelaskan Penerapan teknologi untuk agroindustri
Menjelaskan Pengembangan agroindustri

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sistem Agribisnis
Agribisnis merupakan sistem pertanian yang saling terkait mulai dari sistem
hulu sampai dengan sistem hilir yang memanfaatkan sumber daya yang ada

dengan tujuan mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. (Saragih,1997)


Industri hulu adalah sektor yang memproduksi alat-alat dan mesin pertanian serta
industri sarana produksi yang digunakan dalam proses budidaya pertanian.
Sementara industri hilir merupakan industri yang mengolah hasil pertanian
menjadi bahan baku atau barang yang siap dikonsumsi atau merupakan industry
pascapanen dan pengolahan hasil pertanian.
Adapun kelima mata rantai atau subsistem tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut:
a.

Subsistem Penyediaan Sarana Produksi


Sub sistem penyediaan sarana produksi menyangkut kegiatan pengadaan

dan penyaluran. Kegiatan ini mencakup Perencanaan, pengelolaan dari sarana


produksi, teknologi dan sumberdaya agar penyediaan sarana produksi atau input
usahatani memenuhi kriteria tepat waktu, tepat jumlah, tepat jenis, tepat mutu dan
tepat produk.
b. Subsistem Usahatani atau proses produksi
Sub sistem ini mencakup kegiatan pembinaan dan pengembangan usahatani
dalam rangka meningkatkan produksi primer pertanian. Termasuk kedalam
kegiatan ini adalah perencanaan pemilihan lokasi, komoditas, teknologi, dan pola
usahatani dalam rangka meningkatkan produksi primer. Disini ditekankan pada
usahatani yang intensif dan sustainable (lestari), artinya meningkatkan
produktivitas lahan semaksimal mungkin dengan cara intensifikasi tanpa
meninggalkan kaidah-kaidah pelestarian sumber daya alam yaitu tanah dan air.
Disamping itu juga ditekankan usahatani yang berbentuk komersial bukan
usahatani yang subsistem, artinya produksi primer yang akan dihasilkan diarahkan
untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam artian ekonomi terbuka
c.

Subsistem Agroindustri/pengolahan hasil


Lingkup kegiatan ini tidak hanya aktivitas pengolahan sederhana di tingkat

petani, tetapi menyangkut keseluruhan kegiatan mulai dari penanganan pasca


panen produk pertanian sampai pada tingkat pengolahan lanjutan dengan maksud
untuk menambah value added (nilai tambah) dari produksi primer tersebut.

Dengan

demikian

proses

pengupasan,

pembersihan,

pengekstraksian,

penggilingan, pembekuan, pengeringan, dan peningkatan mutu.


d. Subsistem Pemasaran
Sub sistem pemasaran mencakup pemasaran hasil-hasil usahatani dan
agroindustri baik untuk pasar domestik maupun ekspor. Kegiatan utama subsistem
ini adalah pemantauan dan pengembangan informasi pasar dan market intelligence
pada pasar domestik dan pasar luar negeri.
e.

Subsistem Penunjang
Subsistem ini merupakan penunjang kegiatan pra panen dan pasca panen

yang meliputi :

Sarana Tataniaga
Perbankan/perkreditan
Penyuluhan Agribisnis
Kelompok tani
Infrastruktur agribisnis
Koperasi Agribisnis
BUMN
Swasta
Penelitian dan Pengembangan
Pendidikan dan Pelatihan
Transportasi
Kebijakan Pemerintah

B. Strategi Pengembangan Agribisnis


Ada beberapa aspek yang dapat ditempuh dalam upaya mengembangkan
kegiatan

agribisnis

diantaranya

:Pembangunan

Agribisnis

merupakan

pembangunan industri dan pertanian serta jasa yang dilakukan sekaligus,


dilakukan secara simultan dan harmonis.Yang sering kita dapatkan selama ini
adalah industri pengolahan (Agroindustri) berkembang di Indonesia, tapi bahan
bakunya dari impor. Dipihak lain, peningkatan produksi pertanian tidak diikuti
oleh perkembangan industri pengolahan ( Membangun industri berbasis
sumberdaya

domestik/lokal).

