Você está na página 1de 28

TRADISI SEDEKAH LAUT DI DESA PANDANGAN WETAN KABUPATEN

REMBANG: KAJIAN PERUBAHAN BENTUK DAN FUNGSI


Agung Praseto*)
E-mail: A.ehipassiko@Gmail.com, BB:59A0F0EB, HP: 089699976837

Abstrak
Indonesia adalah wilayah maritim dengan pulau-pulau yang menjadi bagian Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang tidak dapat dipisahkan. Pulau-pulau yang awalnya
tidak berpenghuni kini menjadi padat dengan meningkatnya jumlah penduduk di
Indonesia. Perpindahan penduduk dari satu tempat ke tempat yang baru tentunya
membawa kebudayaan baru dari tempat tinggal asalnya yang selanjutnya akan
mengisi kebudayaan di wilayah yang ditempati. Bagi mereka yang mendapat tempat
tinggal di daerah pegunungan merekapun akan berusaha menyesuaikan kebudayaan
yang sesuai dengan wilayah geografis mereka serta mata pencahariannya. Sedangkan
bagi masyarakat yang tinggal di daerah pesisir pantai dengan mata pencaharian
sebagai nelayan, tentu akan memiliki tradisi yang berbeda dengan yanga ada di
wilayah pegunungan. Salah satu tradisi yang bisa ditemukan di daerah pesisir pantai
adalah tradisi ungkapan terimaksih atau rasa syukur kepada sang penunggu laut akan
berkah yang telah diberikan kepada nelayan. Setiap daerah memiliki sebutan yang
berbeda-beda akan ungkapan rasa syukur ini, khususnya di daerah jawa tengah
tepatnya di Desa Pandangan Wetan Kecamatan Kragan Kabupaten Rembang. Di Desa
ini, sebutan untuk rasa syukur kepada penunggu laut atau Hyang Bahurekso adalah
Sedekah Laut. Dalam perkembangannya, tradisi sedekah laut yang ada di Desa
Pandangan Wetan terus mengalami dinamika yang begitu signifikan. Hal ini tentu
tidak dapat dipisahkan kaitannya dengan dinamika yang terjadi di dalam masyarakat.
Berkembangnya pola pikir yang semakin berkembang dan pengaruh hedonisme yang
semakin meningkat mendorong masyarakat untuk melakukan perubahan-perubahan
dalam tradisi sedekah laut; baik dari segi hiburan, ritual, sosial, pelestarian, dan
ekonomi.

Kata Kunci: nelayan, sedekah laut, hedonisme, perubahan

____________________________________________________________________
*) Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Buddha Kertarajasa
PENDAHULUAN

Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki konsekuensi logis bagi


masyarakat sekitar pantai dalam mata pencahariannya yaitu sebagai nelayan. Hampir
diseluruh bibir pantai masyarakat mayoritas menggantungkan hidupnya dari hasil
laut. Tidak bisa dipungkiri, laut menjadi ladang yang subur bagi nelayan untuk
mengeruk segala sumber daya yang bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Kehidupan
sebagai

seorang

nelayan

tidak

ubahnya

dengan

kehidupan

petani

yang

menggantungkan hidupnya dari hasil panen yang baik. Antara nelayan dan petani
adalah pekerjaan yang tidak jauh berbeda, sama-sama menggantungkan hidup dari
hasil alam. Terkadang hasil tangkapan ikan banyak terkadang pula sebaliknya, begitu
juga petani terkadang hasil panennya baik terkadang hama menyerang hasil panen.
Meskipun hasil yang diperoleh tidak menentu, jarang kita sadari bahwa alam
selalu menyediakan apa yang dibutuhkan oleh manusia untuk bertahan hidup minimal
untuk hari ini dan esok. Bukan hanya untuk diri sendiri alam memenuhi kebutuhan
kita, seolah tidak melupakan manusia alam juga menyediakan sumber dayanya untuk
generasi kita selanjutnya. Sebagai rasa terimakasih dan ucap syukur akan nikmat dan
rejeki yang telah diperoleh, maka manusia mengadakan acara sebagai ungkapan
kebahagiannya. Acara-acara tersebut tentu berbeda dari satu daerah dengan daerah
lainnya, begitupun antara nelayan dan petani.
Seorang petani yang bergelut dengan tanah akan mengungkapkan rasa
syukurnya dengan melakukan acara yang disebut sedekah bumi, maka nelayan yang
kesehariannya mencari nafkah dilautan ungkapan yang disampaikan kepada Hyang
Bahurekso1 adalah melalui sedekah laut. Acara demi acara yang dilakukan secara
terus-menerus akan menjadi suatu kebiasaan bagi masyarakat suatu daerah.
Kebiasaan-kebiasaan inilah yang nantinya menjadi cikal bakal tradisi di berbagai
daerah, khusunya tradisi sedekah laut. di desa Pandangan Wetan Kecamatan Kragan
Kabupaten Rembang.
Sedekah laut adalah tradisi yang merupakan ungkapan rasa syukur kepada
alam yang telah memberikan rejekinya. Ungkapan syukur ini dilakukan oleh

