Você está na página 1de 20

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN DALAM

PENGEMBANGAN POTENSI PEREKONOMIAN DI KOTA


BLITAR

JURNAL ILMIAH
Disusun oleh :

AFRENDI HARI TRISTANTO


0810213042

JURUSAN ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013

LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN JURNAL ARTIKEL


Artikel Jurnal dengan Judul :

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN DALAM


PENGEMBANGAN POTENSI PEREKONOMIAN DI KOTA BLITAR

Yang disusun oleh :


Nama

AFRENDI HARI TRISTANTO

NIM

0810213042

Fakultas

Ekonomi dan Bisnis

Jurusan

S1 Ilmu Ekonomi

Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang dipertahankan di
depan Dewan Penguji pada tanggal 27 Juni 2013

Malang, 27 Juni 2013


Dosen Pembimbing,

Prof. Dr. M. Umar Burhan, SE, MS


NIP. 19460810 197412 1 002

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN DALAM


PENGEMBANGAN POTENSI PEREKONOMIAN DI KOTA BLITAR

Afrendi Hari Tristanto


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Email :Hari.tristanto@yahoo.com

ABSTRAK
Pertumbuhan ekonomi dan prosesnya yang berkelanjutan merupakan kondisiutama bagi
kelangsungan pembangunan ekonomi daerah. Karena jumlah pendudukterus bertambah dan berarti
kebutuhan ekonomi juga bertambah, sehingga dibutuhkanpenambahan pendapatan setiap tahun. Hal ini
dapat diperoleh dengan peningkatanoutput agregat (barang dan jasa) atau Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB)setiap tahun.
Untuk melaksanakan pembangunan dengan sumber daya yang terbatas sebagai konsekuensinya
harus difokuskan kepada pembangunan sektor-sektor yang memberikan dampak pengganda (multiplier
effect) yang besar terhadap sektor-sektor lainnya atau perekonomian secara keseluruhan.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan sektor unggulan perekonomianwilayah Kota Blitar
sebagai bahan informasi dan pertimbangan dalamperencanaan pembangunan ekonomi. Penelitian ini
menggunakan data sekunderberupa runtun waktu (time series) dari Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB)Kota Blitar dan Provinsi Jawa Timur tahun 2006-2010. Alat analisis yang digunakan dalam
penelitian ini, yaituanalisis Location Quotient (LQ) dan analisis Shift Share.
Hasil perhitungan Location Quotient (LQ) menunjukkan yang termasuk kedalam sektor basis
(LQ>1) yaitu : sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan/konstruksi, sektor pengangkutan dan
komunikasi, sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa. Hasil perhitungan
shift share menunjukkan yang termasuk kedalam sektor kompetitif yakni : sektor listrik, gas dan air
bersih, sektor bangunan/konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran. Dari hasil analisis
menggunakan kedua alat yakni LQ dan shift share yang temasuk sektor ekonomi unggulan di Kota Blitar
yakni: sektor listrik, gas dan air bersih, dan sektor bangunan/konstruksi. Kedua sektor tersebut termasuk
sektor basis dan kompetitif.

Kata Kunci : Sektor ekonomi unggulan, pengembangan potensi perekonomian

A. PENDAHULUAN
Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana Pemerintah Daerah dan
masyarakat mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada, dengan menjalin pola-pola kemitraan antara
Pemerintah Daerah dan pihak swasta guna penciptaan lapangan kerja, serta dapat merangsang
pertumbuhan ekonomi di daerah bersangkutan. Keberhasilan pembangunan ekonomi daerah, sangat
ditentukan oleh kebijakan-kebijakan pembangunan yang berlandaskan pada upaya meningkatkan
pertumbuhan ekonomi yang mampu menciptakan lapangan kerja secara optimal dari segi jumlah,
produktivitas dan efisiensi. Dalam penentuan kebijakan, haruslahmemperhitungkan kondisi internal
maupun perkembangan eksternal. Perbedaan kondisiinternal dan eksternal hanyalah pada jangkauan
wilayah, dimana kondisi internal meliputiwilayah daerah/regional, sedangkan kondisi eksternal meliputi
wilayah nasional.
Daerah yang dijadikan tempat penelitian oleh peneliti mengenai sektor ekonomi unggulan dalam
pengembangan potensi ekonomi adalah Kota Blitar. Peneliti memilih Kota Blitar dikarenakan masih
banyaknya potensi sektor ekonomi Kota Blitar yang belum berkembang dan layak untuk dikembangkan.
Diantaranya adalah sektor perdagangan, terkait dengan kebijakan pemerintah kota melarang berdirinya
mal dan supermarket. Sektor-sektor lain yang perlu dikembangkan seperti yang dikatakan oleh Walikota
Blitar pada Yayasan Inovasi Pemerintah Daerah (YIPD) adalah sektor pertanian seperti budidaya
blimbing dan sektor pertanian.
Selain itu hal yang melatar belakangi penelitian ini adalah pertumbuhan penduduk yang terus
meningkat sehingga kebutuhan ekonomi juga bertambah dan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi
tersebut maka diperlukan penambahan pendapatan. Untuk meningkatkan penambahan pendapatan maka
konsekuensinya harus difokuskan kepada pembangunan sektor-sektor yang memberikan dampak
pengganda (multiplier effect) yang besar terhadap sektor-sektor lainnya atau perekonomian secara
keseluruhan.

