Você está na página 1de 37

1

DEFINISI RISET
Riset (research) didefinisikan oleh Sekaran (2003, hal. 5)
sebagai suatu investigasi atau keingintahuan saintifik yang terorganisasi, sistematik, berbasis data, kritikal terhadap suatu
masalah dengan tujuan menemukan jawaban atau solusinya
Sedang Kinney, Jr. (1986) mendefinisikan riset (research)
sebagai pengembangan dan pengujian dari teori-teori baru
tentang bagaimana dunia nyata bekerja atau penolakan dari teoriteori yang sudah ada.
Lebih spesifik riset bisnis (business research) didefinisikan
oleh Cooper and Schindler (2001, hal. 5) sebagai pencarian yang
sistematik yang menvediakan informasi untuk mengarahkan
keputusan-keputusan bisnis
KONSEP DASAR RISET
Sekaran (1992, 2003) lebih lanjut membedakan riset saintifik
dengan riset-riset lainnya sebagai berikut ini.
1. Berketujuan (purposiveness). riset saintifik mempunyai tujuan
yang jelas.
2. Kokoh (rigor), menunjukkan proses riset saintifik dilakukan
dengan hati-hati (prudent) dengan tingkat keakurasian yang
tinggi. Basis teori dan rancangan riset yang baik akan
menambah kekokohan dari riset saintifik.
3. Ujibilitas (testability), menunjukkan bahwa riset saintifik dapat
menguji hipotesis-hipotesis dengan pengujian statistik menggunakan data yang dikumpulkan.
4. Replikabilitas (replicability), yaitu riset saintifik dapat diulang
dengan menggunakan data yang lain.
5. Ketepatan dan keyakinan (precision dan confidence),
menunjukkan bahwa tidak ada riset yang sempurna dan
ketepatannya tergantung dari keyakinan periset yang diterima

umum. Kesalahan pengukuran data dan bias yang lainnya


dapat menyebabkan ketepatan riset menurun.
6. Objektivitas (objectivity), menunjukkan bahwa riset saintifik
memberikan hasil dan konklusi yang objektif tidak dipengaruhi
oleh faktor subjektif peneliti.
7. Generalisabilitas (generalizability), yaitu riset saintifik mampu
untuk diuji ulang dengan hasil yang konsisten dengan waktu,
objek dan situasi yang berbeda.
8. Sederhana (parsimony), yaitu riset saintifik mempunyai kemudahan di dalam menjelaskan risetnya.
RISET METODA ILMIAH VS. RISET METODA NATURALIS
Lawan dari penelitian pendekatan ilmiah (scientific method)
adalah penelitian pendekatan alamiah atau naturalis
(naturalistic approach). Pendekatan naturalis menolak bentuk
terstruktur dari riset. Proses pembentukan struktur teori tidak
dilakukan. Tujuan riset yang umum dilakukan adalah untuk menemukan teori yang baru. Periset pendekatan naturalis bebas
berpikir terhadap teori apapun. Pendekatan naturalis juga tidak
membutuhkan hipotesis-hipotesis secara eksplisit.
Menurut Abdel-Khalik dan Ajinkya (1979), penelitian menggunakan metoda naturalis ini sejalan dengan grounded theory
yang dikembangkan oleh Glaser dan Straus (1967). Teori
membumi (grounded theory) percaya bahwa cara terbaik untuk
menjelaskan
dan
membangun
teori
adalah
dengan
menemukannya dari data. Pendekatan ini menganggap bahwa
teori grounded di datanya. Pendekatan saintifik menolak hal ini
dari berargumentasi bahwa "facts do not speak for themselves"
(Blalock, 1969). Pendekatan saintifik membutuhkan pengujian
secara kuantitatif dan statistik.
Pengikut grounded theony termasuk yang mengembangkan
metoda penelitian eksplorasi (exploratory research). Penelitian
eksplorasi (exploratory research) tidak menggunakan model

atau teknik statistik untuk menyimpulkan hasil yang diobservasi.


Hal ini terjadi karena data yang dikumpulkan metoda
naturalis atau di metoda eksplorasi bersifat kualitatif bukan
kuantitatif, sehingga pendekatan-pendekatan ini juga disebut
dengan pendekatan kualitatif (qualitative method).

PERBEDAAN METODA SAINTIFIK DENGAN METODA


NATURALIS
PENDEKATAN SAINTIFIK
PENDEKATAN NATURALIS
Menggunakan struktur teori

Tidak menggunakan struktur teori


karena lebih bertujuan menemukan
teori bukan memverifikasi teori,
kecuali jika tujuan penelitiannya ingin
membuktikan
atau
menemukan
keterbatasan dari suatu teori.
Struktur teori digunakan untuk Hipotesis jika ada sifatnya implisit
membangun satu atau lebih tidak eksplisit
hipotesis-hipotesis
Pendekatan ilmiah melakukan Pendekatan naturalis menolak bentuk
setting
artifisial
misalnya terstruktur dari riset. Pendekatan
dengan metoda eksperimen naturalis juga menolak pengaturan
dengan
memanipulasi riset secara artifisial. Penelitian
beberapa
pendekatan
naturalis
lebih
menggunakan dan menjaga setting
alamiah (natural) di mana fenomena
atau perilaku yang akan diamati
terjadi.
Pendekatan saintifik menolak Sejalan dengan konsep grounded
bahwa
teori
membumi theory yang dikembangkan oleh di
(grounded)
datanya
dan Glaser dan Straus (1967) yang per
berargumentasi bahwa "facts caya bahwa cara terbaik untuk
do not speak for themselves" menjelaskan dan membangun teori
(Blalock, 1969).
adalah dengan menurunkannnya dari
data. Pendekatan ini menganggap
bahwa teori grounded di datanya
Pendekatan saintifik membu Pengikut grounded theory termasuk
tuhkan
pengujian
secara yang
mengembangkan
metoda.
kuanti tatif dan statistik
Penelitian eksplorasi yang tidak
menggunakan data kuantitatif dan
teknik statistik untuk menyimpulkan

hasil yang diobservasi. Metoda


naturalis dan metoda eksplorasi
bersifat kualitatif menggunakan data
kualitatif.