1 Sebutan penunggu laut/danyang

masyarakat Mbelah2 dengan memberikan sesajian-sesajian kepada Hyang Bahureksa.


Sebagian masyarakat meyakini bahwa, dengan didakannya tradisi tersebut maka halhal yang tidak dikehendaki seperti badai, topan, ombak besar, bahkan Tsunami
diharapkan tidak terjadi. Namun, sebagian lagi juga meyakini bahwa tidak ada
kaitannya bencana dengan Hyang Bahureksa/sang penjaga laut. Mereka meyakini,
segala sesuatu yang terjadi di dunia ini sudah ada yang mengatur, dan Tuhanlah
perancangnya. Oleh karena Tuhan yang membuat rencana, maka ketika ada badai,
ombak, dan topan terkadang Tuhan pula yang menjadi kambing hitamnya.
Hitam putih kelabu, merah kuning hijau, dan biru langitku adalah warnawarna yang menghiasi kehidupan kita. Begitupula halnya dengan masyarakat desa
Pandangan Wetan Kecamatan Kragan Kabupaten Rembang, mereka semua tidak
sama. Mulai dari keragaman karakter, mata pencaharian, dan agama. Adanya
kemajemukan masyarakat ini, menjadi salah satu sebab perkembangan tradisi budaya.
Bukan hanya itu saja, akibat pola pikir masyarakat yang sudah mulai berkembang
kearah kemajuan memberikan konsekuensi kepada perubahan nilai-nilai yang ada di
masyarakat. Nilai-nilai yang dulunya dipegang kuat oleh masyarakat seperti gotong
royong, toleransi, saling menghargai, tanggung jawab tampaknya mulai langka
terlihat.
Fenomena perubahan sosial yang terjadi di desa Pandangan Wetan Kecamatan
Kragan Kabupaten Rembang, sudah mulai tampak nyata perubahnnya. Hal ini juga
mempengaruhi tradisi yang ada khususnya dalam menyelenggarakan sedekah laut.
Konsekuensi dari perubahan itu adalah sedekah laut yang sekarang diadakan kini
sudah menyimpang dari tradisi yang dulu pernah dilakukan oleh nenek moyang.
Adanya perubahan-perubahan inilah yang menjadi bahan pertimbangan penulis untuk
mengkaji lebih dalam dan meneliti lebih jauh perubahan apa saja yang terjadi.

