Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Tujuan Pembelajaran
1.Menjelaskan struktur pertanyaan klinis yang baik
2.Mampu menyusun pertanyaan klinis dari suatu kasus atau
skenario
3.Menjelaskan jenis artikel berdasarkan topiknya
4.Menjelaskan indikator outcome atau hasil suatu
penelitian klinis
5.Mengidentifikasi jenis artikel berdasarkan topiknya.
Evidence-Based Medicine
"the conscientious (teliti), explicit, and
judicious (bijaksana) use of current best
evidence in making clinical decisions about
the care of individual patients."
Yaitu pengelolaan pasien secara individu yang
berdasar pada bukti ilmiah. Penggunaan bukti
ilmiah tersebuut dilakukan secara teliti (melalui
telaah kritis), eksplisit (langsung) dan bijaksana
(sesuai dengan nilai-nilai yang dianut oleh pasien).
Evidence-Based Medicine
Oleh karena itu penerapan EBM membutuhkan
beberapa hal berikut ini :
1.Keahlian klinis (clinical expertise) seorang dokter;
2.Bukti-bukti ilmiah dari studi yang terpercaya (best
research evidence) yaitu berupa artikel atau bukti
lain; dan
3.Nilai-nilai & harapan yang ada pada pasien
(patient values and expectation).
5
4
TUJUAN PELAKSANAAN
EBM
membantu dokter dalam proses
1. Menyusun Pertanyaan
Klinis
Agar seorang klinisi atau
calon dokter mampu
menyusun pertanyaan klinis,
maka harus :
Mempelajari kasus atau
skenario
Setelah mempelajari pasien
atau skenario, selanjutnya :
Menterjemahkan
permasalahan pada kasus
menjadi pertanyaan klinis
yang dapat dijawab.
Contoh Kasus :
Seorang anak perempuan berusia 4 tahun, datang
ke dokter Puskesmas dengan keluhan diare sejak 2
hari yang lalu.
Berdasarkan pemeriksaan klinis, pasien didiagnosis
sebagai penderita Diare akut tanpa dehidrasi.
Backgroud questions
yaitu pertanyaan yang digunakan untuk
Mengapa diare
sering menyerang
anak-anak?
mengetahui
terjadinya
kasus tersebut.
Berapa banyak anak-anak yang terserang diare?
Apa hubungan diare dengan dehidrasi?
Apa saja penyebab diare pada anak?
Bagaimana pengobatan diare?
Bagaimana terapi diare akut tanpa dehidrasi pada
Foregroud questions
Yaitu pertanyaan yang digunakan untuk
mengetahui bagaimana pengelolaan pasien
bisa berhasil dengan baik.
Apakah pemeriksaan klinis lebih efektif daripada
pemeriksaan urin untuk menegakkan dehidrasi pada
kasus diare akut pada anak kurang dari 5 tahun?
Apakah pemberian cairan susu lebih efektif daripada
cairan oralit sebagai terapi rehidrasi pada diare
dengan dehidrasi ringan pada anak kurang dari 5
tahun?
Pertanyaan lebih terfokus pada suatu masalah, pada
populasi khusus
Bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan/
pengelolaan kasus
Klinis,
intervention
comparison
outcome
Who?
What?
Alternative
Intervention?
(if necessary)
How would I
describe a
group of
patients similar
to mine?
(diskripsi
pasien)
Which main
intervention
am I
considering?
(intervensi
yang akan
dilakukan)
patient
Outcomes
Jenis Penelitian
Berdasar pada Ada tidak perlakuan/intervensi :
1. Penelitian ksperimental
2. Penelitian Observasional
Berdasar pada Tempat penelitian :
1. Masyarakat
2. Klinis (orang sakit)
3. Laboratorium (molekuler, hewan)
inklusi, dan
kriteria eksklusi
15
16
2. Kriteria eksklusi:
- karakteristik tertentu untuk menyingkirkan
sebagian populasi agar sesuai dengan
persyaratan sampel penelitian.