Sehingga

perlu

pengembangan

Agribisnis

Vertikal.Membangun Agribisnis adalah membangun keunggulan bersaing diatas


keunggulan komparatif. Dalam arti bahwa membangun daya saing produk
agribisnis melalui transformasi keunggulan komparatif menjadi keunggulan
bersaing, yaitu dengan cara:Mengembangkan subsistem hulu (pembibitan, agrootomotif, agro-kimia) dan pengembangan subsistem hilir yaitu pendalaman
4

industri pengolahan ke lebih hilir dan membangun jaringan pemasaran secara


internasional, sehingga pada tahap ini produk akhir yang dihasilkan sistem
agribisnis didominasi oleh produk-produk lanjutan atau bersifat capital and skill
labor intensive.
Pembangunan sistem agribisnis yang digerakkan oleh kekuatan inovasi.
Dengan demikian produk utama dari sistem agribisnis pada tahap ini merupakan
produk bersifat Technology intensive and knowledge based.Perlu orientasi baru
dalam pengelolaan sistem agribisnis yang selama ini hanya pada peningkatan
produksi harus diubah pada peningkatan nilai tambah sesuai dengan permintaan
pasar serta harus selalu mampu merespon perubahan selera konsumen secara
efisien.
1.

Menggerakkan kelima subsistem agribisnis secara simultan, serentak dan


harmonis.
Untuk menggerakkan Sistem agribisnis perlu dukungan semua pihak yang

berkaitan dengan agribisnis/ pelaku-pelaku agribisnis mulai dari Petani, Koperasi,


BUMN dan swasta serta perlu seorang Dirigent yang mengkoordinasi
keharmonisan Sistem Agribisnis.
2. Menjadikan Agroindustri sebagai A Leading Sector.
Agroindustri adalah industri yang memiliki keterkaitan ekonomi (baik
langsung maupun tidak langsung) yang kuat dengan komoditas pertanian.
Keterkaitan langsung mencakup hubungan komoditas pertanian sebagai bahan
baku (input) bagi kegiatan agroindustri maupun kegiatan pemasaran dan
perdagangan yang memasarkan produk akhir agroindustri. Sedangkan keterkaitan
tidak langsung berupa kegiatan ekonomi lain yang menyediakan bahan
baku(input) lain diluar komoditas pertanian, seperti bahan kimia, bahan kemasan,
dll. Dalam mengembangkan agroindustri, tidak akan berhasil tanpa didukung oleh
agroindustri penunjang lain seperti industri pupuk, industri pestisida, industri
bibit/benih, industri pengadaan alat-alat produksi pertanian dan pengolahan
agroindustri seperti industri mesin perontok dan industri mesin pengolah lain.
3. Membangun Sistem agribisnis melaluiIndustri Perbenihan
Industri Perbenihan merupakan mata rantai terpenting dalam pembentukan
atribut produk agribisnis secara keseluruhan. Atribut dasar dari produk agribisnis