2 Sebutan Masyarakat nelayan Pandangan wetan

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan selama empat hari di Desa Pandangan Wetan
Kecamatan Kragan Kabupaten Rembang pada tanggal 26-29 November 2015. Lokasi
dan waktu penelitian ini dipilih dengan pertimbangan (1) Desa Pandangan Wetan
rutin mengadakan tradisi sedekah laut tiap tahunnya (2) Ada beberapa cerita
masyarakat yang bisa menjelaskan asal-usul sedekah laut (3) Masyarakatnya yang
Multikultural (4) Acara sedekah laut pandangan merupakan salah satu kegiatan yang
terbesar di area jawa tengah (5) Waktu penelitian dipilih sedemikian rupa karena
bertepatan dengan hari menjelang sedekah laut, sehingga peneliti bisa meneliti secara
langsung sebelum, ketika, dan sesudah sedekah laut berlangsung.
Metode yang digunakan peneliti adalah kualitatif. Bentuk permasalahan dalam
penelitian ini adalah perkembangan akan perubahan-perubahan yang terjadi dalam
tradisi sedekah laut berdasarkan fakta yang ada. Pendekatan yang dilakukan adalah
berdasarkan perspektif antropologis dan fenomenologis.
Teknik pengumpulan data menggunakan (1) observasi, (2) dokumentasi, dan
(3) wawancara. Observasi dan dokumentasi diarahkan pada objek-objek yang terlihat
dan lisan. Sedangkan wawancara digunakan untuk menggali lebih dalam dari apa
yang telah dilihat dan didengar, serta sebagai penegasan dan penguatan dari tradisi
yang dilangsungkan. Selain itu wawancara digunakan untuk mencari informasi dari
para tokoh tentang hal-hal yang kaitannya dengan metafisika yang masih kental
khususnya di Desa Pandangan Wetan Kecamatan Kragan Kabupaten Rembang.
Penelitian ini menekankan pada hasil wawancara dan fenomena yang terjadi
di masyarakat. Peneliti melakukan pemilah dan pemilihan narasumber berdasarkan
pendapat serta anjuran dari berbagai tokoh masyaratakat, hal ini dikarenakan
banyaknya tokoh masyarakat di desa ini. Beberapa tokoh menganjurkan narasumber
berdasarkan tingkat pengetahuan dan pemahaman akan budaya serta tradisi setempat
dan kontribusinya di dalam rangkaian acara sedekah laut. Instrument penelitian
menggunakan recorder dan daftar pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelum
wawancara.

Analisis data yang dilakukan didasarkan atas kajian kualitatif yang penulis
telah tetapkan. Data yang telah tersimpan nantinya akan diolah melalui tiga tahapan
yaitu proses pereduksian, penyajian, dan kesimpulan dalam bentuk data deskriptif
bukan berupa angka-angka atau sebuah diagram.
HASIL PENELITIAN
Setiap tradisi tentu ada alasan kenapa harus dilakukan, begitupula Tradisi
sedekh laut yang ada di pandangan. Sumber yang disampaikan dari hasil wawancara
dengan beberapa tokoh masyarakat seperti Pak Muktris (sesepuh Desa Pandangan
kulon dan wetan), Pak Kasturi (penggiat kebudayaan lokal, dari pandangan kulon),
Pak Gito (Ki Dalang), Pak Kerman (penggiat kebudayaan lokal dari Pandangan
Wetan), dan Pak Kusto (Ketua panitia sedekah laut Pandangan Wetan). Sebagian
besar dari para tokoh tersebut menegaskan bahwa, asal mula sedekah laut itu berasal
dari kisah perjalanan Pangeran Santi Puspo yang merupakan kakak dari Santi
Kesumo3, dan keduanya adalah putra dari Mpu Santi Badra 4. Sejarah awal mula
sedekah laut dijelasakan di dalam buku badra santi, yang ditulis oleh Mpu Santi
Badra (1985:17-18)
Kubur Pangeran Santipuspa dimuliakan oleh para Pathol dan Pambelah
(Nahkoda dan Nelayan). Setiap tanggal 1 Rembulan jatuh pada bulan
Waisaka, orang-orang berkumpul mengadakan upacara doa dan keramaian,
tontonan berupa Pathol yang bergulat adu kekuatan, lomba mendayung prahu
pulang pergi dari Kaeringan sampai Marongan, Jambean dan lain sebagainya.
Sebelum keramaian dan tontonan dimulai, terlebih dulu bebarengan dengan
munculnya sinar matahari yang tampak teduh dari puncak Gunung Argapura
menyinari seluruh kota Lasem, diadakan Upacara melarung sesaji bubur barobaro satambir anyar, dan kembang-kembang Mlati disawur, disebar-sebarkan
oleh para perawan-perawan yang masih suci. Bubur satambir dari makam
Pangeran Santipuspa kemudian diarak, dibawa ke lautan lepas oleh keturunan
Pangeran Santipuspa, dengan diiringi para perawan-perawan suci, lantas
dinaikkan prahu dan dipajang-pajang, diangkat ramai-ramai oleh para Pathol
dan Pambelah. Di bawa ke tengah samudra yang dalamnya kira-kira se-dada.
3 Nama lain dari Sunan kalijaga
4 Penulis kitab Badra Santi