- misalnya :
- tak bersedia
- tak dapat kontrol teratur
- menggunakan obat lain
17
I INTERVENSI
Yaitu Perlakuan yang ingin diketahui pemecahannya
Atau Perlakuan yang diberikan oleh suatu penelitian
Jenis intervensi tergantung pada jenis penelitian
yang dilakukan, yaitu :
Jenis Penelitian
Jenis Intervensi
Diagnosis
Alat/tes diagnosis
Terapi
Jenis obat,
tindakan
Jenis obat,
C COMPARISON
Yaitu paparan/intervensi yang dilakukan sebagai
pembanding terhadap intervensi utama.
Beberapa hal yg perlu diperhatikan pada saat
menentukan Comparison, adalah :
Yang penting: ketepatan grup/kelompok
pembanding harus sesuai dengan kelompo
intervensi
Bisa lebih dari 1 grup
Bisa tanpa kelompok pembanding (perlakuan),
tetapi menggunakan kelompok plasebo (tanpa
paparan, misalnya obat yg berisi bahan dasar saja,
tanpa bahan aktif)
Sebagai justifikasi nilai terapi (terapi standar),
sebaiknya dipilih pembanding sesuai dengan
O OUTCOME
Yaitu Output (hasil akhir) suatu penelitian atau penanda
ketercapaian suatu paparan.
Seringkali disebut juga sebagai hasil efektivitas (tingkat
keberhasilan)
Tergantung jenis penelitian, seperti Tabel di bawah ini :
Jenis Penelitian
Outcome , berupa :
Diagnosis
Sensitivitas, spesivisitas,
likelihood ratio, nilai
prediktif negatif/positif
Terapi
Prognosis (perjalanan
penyakit) sembuh,
kambuh, meninggal,
penyakit terminal
Rasio /perbandingan
Contoh Skenario A
Seorang perempuan berusia 23 tahun, datang ke
Puskesmas dengan keluhan bercak merah disertai plenting
bernanah pada hampir seluruh tubuhnya sejak 2 minggu
yang lalu. Setelah menjalani pemeriksaan klinis, pasien
didiagnosis sebagai penderita psoriasis pustulosa. Pasien
pernah membaca di majalah bahwa penderita psoriasis
mempunyai kemungkinan keganasan kulit lebih besar
daripada orang normal.
Buatlah 1 pertanyaan klinis sesuai dengan PICO !
Perempuan
23 tahun
dengan
psoriasis
pustulosa
intervention
comparison
What?
Alternative
Intervention?
(if necessary)
Psoriasis
pustulosa
O
outcome
Outcomes
Tanpa psoriasis
Keganasan
(sehat,
kulit
penyakit lain)
Penelitian Klinis
mempunyai prinsip
sbb:
berpenyakit
Hasil tes akan negatif pada orang tanpa sakit
apakah suatu alat bisa mempunyai tingkat
sensitivitas & spesivisitas tinggi
bisa diperoleh ???
Penelitian observasional
Variabel prediktor
Variabel outcome/hasil
Berupa :
Data dikotomus
Data kategorikal
Data kontinyu, numerik
Berupa :
Gold standar/ tes Baku emas (terbaik)
Hasil PA
Hasil Px mikrobiologi (untuk kasus
Infeksi kultur)
Foto Ro, CT-scan, dll
pada
Tabel 2x2
Penyakit
Hasil
uji
Ya
Tidak
Ya
PB
PS
Tidak
NS
NB
100
Sensitifitas
1- Spesivisitas
100
Intrepretasi LR
>10 atau < 0,1, menghasilkan perubahan yg besar
Tugas :
Apakah nama alat diagnosis yg diuji pada artikel
penelitian tsb?
Apakah indikator kefektifan alat diagnosis pada
artikel penlitian tsb (Diagnosis of pemphigus by
ELISA)?
Apa artinya?