KELEMAHAN
DAN
KEBAIKAN-KEBAIKAN
PENDEKATAN SAINTIFIK dan NATURALIS

UNTUK

Pendekatan Saintifik
Pendekatan Naturalis
(+) Menilai data lebih objektif, karena (-) Menilai data lebih subjektif
tidak boleh terpengaruh oleh nilai karena hasil observasi langsung
atau kepercayaan periset atau orang periset
lain (harus value free).
dan periset sendiri yang menyimpulkannya.
(-) Setting tidak natural (artifisial) (+) Setting natural tidak diubah oleh
dapat menurunkan validitas pene- periset.
litian.
(-) Penelitian kurang terfokus tetapi (+) Penelitian lebih terfokus dan
Iebih
luas,
sehingga
kurang Mendalam.
mendalam.
(-) Penelitian biasanya menjelaskan (+) Penelitian lebih mendetail ke haldan memprediksi fenomena yang hal di bawah permukaan yang
tampak, sehingga lebih mengarah ke belum tampak, seperti misalnya
verifikasi teori.
penelitian tentang kultur. Lebih
untuk menemukan teori baru.

(+) Dari segi kemudahan menda- (-) Data primer harus dikumpulkan
patkan data, data sekunder yang sendiri oleh periset yang biasanya
tersedia dapat digunakan.
melibatkan waktu yang lama (bulanan sampai dengan tahunan)
untuk mendapatkannya dengan terlibat langsung sebagai pengobservasi di tempat kejadian.

(+) Eksternal validiti lebih tinggi (-) Eksternal validiti rendah karena
karena dapat melibatkan permasa- hanva melibatkan satu permasalahlahan yang lebih luas menggunakan an di suatu organisasi saja karena
waktu yang lebih panjang dan data primer harus diobservasi senperusahaan yang Iebih banvak diri van- tidak mungkin dan
sebagai objek penelitian karena membutuhkan banvak waktu untuk
tersedia di data sekunder.
melibatkan banvak organisasi.

Pendekatan mana yang harus digunakan? Jawabannya


tergantung dari beberapa hal sebagai berikut ini.
1. Aliran yang dianut. Positivism atau Non-Positivism
2. Kondisi atau lingkungan yang terjadi.
3. Tingkat keluasan dan kedalaman penelitian yang diinginkan.
Jika tujuan dari penelitian adalah untuk menjawab pertanyaan
4. Jika dimungkinkan, kedua pendekatan ini dapat digabungkan
untuk digunakan bersama-sama. Penggabungan pendekatanpendekatan ini dikenal dengan istilah triangulation.
DEDUKSI dan INDUKSI
Pendekatan saintifik metoda deduktif dan pendekatan naturalis
menggunakan metoda induksi
MACAM-MACAM RISET
Empat macam kegiatan riset menurut Cooper & Schindler,
adalah sebagai berikut ini.
1. Pelaporan (reporting).
Riset yang dilakukan hanya untuk menyediakan data atau
informasi yang diperlukan untuk keputusan tertentu. Misalnya
adalah informasi apa saja yang diperlukan untuk mengevaluasi

nilai intrinsik suatu perusahaan.


2. Penggambaran (descriptive).
Riset ini bertujuan untuk menggambarkan atau mendefinisikan
siapa yang terlibat di dalam suatu kegiatan, apa yang dilakukannya, kapan dilakukan, di mana dan bagaimana melakukannya.
3. Penjelasan (explanatory).
Riset yang mencoba menjelaskan fenomena yang ada.
4. Prediksi (predictive).
Mencoba menjelaskan apa yang akan terjadi dari suatu fenomena.
LANGKAH-LANGKAH RISET METODA ILMIAH
1. Mengidentifikasi isu atau topik dari riset (dilaporkan di bab I
laporan riset).
2. Menjual ide atau isu- tersebut dengan cara menjustifikasi
bahwa isu tersebut adalah menarik dan penting untuk diteliti
(dilaporkan di bab 1 laporan riset).
3. Menentukan tujuan dan kontribusi dari riset (bab I di laporan
hasil riset).
4. Mengembangkan hipotesis.
Untuk merancang (membangun hipotesis) diperlukan teori dan
hasil-hasil riset sebelumnya (dilaporkan di bab 2 laporan hasil
riset).
5. Merancang riset.
Merancang riset berarti merancang data yang akan digunakan
untuk menguji hipotesis-hipotesisnya secara empiris dan merancang model empiris untuk menguji hipotesis-hipotesisnya
secara statistik. Rancangan data dan model empiris dilaporkan
di bab metodologi (dilaporkan di bab 3 laporan hasil riset).
6. Mengumpulkan data.
Beberapa metoda pengumpulan data di antaranya adalah

metoda pengumpulan data dari arsip (data sekunder),


wawancara (data primer) dan observasi (data primer),
kuesioner (data primer) dan eksperimen (data primer). Proses
ini juga dilaporkan di bab 3 di laporan basil riset.
7. Menganalisis data dan menguji hipotesis (dilaporkan di bab 4
laporan hasil riset).
8. Membuat ringkasan, mengevaluasi dan mendiskusikan hasil
pengujian serta menvimpulkan hasilnya (dilaporkan di bab 5
laporan basil riset).
9. Menunjukkan keterbatasan dan halangan-halangan riset (dilaporkan di bab 5 laporan hasil riset).
10.Mengusulkan perbaikan-perbaikan riset berikutnya (dilaporkan
di bab 5 laporan hasil riset).

10

LAPORAN HASIL RISET


Bab 1. PENDAHULUAN
Bab ini berisi dengan isu riset, motivasi dari riset yang
menunjukkan mengapa isu riset ini penting dan perlu diteliti,
tujuan dari riset dan kontribusi dari riset.
BAB 2. KAJI TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Bagian ini mengkaji teori yang digunakan di riset untuk
mengembangkan hipotesis dan menjelaskan hasil fenomena riset.
Dengan menggunakan teori yang sudah dikaji dan juga riset-riset
sebelumnya, hipotesis-hipotesis yang ada dapat dikembangkan.
BAB 3. DISAIN RISET
Bab 3 ini menjelaskan tipe dari riset, rancangan sampel yang
meliputi jenis, sumber, proses seleksi dan karakteristik datanya.
Bagian ini juga membahas model empiris yang digunakan untuk
menguji
hipotesis-hipotesis
yang
sudah
dikembangkan
sebelumnya.
BAB 4. HASIL
Bab ini menunjukkan hasil dari pengujian hipotesis menggunakan data yang diolah sesuai dengan model empiris yang sudah
ditetapkan. Pengujian hipotesis ini didasarkan secara statistik.
BAB 5. RINGKASAN, SIMPULAN, DISKUSI, IMPLIKASI, KEKURANGAN-KEKURANGAN DAN SARAN-SARAN
Ringkasan menunjukkan hasil riset secara padat. Hasil dari
riset perlu didiskusikan mengapa hasilnya begitu. Simpulan menunjukkan keberhasilan tujuan dari riset. Simpulan menunjukkan
hipotesis-hipotesis mana yang didukung dan rnana yang tidak
didukung. Implikasi dari riset menunjukkan kemungkinan penerapan dari riset sehingga kontribusi riset mengena. Tidak ada riset
yang sempurna, sehingga kekurangan-kekurangan riset perlu
disadari. Saran-saran diberikan karena adanva keterbatasanketerbatasan dari riset, sehingga ada beberapa hal yang tidak