seperti atribut nutrisi (kandungan zat-zat nutrisi) dan atribut nilai (ukuran,
penampakan, rasa, aroma dan sebagainya) serta atribut keamanan dari produk
bahan pangan seperti kandungan logam berat, residu pestisida, kandungan racun
juga ditentukan pada industri perbenihan. Oleh karena itu Pemda perlu
mengembangkan usaha perbenihan (benih komersial) berdasar komoditas
unggulan masing-masing daerah, yang selanjutnya dapat dikembangkan menjadi
industri perbenihan modern.
4. Dukungan Industri Agro-otomotif dalam pengembangan sistem agribisnis.
Perlu adanya rental Agro-otomotif yang dilakukan oleh Koperasi Petani
atau perusahaanagro-otomotif itu sendiri.
5. Dukungan Industri Pupuk dalam pengembangan sistem agribisnis.
Pada waktu yang akan datang industri pupuk perlu mengembangkan sistem
Networking baik vertikal (dari hulu ke hilir) maupun Horisontal (sesama
perusahaan pupuk), yaitu dengan cara penghapusan penggabungan perusahaan
pupuk menjadi satu dimana yang sekarang terjadi adalah perusahaan terpusat pada
satu perusahaan pupuk pemerintah. Oleh karena perusahaan-perusahaan pupuk
harus dibiarkan secara mandiri sesuai dengan bisnis intinya dan bersaing satu
sama lain dalam mengembangkan usahanya. Sehingga terjadi harmonisasi
integrasi dalam sistem agribisnis. Serta perlu dikembangkan pupuk majemuk,
bukan pupuk tunggal yang selama ini dikembangkan.
6. Pengembangan Sistem Agribisnis melalui Reposisi Koperasi Agribisnis.
Koperasi perlu mereformasi diri agar lebih fokus pada kegiatan usahanya
terutama menjadi koperasi pertanian dan mengembangkan kegiatan usahanya
sebagai koperasi agribisnis. Untuk memperoleh citra positif layaknya sebuah
koperasi usaha misalnya: Koperasi Agribisnis atau Koperasi Agroindustri atau
Koperasi Agroniaga yang menangani kegiatan usaha mulai dari hulu sampai ke
hilir.
7. Pengembangan Sistem Agribisnis melalui pengembangan sistem informasi
agribisnis.
Dalam membangun sistem informasi agribisnis, ada beberapa aspek yang
perlu diperhatikan adalah informasi produksi, informasi proses, distribusi, dan
informasi pengolahan serta informasi pasar.

C. Peranan agribisnis sebagai suatu sistem dalam pengembangan sektor


pertanian di Indonesia
Sektor pertanian memiliki peranan penting di Indonesia karena sektor
pertanian mampu menyediakan lapangan kerja, mampu mendukung sektor
industri baik industri hulu maupun industri hilir, mampu menyediakan keragaman
menu pangan dan karenanya sektor pertanian sangat mempengaruhi konsumsi dan
gizi masyarakat. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya kontribusi sektor pertanian
terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) terutama pada masa kirisis ekonomi yang
dialami Indonesia, satu-satunya sektor yang menjadi penyelamat perekonomian
Indonesia pada tahun 1997-1998 hanyalah sektor agribisnis, dimana agribisnis
memiliki pertumbuhan yang positif.
Peranan agribisnis sektor pertanian misalnya dalam penyediaan bahan
pangan. Ketersediaan berbagai ragam dan kualitas pangan dalam jumlah pada
waktu dan tempat yang terjangkau masyarakat merupakan prasyarat penting bagi
keberhasilan

pem-bangunan

di

Indonesia.

Sejarah

modern

Indonesia

menunjukkan bahwa krisis pangan secara langsung mempengaruhi kondisi sosial,


politik, dan keamanan nasional.
Pada dasarnya tidak perlu diragukan lagi, bahwa pembangunan ekonomi
yang berbasiskan kepada sektor pertanian (agribisnis), telah memberikan bukti
dan dan peranan yang cukup besar dalam pembangunan perekonomian bangsa,
dan tentunya lebih dari itu.
Manfaat pembangunan sistem agribisnis dalam meningkatkan pertumbuhan
dan pemerataan perekonomian adalah
a) Banyak melibatkan tenaga kerja karena sistem agribisnis menggunakan
sumberdaya alam yang ada yang dapat diperbaharui serta lebih banyak tenaga
kerja yang dilibatkan baik yang berpendidikan maupun yang tidak
berpendidikan.
b) Mampu meningkatkan efisiensi sektor pertanian hingga hingga menjadi
kegiatan yang sangat produktif melalui proses modernisasi pertanian.
c) Agribisnis merupakan penyumbang terbesar dalam PDB non-migas.
d) Mampu meningkatkan ketahanan dan keamanan bahan pangan.
e) Mewujudkan pemerataan hasil pembangunan. Untuk mewujudkan
pemerataan di Indonesia perlu digunakan teknologi produksi output nasional
yang banyak menggunakan sumberdaya tersebut.
7

