Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Definisi
materialitas
mengharuskan
seorang
auditor
dalam
Untuk
mencapainya
diperlukan
pengelolaan yang
efektif dalam
Oleh karena itu, selain membahas tentang materialitas, resiko audit, strategi
awal audit dalam makalah ini kami juga akan membahas tentang Audit terhadap
Siklus Pengeluaran: Pengujian Substantif terhadap Aktiva Tetap.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan dari penulisan makalah ini
sebagai berikut :
1. Apa definisi dari Materialitas dan Bagaimana pertimbangan awal mengenai
materialitas?
2. Apa unsur risiko audit dan bagaimana hubungan risiko audit pada tingkat
laporan keuangan dan tingkat saldo akun?
3. Apakah yang dimaksud dengan aktiva tetap dan bagaimana penggolongan
aktiva tetap ?
C. TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui definisi dari Materialitas dan Bagaimana
pertimbangan awal mengenai materialitas?
2. Untuk mengetahui unsur risiko audit dan bagaimana hubungan risiko
audit pada tingkat laporan keuangan dan tingkat saldo akun?
3. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan aktiva tetap dan bagaimana
penggolongan aktiva tetap?
BAB II
PEMBAHASAN
A. MATERIALITAS
1. Konsep Materialitas
Mulyadi (2002:158) menyatakan materialitas adalah besarnya nilai yang
dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang
melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap
pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut,
karena adanya penghilangan atau salah saji. Definisi tersebut mengharuskan
auditor untuk mempertimbangkan keadaan-keadaan yang berhubung dengan
satuan usaha (perusahaan klien), dan informasi yang diperlukan oleh mereka yang
akan mengandalkan pada laporan keuangan yang telah diaudit. Karena tanggung
jawab menentukan apakah laporan keuangan salah saji secara material, auditor
harus, berdasarkan temuan salah saji yang material, menyampaikan hal itu kepada
klien sehingga bisa dilakukan tindakan koreksi.
2. Pentingnya Konsep Materialitas Dalam Audit Atas Laporan Keuangan
Dalam audit atas laporan keuangan, auditor tidak dapat memberikan jaminan
bagi klien atau pemakai laporan keuangan yang lain, bahwa laporan keuangan
auditan adalah akurat karena auditor yang bersangkutan tidak memeriksa setiap
transaksi yang terjadi dalam tahun yang diaudit dan tidak dapat menentukan
apakah semua transaksi yang terjadi telah dicatat, diringkas, digolongkan, dan
dikompilasi secara semestinya ke dalam laporan keuangan.
Oleh karena itu, dalam audit atas laporan keuangan, auditor memberikan
keyakinan (assurance) sebagai berikut:
a. Risiko Bawaan
Adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap
suatu saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan
prosedur pengendalian intern yang terkait.
b. Risiko Pengendalian
Adalah risiko yang terjadinya salah saji material dalam suatu asersi
yang tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh
pengendalian intern entitas.
c. Risiko Deteksi
Adalah risiko sebagai akibat auditor tidak dapat mendeteksi salah saji
material yang terdapat dalam suatu asersi.
4. Penggunaan Informasi Risiko Audit
Taksiran risiko audit pada tahap perencanaan audit dapat digunakan oleh
auditor untuk menetapkan jumlah bukti audit yang akan diperiksa untuk
membuktikan kewajaran penyajian saldo akun tertentu. Untuk itu, auditor
menentukan risiko deteksi dari formula risiko audit berikut ini :
Risiko Audit Individual=Risiko Bawaan X Risiko Pengendalian X Risiko Deteksi
Dari formula tersebut, risiko deteksi dihitung melalui tahap-tahp berikut ini
yaitu :
a. Menetapkan risiko audit , risiko bawaan, dan risiko pengendalian secara
individual berdasarkan pertimbangan profesional auditor
10
11
audit atas asersi individual atau sekelompok asersi. Strategi audit awal dibagi
menjadi dua macam yaitu :
a. Pendekatan terutama substantif (primarily substantive approach)
b. Pendekatan tingkat risiko pengendalian taksiran rendah (lower assessed
level of control risk approach)
2. Unsur Strategi Audit Awal
Dalam mengembangkan strategi audit awal untuk suatu asersi, auditor
menetapkan empat unsur berikut ini yaitu :
a. Tingkat risiko pengendalian taksiran yang direncanakan
b. Luasnya pemahaman atas pengendalian intern yang harus diperoleh
c. Pengujian pengendalian yang harus dilaksanakan untuk menaksir risiko
pengendalian.
d. Tingkat pengujian substantif yang direncanakan untuk mengurangi risiko
audit ke tingkat yang cukup rendah.