11

dapat dilakukan di riset sekarang, tetapi mungkin dapat dilakukan


di riset mendatang. Saran-saran merupakan perbaikan-perbaikan
dan pengembangan riset-riset di masa mendatang.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
FORMAT PENULISAN DAFTAR PUSTAKA
Arief, K. (2003). Pasar Efisien dmn Perilakunya. UnpublishedTesis
S2, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Hartono, J. (1998). Bias Beta dan Koreksini a. Paper presented at
the Simposium Nasional Akuntansi 2, UniversitasBrawijaya,
Malang.
Hartono, J. (2003). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. BPFE
UGM, Yogyakarta.
Kahneman, D.; T., Richard. (1991). Economic Analysis and the
Psychology of Utility: Application to Compensation Policy.
The American Economic Review, 81(2), 341346.
Kurniawan, A. (2002, 17 November). Efek Permainan Komputer
Terhadap Tingkat Belajar Anak. Majalah Game Anak, 5,
12-17.
Ratnaningsih, D. (2004). Efek Resensi dari Informasi Akuntansi.
Unpublished Disertasi, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.

ISU, MOTIVASI, TUJUAN DAN KONTRIBUSI RISET


ISU RISET
Mengidentifikasi isu riset merupakan hal yang penting, karena
urutan-urutan riset selanjutnya tergantung dari ini. Suatu isu

12

(issue) dari riset dapat berupa sebagai berikut ini.


1. Permasalahan (problem) yang terjadi yang perlu solusi perbaikan.
2. Oportuniti (opportunity) atau peluang yang akan ditangkap.
3. Fenomena yang akan dijelaskan atau diverifikasi dengan
suatu teori yang sudah ada.
4. Fenomena yang akan diuji untuk menemukan teori baru.
Bab 2. Isu, Motivasi, Tujuan dan Kontribusi Risel
MOTIVASI RISET
Periset harus dapat meyakinkan sponsor bahwa isu yang teliti
merupakan isu yang penting dan perlu untuk diteliti.

TUJUAN RISET
Tujuan dari riset adalah apa yang ingin dicapai dengan
melakukan penelitiannya. Secara umum, tujuan dari riset adalah
untuk mencapai sasaran dari isu riset.
KONTRIBUSI RISET
Kontribusi atau manfaat hasil riset dapat berkisar dari
akademisi, praktisi, perusahaan, sampai ke pemerintah.
Tergantung ;iapa pemakai hasil dari riset, kontribusi riset dapat
berupa kontritbusi teori, kontribusi praktek dan kontribusi
kebijakan. Kontribusi riset juga harus berhubungan dengan isu
yang diteliti. Kontribusi teori adalah hasil dari riset dapat
memperbaiki tteori yang sudah ada, menjelaskan teori yang
sudah ada ke fenomena

13

TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS


TEORI
Teori (theory) adalah kumpulan dari konsep, definisi, dan
proposisi yang sistematis yang digunakan untuk menjelaskan dan
memprediksi fenomena atau fakta. Kinney, Jr. (1986)
menyebutkan bahwa riset empiris melibatkan teori, hipotesis dan
fakta. Teori dan hipotesis merupakan dua hal yang berbeda tetapi
berhubungan. Riset yang bersifat pengujian (konfirmasi), teori
digunakan untuk membangun hipotesis, jadi hipotesis dibangun
berdasarkan teori.
HIPOTESIS
Tidak semua penelitian menggunakan hipotesis. Hanya penelitian
berupa pengujian hipotesis yang menggunakan hipotesis
(saintifik). Penelitian tipe eksploratori (natrualis) tidak
menggunakan hipotesis. Alasannya adalah pendekatan saintifik
menggunakan teori atau logika atau riset-riset sebelumnya untuk
menguji fenomena yang ada, sehingga hipotesis-hipotesisnya
dapat diketahui di awal riset dan harus dikembangkan. Pendekatan naturalis tidak menggunakan hipotesis karena yang akan
diteliti adalah sesuatu di bawah permukaan (misainya kultur) yang
belum tampak sebelum diobservasi dengan mendalam.

14

Hipotesis berbeda dengan Proposisi. Menurut Kinney, Jr.


(1986) hipotesis (hypothesis) adalah prediksi tentang fenomena.
Proposisi (proposition) adalah pernyataan tentang konsep yang
dapat dinilai benar atau salah jika dihubungkan dengan fenomena
yang diobservasi. Proposisi dimaksudkan untuk tidak diuji
kebenarannya. Jika proposisi dimaksudkan untuk diuji dan
dihubungkan dengan pengujian empiris maka disebut dengan
hipotesis.

Hipotesis Nol dan Hipotesis Alternatif


Hipotesis dapat ditulis dalam bentuk hipotesis (0) (nol)
hypothesis) maupun hipotesis alternatif (alternative hypothesis)
atau keduanya. Hipotesis nol dicoba untuk ditolak dan
hipotesis alternatif dicoba untuk diterima. Hipotesis nol (null
hypothesis) merupakar dugaan yang menyatakan hubungan
dua buah variabel adalah jelas dan tidak terdapat perbedaan di
antaranya. Hipotesis alternatif (alternative hypothesis) yang
berlawanan dengan hipotesis nol menunjukkan terdapatnya
perbedaan antara dua variabel.
Ho: A tidak lebih besar dari B.
HA : A lebih besar dari B.
Klasifikasi Hipotesis
Hipotesis deskriptif
HA: Manajer yang dikompensasi berdasarkan besarnya laba
akan cenderung menaikkan laba perusahaan.
Hipotesis hubungan
Hipotesis hubungan merupakan pernyataan tentang
hubungan dua buah variabel. Hipotesis hubungan dapat
diklasifikasikan kembali menjadi hipotesis korelasi (correla.tional
hypothesis) dan hipotesis penjelas atau kausal (explanatory

15

hypothesis atau causal hypothesis).