Melalui pembangunan agribisnis, yang sumberdayanya tersebar di seluruh


pelosok tanah air, diharapkan mampu melibatkan partisipasi seluruh wilayah dan
rakyat Indonesia dan sekaligus ikut menikmati outputnya melalui pendapatan
yang diperoleh dari pembayaran faktor produksi.
D. Kendala atau hambatan dalam membangun agribisnis
Ada beberapa kendala atau hambatan dalam membangun agribisnis yang
ada di Indonesia yaitu sebagai berikut :
1.

Iklim tidak bisa dikendalikan sehingga perlu membangun strategi dalam

2.
3.

membangunagribisnis.
Kurangnya modal bagi para pelaku agribisnis.
Infrastruktur yang belum berkembang dengan baik sehingga menghambat

4.

distribusi dalam pemasaran.


Kurangnya pendampingan

5.

profesional.
Kurangnya partisipasi masyarakat dalam membangun agribisnis dan

agribisnis

bagi

para

pelakunya

secara

minimnya pengetahuan dalam pengembangan agribisnis sebagai pelaku


utama.
Upaya konkrit yang perlu dilakukan untuk menghadapi kendala tersebut
adalah:
1.

Melakukan penelitian dan mencari strategi dengan teknologi yang tepat dalam

2.

mengantisipasi iklim yang terjadi.


Adanya kebijakan pemerintah bagi dunia perbankan untuk memudahkan

3.

permodalan bagi para pelaku agribisnis.


Membangun dan membenahi infrastruktur khususnya di pedesaan yang

4.

menunjang kegiatan agribisnis.


Melakukan pendampingan agribisnis kepada pelaku utama secara profesional

5.

dan berkelanjutan.
Memberikan pendidikan dan pelatihan mengenai keuntungan agribisnis
kepada pelaku utama

E. Pengertian Agroindustri
Agroindustri adalah kegiatan yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai
bahan baku, merancang dan menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan
tersebut. Secara eksplisit pengertian Agroindustri pertama kali diungkapkan oleh

Austin (1981) yaitu perusahaan yang memproses bahan nabati (yang berasal dari
tanaman) atau hewani (yang dihasilkan oleh hewan). Proses yang digunakan
mencakup pengubahan dan pengawetan melalui perlakuan fisik atau kimiawi,
penyimpanan, pengemasan dan distribusi. Produk Agroindustri ini dapat
merupakan produk akhir yang siap dikonsumsi ataupun sebagai produk bahan
baku industri lainnya. Agroindustri merupakan bagian dari kompleks industri
pertanian sejak produksi bahan pertanian primer, industri pengolahan atau
transformasi sampai penggunaannya oleh konsumen. Agroindustri merupakan
kegiatan yang saling berhubungan (interlasi) produksi, pengolahan, pengangkutan,
penyimpanan, pendanaan, pemasaran dan distribusi produk pertanian. Dari
pandangan para pakar sosial ekonomi, agroindustri (pengolahan hasil pertanian)
merupakan bagian dari lima subsistem agribisnis yang disepakati, yaitu subsistem
penyediaan sarana produksi dan peralatan. usaha tani, pengolahan hasil,
pemasaran, sarana dan pembinaan. Agroindustri dengan demikian mencakup
Industri

Pengolahan

MesinPertanian

Hasil

(IPMP)

dan

Pertanian
Industri

(IPHP),
Jasa

Industri
Sektor

Peralatan

Pertanian

Dan
(IJSP).