B. TINJAUAN PUSTAKA

Teori Basis Ekonomi


Teori ini menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah atau
wilayah berhubungan langsung dengan permintaan barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan
perindustrian yang menggunakan sumber daya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk
diekspor atau dipasarkan ke luar daerah akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang
kerja bagi daerah tersebut. Strategi pembangunan daerah yang muncul didasarkan pada teori ini
merupakan penekanan terhadap arti pentingnya bantuan kepada dunia usaha yang mempunyai pasar
secara nasional maupun internasional. Untuk mendukung teori ini maka pemerintah seharusnya
memberikan kebijakan yang mencakup pengurangan hambatan atau batasan terhadap perusahaanperusahaan yang berorientasi ekspor yang ada dan akan didirikan di daerah itu.
Teori Pertumbuhan Ekonomi Harrod-Domar
Teori pertumbuhan ekonomi Harrod-Domar merupakan teori pertumbuhan yang berdasarkan
pada pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju, teori itu merupakan perkembangan langsung teori
ekonomi makro Keynes yang merupakan teori jangka pendek yang kemudian menjadi teori jangka
panjang. Pada model Harrod-Domar peranan investasi sangat penting. Dalam jangka panjang investasi
mempunyai pengaruh ganda. Di satu sisi investasi mempengaruhi permintaan agregat di sisi lain investasi
juga mempengaruhi kapasitas produksi nasional dengan menambahkan stok modal yang tersedia. Harrod
menyimpulkan agar suatu ekonomi nasional selalu tumbuh dengan kapasitas produksi penuh yang
disebutnya sebagai pertumbuhan ekonomi yang mantap (steady-state growth), efek permintaan yang
ditimbulkan dari penambahan investasi harus selalu diimbangi oleh efek penawarannya tanpa terkecuali.

Teori Kutub Pertumbuhan (Growth Pole Theory)


Konsep dari kutub pertumbuhan dikemukakan oleh Francois Perroux, dia berpendapat bahwa
pertumbuhan tidak muncul di berbagai daerah pada saat bersamaan. Pertumbuhan akan terjadi di beberapa
daerah atau pusat pertumbuhan dengan intensitas dan perkembangan (growth pole) yang berbeda pada
tiap daerah. Dan laju pertumbuhan pada pusat pertumbuhan itu menyebar sepanjang saluran yang
beranekaragam dengan bermacam-macam pengaruh terhadap perekonomian daerah secara keseluruhan.
Kutub pertumbuhan menurut Perroux berfokus pada perkembangan kutub pertumbuhan dalam ruang
ekonomi, ia menyebutkan tipologi ruang ekonomi sebagai suatu ajang kekuatan-kekuatan dari topologi
dan konsep suatu kutub di sebut sebagai suatu vektor dari kekuatan-kekuatan ekonomi. Istilah kutubkutub pertumbuhan menurut konsep Perroux menyangkut konsep region bukan pada konsep geografic
region, sedangkan istilah pusat pertumbuhan atau titik pertumbuhan berkenaan dengan lokasi spasial.