Hipotesis korelasi (correlational hypothesis) merupakan
hipotesis yang menyatakan dua variabel terjadi bersamaan tanpa
diketahui mana yang mempengaruhi yang lainnya. Hipotesis ini
biasanya diuji dengan alat statistik korelasi.
HA : Terdapat hubungan positif antara besarnya kompensas:
dan laba perusahaan.
Hipotesis penjelas (explanatory hypothesis) atau hipotesis
kausal (causal hypothesis) adalah hipotesis yang menyatakar
hubungan satu variabel menyebabkan perubahan variabel yang
lainnya. Yang dipengaruhi adalah variabel dependen (VD) dam
variabel yang mempengaruhi adalah variabel independen (VI).
Hipotesis kausal dapat diuji dengan alat statistik regresi.
HA: Perubahan laba (VI) secara positif akan berpengaru.terhadap harga saham (VD).

Pengembangan Hipotesis
Hipotesis tidak dapat terjadi begitu saja. Hipotesis
dikembangkan dengan menggunakan teori ang relevan atau
dengan logika dan hasil-hasil penelitian sebelumnya. Hipotesis
dikembangkan dengan menggunakan teori karena memverifikasi
teori tersebut di fenomena yang ada. Hipotesis perlu
dikembangkan dengan penjelasan logis jika tidak ada teori yang
dapat digunakan atau tujuan dari riset adalah untuk menernukan
teori yang baru.
Hipotesis Kangguru
H.A: Terdapat pengaruh yang positif antara jumlah kehamilan
ibu-ibu di Yogyakarta dengan populasi kangguru Australia.

16

Arah Hipotesis
Arah dari hubungan kausal pada hipotesis ditentukan oleh
hubungan pada pengalaman-pengalaman masa lalu. Jika hasil
dari penelitian sebelumnya memberikan hasil yang konsisten
berarah (dapat positif atau negatif) maka hipotesis kausal harus
ditulis berarah seperti itu.
H.A : Perubahan laba (VI) berpengaruh positif terhadap harga
saham (VD).
Jika hasil-hasil penelitian sebelumnya banyak yang tidak
signifikan atau arahnya bertentangan, maka hipotesis kausal
dapat ditulis tanpa arah sebagai berikut ini.
H.A : Perubahan laba (VI) berpengaruh terhadap harga saham
(VD).
Kriteria Hipotesis yang Baik
Hipotesis yang baik memenuhi kriteria sebagai berikut ini.
1. Dikembangkan dengan menggunakan teori yang sudah ada,
penjelasan logis atau hasil-hasil penelitian sebelumnya. Arah
hubungan variabel hipotesis dikembangkan melalui hasil-hasil
penelitian sebelumnya. Jika hipotesis merupakan hal baru
yang belum ada teorinya, penjelasan logis digunakan untuk
membangun hipotesis ini.
2. Hipotesis menunjukkan maksudnva dengan jelas.
3. Hipotesis dapat diuji.
Hipotesis dapat diuji jika tersedia alat analisis untuk
mengujinya.
4. Hipotesis ini lebih baik dari hipotesis kompetisinya
Hipotesis lebih baik dari hipotesis kompetisinva jika dapat
menjelaskan dan memprediksi lebih baik.
RANCANGAN RISET

17

Desain riset adalah rencana dari struktur riset yang mengarahkan


proses dan hasil riset agar menjadi valid, objektif, efisien, an
efektif.
Cooper dan Schlinder (2001) (dalam Hartono, 2004)
menyebutkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam desain
riset adaalah sebagai berikut:
1. Desain riset adalah perencanaan aktivitas dan waktu
2. Desain riset selalu didasarkan pad apertanyaan penelitian atau
topik riset
3. Desain riset mengarahkan ke pemilihan sumber-sumber daya
dan tipe infomasi yang diperlukan
4. Desaain riset merupakan kerangka untuk menunjukkan
hubungan hubungan antara variabel-variabel yang akan diteliti
5. Desain riset menggariskan langkah-langkah untuk setiap
aktivitas riset
Karateristik Riset Yang Perlu Dirancang:
1. menentukan jenis risetnya
a.
riset ekplanatory
b.
riset pengujian hipotesis
2. jika risetnya adalah pengujian hipotesis apakah betuk
risetnya kausal atau deskriftif
3. menentukan dimensi waktu riset
a.
melibatkan waktu tertentu dengan banyak sampel
(cross sectional)
b.
melibatkan urutan waktu (time series)
c.
melibatkan keduanya (pooled data)
4. menentukan kedalam risetnya
a.
mendalam tapi hanya satu objek saja
b.
kurang mendalam tetapi generalisasinya tinggi
5. menentukan metoda pengumpulan data
a.
apakah kontak langsung (wawancara)
b.
tidak langsung (arsiv, observassi, analitical

18

6.

menentukan lingkungan risetnya


a.
lingkungan non-contrived (tidak direncanakan) setting,
yaitu lingkungan rill (field setting)
b.
lingkungan pengaturan artidisial atau simulasi)
7. menentukan unit analisisnya
a.
individual
b.
dyads, yaitu group dari beberapa pasangan data,
misalnya penelitian yang melibatkan suami istri
c.
organiasi, industri, instansi, pasar modal, negara
8. menentukan model empiris beserta definisi variabelnya
9. menentukan sumber daya riset yang dibutuhkan
a.
menentukan waktu dari kegiatan masing-masing riset
b.
menentukan biaya sampai penyelesaian riset
c.
menentukan personel-personel yang terlibat
Setelah karateristik diset ditentukan, langkah selanjutnya
adalah merancang sampel data yang akan dikumpulkan
sebagai berikut:
1.
Merancang pengukuran dari variabel yang akan digunakan
untuk menangkap data
2.
Merancang metoda pengambilan sampel dan teknik
pengumpulan datanya
3.
Merancang model empirisnya
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Riset
1. Alpha ()
Merupakan probabilitas kesalahan tipe I (error type I), secara
salah menolak hipotesis nol yang benar
2. Beta ()
Merupakan probabilitas kesalahan tipe II (error type II), secara
salah tidak menolak hipotesis nol yang tidak benar
3. Ukuran sampel (n)
4. Faktor desain
Kekuatan Pengujian

19

a.
b.
c.