3. Pendekatan Terutama Substantif
Dalam strategi audit ini, auditor mengumpulkan semua atau hampir semua
bukti audit dengan menggunakan pengujian substantif dan auditor sedikit
meletakkan kepercayaan atau tidak mempercayai pengenndalian intern. Pada
dasarnya ada tiga alasan mengapa auditor menggunakan pendekatan ini yaitu :
a. Hanya terdapat sedikit (jika ada) kebijakan dan prosedur pengendalian
intern yang relevan dengan perikatan audit atas laporan keuangan.
b. Kebijakan dan prosedur pengendalian intern yang berkaitan dengan asersi
untuk akun dan golongan transaksi signifikan tidak efektif.
c. Peletakan kepercayaan besar terhadap pengujian substantif lebih efisien
tertentu.
4. Pendekatan Risiko Pengendalian Rendah
12
Substantif
Rendah
atau
maksimum
Auditor merencanakan prosedur
lebih
pengendalian intern
Auditor merencanakan sedikit, Auditor
jika
ada,
ekstensif
untuk
merencanakan
memperoleh
pengujian
pengendalian
Auditor merencanakan
kekayaan ini mempunyai wujud, seringkali aktiva tetap disebut dengan aktiva
tetap berwujud (tangible fixed assets). Aktiva tetap dalam perusahaan manufaktur
umumnya digolongkan menjadi:
a. Tanah dan perbaikan tanah (land and land improvement)
b. Gedung dan perbaikan gedung (building and building improvement)
c. Mesin dan ekupmen pabrik
d. Mebel
e. Kendaraan
Transaksi yang bersangkutan dengan aktiva tetap:
Aktiva Tetap
Pemerolehan
Penghentian pemakaian
Pengeluaran modal
Penjualan
Revaluasi
Pertukaran
Pertukaran
Akumulasi Depresiasi Aktiva Tetap
Penghentian pemakaian
Depresiasi
Penjualan
Pertukaran
Jurnal-jurnal transaksi yang menyangkut perubahan aktiva tetap dan akun
depresiasi akumulasi yang bersangkutan:
a. Transaksi pemerolehan aktiva tetap
Aktiva Tetap
XXXX
Kas
XXXX
b. Transaksi pengeluaran modal (capital expenditure)
Aktiva Tetap
XXXX
Kas
c. Transaksi depresiasi aktiva tetap
Biaya Depresiasi
XXXX
XXXX
XXXX
XXXX
14
Aktiva Tetap
e. Transaksi reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap
XXXX
XXXX
XXXX
XXXX
15
aktiva tetap relatif lebih sedikit bila dibandingkan dengan waktu yang
digunakan untuk pengujian substantif terhadap aktiva lancar.
b. Karena ketepatan pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan aktiva
tetap sedikit pengaruhnya terhadap perhitungan rugi-laba, maka auditor
tidak mengarahkan perhatiannya terhadap masalah ketelitian pisah batas
transaksi yang bersangkutan dengan aktiva tetap pada akhir tahun. Dengan
pengujian substantif terhadap aktiva lancar, auditor memusatkan
perhatiannya terhadap ketepatan pisah batas terhadap transaksi yang
bersangkutan dengan aktiva lancar, karena kesalahan atau ketidak telitian
penentuan pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan aktiva lancar
berdampak langsung terhadap perhitungan rugi-laba tahun yang diaudit.
c. Pengujian substantif terhadap aktiva tetap dititik beratkan pada verifikasi
mutasi aktiva tetap yang terjadi dalam tahun yang diaudit, karena aktiva
tetap disajikan pada kosnya, bukan nilai bersih yang dapat direalisasikan
pada tanggal neraca sepertu halnya dengan aktiva lancar. Dilain pihak,
pengujian substantif terhadap aktiva lancar, dititikberatkan pada saldo
aktiva lancar tersebut pada tanggal neraca, karena aktiva lancar harus
disajikan didalam neraca sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan
pada tanggal tersebut.
4. Prinsip Akuntansi Berterima Umum Dalam Penyajian Aktiva Tetap Di Neraca
Sebelum membahas pengujian subtantif terhadap aktiva tetap, perlu diketahui
terlebih dahulu prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia dalam penyajian
aktiva tetap di neraca berikut ini :
a. Dasar penilaian aktiva tetap harus dicantumkan didalam neraca
b. Aktiva tetap yang digadaikan harus dijelaskan
16
Dari gambar diatas dapat kita ketahui bahwa tujuan dari pengujian
substantif terhadap aktiva tetap yaitu:
a. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang
bersangkutan dengan aktiva tetap.
17
18
dengan
menambah
saldo
awal
dengan
jumlah
Depresiasi
yang
19
bersangkutan
ke
jurnal
yang
bersangkutan.
Untuk
memperoleh
keyakinan
bahwa
mutasi
Formula
Hasil Penjualan Bersih : Rerata saldo
aktiva tetap
Hasil Penjualan Bersih : Rerata saldo
aktiva tetap
Ratio aktiva tetap dengan modal saham Aktiva tetap : Modal Saham
Ratio biaya reparasi dan pemeliharaan Biaya Reparasi dan Pemeliharaan :
20
yang
mendukung tambahan aktiva tetap yang terjadi dalam tahun yang diaudit
memberikan bukti tentang:
a. Asersi keberadaan aktiva tetap dan keterjadian transaksi yang
menambah aktiva tetap
b. Asersi kelengkapan unsur yang membentuk kos aktiva tetap
c. Asersi hak kepemilikan klien atas tambahan aktiva tetap
d. Asersi penilaian aktiva tetap.