Bubur baro-baro satambir didoakan oleh sesepuh, lantas dilarung sebagai


tanda penghormatan untuk menetapi bakti Pangeran Santipuspa sebagai tanda
hormat pangeran kepada Biyung Dhenok Cucut Lintang (Induk/ibu ikan cucut
lintang), yang telah menolong mengangkat tubuh Pangeran Santipuspasaat
Pangeran menemui bahaya, perahu yang dinaikinya terbalik dan tenggelam di
tengah-tengah samudra, saat beliau tengah kembali pulang setelah berlayar
dari Pulau Bawean, musibah karena dicelakai oleh orang yang memusuhinya.
Kanjeng Pangeran beserta abdi dan semua pasukannya tenggelam di lautan,
berenang timbul tenggelam di tengah samudra luas dengan ombak yang besar.
Di saat beliau tenggelam itulah kemudian beliau memuji dan berdoa kepada
Sang Hyang Waruna supaya mendapatkan pertolongan ; doa Pangeran
Santipuspa terkabul, dari dalam samudra tampaklah seekor Ikan cucut besar
dan ikan-ikan cucut kecil berjumlah ribuan yang berenang renang dan
mengambang di dekatnya. Babon Cucut atau Induk ikan cucut yang besar
itulah yang disebut-sebut oleh para Pambelah sebagai Cucut Biyung Dhenok
(Induk/Ibu ikan Cucut).
Tubuh sang Pangeran Santipuspa didorong dan diangkat oleh Biyung Dhenok
Cucut Lintang tersebut, diangkat dengan kepalanya ke permukaan dan di
bawa sampai ke teluk Regol. Begitu juga dengan para abdi setia dan
pasukannya, mereka diangkat oleh ikan-ikan cucut lain yang kecil-kecil tapi
berjumlah sangat banyak dan digiring diselamatkan sampai ke tepi bersamasama dengan sang Pangeran. Hingga akhirnya Pangeran Santipuspa dan
semua awak kapal dapat selamat dari bahaya.
Pangeran Santipuspa kemudian menghaturkan puja dalam semedi dan
mengucap bakti janji dengan ikrar bahwa sejak hari itu, dia dan semua
kuturunannnya jangan sampai mencelakai bahkan memakan ikan-ikan cucut
lintang.
Setiap tahun masyarakat nelayan Desa Pandangan Wetan melakukan tradisi
sedekah laut. Tradisi ini dilakukan dengan persiapan yang sangat matang, mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, sampai proses pengawasan. Proses perencanaan dilakukan
dengan membentuk panitia sedekah laut, panitia yang terbentuk inilah yang nantinya
akan menjadi panitia induk dari keseluruhan rangkaian acara. Hal yang disayangkan
dari proses pemilihan panitia adalah kurangnya minat bagi pemuda untuk tampil
sebagai panitia inti, terbukti dari beberapa tahun terakhir yang terpilih menjadi ketua
dan wakil ketua adalah orang yang sama.

Pak Kusto selaku ketua panitia sedekah laut juga menegaskan bahwa, di
Pandangan Wetan terbagi menjadi empat kelompok dan masing masing memiliki
panitia tersendiri untuk mengatur dan mengurus sendiri kegiatan yang ingin
dihadirkan. Empat kelompok tersebut adalah; Prapatan, Respanel, Pagak, dan
Pengging. Meskipun terbagi-bagi, Pak Kusto sebagai ketua panitia induk tidak serta
merta melepas begitu saja kegiatan dari empat kelompok tersebut. Pak kusto dan
rekan panitia induk lainnya tetap selalu memantau perkembangan dari apa yang
dilakukan oleh masing-masing kelompok, bahkan untuk memaksimalkan pengawasan
terhadap jalannya acara sedekah laut Pak Kusto harus rela tidak melaut sampai satu
bulan lamanya. yo mestine lak wong sedekah laut kwi seneng-seneng, ki malah
senep Ujar Pak Kusto dalam bahasa jawa dengan nada bercanda.
Sedekah laut di Desa Pandangan Wetan, dimulai pada hari minggu. Hal ini
tidak didasarkan karena hari minggu adalah hari baik menurut tradisi, tapi
pertimbangannya adalah karena minggu adalah hari liburan sehingga semua lapisan
masyarakat baik pelajar maupun bukan pelajar semuanya bisa berpartisipasi
memeriahkan sedekah laut. Seminggu sebelum arak-arakan dimulai, masyarakat
nelayan khususnya Desa Pandangan Wetan biasnaya berhenti melaut. Mereka
menganggap bahwa sedekah laut adalah suatu acara di mana nelayan bisa liburan
tidak melaut.
Para nelayan menjelang sedekah laut, biasanya mencoba untuk membersihkan
dan memperbaiki kapal, jaring, memperindah kapalnya dengan mengecat ulang,
memasang bendera serta umbul-umbul dan menghiasi kapl-kapalnya dengan lampulampu hias yang terlihat gemerlapaan ketika menjelang sore. Namun sekarang hal
demikian jarang bisa kita temui lagi, ini dikarenakan adanya suatu pemahaman baru
bahwa sedekah laut hanyalah sebuah acara ritual semata untuk melarung sesaji.
Anggapan masyarakat dalam sedekah laut yang menjadi hal penting sekarang bukan
lagi tentang bagaimana kegiatan yang ada di lautnya, melainkan bagaiman kegiatan
yang di daratan bisa lebih meriah. Oleh karena pemikiran demikian maka masyarakat
mulai mengurangi kegiatan-kegiatan di sekitar pantai seperti menghias kapal, dengan
mengecat, dan memasang lampu hias. Dengan mengurangi porsi kegiatan tersebut,