Industri Pengolahan Hasil Pertanian (IPHP) dapat dibagi menjadi beberapa


bagian sebagai berikut :
1. IPHP Tanaman Pangan, termasuk di dalamnya adalah bahan pangan kaya
karbohidrat, palawija dan tanaman hortikultura.
2. IPHP Tanaman Perkebunan, meliputi tebu, kopi, teh, karet, kelapa, kelapa
sawit, tembakau, cengkeh, kakao, vanili, kayu manis dan lain-lain.
3. IPHP Tanaman Hasil Hutan, mencakup produk kayu olahan dan non kayu
seperti damar, rotan, tengkawang dan hasil ikutan lainnya.
4. IPHP Perikanan, meliputi pengolahan dan penyimpanan ikan dan hasil laut
segar, pengalengan dan pengolahan, serta hasil samping ikan dan laut.
5. IPHP Peternakan, mencakup pengolahan daging segar, susu, kulit, dan
hasil samping lainnya.
Industri Peralatan dan Mesin Pertanian (IPMP) dibagi menjadi dua
kegiatan sebagai berikut :
1. IPMP Budidaya Pertanian, yang mencakup alat dan mesin pengolahan
lahan (cangkul, bajak, traktor dan lain sebagainya).

2. IPMP Pengolahan, yang meliputi alat dan mesin pengolahan berbagai


komoditas pertanian, misalnya mesin perontok gabah, mesin penggilingan
padi, mesin pengering dan lain sebagainya.
Industri Jasa Sektor Pertanian (IJSP) dibagi menjadi tiga kegiatan sebagai
berikut :
1. IJSP Perdagangan, yang mencakup kegiatan pengangkutan, pengemasan
serta penyimpanan baik bahan baku maupun produk hasil industri
pengolahan pertanian.
2. IJSP Konsultasi, meliputi kegiatan perencanaan, pengelolaan, pengawasan
mutu serta evaluasi dan penilaian proyek.
3. IJSP Komunikasi, menyangkut teknologi perangkat lunak yang melibatkan
penggunaan komputer serta alat komunikasi modern lainya.
Dengan pertanian sebagai pusatnya, agroindustri merupakan sebuah sector
ekonomi yang meliputi semua perusahaan, agen dan institusi yang menyediakan
segala kebutuhan pertanian dan mengambil komoditas daripertanian untuk diolah
dan didistribusikan kepada konsumen. Nilai strategis agroindustri terletak pada
posisinya sebagai jembatan yang menghubungkan antar sektor pertanian pada
kegiatan hulu dan sektor industri pada kegiatan hilir. Dengan pengembangan
agroindustri secara cepat dan baik dapat meningkatkan, jumlah tenaga kerja,
pendapatan petani, volume ekspor dan devisa, pangsa pasar domestik dan
internasional, nilai tukar produk hasil pertanian dan penyediaan bahan baku
industri.
F. Penerapan teknologi untuk agroindustri
Proses pengolahan lanjut pada kegiatan agroindustri Salah satu kendala
dalam pengembangan agroindustri di Indonesia adalah kemampuan mengolah
produk yang masih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan sebagian besar komoditas
pertanian yang diekspor merupakan bahan mentah dengan indeks retensi
pengolahan sebesar 71-75%. Angka tersebut menunjukkan bahwa hanya 25-29%
produk pertanian Indonesia yang diekspor dalam bentuk olahan. Kondisi ini tentu
saja memperkecil
1. Kakao ; lemak kakao,bubuk kakao, produk coklat.
2. Kopi ; Kopi bakar, produk-produk kopi, minuman, kafein.
3. Teh ; Produk-produk teh, minuman kesehatan.