Kelompok kontrol
Tx K
Hasil terapi
besar
Efikasi : hasil terapi pada kondisi ideal (semua faktor
terkendali, termasuk kepatuhan, dll)
Efektivitas : hasil terapi pada kondisi nyata (real)
dengan pengaruh berbagai faktor
Kepatuhan pasien (sampel) untuk melakukan terapi
akan membuat hasil terapi lebih efekasius.
NNT (number needed to treat) : NNT 20 (artinya:
diperlukan pemberian terapi pada 20 orang, agar hasil
terapi yang diharapkan bisa terjadi pada 1 orang ),
NNT semakin <, semakin baik
Background
Bullous pemphigoid is the most common autoimmune blistering skin
disease of the elderly. Because elderly people have low tolerance for
standard regimens of oral corticosteroids, we studied whether highly
potent topical corticosteroids could decrease mortality while controlling
disease.
Methods
A total of 341 patients with bullous pemphigoid were enrolled in a
randomized, multicenter trial and stratified according to the severity of their
disease (moderate or extensive). Patients were randomly assigned to
receive either topical clobetasol propionate cream (40 g per day) or oral
prednisone (0.5 mg per kilogram of body weight per day for those with
moderate disease and 1 mg per kilogram per day for those with extensive
disease). The primary end
point was overall survival.
Results
Among the 188 patients with extensive bullous pemphigoid, topical
corticosteroids were superior to oral prednisone (P=0.02). The one-year
survival rate was 76 percent in the topical-corticosteroid group and 58
percent in the oral-prednisone group. Disease was controlled at three
weeks in 92 of the 93 patients in the topical-corticosteroid group (99
percent) and 86 of the 95 patients in the oral-prednisone group (91
percent, P=0.02). Severe complications occurred in 27 of the 93 patients in
the topical-corticosteroid group (29 percent) and in 51 of the 95 patients in
the oral-prednisone group (54 percent, P=0.006). Among the 153 patients
with moderate bullous pemphigoid, there were no significant differences
between the topical-corticosteroid group and the oral-prednisone group in
terms of overall survival, the rate of control at three weeks, or the
incidence of severe complications.
Conclusions
Topical corticosteroid therapy is effective for both moderate and severe
bullous pemphigoid and is superior to oral corticosteroid therapy for
extensive disease.
Tugas :
Apakah jenis artikel penelitian tsb?
Apakah jenis terapi yg diberikan ke subyek
Sehat
Sakit
Outcome :
Meninggal
Sehat
Komplikasi
Tidak sembuh
Penelitian Prognosis
Merupakan bentuk penelitian kohort
Ada 2 kelompok (kel kasus & kel kontrol) yang
Struktur Penelitian
Prognosis
Penelitian kohort
Kelompok kasus
FP+
Outcome
Kelompok kontrol
FPOutcome
The risk of malignant melanoma was decreased (SIR 0.32, 95% CI 0.10,
0.74). Despite some limitations (possible diagnostic misclassication, lack
of data on treatment, relatively short follow-up), our study provides
evidence against an increased risk of melanoma among patients
hospitalized for psoriasis. In addition to nonmelanoma skin and genital
cancers, patients hospitalized for psoriasis were at increased risk of
several malignancies, in particular those associated with alcohol drinking
and tobacco smoking. Key words: alcohol drinking/epidemiology/malignant
melanoma/psoriasis/skin neoplasms. J Invest Dermatol 117:15311537,
2001
Total
I
M
P
R
O
V
E
M
E
N
T
EFEK
Specific treatment
Placebo
Hawthrorne
Natural history
Efek Terapi
a. Tanpa intervensi
apakah grup terapi pada akhir riset > baik efeknya daripada
grup pembanding ?
untuk mencari efek total terapi
b. Observasi Hawthorne effect
placebo effect :
- diberikan secara meyakinkan
- mengurangi keparahan, gejala tak enak
d. terapi konvensional
apakah intervensi > baik dibanding konvensional ?
harapan: > baik
53
Rasio kecenderungan
(likelihood ratio)
Hasil uji diagnosis yang baik memberikan nilai LR yang >1,
LR
Perbandingan antara kecenderungan seseorang tanpa penyakit