Meningkatkan ukuran sampel


Memperkecil nilai alpha ()
meningkatkan desain lewat teori yang lebih baik
(membangun hipotesis menggunakan teori yang baik)
d. Meningkatkan
desain
lewat
pengontrolan
variabel
(meningkatkan validitas dan relibilitas data)
PENGUKURAN
Pengukuran merupakan pemberian nilai properti dari suatu objek
Skala pengukuran
1. Nominal
Bernilai klasifikasi, misalnya laki-laki (1), perempuan (2)
2. Ordinal
Bernilai klasifikasi dan order (ada urutannya) misalnya
penilaian kurang (1), baik (2), sangat baik(3)
3. Interval
Bernilai klasifikasi, order, misalnya skala Likert 1 s/d 5
4. Rasio
Nilai Data variabel dapat juga diklasifikasikaan sebagai data
metric dan non-metric.
Data metric adalah data berbentuk interval atau rasio
Data non-metric adalah data berbentuk kualitatif yang berbentuk
atribut, karateristik, atau kategori atau dikotomi. Yang termasuk
data ini adalah data tipe nominal dan ordinal

20

VALIDITAS dan REALIABILITAS


Validitas menunjukkan seberapa jauh suatu test atau suatu set
dari operasi-operasi mengukur apa yang seharusnya diukur dan
sampai sejauh mana ketepatan dan kecermatan alat ukur dalam
melakukan fungsi ukurnya.
Contoh: Alat Meteran digunakan untuk mengukur satuaan
Panjang.
Reliabilitas menunjukkan bahwa suatu pengukur dapat tetap
menunjukkan stabilitas dan konsitensinya dari suatu instrumen
yang mengukur suatu konsep. Jadi alat yang digunakan untuk
melakukan pengukuran akan cenderung memberikan haasil yang
sama meskipun digunakan untukmenguji individu secara
berulang-ulang.
Jadi
relaiabilitas
berhubungan
dengan
konsistensi dari suatu alat dalam mengukur.
Contoh: Alat pengukur suhu udara digunakan sebanyak 10 kali
dan hasil pengukurannya tetap konsisten, tidak berubah
.
VALIDITAS EKSTERNAL VALIDITAS INTERNAL
Validitas Ekternal: Menunjukkan bahwa hasil dari suatu
penelitian adalah valid yang dapat digeneraliasi ke semua objek,
situasi dan semua objek. Validitas ekternal ini berhubungan
dengan pemilihan sempel. Sempel yang memenuhi validitas
ekternal ini adalah sampel yang tidak bias.
Validitas Internal: Menunjukkan kemampuan dari suatu
instrumen riset untuk mengukur sesuatu apa yang seharusnya
diukur dari suatu konsep. Validitas interna; digunakan untuk
menjawab pertanyaan apakah riset sudah menggunakan konsep
yang seharusnya. Validitas ini dikelompokkan ke dalam tiga
kelompok.
a.
Validitas Isi
Menunjukkan seberapa besar item-ietem di instrumen
mewakili konsep yang diukur. Misalnya mengukur harga

21

saham dengan return saham.


b.
Validitas yang berhubungan dengan Kriteria
Mengukur perbedaan-perbedaan individual berdasarkan
kriteria yang digunakan
Validitas Serentak
Mengukur perbedaan individu pada saat bersamaan
Misalnya mengukur kinerja saham tumbuh dan tidak tumbuh
menggunakan teknik analisis korelasi
Validitas Prediktif
Menunjukkan kemapuan instrumen mengukur perbedaan
individu berdasarkan kriteria yang diprediksikan
Misalnya: (a) saham tumbuh ke depannya akan tetap
tumbuh atau tidak (b) saham tidak tumbuh apakah masa
depannya tetap tidak tumbuh atau tumbuh.
Misalnya
menggunakn
analisis
diskriminan
dalam
menentukan bank bankrut atau sehat (Penelitian Alatman,
19....)
c.
Validitas Konstruk
Menunjukkan seberapa baik baik hasil-hasil yang diperoleh
dari penggunaaan suatu pengukur sesuai dengan teori-teori
yang digunakan untuk mendefinisikan suatu konstruk.
Contohnya
mengukur
kinerja
perusahaan
dengan
menggunakan analisis faktor.

LABA
DIVIDEN

HARGA
SAHAM

Kinerja
Perusahaan

22

MODEL EMPIRIS
Bentuk model empiris dapat dikelompokkan berasarkan nilai data
atu sekalanya. Nilai data di variabel dapat diklasidikasikan
sebagai data Metrik (Ordinal dan Nominal; berbentuk atribut,
karateristik, kategori, atau dikotomi) dan Non-Metrik (Interval
dan Rasio; berbentuk kuantitatif).
Model empiris dapat mempunyai sebuah varabel depeenden
mapupun lebih dari satu variaabel dependen.
Yang termasuk model empiris dengan satu variabel
dependen adalah model Regresi, Regresi Logit, Regresi Probit,
Regresi Tobit, Analisis Diskriminan, ANOVA, dan model analsis
Conjoint.
Bentuk dari Model Regresi adalah sebagai berikut:
Y1
= X1 + X2 + X3 + X4 .......... Xn
(Metrik) (Metrik dan Non-Metrik)
Bentuk dari Model Regresi Logit / Probit / Tobit adalah sebagai
berikut:
Y1
= X1 + X2 + X3 + X4 .......... + Xn
(Non-Metrik) (Metrik dan Non-Metrik)
Bentuk dari Analsis Diskriminan adalah sebagai berikut:
Y1
= X1 + X2 + X3 + X4 .......... + Xn
(Non-Metrik)
(Metrik dan Non-Metrik)
Bentuk dari Model ANOVA adalah sebagai berikut:
Y1
= X1 + X2 + X3 + X4 .......... + Xn
(Metrik)
(Non-Metrik)
Bentuk dari Model Analsisi Conjoint adalah sebagai berikut:
Y1
= X1 + X2 + X3 + X4 .......... + Xn
(Metrik dan Non-Metrik)
(Non-Metrik)