Prinsip Dasar Pembangunan Ekonomi Daerah


Setiap daerah mempunyai corak pertumbuhan ekonomi yang berbeda dengan daerah lain. Oleh
sebab itu perencanaan pembangunan ekonomi suatu daerah pertama-tama perlu mengenali karakter
ekonomi, sosial dan fisik daerah itu sendiri, termasuk interaksinya dengan daerah lain. Dengan demikian
tidak ada strategi pembangunan ekonomi daerah yang dapat berlaku untuk semua daerah. Namun di pihak
lain, dalam menyusun strategi pembangunan ekonomi daerah, baik jangka pendek maupun jangka
panjang, pemahaman mengenai teori pertumbuhan ekonomi wilayah, yang dirangkum dari kajian
terhadap pola-pola pertumbuhan ekonomi dari berbagai wilayah, merupakan satu faktor yang cukup
menentukan kualitas rencana pembangunan ekonomi daerah.
Keinginan kuat dari pemerintah daerah untuk membuat strategi pengembangan ekonomi daerah
dapat membuat masyarakat ikut serta membentuk bangun ekonomi daerah yang dicita-citakan. Dengan
pembangunan ekonomi daerah yang terencana, pembayar pajak dan penanam modal juga dapat tergerak
untuk mengupayakan peningkatan ekonomi. Kebijakan pertanian yang mantap, misalnya, akan membuat

pengusaha dapat melihat ada peluang untuk peningkatan produksi pertanian dan perluasan ekspor.
Dengan peningkatan efisiensi pola kerja pemerintahan dalam pembangunan, sebagai bagian dari
perencanaan pembangunan, pengusaha dapat mengantisipasi bahwa pajak dan retribusi tidak naik,
sehingga tersedia lebih banyak modal bagi pembangunan ekonomi daerah pada tahun depan.

Sektor Potensial Dalam Pengembangan Wilayah


Persoalan pokok dalam pembangunan daerah sering terletak pada sumberdaya danpotensi yang
dimiliki guna menciptakan peningkatan jumlah dan jenis peluang kerjauntuk masyarakat daerah. Untuk
mewujudkan tujuan tersebut ada kerjasama pemerintahdan masyarakat untuk dapat mengidentifikasi
potensi-potensi yang tersedia dalam daerahdan diperlukan sebagai kekuatan untuk pembangunan
perekonomian wilayah.
Pengembangan wilayah diartikan sebagai semua upaya yang dilakukan untukmenciptakan
pertumbuhan wilayah yang ditandai dengan pemerataan pembangunandalam semua sektor dan pada
seluruh bagian wilayah. Pertumbuhan ekonomi dapatterjadi secara serentak pada semua tempat dan
semua sektor perekonomian, tetapi hanyapada titik-titik tertentu dan pada sektor-sektor tertentu pula.
Dari definisi tersebut diatas dimaksudkan bahwa wilayah yang memiliki potensiberkembang lebih
besar akan berkembang lebih pesat, kemudian pengembangan wilayahtersebut akan merangsang wilayah
sekitarnya. Bagi sektor yang memiliki potensiberkembang lebih besar cenderung dikembangkan lebih
awal yang kemudian diikuti olehperkembangan sektor lain yang kurang potensial.Dalam pengembangan
wilayah, pengembangan tidak dapat dilakukan serentakpada semua sektor perekonomian akan tetapi
diprioritaskan pada pengembangan sektor-sektorperekonomian yang potensi berkembangnya cukup besar.
Karena sektor inidiharapkan dapat tumbuh dan berkembang pesat yang akan merangsang sektor-sektor
lainyang terkait untuk berkembang mengimbangi perkembangan sektor potensial tersebut.

C. METODE PENELITIAN

Penelitian ini akan mengidentifikasi dan menganalisis sektor ekonomi unggulan dalam
pengembangan potensi perekonomian Kota Blitar.
Jenis penelitian yang akan dipakai adalah penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan
pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel-variabel dengan angka dan melakukan analisis
data dengan prosedur statistik. Metode kuantitatif lebih cocok digunakan pada penelitian ini karena untuk
mengidentifikasi dan menganalisis potensi ekonomi dilakukan dengan cara mengukur variabel-variabel
yang terkait berdasarkan PDRB sektoral. Hasil identifikasi dan analisis berupa penentuan sektor ekonomi
unggulan di Kota Blitar. Sehingga dapat menjadi bahan masukan atau saran dalam pengembangan potensi
ekonomi regional Kota Blitar.

