Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam teknologi produksi dengan menggunakan bahan baku logam,
1.2
Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan koefisien
pencairan dan koefisien penambahan metal las pada produk lasan setelah
dilakukan proses pengelasan SMAW (Shielded Metal Arc Welding). Dan untuk
mengetahui pengaruh parameter-parameter las terutama arus listrik pad alas listrik
tangan atau las elektroda terbungkus (SMAW) terhadap Heat Input (panas yang
dipakai) dan produk lasan yang dihasilkan.
1.3
Batasan Masalah
Adapun batasan masalah yang terdapat dalam praktikum Shielded Metal
Arc Welding meliputi variabel bebas dan variable terikat. Variabel bebas, yaitu
arus listrik (75 A, 80 A dan 87,5 A). Variable terikat, yaitu koefisien penambahan
metal las, koefisien pencairan elektroda dan heat input.
1.4
Sistematika Penulisan
Penulisan laporan pada praktikum Shielded Metal Arc Welding (SMAW)
ini dilakukan secara sistematis yaitu terdiri dari lima bab. Bab I yaitu
pendahuluan, menjelaskan latar belakang, tujuan percobaan, batasan masalah dan
sistematika penulisan. Bab II yaitu tinjauan pustaka menjelaskan mengenai teori
dasar yang berkaitan dengan percobaan yang dilakukan. Bab III yaitu metode
percobaan, menjelaskan metode penelitianyang dilakukan. Terdiri dari digram alir
percobaan, alat dan bahan yang digunakan, serta prosedur percobaan. Bab IV
yaitu hasil dan pembahasan, menjelaskan data hasil dari percobaan, dan
pembahasan mengenai data hasil percobaan. Bab V yaitu kesimpulan dan saran,
membuat kesimpulan berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dan
memberikan saran-saran yang sifatnya membangun agar praktikum selanjutnya
dapat lebih baik lagi. Selain itu, terdapat daftar pustaka yang berisi referensireferensi serta lampiran yang terdiri dari contoh perhitungan, jawaban pertanyaan
dan tugas khusus, gambar alat-alat dan bahan serta blanko percobaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengelasan Logam
Menurut American Welding Society (AWS), proses pengelasan adalah
dan spesimen. Pada saat pelepasan muatan listrik tersebut akan mengeluarkan
panas tinggi, dan panas tersebut yang disebut dengan busur listrik. Pelepasan
muatan listrik ini disertai loncatan atom pada udara yang menyebabkan adanya
hubungan arus pendek listrik. Las elektroda terbungkus adalah salah satu
pengelasan dengan menggunakan sumber panas yang berasal dari busur listrik
dengan menggunakan elektroda yang dilapisi dengan fluks yang dapat
menghasilkan selubung gas pelindung yang berfungsi sebagai pelindung antara
weld metal dengan atmosfer pada saat pengelsan dilakukan. Fluks berfungsi
sebagai bahan yang akan mengikat oksida dalam logam sehingga membentuk
slag. Slag juga berguna sebagai pelindung karena sifatnya yang keras dan mampu
mengisolasi atmsofer dengan logam hasil las. Berikut ini adalah penjelsan
mengenai zona-zona hasil pengelasan yang tertera pada gambar 2.1.
c.
d.
elektroda di bagian dalamnya (bagian inti) dan pada bagian luarnya terdapat fluks.
Fluks digunakan sebagai pelapisan. Peralatan pada SMAW relatif sederhana dan
murah. Diameter dari elektroda yang digunakan antara 2 mm (untuk lembaran
tipis) hingga 8 mm (dengan arus listrik yang cukup tinggi agar menghasilkan
deposit metak yang cukup banyak). Pada pengelasan SMAW, menggunakan arus
listrik 50 300 Ampere dan deposit metal yang diperbolehkan adalah 1-8 kg/h
pada posisi flat [Djaka, 2015].
Keuntungan dari penggunaan las SMAW :
1. Peralatan relatif sederhana dan mudah dibawa.
2. Peralatan relatif murah dibandingkan metoda pengelasan yang lain.
3. Pemakaian yang relatif luas.
Kekurangan dari penggunaan las SMAW :
1. Gas pelindung kurang baik untuk logam- logam reaktif seperti aluminium
dan titanium.
2. Kecepatan deposit terbatas karena elektroda cendrung mengalami over
heat bila menggunakan arus yang tinggi.