2) Periksa berkurangnya aktiva tetap ke dokumen yang mendukung transaksi
tersebut. Pemeriksaan terhadap dokumen yang mendukung transaksi
berkurangnya aktiva tetap yang terjadi dalam tahun yang diaudit
memberikan bukti tentang:
a. Asersi keberadaan aktiva tetap dan keterjadian transaksi berkurangnya
aktiva tetap
b. Asersi kelengkapan unsur yang mengurangi kos aktiva tetap
c. Asersi hak kepemilikan klien atas aktiva tetap yang dikurangi
d. Asersi penilaian aktiva tetap.
3) Periksa ketepatan pisah batas transaksi aktiva tetap
4) Lakukan review terhadap akun biaya reparasi dan pemeliharaan aktiva
tetap
d. Pengujian terhadap saldo akun rinci
Hal-hal yang harus dilakukan yaitu :
1) Lakukan inspeksi terhadap tambahan aktiva tetap dalam tahun yang
diaudit
2) Periksa dokumen kontrak dan dokumen hak kepemilikan klien atas aktiva
tetap. Pembuktian hak pemilikan atas aktiva tetap klien dilakukan oleh
auditor dengan:
21
22
BAB III
KESIMPULAN
23
24
DAFTAR PUSTAKA
4. http://vinakurniadi.blogspot.com/2009/12/studi-kasus-etikaprofesional-risiko.html
5. http://zetzu.blogspot.com/2012/12/audit-aktiva-tetap-iv.html
6. http://inedwiy26.blogspot.com/2013/05/auditing-materialitas-danrisiko-audit.html
25
26
berjumlah kurang dari 240rb, maka tidak usah dilakukan adjustment, tapi kalau
jumlahnya diatas 240rb, harus dibuat adjustment nya.
CONTOH KASUS
Audit Aktiva Tetap
Dalam suatu perusahaan terdapat kekeliruan-kekeliruan pada akun-akun properti,
pabrik dan peralatan. Berikut kekeliruan-kekeliruan tersebut:
1. Umur aktiva yang digunakan untuk menyusutkan peralatan lebih kecil dari
umur manfaat yang layak dan diharapkan
2. Aktiva yang dapat dikapitalisasi secara rutin dicatat sebagai beban seperti
beban perbaikan dan peralatan, beban peralatan tidak tahan lama atau beban
perlengkapan
3. Peralatan kontruksi yang dibuang (abandoned) atau ditukar dengan peralatan
pengganti tidak dihapuskan dari catatan akuntansi
4. Beban penyusutan untuk operasi manufaktur dibebankan ke beban
administrasi
5. Peralatan kecil yang diperlukan untuk pemeliharaan peralatan dicuri oleh
karyawan untuk penggunaan pribadi.
6. Perolehan properti dicatat dengan jumlah yang tidak tepat.
7. Suatu pinjaman untuk peralatan yang ada tidak dicatat pada catatan akuntansi.
Penerimaan kas dari pinjaman tidak pernah diterima perusahaan karena
penerimaan tersebut digunakan untuk membayar uang muka atas suatu unit
peralatan yang sekarang digunakan sebgai aktiva operasi. Peralatan tersebut
juga tidak dicatat dalam catatan akuntansi.
27
REKOMENDASI PEMBAHASAN
Untuk setiap kekeliruan-kekeliruan berikut dalam akun-akun properti,
pabrik dan peralatan, sebutkan pengendalian intern yang dapat dikembangkan
oleh klien untuk mencegah terjadinya kekeliruan-kekliruan tersebut dan prosedur
audit substantif yang dapat digunakan untuk menemukan kesalahan tersebut.
1. Umur aktiva yang digunakan untuk menyusutkan peralatan lebih kecil dari
umur manfaat yang layak dan diharapkan.
a. Pengendalian intern, manajemen harus menetapkan prosedur yang formal
untuk menentukan merode depresiasi, taksiran umur ekonomis, dan nilai
residu.
b. Prosedur audit, me-review secara periodik kebijaksanaan penetapan
prosedur formal
(mendekati kenyataan).
Misalnya kalau suatu peralatan didepresiasi selama 5 tahun sedangkan secara
normal dapat digunakan 10 tahun aka nilai residu dan beban depresiasi harus
dipertimbangkan kembali
2. Aktiva yang dapat dikapitalisasi secara rutin dicatat sebagai beban seperti
beban perbaikan dan peralatan, beban peralatan tidak tahan lama atau beban
perlengkapan.
a. Pengendalian intern, meningkatkan pemahaman terhadap prinsip akuntansi
yang berlaku umum
b. Prosedur audit, melakukan pemeriksaan atas dokumen terhadap jumlahjumlah besar yang di debet ke akun beban
3. Peralatan kontruksi yang dibuang (abandoned) atau ditukar dengan peralatan
pengganti tidak dihapuskan dari catatan akuntansi
28
29
30
31