10

4. Ekstrak/oleoresin ; produk-produk dalam bentuk bubuk atau enkapsulasi.


5. Minyak atsiri ; produk-produk aromaterapi, isolat dan turunan kimia.
Produk-produk yang dihasilkan ada yang dapat digunakan secara langsung
dari sejak tahap awal, seperti rempah-rempah, sari buah dan lainnya, serta ada
pula yang menjadi bahan baku untuk industri lainya, seperti industri makanan,
kimia dan farmasi.
G. Pengembangan agroindustri
Pabrik pembuatan biodisel jarak pagar sebagai pengembangan produk
agroindustri non pangan Pengembangan Agroidustri di Indonesia terbukti mampu
membentuk pertumbuhan ekonomi nasional. Di tengah krisis ekonomi yang
melanda Indonesia pada tahun 1997-1998, agroindustri ternyata menjadi sebuah
aktivitas ekonomi yang mampu berkontribusi secara positif terhadap pertumbuhan
ekonomi nasional. Selama masa krisis, walaupun sektor lain mengalami
kemunduran atau pertumbuhan negatif, agroindustri mampu bertahan dalam
jumlah unit usaha yang beroperasi. Kelompok agroindustri yang tetap mengalami
pertumbuhan antara lain yang berbasis kelapa sawit, pengolahan ubi kayu dan
industri pengolahan ikan. Kelompok agroindustri ini dapat berkembang dalam
keadaan krisis karena tidak bergantung pada bahan baku dan bahan tambahan
impor serta peluang pasar ekspor yang besar. Sementara kelompok agroindustri
yang tetap dapat bertahan pada masa krisis adalah industri mie, pengolahan susu
dan industri tembakau yang disebabkan oleh peningkatan permintaan di dalam
negeri dan sifat industri yang padat karya. Kelompok agroindustri yang
mengalami penurunan adalah industri pakan ternak dan minuman ringan.
Penurunan industri pakan ternak disebabkan ketergantungan impor bahan
baku (bungkil kedelai, tepung ikan dan obat-obatan). Sementara penurunan pada
industri makanan ringanlebih disebabkan oleh penurunan daya beli masyarakat
sebagai akibat krisis ekonomi. Berdasarkan data perkembangan ekspor tiga tahun
setelah krisis moneter 1998-2000, terdapat beberapa kecenderungan komoditas
mengalami pertumbuhan yang positif antara lain, minyak sawit dan turunannya,
karet alam, hasil laut, bahan penyegar seperti kakao, kopi dan teh, hortikultuta
serta makanan ringan/kering. Berdasarkan potensi yang dimiliki, beberapa
komoditas dan produk agroindustri yang dapat dikembangkan pada masa

11

mendatang antara lain, produk berbasis pati, hasil hutan non kayu, kelapa dan
turunannya, minyak atsiri dan flavor alami, bahan polimer non karet serta hasil
laut non ikan.
Dengan demikian, agroindustri merupakan langkah strategis untuk
meningkatkan nilai tambah hasil pertanian melalui pemanfaatan dan penerapan
teknologi, memperluas lapangan pekerjaan serta meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Pada kenyataannya, perkembangan nilai ekspor agroindustri masih
relatif lambat dibandingkan dengan subsektor industri lainnya. Hal ini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :
1. Kurang cepatnya pertumbuhan sektor pertanian sebagai unsur utama
dalam menunjang agroindustri, di pihak lain juga disebabkan oleh
kurangnya pertumbuhan sektor industri yang mendorong sektor pertanian.
2. Pemasaran produk agroindustri lebih dititik beratkan pada pemenuhan
pasar dalam negeri. Produk-produk agroindustri yang diekspor umumnya
berupa bahan mentah atau semi olah.
3. Kurangnya penelitian yang mengkaji secara mendalam dan menyeluruh
berbagai aspek yang terkait dengan agroindustri secara terpadu, mulai dari
produksi bahan baku, pengolahan dan pemasaran serta sarana dan
prasarana, seperti penyediaan bibit, pengujian dan pengembangan mutu,
transportasi dan kelengkapan kelembagaan.
4. Kurangnya minat para investor untuk menanamkan modal pada bidang
agroindustri.