Metode Pengumpulan Data


1. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
2. Sumber Data
Dokumentasi Badan Pusat Statistik (BPS) serta Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(BAPPEDA) kota Blitar.
3. Teknik Pengumpulan data
Untuk kepentingan penelitian ini penulis menggunakan teknik dokumentasi. Metode
dokumentasi merupakan suatu cara untuk memperoleh data atau informasi mengenai berbagai
hal yang ada kaitannya dengan penelitian dengan jalan melihat kembali laporan-laporan
tertulis baik berupa angka maupun keterangan. Pada penelitian ini metode dokumentasi
dipakai untuk mengetahui data PDRB kota Blitar dengan data tahun terkini atas dasar harga
konstan, gambaran umum, dan kondisi umum perekonomian kota Blitar yang bersumber dari
dokumentasi BPS dan BAPPEDA kota Blitar serta data-data komoditas unggulan lainnya.
Selain data-data laporan tertulis untuk kepentingan penelitian ini juga digali berbagai data,
informasi, dan referensi dari berbagai sumber pustaka, media massa dan internet.

Metode Analisis Data


Location Quotient (LQ)
Metode Location Quotient (LQ) adalah salah satu tehnik pengukuran yang palingterkenal dari
model basis ekonomi untuk menentukan sektor basis atau non basis. Analisis LQ dimaksudkan
untukmengidentifikasi dan merumuskan komposisi dan pergeseran sektor-sektor basis suatuwilayah
dengan menggunakan produk domestik regional bruto (PDRB) sebagaiindikator pertumbuhan wilayah.
Dengan dasar pemikiran dasar ekonomi atau economic base kemampuansuatu sektor dalam suatu daerah
dapat dihitung dari rasio berikut :

LQ = ( Lij/LJ ) / ( Nip/Np)
Keterangan:
Lij = Nilai tambah sektor i di daerah j (Kabupaten/Kota)
Lj = Total nilai tambah sektor di daerah j
Nip= Nilai tambah sektor i di daerah p (Propinsi/ Nasional)
Np = Total nilai tambah sektor di p
P = Propinsi /Nasional
Lij/Lj = Prosentasi employment regional dalam sektor i
Nip/Np = Prosentase employment nasional dalam sektor i

Atau melalui formulasi berikut:


V1R / VR
LQ = ------------V1 / V
Dimana :

V1R = Jumlah PDRB suatu sektor kabupaten / kota


VR = Jumlah PDRB seluruh sektor kabupaten/kota
V1 = Jumlah PDRB suatu sektor tingkat propinsi
V = Jumlah PDRB seluruh sektor tingkat propinsi
Berdasarkan hasil perhitungan LQ tersebut dapat dianalisis dan disimpulkansebagai berikut :
a. Jika LQ > 1, merupakan sektor basis, artinya tingkat spesialisasi Kabupaten /kota lebih tinggi dari
tingkat propinsi
b. Jika LQ = 1 , berarti tingkat spesialisasi kabupaten / kota sama dengan ditingkat propinsi
c. Jika LQ <1, adalah merupakan sektor non basis, yaitu sektor yang tingkatSpesialisasi
kabupaten/kota lebih rendah dari tingkat propinsi.
Penggunaan LQ ini sangat sederhana dan banyak digunakan dalam analisissektor-sektor basis
dalam suatu daerah. Namun teknik ini mempunyai suatukelemahan karena berasumsi bahwa permintaan
disetiap daerah adalah identik denganpola permintaan nasional, bahwa produktivitas tiap tenaga kerja
disetiap daerah sektorregional adalah sama dengan produktivitas tiap tenaga kerja dalam industri
nasional,dan bahwa perekonomian nasional merupakan suatu perekonomian tertutup.

Analisis Shift-Share
Analisis

shift

share

digunakan

untuk

mengetahui

perubahan

dan

pergeseransektor

padaperekonomian wilayah Kota Blitar. Hasil analisis shift shareakan menggambarkan kinerja sektorsektor dalam PDRB Kota Blitar dibandingkan Provinsi Jawa Timur. Kemudian dilakukan
analisisterhadap penyimpangan yang terjadi sebagai hasil perbandingan tersebut. Bilapenyimpangan
tersebut positif, maka dikatakan suatu sektor dalam PDRB Kota Blitar memiliki keunggulan kompetitif
atau sebaliknya.Data yang digunakan dalam analisis shift share ini adalah PDRB Kota Blitar dan Provinsi
Jawa Timur tahun 2006-2010 menurutlapangan usaha atas dasar harga konstan tahun 2000. Penggunaan

data harga konstandengan tahun dasar yang sama agar bobotnya (nilai riilnya) bisa sama danperbandingan
menjadi valid.