3. Panjang elektroda terbatas sehingga dapat mengurangi kecepatan produksi
BAB III
METODE PERCOBAAN
1.1
Diagram Alir
Berikut ini merupakan diagram alir (flow chart) dari percobaan mengenai
Shield Metal Arc Welding yang dilakukan pada tanggal 2 Desember 2015 pada
Laboratorium Metalurgi I :
Pembahasan
Literatur
Kesimpulan
3.2.2
Prosedur Percobaan
1. Menyiapkan pelat logam yang berukuran 15 x 10 x 0,3 cm 3 buah;
2. Menimbang pelat logam sebelum melakukan pengelasan sebagai massa
awal (GH0);
3. Menyiapkan elektroda sebanyak 3 batang kemudian menimbang elektroda
tersebut sebagai massa awal elektroda sebelum pencairan (GP0);
4. Memasang elektroda pada kutub positif atau negatif pada mesin las
SMAW dengan polaritas DC;
5. Mengatur mesin las SMAW pada arus 75, 80, dan 87,5 Ampere dan
tegangan 220 volt;
6. Menyiapkan stopwatch;
7. Melakukan pengelasan berdasarkan alur pada pelat logam;
8. Mencatat waktu proses pengelasan pada pelat yang tersedia pada alur yang
tersedia dari awal hingga akhir;
9. Menempelkan kawat detektor thermocouple pada ujung hasil lasan secepat
mungkin setelah proses pengelasan selesai dilakukan;
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Menentukan nilai heat input dan cooling rate hasil proses pengelasan.
10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Percobaan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dan berdasarkan perhitungan
data percobaan, diperoleh hasil data akhir percobaan yang dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 4.1 Data Perubahan Berat Pelat dan Elektroda Las
GHo
GH1
GH
GP0
GP1
GP
(g)
(g)
(g)
( g/A det )
(g)
(g)
(g)
( g/A det )
931,5
938
7,5
0,00223
17,
8,4
0,00250
II
938
948
10
0,00212
4
17,
3,9
13,
0,00281
Pelat
11
III
948
957
0,00187
17,
3,7
13,
0,00283
Pelat
I
II
III
Laju lelehan
(Amper)
(Volt)
(cm)
(detik)
(cm/det)
(cm)
70
75
80
220
220
220
8
9,5
6,5
48
63
60
0,167
0,151
0,108
0,405
0,510
0,705
elektroda
(g/det )
0,175
0,211
0,227
I (Amp)
V (Volt)
70
75
80
220
220
220
Tcooling
tcooling
92215,596
109271,523
790C
2040C
710C
1750C
162962,963
1730C
1600C
Pembahasan
Berdasarkan percobaan pengelasan Shielded Metal Arc Welding dengan
menggunakan sebuah pelat baja dan tiga buah elektroda, menggunakan varisasi
arus listrik 70 Ampere, 75 Ampere dan 80 Ampere. Arus merupakan salah satu
parameter yang mempengaruhi pengelasan. Semakin besar arus pengelasan maka
semakin rendah koefisien penambahan metal las. secara matematis koefisifien
penambahan metal las tertera pada persamaan 4.1 berikut :
H=
G H
Ixt
. . . . . . . . . . . . . . (4.1)
Kterangan :
H = koefisien penambahan metal las (g/A.det )
GH = selisih massa pelat (gram)
I
= arus listrik (Ampere)
t
= waktu pengelasan (s)
Kebenaran dari pernyataan secara teoritis maupun matematis mengenai
hubungan arus listrik terhadap koefisien penambahan metal las dapat dilihat pada
12
gambar 4.1. Grafik ini menunjukan penurunan nilai koefisien penambahan metal
las pada setiap kenaikan arus listrik.
0
0
0
0
0
0
74
76
78
80
82
84
86
13
penambahan metal las sebesar 0,00212. Pada sampel III dengan Arus 80 Ampere,
dan waktu pengelasan sebesar 60 detik dihasilkan penambahan metal las sebesar 9
gram dan didapatkan nilai koefisien penambahan metal las sebesar 0,00188. Nilai
koefisien penambahan metal las tertinggi berada pada sampel I karena waktu yang
dibutuhkan untuk melakukan pengelasan hanya 48 detik (lebih cepat dari sampel I
dan II).