12

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Konsep agribisnis merupakan suatu konsep yang terikat dari subsystem
hulu hingga hilir yang berorientasi pada pasar dengan memperhatikan kuantitas,
kualitas dan kontuinitas serta berdaya saing tinggi untuk dapat meningkatkan
produktivitas dan pendapatan pelaku agribisnis. Jika konsep agribisnis dapat
diterapkan dengan baik secara tidak langsung dapat memberikan kontribusi yang
besar terhadap pertumbuhan perekonomian baik dalam pemanfaatan tenaga kerja
yang banyak dari masing-masing subsitem hingga penyediaan pangan nasional.
aspek yang dapat ditempuh dalam upaya mengembangkan kegiatan agribisnis
diantaranya :Pembangunan Agribisnis merupakan pembangunan industri dan
pertanian serta jasa yang dilakukan sekaligus, dilakukan secara simultan dan
harmonis.Yang sering kita dapatkan selama ini adalah industri pengolahan
(Agroindustri) berkembang di Indonesia, tapi bahan bakunya dari impor.
Agroindustri adalah kegiatan yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai
bahan baku, merancang dan menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan
tersebut. Secara eksplisit pengertian Agroindustri pertama kali diungkapkan oleh
Austin (1981) yaitu perusahaan yang memproses bahan nabati (yang berasal dari
tanaman) atau hewani (yang dihasilkan oleh hewan). Proses yang digunakan
mencakup pengubahan dan pengawetan melalui perlakuan fisik atau kimiawi,
penyimpanan, pengemasan dan distribusi. Produk Agroindustri ini dapat
merupakan produk akhir yang siap dikonsumsi ataupun sebagai produk bahan
baku industri lainnya. Teknologi yang digolongkan sebagai teknologi agroindustri
produk pertanian begitu beragam dan sangat luas mencakup teknologi pascapanen
dan teknologi proses. Untuk memudahkan, secara garis besar teknologi
pascapanen digolongkan berdasarkan tahapannya yaitu, tahap atau tahap sebelum
pengolahan, tahap pengolahan dan tahap pengolahan lanjut . Perlakuan
pascapanen tahap awal meliputi, pembersihan, pengeringan, sortasi dan
pengeringan berdasarkan mutu, pengemasan, transport dan penyimpanan,
pemotongan/pengirisan, penghilangan biji, pengupasan dan lainnya.

13

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1983. Simposium nasional Agroindustri I, Jurusan Teknologi industri
Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Austin, J.E. 1981. Agroindustrial Project Analysis. The Johns Hopkins University
Prss. London
Saragih, bungaran, siswono Yudo Husodo, dkk. 2005. Pertanian Mandiri. Penebar
swadaya, Jakarta.

14

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.


Karena dengan rahmat dan karunia-Nya kami mampu menyelesaikan
tugas ini. Dan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah ikut
serta dalam membimbing kami sampai saat sekarang. Kami menyadari
bahwa tugas ini masih banyak kekurangan dan kejanggalan, maka
kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.
Oleh karena itu, kami tidak lupa meminta maaf kepada
pembaca dan kepada Tuhan kami memohon ampun. Kami
mengharapkan kritik dan saran agar kiranya tugas ini bisa sempurna
dan berguna bagi pembaca.

Padangsidimpuan,
2015

Kelompok X

15

Oktober

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................
i

DAFTAR ISI....................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................

A. Latar Belakang.................................................................................
1
B. Rumusan Masalah............................................................................
2
C. Tujuan...............................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................

A. Pengertian Sistem Agribisnis...........................................................


3
B. Strategi Pengembangan Agribisnis..................................................
4
C. Peranan agribisnis sebagai suatu sistem dalam pengembangan
sektor pertanian di Indonesia ..........................................................
7........................................................................................................
D. Kendala atau hambatan dalam membangun agribisnis....................
8
E. Pengertian Agroindustri...................................................................
9
F. Penerapan teknologi untuk agroindustri...........................................
11
G. Pengembangan agroindustri.............................................................
11
BAB III PENUTUP............................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA............................................................. 15

16

Você também pode gostar