Secara matematis, Provincial Share (PS), Proportional Shift (P), danDifferential Shift (D) dapat
diformulasikan sebagai berikut :
1. Provincial Share (PS)

2. Proportional Shift (P)

3. Differential Shift (D)

Keterangan :
Y

= nilai tambah bruto

t0

= tahun awal (2006)

= tahun akhir (2010)

= sektor i dalam PDRB

jatim = jawa timur sebagai wilayah pembanding yang lebih tinggi cakupannya
bl

= kota blitar sebagai wilayah yang diteliti


Perubahan (pertumbuhan) nilai tambah bruto sektor tertentu (i) dalam PDRBKota Blitar

merupakan penjumlahan Provincial Share (PS), ProportionalShift (P), dan Differential Shift (D) sebagai
berikut:
Y = PS + P + D

Kedua komponen shift, yaitu Proportional Shift (P) dan DifferentialShift (D) memisahkan unsurunsur pertumbuhan regional yang bersifat eksternal daninternal. Proportional Shift (P) merupakan akibat
pengaruh unsur-unsur eksternalyang bekerja secara nasional (Provinsi), sedangkan Differential Shift (D)
adalahakibat dari pengaruh faktor-faktor yang bekerja di dalam daerah yang bersangkutan.Sektor-sektor
di Kota Blitar yang memiliki Differential Shift (D)positif memiliki keunggulan komparatif terhadap
sektor yang sama padaKabupaten/Kota lain dalam Provinsi Jawa Timur. Selain itu, sektor-sektoryang
memiliki nilai D positif berarti bahwa sektor tersebut terkonsentrasidi Kota Blitar dan mempunyai
pertumbuhan yang lebih cepatdibandingkan dengan daerah lainnya. Apabila nilai D negatif, maka
tingkatpertumbuhan sektor tersebut relatif lamban.

D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Analisis Location Quotient (LQ)
Analisis Location Quotient (LQ) digunakan untuk mengetahui sektor-sektorekonomi dalam
PDRB yang dapat digolongkan ke dalam sektor basis dan non basis.LQ merupakan suatu perbandingan
tentang besarnya peranan suatu sektordi Kota Blitar terhadap besarnya peranan sektor tersebut di
tingkatProvinsi Jawa Timur.
Nilai LQ > 1 berarti bahwa peranan suatu sektor di kota lebih dominan dibandingkan sektor di
tingkat provinsi dan sebagai petunjuk bahwa kota surplus akan produk sektor tersebut. Sebaliknya bila
nilai LQ < 1 berarti peranan sektor tersebutlebih kecil di kota dibandingkan peranannya di tingkat
provinsi.
Nilai LQ dapat dikatakan sebagai petunjuk untuk dijadikan dasar untukmenentukan sektor yang
potensial untuk dikembangkan. Karena sektor tersebut tidaksaja dapat memenuhi kebutuhan di dalam
daerah, akan tetapi dapat juga memenuhikebutuhan di daerah lain atau surplus.
Untuk hasil analisis sektor- sektor ekonomi di Kota Blitar dengan menggunakan metode LQ atau
Location Quotient dapat dijabarkan dalam tabel 4.3 seperti dibawah ini. Dari analisis LQ ini akan

diketahui sektor mana yang termasuk sektor basis maupun non basis Kota Blitar. Untuk sektor basis maka
nilai LQ menunjukkan >1 sedangkan untuk nilai LQ <1 maka menunjukkan sektor tersebut termasuk
sektor non basis.

Tabel 1

Hasil Analisis LQ Kota Blitar Tahun 2006-2010

Tahun
Sektor

2006

2007

2008

LQ rata2009

2010

rata

1. Pertanian

0,487

0,462

0,473

0,466

0,492

0,476

2. Pertambangan Dan Penggalian

0,013

0,011

0,010

0,009

0,008

0,010

3. Industri Pengolahan

0,444

0,461

0,423

0,440

0,440

0,441

4. Listrik, Gas Dan Air Bersih

1,162

1,098

1,147

1,177

1,166

1,150

5. Konstruksi

1,135

1,185

1,290

1,361

1,397

1,274

6. Perdagangan, Hotel Dan Restoran

0,997

0,979

0,985

1,000

0,986

0,989

1,999

2,076

2,044

1,881

1,814

1,962

2,193

2,126

2,078

2,040

2,016

2,090

2,404

2,392

2,348

2,296

2,322

2,352

7. Pengangkutan Dan Komunikasi


8. Keuangan, Persewaan Dan Jasa
Perusahaan
9. Jasa-Jasa

Sumber : Data diolah, 2013

Dari tabel LQ diatas terlihat bahwa ada beberapa sektor di Kota Blitar yang termasuk ke dalam
sektor basis dan sisanya adalah termasuk sektor non basis. Yang termasuk ke dalam sektor basis