23

Model empiris dengan menggunakan lebih dari satu variabel


dependen adalah model MANOVA dan model Korelasi
Kanonikal
Bentuk dari Model MANOVA adalah sebagai berikut:
Y1 + Y2 +......+ Yn
= X1 + X2 + X3 + X4 .......... Xn
(Metrik)
(Non-Metrik)
Bentuk dari Model Korelasi Kanonikal adalah sebagai berikut:
Y1 + Y2 +......+ Yn
= X1 + X2 + X3 + X4 .......... Xn
(Metrik dan Non-Metrik)
(Metrik dan Non-Metrik)
Bentuk dari Model Persamaan Simultan adalah sebagai berikut:
Y1
=
X11 + X12 + X13 + X14 .......... X1n
Y2
=
X21 + X22 + X23 + X24 .......... X2n
Yn
=
Xn1 + Xn2 + Xn3 + Xn4 .......... Xnn
(Metrik)
(Metrik dan Non-Metrik)
Bentuk dari Structural
berikut:
Y1
X11
Y1n
(Metrik dan Non-Meetrik)

Equation Modeling adalah sebagai


= X11 + X12 + X13 + X14 .......... X1n
= X21 + X22 + X23 + X24 .......... X2n
= Xn1 + Xn2 + Xn3 + Xn4 .......... Xnn
(Metrik dan Non-Metrik)

24

Ringkasan bentuk-bentuk model empiris


Model
Tipe Data
Variabel Dependen
Variabel
Independen
1. Regresi
Metrik
Metrik dan nonmetrik
2. Regresi Logit / Probit / Non-Metrik
Metrik dan nonTobit
metrik
3. Analisis Diskriminan
Non-Metrik
Metrik dan nonmetrik
4. ANOVA
Metrik
Non-metrik
5. Analsis Conjoint
Metrik dan Non- Non-metrik
Metrik
6.MANOVA
Metrik
Non-metrik
7. Korelasi Kanonikal
Metrik dan Non- Metrik dan nonMetrik
metrik
8. Persamaan Simultan
Metrik
Metrik dan nonmetrik
9. SEM (Structural Eq Metrik dan Non- Metrik dan NonModel)
Metrik
Metrik
VARIABEL di MODEL EMPIRIS
Model adalah bentuk simbol dari suatu teori, bentuk simbol
padaa model ini harus menunjukkan hubungan kausal antara
vriabel-variabel di dalam model

25

a.

Variabel Moderasi
Variabel
Mediating

Variabel
Independen

Varabel
Dependen

Y1 = X1 + X2 + X1*X2
b.
Variabel Intervening/ mediasi/ mediating
Variabel
Independen

Variabel
Mediating

Varabel
Dependen

VM1 = X1 VI
VD1 = X1 VM
c.

Variabel Extraneous
Adalah variabel selain variabel Independen, dependen,
Moderating, dan Intervening yang mempengaruhi hubungan
kausal. Variabel ini dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu
variabel pelengkap (Variabel Kontrol) dan variabel
pengganggu (Confounding variable).
-

Variabel Kontrol (Variabel Pelengkap)


Variabel yang melengkapi atau mmengontrol hubunan
kausalnya agar lebih baik untuk didapatkan model empiris
yang lebih lengkap dan lebih baik. Variabel ini bukan
merupakan varabel utama yang diuji, tetapi lebih ke variabel
lain yang memiliki efek pengaruh. Jika efeknya kecil, maka
varaiabel ini dapat diabaikan

26

Harga Saham (VD) =

Perubahan Laba (VI) + Ukuran


Perush (VK) + Pertumbuhan Perush
(VK)

Variabel Pengganggu
Merupakan variabel yang efeknya menggangu hubungan
kausal antara variabel independen dan dependen. Efek
variabel ini harus dihilangkan dari hubungan kausal.
Contoh: Reaksi pasar yang diakibatkan oleh pengumuman
pembayaran dividen oleh perusahaan. Reaksi pasar dapat
juga dipengaruhi oleh variabel lain yang signifikan yang
terjadi bersamaan waktunya dengan variabel independen
yang diteliti. Variabel-variaabel yang terjadi secara
bersamaan dengan variabel utamanya ini adalah merupakan
variabel pengganggu. Variabel pengganggunya misalnya
pengumuman merger yaang akan dilakukaan oleh
perusahaan pada saat yang sama. Jika pengumuman
merger ini akan mempengaruhi reakssi pasar, maka
besarnya reaksi pasar tidak hanya disebabkan oleh variabel
independen utama (pembayaran dividen) namun juga oleh
variabel lain (pengumuman merger).

27

SAM PE L
Setelah
hipotesis-hipotesis
selesai
dikembangkan,
hipotesishipotesis ini perlu diuji dengan faktanya. Proses
pengambilan sampel merupakan proses yang penting.
Pengambilan sampel harus dapat menghasilkan sampel yang
akurat dan tepat. Sampel yang tidak akurat dan tidak tepat
akan berikan kesimpulan riset yang tidak diharapkan atau
dapat menghasilkan kesimpulan salah
KRITERIA SAMPEL
Sampel yang baik yang memenuhi dua buah kriteria sebagI
berikut ini.
1. Akurat
Sampel yang akurat (accurate) adalah sampel yang tidak
bias. Beberapa cara dapat dilakukan untuk meningkatkan
akurat dari sampel sebagai berikut ini.
a. Pemilihan sampel berdasarkan proksi yang tepat
Misalnya akan dibuat dua buah grup, yaitu grup pertama
adalah grup yang berisi perusahaan- perusahaan yang
mengalami financial distress dan grup kedua berisi dengan
perusahaan-perusahaan
yang
tidak
mengalaminya.
Leverage dipilih sebagai proxy untuk financial distress. Jika
leverage tidak dapat membedakan perusahaan distress dan
perusahaan yang tidak distress, maka proksi tersebut
adalah tidak akurat.
b. Menghindari bias di seleksi sampel
Pemilihan sampel yang bias (sample selection bias) akan
membuat sampel tidak akurat.
Contoh:Untuk menghindari bias ini, peneliti tidak hanya
menggunakan sampel perusahaan besar yang tercatat di
NYSE saja, tetapi juga menggunakan perusahaan kecil yang
tercatat di NASDAQ, sehingga hasilnya tidak dicurigai karena
memang berasal dari sampel perusahaan yang besar saja.