Arus juga akan mempengaruhi koefisien lelehan elektroda. Arus yang
semakin tinggi akan mengahsilkan panas yang lebih tinggi pula dan menyebabkan
semakin banyaknya elektroda yang mencair. Banyaknya elektroda yang mencair
akan memperngarugi nilai koefisien pelelehan elektroda. Pada sampel I dengan
Arus 70 Ampere, dan waktu pengelasan sebesar 48 detik dihasilkan pencairan
elektroda sebesar 8,4 gram dan didapatkan nilai koefisien lelehan elektroda
sebesar 0,00250. Pada sampel II dengan Arus 75 Ampere, dan waktu pengelasan
sebesar 63 detik dihasilkan pencairan elektroda sebesar 13,3 gram dan didapatkan
nilai koefisien koefisien lelehan elektroda sebesar 0,00282. Pada sampel III
dengan Arus 80 Ampere, dan waktu pengelasan sebesar 60 detik dihasilkan
pencairan elektroda sebesar 13,6 gram dan didapatkan nilai koefisien lelehan
elektroda sebesar 0,00288. Nilai koefisien penambahan metal las tertinggi berada
pada sampel III karena arus listrik terbesar berada pada sampel III dan lelehan
elektroda terbanyak berada pada sampel III. Gambar 4.2 merupakan representasi
parameter arus terhadap koefisien lelehan elektroda. Peningkatan plot koefisien
lelehan elektroda terhadap arus listrik yang digunakan menunjukan bahwa secara
teoritis benar, semakin besar arus maka semakin banyak elektroda mencair. Hal
ini dikarenakan semakin besar arus maka panas yang dihasilkan akan semakin
besar pula.
14
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
68 70 72 74 76 78 80 82
G p
I xt
. . . . . . . . . . . . . . (4.2)
Keterangan :
ap = koefisien lelehan elektroda (g/A.det )
Gp = selisih massa elektroda (gram)
I
= arus listrik (Ampere)
t
= waktu pengelasan (s)
Berdasarkan hal tersebut maka dapat diketahui koefisien penambahan
metal las dipengaruhi oleh selisih massa pelat awal dan massa pelat akhir setelah
dilakukannya pengelasan, besarnya arus listrik yang digunakan serta lamanya
waktu pengelasan. Sementara koefisien pelelehan elektroda dipengaruhi oleh nilai
elektroda yang mencair, besarnya arus listrik yang digunakan serta lamanya waktu
pengelasan.
15
180000
160000
140000
120000
100000
80000
60000
40000
20000
0
68
70
72
74
76
78
80
82
V x I xt
L
. . . . . . . . . . . . . . (4.3)
16
sebesar 109271,523 (J/cm) dan pada sampel III dengan arus 80 Ampere
didapatkan heat input sebesar 162962,963 (J/cm).
16
14
12
Selisih Massa Pelat
10
Massa (gram)
8
6
SAMPEL I
SAMPEL II
SAMPEL III
17
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Koefisien pencairan elektroda las akan semakin besar seiring peningkatan
arus. Koefisien pencairan elektroda las yang diperoleh pada praktikum ini,
yaitu pelat I sebesar 0,0025 g/A.det, pelat II sebesar 0,00282 g/A.det dan
pelat III sebesar 0,00283 g/A.det.
2. Koefisien penambahan metal las akan semakin kecil seiring peningkatan
arus. Koefisien penambahan metal las yang diperoleh pada praktikum ini,
yaitu, pelat I sebesar 0,00223 g/A.det, pelat II sebesar 0,00212 g/A.det
dan pelat III sebesar 0,00187 g/A.det
3. Pengaruh arus listrik terhadap heat input yaitu semakin besar arus listrik
yang digunakan, maka heat input yang dihasilkan akan semakin besar.
Nilai heat input yang diperoleh pada praktikum ini yaitu, pelat I sebesar
92215,596 J/cm, pelat II sebesar 109271,523 J/cm dan pelat III sebesar
162962,963 J/cm.
5.2 Saran
Saran-saran yang diberikan agar praktikum dapat berjalan lebih baik lagi,
antara lain :
1. Sebaiknya praktikan mengetahui bahaya-bahaya yang ditimbulkan dari
pengelasan SMAW, sehingga dapat melakukan praktikum dengan aman.
2. Dalam pengoperasian alat, sebaiknya dilakukan dengan hati-hati sehingga
tidak terjadi kesalahan.
3. Pengelasan sebaiknya dilakukan dengan berbagai posisi dan dalam
beberapa kali praktikum, sehingga praktikan akan lebih memahami konsep
pengelasan SMAW.
DAFTAR PUSTAKA
18
Djaka, Tri. Materi Kuliah Teknologi dan Metalurgi Las. Banten: FT UNTIRTA.
2015.
Djamiko, Risman Dwi. Modul Teori Pengelasan Logam. Yogyakarta: Universitas
Negeri Yogyakarta. 2008.
Tim Laboratorium Metalurgi. Fakultas Teknik, Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa. Modul praktikum Laboratorium Metalurgi I. Cilegon: FT
UNTIRTA. 2015.