ditunjukkan oleh nilai LQ>1 sedangkan untuk nilai LQ<1 menunjukkan sektor tersebut termasuk sektor
non basis.
Dari tabel terlihat kolom yang menunjukkan nilai LQ rata-rata. Yang dimaksud dengan nilai LQ
rata-rata adalah rata-rata nilai LQ sektor i selama kurun waktu pengamatan yakni 2006-2010. Hasil nilai
LQ rata-rata ini digunakan untuk menghindari nilai bias tahunan LQ suatu sektor sehingga digunakan
nilai LQ rata-rata untuk menghitung nilai LQ suatu sektor.
Yang termasuk sektor basis di Kota Blitar adalah (1) sektor listrik, gas dan air bersih, (2) sektor
konstruksi, (3) sektor pengangkutan dan komunikasi, (4) sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan, serta (5) sektor jasa-jasa. Dari kelima sektor basis tersebut sektor jasa-jasa adalah sektor yang
yang memiliki nilai LQ paling besar yakni sebesar 2,352.
Sedangkan yang termasuk sektor non basis di Kota Blitar adalah (1) sektor pertanian, (2) sektor
pertambangan dan penggalian, (3) sektor industri pengolahan, (4) sektor perdagangan, hotel dan restoran.
Dari keempat sektor non basis tersebut sektor pertambangan dan penggalian yang nilai LQ nya paling
kecil.
Analisis Shift-Share
Analisis Shift-share digunakan untuk mengetahui proses pertumbuhanekonomi Kota Blitar
dikaitkan dengan perekonomian daerah yangmenjadi referensi, yaitu Provinsi Jawa Timur. Analisis ShiftSharedalam penelitian ini menggunakan variabel pendapatan, yaitu PDRB untukmenguraikan
pertumbuhan ekonomi Kota Blitar.
Pertumbuhan PDRB total (Y) dapat diuraikan menjadi komponen shift dankomponen share,
yaitu:
a. Komponen Provincial Share (PS) adalah banyaknya pertambahan PDRBKota blitar seandainya
pertumbuhannya sama dengan lajupertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Timur selama periode
studi.
b. Komponen Proportional Shift (P), mengukur besarnya net shift Kota Blitar yang diakibatkan oleh
komposisi sektor-sektor PDRB Kota Blitar yang berubah. Apabila P>0, artinya Kota Blitar

berspesialisasipada sektor-sektor yang pada tingkat Provinsi Jawa Timurtumbuh relatif cepat dan
apabila P<0, berarti Kota Blitarberspesialisasi pada sektor-sektor di tingkat Provinsi Jawa
Timurpertumbuhannya lebih lambat atau sedang menurun.
c. Komponen Differential Shift (D), mengukur besarnya net shift yang diakibatkanoleh sektor-sektor
tertentu yang tumbuh lebih cepat atau lebih lambatdi Kota Blitar dibandingkan dengan Provinsi
Jawa Timur yang disebabkan oleh faktor-faktor lokasional intern, seperti sumberdaya yang baik
akan mempunyai Differential Shift Component positif (D > 0),sebaliknya apabila secara
lokasional tidak menguntungkan akan mempunyaiDifferential Shift Component yang negatif (D <
0).

Hasil perhitungan analisis shift-share dicantumkan pada tabel 4.4 dibawah ini. Dari tabel tersebut
berisi hasil analisis provincial share (PS), proportional shift (P), differential shift (D) serta nilai total Y.