maka mereka mulai menambah porsi kegiatan yang ada di daratan seperti dengan
memperbanyak menampilkan hiburan rakyat (dangdut, ketoprak, Merching Band,
Wayang, Campur sari, Karnaval, dll ).
Tempat Start dari keseluruhan rangkaian acara arak-arakan dan karnaval
adalah di kongsi/tempat pelelangan ikan (TPI). Tiap tahunnya arak-arakan dan
karnaval yang dilakukan semakin panjang, terlihat dari berbagai pertunjukkan yang
disajikan oleh peserta. Begitu pula dengan berbagai hiburan yang disajikan juga
semakin marak, bahkan tampak masyarakat berusaha bersaing dengan daerah lainnya
untuk mendatangkan hiburan terkenal meskipun harus merogoh koceh lebih. Hal ini
tentu tidak lepas dari berbagai aspek perubahan khususnya dibidang ekonomi
masyarakat sekitar, terbukti dengan adanya perubahan jumlah nominal iuran dan
didukung dengan penambahan jumlah nelayan yang meningkat setiap tahunnya serta
dana dari iklan pendukung acara. Dari paparan rangkaian acara sedekah laut di atas,
menunjukkan indikasi bahwa sedekah laut memang sudah mengalami banyak
perubahan diberbagai aspeknya.
PEMBAHASAN
Peranan Perubahan Bentuk dan Fungsi Tradisi Sedekah Laut Bagi Pendidikan,
diantaranya adalah:
a. Fungsi Hiburan: Tradisi sedekah laut sebagai suatu moment yang hanya
dilakukan setahun sekali, menjadi hal yang ditunggu-tunggu oleh semua
lapisan masyarakat bukan hanya para nelayan. Pelajar, petani, pedagang,
peternak, sampai pengusaha selalu merindukan sedekah laut. Bagi mereka
hal yang menarik dan menyita perhatian adalah kegiatan arak-arakkan,
karnaval, dan yang terpenting serta menjadi hal wajib adalah dangdut.
Berbeda halnya dengan jaman dulu, hiburan hanya sedikit dan itupun
dibatasi oleh segi-segi kebermanfaatan dari pertunjukkan. Wajar saja bagi
nelayan sedekah laut menjadi hari-hari yang spesial karena para nelayan
pada saat itu tidak melaut, dan itulah hari liburan resmi bagi seoarang
nelayan. Oleh karena itu, sedekah laut menjadi moment yang tepat bagi
masyarakat untuk melakukan pesta rakyat. Sehingga yang terjadi adalah