28

c. Menghindari bias hanya di perusahaan-perusahaan


yang bertahan
Pemilihan sampel yang bias yang berisi dengan
perusahaan-perusahaan yang bertahan (survivorship bias)
akan membuat sampel tidak akurat
2. P r e s i s i
Sampel yang mempunyai presisi yang tinggi adalah yang
mempunyai kesalahan pengambilan sampel (sampling error)
yang rendah. Kesalahan pengambilan sampel (sampling error)
adalah seberapa jauh sampel berbeda dari yang dijelaskan oleh
populasinya. Presisi diukur dengan standard erro of estimate.
Semakin kecil standard error of estimate semakin tingg presisi
sampelnya. Presisi dapat ditingkatkan dengan jumlah sampelnya.
Semakin besar jumlah sampelnya, semakin kecii kesalahan
standar estimasinya.

29

METODA PROSES PENGAMBILAN SAMPEL


Ada dua metoda pengambilan sampel, yaitu pengambilan
sampel berbasis pada probabilitas (pemilihan secara random)
atau pengambilan sampel secara nonprobabilitias (pemilihan
nonrandom)
Secara probalititas, metoda-metoda yang dapat digunakan
adalah:
1. Random sederhana (simple random).
2. Random komplek (complex random) yang dapat berupa
sebaga berikut ini:
a. Systematic random sampling.
b. Cluster sampling.
c. Stratified sampling.
d. Double sampling.
Pengambilan sampel secara nonprobabilitas (pemilihan nonrandom) dapat dilakukan metoda-metoda sebagai berikut:
1. Convenience.
2. Purposive, terdiri dari:
a. Judgment.
b. Quota.
3. Snowball.
Random Sederhana
Pengambilan sampel secara random sederhana (simple
randonm) dilakukan dengan mengambil secara langsung dari
populasinya
Random Kompleks
Metoda pengambilan sampel secara random kompleks
(complex Random) dapat berupa:
1.
Systematic Random Sampling
2.
Cluster Sampling
3.
Sratified Sampling Dan

30

4.

Double Sampling

Sistematic Random Sampling


Pengambilan sampel secara random sistematik (systematic
random sampling) dilakukan dengan membagi populasi
sebanyak n bagian dan mengambil sebuah sampel pada masingmasing bagian dimulai dari bagian pertama secara random.
Misalnya jumlah populasinya sebanyak 75 buah dan akan
diambil sampel sebanyak 25 buah. Masing-masing bagian
akan terdiri dari 3 buah. Misalkan angka random yang terpilih
untuk mengambil sampel pertama adalah 2, maka sampel
berikutnya adalah nomor 5, 8, 11, ... dan seterusnya sampai
nomor 74 sebanyak 25 buah sampel.
Cluster Sampling
Pengambilan sampel secara Cluster (cluster sampling) dilakukan dengan membagi populasi menjadi beberapa grup bagian.
Grup bagian ini disebut dengan cluster. Beberapa cluster
kemudian dipilihi secara random. Item-tem data yang berada di
dalam cluster yang terpilih merupakan sampelnya. Pengambilan
cluster baik untuk sampel yang homogen antara klusterklusternya dan heterogern antara item-item di dalam klusternya
Stratified Sampling
Pengambilan sampel secara strata (stratified sampling),
dilakukan dengan membagi populasi menjadi beberapa
subpopulasi: atau strata dan kemudian pengambilan sampel
random sederhana dapat dilakukan di dalam masing-masing
strata. Strata dapat berupa karakteristik tertentu (misalnya jenis
industri, besarnya asset, dsb.)
Double Sampling (2 kali seleksi sampel)
Double sampling atau sequential sampling atau multiphase

31

sampling rupakan metoda sampling yang mengumpulkan


sampel dengan dasar sampel yang ada dan dari informasi
yang diperoleh digunakan untuk mengambil sampel
berikutnya. Misalnya data responden dapat dikumpulkan dari
mail survey dan secara random dipilih beberapa untuk
diinterview lebih detail sesuai dengan kriteria tertentu
Non-probabilitas
Metoda pengambilan sampel secara non probabilitas
atau milihan non-random dapat berupa
1.
Convenience Sampling
2.
Purposive Sampling
Convenience Sampling
Pengambilan sampel secara nyaman (convenience
sampling) dilakukan dengan memilih sampel bebas
sekehendak perisetnya
Purposive Sampling
Pengambilan sampel bertujuan (purposive sampling)
Dilakukan dengan mengambil sampel dari populasi
berdasarkan suatu teria tertentu. Kriteria yang digunakan
dapat berdasarkan perhitungan atau Judgment tertentu atau
jatah (quota) tertentu.
Judgment sampling dilakukan berdasarkan kriteria berupa
suatu pertimbangan tertentu. Misal kriterianya adalah
rusahaan-perusahaan yang sudah go public. Kriteria lain
misalnya adalah perusahaan-perusahaan yang laporan
keuangannya berakhir tanggal 31 Desember.
Quota sampling berdalih bahwa sampel harus
mempunyai rakteristik yang dimiliki oleh populasinya.
Misalnya populasi terdiri dari 70% perusahaan kecil dan 30
perusahaan besar maka sampel juga harus mempunyai
kriteria sesuai dengan kriteria tersebut

32

Contoh:
Pengambilan sampel secara purposive dengan kriteria-kriteria
tertentu. Kriteria-kriteria yang digunakan untuk menyaring
sampe adalah sebagai berikut ini.
1. Perusahaan-perusahaan
dalam
sampel
merupakan
perusahaan yang membayar dividen kas terus menerus
selama tiga tahun berturut-turut. Tiga tahun ini untuk
menjamin bahwa perusahaan mempunyai kebijakan
dividen yang stabil. Waktu stabil yang lebih lama lebih
bailk tetapi akan menurunkan jumlah sampel secara
drastis.
2. Perusahaan-perusahaan yang datanya tidak lengkap
dikeluarkan dari sampel.
Snowball Sampling
Pengambilan sampel secara bola salju (snowball
sampling dilakukan dengan mengumpulkan sampel dari
responden yang berasal dari referensi suatu jaringan,
misalnya lewat newsgroup di internet.
STRATEGI PENGUMPULAN DATA DAN SUMBER DATANYA
Terdapat empat strategi pengumpulan data, yaitu sebagai
berikut ini.
1. Strategi pengamatan langsung (direct observation),
Data idikumpulkan dengan mengamati langsung di sumber
datanya. Sumber data dari pengamatan langsung dapat
diperoleh dari beberapa cara sebagai berikut:
,a. studi kasus (case),
'b. studi lapangan (field) dan
,c. studi laboratorium (laboratory).
2. Strategi opini (opinion),
data dikumpulkan melalui pendapat-pendapat responden.
Sumber data dari strategi ini dapat diperoleh dari:
a. responden individu atau
b. responden group.