Tabel 2

Hasil Analisis Shift-Share Kota Blitar 2006-2010

Sektor

1. Pertanian

Provincial

Proportional

Differential

Share (PS)

Shift (P)

Shift (D)

Total (Y)

15.754.128,77

-7.847.259,276

-141.118,064

-133.211.194,506

55.462,001

31.932,407

-126.496,190

-39.101,782

4. Listrik, Gas Dan Air Bersih

24.498.647,09

-8.186.710,060

-216.893,427

16.095.043,603

5. Konstruksi

3.114.163,941

256.708,108

202.697,203

3.573.569,252

6. Perdagangan, Hotel Dan Restoran

7.942.486,748

-3.165.954,949

8.825.360,082

13.601.891,881

7. Pengangkutan Dan Komunikasi

57.075.746,34

24.185.572,05

286.480,580

81.547.798,97

25.301.673,48

19.767.542,97

-11.638.769,800

33.430.446,65

22.815.037,53

5.638.573,561

-8.136.335,682

20.317.275,409

2. Pertambangan Dan Penggalian


3. Industri Pengolahan

8. Keuangan, Persewaan Dan Jasa


Perusahaan
9. Jasa-Jasa

43.859.887,76

-3.070.192,143

-4.685.726,233

36.103.969,384

Sumber : Data diolah, 2013

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.4 terlihat pada nilai proportional shift (P) ada yang
bernilai positif dan ada juga yang bernilai negatif. Apabila bernilai positif artinya perekonomian Kota
Blitar berspesialisasi pada sektor yang sama yang tumbuh cepat ditingkat provinsi Jawa Timur.
Sedangkan apabila nilai (P) negatif maka berarti perekonomian Kota Blitar berspesialisasi pada sektor
yang sama yang tumbuh lambat ditingkat provinsi Jawa Timur.
Sektor-sektor yang memiliki nilai proportional shift (P) positif yakni : (1) sektor pertambangan
dan penggalian, (2) sektor listrik, gas dan air bersih, (3) sektor perdagangan, hotel, dan restoran, (4) sektor
pengangkutan dan komunikasi, (5) sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sedangkan untuk
sektor-sektor yang memilki nilai proportional shift negatif yakni : (1) sektor pertanian, (2) sektor industri
pengolahan, (3) sektor konstruksi dan (4) sektor jasa-jasa.
Sedangkan untuk nilai diffrential shift (D) sektor-sektor ekonomi di Kota Blitar selama kurun
waktu penelitian yakni pada tahun 2006-2010 ada yang bernilai positif dan ada bernilai negatif. Apabila
bernilai posotif maka berarti sektor tersebut pada Kota Blitar tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor
yang sama di tingkat Provinsi Jawa Timur. Sedangkan apabila nilai (D) negatif berarti sektor tersebut
tumbuh lebih lambat dibandingkan sektor yang sama di tingkat Provinsi Jawa Timur.
Sektor-sektor yang memilki nilai diffrential shift (D) positif di Kota Blitar yakni : (1) sektor
listrik, gas dan air bersih, (2) sektor konstruksi, (3) sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sedangkan
untuk sektor perekonomian di Kota Blitar yang memilki nilai (D) negatif yakni : (1) sektor pertanian, (2)
sektor pertambangan dan penggalian, (3) sektor industri pengolahan, (4) sektor pengangkutan dan
komunikasi, (5) keuangan, persewaan dan jasa keuangan, (6) sektor jas-jasa.

E. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Hasil penelitian yang dilakukan mengenai analisis sektor ekonomi unggulan dalam
pengembangan potensi perekonomian di Kota Blitar dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Hasil perhitungan Location Quotient (LQ) yang termasuk kedalam sektor basis (LQ>1) yaitu
: (1) sektor listrik, gas dan air bersih, (2) sektor bangunan/konstruksi, (3) sektor
pengangkutan dan komunikasi, (4) sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, (5)
sektor jasa-jasa
2. Hasil perhitungan shift share yang termasuk kedalam sektor kompetitif yakni : (1) sektor
listrik, gas dan air bersih, (2) sektor bangunan/konstruksi, (3) sektor perdagangan, hotel dan
restoran.
3. Dari hasil analisis menggunakan kedua alat yakni LQ dan shift share yang temasuk sektor
ekonomi unggulan di Kota Blitar yakni (1) sektor listrik, gas dan air bersih, (2) sektor
bangunan/konstruksi. Kedua sektor tersebut termasuk sektor basis dan kompetitif.