pergeseran makna dari sedekah laut menjadi pesta laut, di mana nilai-nilai
kesakralan sedekah laut yang diajarkan oleh para tokoh masyarakat kini
semakin memudar tergantikan oleh beberapa nilai-nilai hiburan yang
mencoba menggerus nilai-nilai kearifan lokal. Hingga ada ungkapan yang
mengatakan bahwa Tokoh masyarakat dibayar seadanya tapi dituntut
untuk memperbaiki akhlak masyarakat, sedangkan artis dangdut dibayar
mahal untuk merusak akhlak masyarakat.
b. Fungsi Ritual: Sedekah laut yang dilakukan secara rutin tiap tahunnya
sebagai ungkapan syukur kepada Sang Penjaga laut/Hyang Bahureksa
memiliki sebuah arti rasa terimaksih, ingat kepada alam yang telah
menyediakan segala kebutuhan manusia. Ritual yang dulu tanpa harus ada
yang mati kini harus berubah menggunakan korban satu kambing. Namun
demikian, makna dari acara tersebut tetaplah tidak berubah. Bahkan kalau
kita melihat dibeberapa ajaran agama, hal ini tidaklah menyimpang kalau
kita berbicara tentang balas budi dan mengucapkan rasa terimaksih.
Bahkan di dalam ajaran Buddha juga mengajarkan katannu katavedi,
yang artinya adalah rasa terimakasih. Namun harus dimengerti jika kita
melihat dari sudut pandangan Agama Buddha yang selalu mendoakan agar
semua makhluk hidup harmonis dan senantiasa berbahagia, Pastinya
menentang keras penindasan makhluk lain demi kepentingan makhuk
lainbya, apalagi harus mengorbankan nyawa demi sesuatu yang tidak jelas
keberadaanya. Tentu hal ini tidaklah Fear jika kita harus bahagia diatas
penderitaan makhluk lain, kebahagiaan seperti apapun jika dibaliknya
ternyata ada suatu pembunuhan itu bukanlah kebahagiaan yang
menentramkan. Memang harus dilihat dari kacamata mana kita
memandang, karena masing-masing agama yang ada di Desa Pandangan
Wetan memiliki cara pandang yang berbeda terkait kepada siapa rasa
terimakasih itu ditujukan dan bagaimana ritual itu harus dilakukan.
Meskipun demikian, rasa terimaksih, syukur, dan ingat kepada alam masih
dipegang teguh oleh masyarakat Desa Pandangan Wetan. Ironis memang
kalau kita melihat dari sudut pembunuhan yang dilakuka, namun kita juga
tidak bisa mengabaikan begitu saja bahwa ada beberapa nilai positif yang

masih bertahan dan tidak berubah dari kearifan bangsa indonesia dalam
tradisi sedekah laut yang nilai-nilainya masih relevan dijadikan pedoman
untuk diterapakan dalam kehidupan sehari-hari saat ini.
c. Fungsi Sosial: Adanya sedekah laut menjadi daya tarik bagi masyarakat
banyak, bukan hanya dari pera nelayan yang punya hajat. Masyarakat dari
berbagai lapisan tumplek blek menjadi satu bagian dari acara sedekah laut.
Hal ini juga dimanfaatkan oleh beberapa masyarakat bukan nelayan yang
memiliki saudara nelayan untuk bersilahturahmi, sekalian turut serta
merayakan sedekah laut. Selain itu, bagi kalangan pemuda-pemudi hal ini
menjadi moment yang tepat untuk bisa saling mengenal pemuda-pemudi
daerah lain. Banyaknya massa yang ikut berpasrtisipasi inilah yang
mendorong masyarakat untuk bisa saling mengenal, saling memperkuat
rasa solidaritas, dan untuk kebersamaan.
d. Fungsi Pelestarian : Indonesia adalah bangsa yang kaya akan sumber daya
alam, dan tentu dengan kemajemukannya Indonesia memiliki konsekuensi
kaya akan budaya daerah dan salah satunya adalah tradisi sedekah laut.
Keberadaan sedekah laut dan Penyelenggaraannya di Desa Pandangan
Wetan yang semakin lama intensitasnya semakin berkembang diharapkan
bisa menjadi sarana untuk melestarikan budaya yang dimiliki oleh Bangsa
Indonesia. Selain itu Desa Pandangan Wetan juga bisa menjadi
percontohan bagi daerah lainnya untuk selalu menjaga, merawat, dan
melestarikan kekayaan kebudayaan lokal.
e. Fungsi Ekonomi: Keberlangsungan tradisi sedekah laut ternyata mampu
menyita perhatian massa yang sangat besar, bahkan sebelum acara puncak
pun sudah banyak masyarakat yang antusias untuk melihat berbagai
kegiatan pra sedekah laut yaitu adanya pasar malam. Hal ini menjadi
peluang bagi masyarakat untuk menjajakan barang jualan, mengingat
kebiasaan orang nelayan adalah sebagai seoarng konsumerisme. Penjual
yang paling diuntungkan adalah yang bersal dari luar Desa Pandangan
Wetan, meskipun demikian masyarakat nelayan sendiri juga tidak mau
menyia-nyiakan kesempatan sebagai penjual dadakan. Selain itu juga,
moment sedekah laut ini juga digunakan oleh beberapa perusahaan untuk