33

3. Strategi arsip (archival),


Data dikumpulkan dari catatan atau basis data yang sudah
ada. Sumber data strategi ini adalah:
a. data primer (primary data) dan
b. data sekunder (secondary data).
4. Strategi analitikal (analytical).
Strategi ini tidak menggunakan data kuantitatif tetapi prinsip
atau hipotesis dibuktikan dengan menggunakan logika
matematik periset.

TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Beberapa teknik dapat dilakukan untuk mengumpulkan data.
Teknik pengumpulan data tergantung dari strategi dan sumber
dayanya.
1. Strategi pengamatan langsung (direct observation).
a. Untuk mendapatkan data kasus, teknik pengumpulan data
yang dapat dilakukan adalah teknik observasi dan
wawancara.
b. Untuk mendapatkan data lapangan, teknik pengumpulan
data yang dapat dilakukan adalah teknik studi waktu dan
gerak.
c. Untuk mendapatkan data laboratorium, teknik pengum
pulan data yang dapat digunakan adalah teknik
eksperimen dan simulasi.
2. Strategi opini (opinion).
Untuk mendapatkan data opini individu, teknik pengum
pulan data yang dapat digunakan adalah teknik pengum
pulan data survei,

34

3. Strategi arsip (archival)


Data dikumpulakan dari catatan atau basis data yang sudah
ada. Sumber data ini adalah
a. Untuk mendapatkan data primer, teknik pengumpulan data
yang dapat digunakan adalah teknik pengumpulan data
analisis isi (content analisis)
b. Untuk mendapatkan data skunder, teknik pengumpulan data
yang dapat digunakan adalah teknik pengumpulan data
berbasis data
4. Strategi analitical (content analysis).
Untuk mendapatkan data logika periset, maka teknik yang
digunakan adalah metoda matematika.

35

FAKTOR-FAKTOR PENGARUH DI PENGUMPULAN DATA


Beberapa faktor mempengaruhi pemilihan strategi pengumun
data. Faktor-faktor ini adalah sebagai berikut ini:
1. Mainstream yang dianut.
Untuk aliran positivism yang tujuan risetnya menjelaskan
dan memprediksi fenomena, strategi yang umumnya
digunakan adalah strategi arsip dan strategi analitikal. Untuk
aliran critical perspective atau yang melakukan riset kualitatif,
strategi yang digunakan umumnya adalah observasi
pengamatan langsung di lapangan dengan sumber datanya
berupa studi kasus dan studi waktu dan gerak.
2. Tujuan.
Jika tujuan dari riset ingin mendapatkan opini seseorang,
maka strategi opini lebih tepat. Sebaliknya jika tujuan riset
adalah ingin melihat dan mengamati secara langsung
kegiatan-kegiatan atau perilaku seseorang atau organisasi,
maka strategi pengamatan langsung lebih tepat. Jika
tujuannya ingin membuktikan secara teoritis maka strategi
analitikal lebih tepat.
3. Level yang akan diteliti (abstraksi).
Jika yang ingin diteliti untuk dibuktikan atau ditemukan
oleh riset adalah sesuatu yang belum tampak atau bersifat
abstrak, misalnya tentang kultur organisasi, maka strategi
pengamatan langsung (studi kasus) dan opini lebih tepat.
Jika yang ingin diteliti adalah fenomena yang lebih riel maka
strategi arsip dan studi lapangan (field study) lebih tepat.
4. Pengkontrolan dari periset.
Jika periset ingin mengkontrol proses pengumpulan data
maka studi laboratorium dengan teknik simulasi atau
eksperimen lebih tepat.

36

5. Kemudahan riset jika data tersedia.


Jika data arsip tersedia, strategi arsip dapat lebih mudah
dilakukan dibandingkan strategi-strategi lainnva
6. Validitas luar dan kedalam riset.
Jika yang ditekankan di dalam riset adalah luasnya dengai
tingkat generalisasi yang tinggi yaitu dapat disimpulkan
secan umum melewati batas waktu dan Batas tempat, maka
strategi arsip yang melibatkan banyak waktu dan banyak
organisasi akan lebih tepat untuk mencapai validitas luar
(external validity). Akan tetapi jika yang ditekankan adalah
kedalaman riset maka strategi observasi dengan sumber
datanya berupa studi kasus yang hanya melibatkan sedikit
organisasi tetapi mendalam akan lebih tepat.
7. Validitas internal.
Validitas internal untuk strategi opini adalah rendah,
validitas internal yang tinggi adalah untuk strategi analytical
dan arsip
8. Biaya.
Biaya yang mahal untuk riset terjadi pada strategi
pengamatan langsung dan yang terendah pada strategi
analytical.
9. Waktu.
Waktu yang dibutuhkan untuk mengumpulkan data paling
lama adalah untuk strategi observasi langsung dan
kuisioner (karena menunggu kuisioner dibalas), dan yang
paling cepat adalah strategi arsip.

37

Daftar Pertanyaan
Dedi Muslihadi (AIC 011 027)
I Nyoman Suardijaya (AIC 011 057)
Muhamad Zaini (AIC 011 093)
Baiq Kiki Suliastiana Dewi (AIC 011 019)
Fredi Ashari (AIC 010 117)
Jonatan Marsal (AIC 211 087)
Rahmatia Azindani (AIC 011 123)
Ziaulhaq (AIC 011 163)
Misbahudin (AIC 011 089)
Liana Utami (AIC 011 081)
Nurazmi (AIC 011 107)
Reni Maesyarah (AIC 011 125)
Dewa Ayu Diah Pramiari (AIC 011 029)
Isrorudin (AIC 011 067)
Muharama Azla (AIC 011 095)
KELAS 2AE1
Sufiansori (AIC 011 148) B
Handia (AIC 011 050) B nilai UAS
Lalu Iqbal Habisi (AIC 211076)
Oki Armerianto (AIC 011112)
Ni Putu Ariyawati (AIC O11 100) B
Nia Muliati (AIC 011 104)

Você também pode gostar