5.2. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan diatas penulis menyarankan beberapa hal terhadap pihak-pihak yang
terkait yakni :

1. Pemerintah Daerah Kota Blitar dalam upaya meningkatkan PDRB agar lebih mengutamakan
pengembangan sektor unggulan dengan tidak mengabaikan sektor lain dalam perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan wilayah.
2. Sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor bangunan merupakan sektor ekonomi unggulan Kota
Blitar karena tergolong sektor basis dan kompetitif sehingga perlu mendapat prioritas

pengembangan. Agar memberikan dampak yang tinggi bagi peningkatan pendapatan masyarakat
dan lapangan pekerjaan sehingga mampu memacu pertumbuhan ekonomi Kota Blitar.
3. Penelitian ini hanya terbatas pada penentuan sektor basis dan sektor kompetitif menggunakan alat
analisis LQ dan shift share. Kedua analisis tersebut dipadukan untuk menetukan sektor ekonomi
unggulan. Kepada peneliti lainnya disarankan untuk melanjutkan penelitian ini menggunakan
pendekatan lain atau tambahan alat analisis lainnya sehingga data yang diperoleh lebih valid
hasilnya.

DAFTAR PUSTAKA
Aji, Bambang Wahyu Ponco. 2008. Identifikasi Sektor Basis Dan Ketimpangan Antar Wilayah
Di Provinsi Papua. Skripsi Institut Pertanian Bogor
Agni, Happi D. 2009. Analisis Sebaran Sektor Unggulan Kabupaten Malang Melalui
Pendekatan Input-Output. Skripsi Universitas Brawijaya
Badan Pusat Statistik. 2011 Data Strategis BPS 2011. Blitar
Badan Pusat Statistik. 2012. Kota Blitar Dalam Angka (Blitar City In Figures 2011)
Badan Pusat Statistik. 2011. Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2006-2010.
Badan Pusat Statistik. 2011. Produk Domestik Regional Bruto Povinsi Jawa Timur 2006-2010.
Bappeda Kota Blitar. 2012. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP Daerah)
Kota Blitar 2005-2025.
Fachrurrazy (2009). Analisis Penentuan Sektor Unggulan Perekonomian Wilayah Kabupaten
Aceh Utara Dengan Pendekatan Sektor Pembentuk PDRB. Tesis Universitas Sumatera
Utara

Hendayana, Rachmad (2003).Aplikasi Metode Location Quotient Dalam


KomoditasUnggulan Nasional.Jurnal Informatika Pertanian volume 12

Penentuan

Imelia. 2011.Analisis Ekonomi Antar Wilayah Di Provinsi Jambi. Jurnal ParadigmaEkonomika.


Vol.1, No.4 Oktober 2011

Jhingan M.L 2000. Ekonomi Pembangunan Dan Perencanaan. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta
Mangun, Nudiatulhuda 2007. Analisis Potensi Ekonomi Kabupaten Dan Kota Di Provinsi
Sulawesi Tengah. Tesis Universitas Diponegoro Semarang
Nadeak, Agus 2009.Kawasan Basis Sektor Perikanan Dan Kelautan. Jurnal Perencanaan
&Pengembangan Wilayah. Vol.4, No.3, April 2009
Najmulmunir, Nandang. 2005.Analisis Ekonomi Basis Di Wilayah Megapolitan Jabodetabek.
Jurnal Madani Edisi II/Nopember 2005
Rudatin, Binar 2003. Analisis Sektor Basis Dalam Rangka Pengembangan Pembangunan
Wilayah Studi Kasus : Kabupaten Di Jawa Tengah Tahun 1996-2001. Tesis Universitas
Diponegoro Semarang
Sri Subanti Arif Rahman Hakim (2009).Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara.
JurnalEkonomi Dan Studi Pembangunan Volume 10 Nomor 1 April 2009
Sukirno, Sadono. Makroekonomi Teori Pengantar. Edisi Ketiga. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
Tabrani, Andi (2008).Analisis Sektor Unggulan Perekonomian Kabupaten Mandailing
NatalProvinsi Sumatera Utara. Jurnal Sains Dan Teknologi Indonesia Vol. 10 No.1 April
2008
Todaro, Michael P, & Smith, Stephen C. 2000. Pembangunan Ekonomi. Jilid 2. Edisi
Kesembilan. Jakarta : Erlangga
Umar Chadhiq, Ismiyatun dan Nanang Yusroni 2010. Analisis Penerapan Metode Basis Dan
Shift Share Dalam Mengatasi Tingkat Disparitas Pendapatan Antar Wilayah Di Provinsi
Jawa Tengah.Prosiding Seminar Nasional UNIMUS 2010. www.jurnal.unimus.ac.id.
Diakses tanggal 15 Maret 2013
Yayasan Inovasi Pemerintah Daerah (YPID). 2008. www.ypid.or.id. Diakses tanggal 15 Maret
2013

Você também pode gostar