memperkenalkan/mempromosikan barang dagangan mereka baik yang


baru maupun yang sudah lama dengan menjadi sponsor. Dengan
demikian, maka perputaran arus keuangan juga terus berlangsung
sehingga banyak masyarakat yang mendapatkan manfaat, berkah, dan
rejeki dari perayaan tradisi sedekah laut di Desa Pandangan Wetan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Penelitian yang didasarkan atas hasil kajian yang dilakukan dilapangan, memberikan
data-data sangat menarik. Data yang sudah diolah dan dianalisa menunjukkan bahwa
telah terjadi banyak perubahan baik bentuk dan fungsi Tradisi sedekah laut. Bukan
hanya, itu beberapa aspek juga mengalami penambahan serta pengurangan makna
maupun kegiatan seperti dalam segi hiburan, ritual, sosial, pelestarian, dan ekonomi.
Masyarakat Desa Pandangan Wetan kini telah mengalami banyak perubahan
pola pikir, terlihat jelas kalau kita membandingkan antara ritual yang sekarang
dengan awal mula sejarah adanya sedekah laut5. Hal ini akan tampak berbeda, karena
memang sedekah laut ini sendiri sudah mengalami transformasi bentuk dan fungsi
karena pengaruh dari beberapa paham baru yang dianut oleh sebagaian besar
masyarakat Desa Pandangan Wetan serta adanya perubahan di bidang pendidikan,
ilmu pengetahuan, tekhnologi, dan ekonomi.
Peranan sedekah laut sangatlah besar dalam menjaga, memelihara, dan
melestarikan nilai-nilai budaya kearifan timur seperti rasa toleransi, kerjasama,
gotong royong, mufakat, dan demokrasi. Sedekah laut juga menjadi pendobrak etos
kerja masyarakat nelayan, hal ini terbukti dengan adanya semangat kerja untuk bisa
mengadakan sedekah laut yang lebih bedsar dari tahun ke tahun, dan hal ini tentu
tidak akan terlaksana tanpa adanya dukungan masyarakat nelayan untuk
meningkatkan nominal iuran sedekah laut.

5 Dulu namanya bukan sedekah laut, hanya sekedar ungkapan rasa hormat dan terimakasih
kepada Sang Hyang waruna/Hyang bahureksa/penjaga laut

Saran
Disarankan suapaya bentuk asli dari sedekah laut yang bersumber dari awal
mula sejarahnya untuk tetap dipertahankan tanpa mengurangi nilai-nilai yang ada.
Namun peneliti juga menyadari hal itu tidaklah mudah, karena segala sesuatu tidaklah
tetap adanya. Oleh karena itu jika ingin melakukan perubahan, peneliti memberikan
solusi; bisa melakukan penambahan tanpa harus melakukan pengurangan tradisi
awal.
Selain itu juga, sebagai sikap hormat kita kepada leluhur yang pertama
mencetuskan ide sedekah laut ini. Kita hendaknya tidak semena-mena melanggar hak
cipta karya para leluhur dengan mengubah bentuk dan funsinya. Oleh karena itu,
perlu dilakuka perubahan dibeberapa bagian untuk dikembalikan kepada awal mula
sejarah sedekah lau diantaranya adalah;
i.
ii.

Sesajian tanpa menggunakan pengorbanan


Sesajian/sajen cukup di larung dilaut setinggi dada

iii.

orang dewasa
Mengadakan lomba kaitannya dengan keterampilan
kelautan;

seperti

mendayung,

berenang,

maupun

menyelam. Sehingga nanti bisa terjadi persaingan sehat


untuk

menjadi

yang

terbaik

dalam

menguasi

ketrampilan sebagai seorang nelayan, dan hal ini juga


akan meberi nilai tambah bagi pemenang dalam bekerja
iv.

maupun mencari pekerjaan kaitannya dengan kelautan.


Hiburan yang bersifat mendidik lebih diutamakan

Kemudian hal lain yang perlu dipertimbangkan yang bisa dijadikan tambahan adalah;
i.

Memanfaatkan moment sedekah laut sebagai sarana


komunikasi/diskusi

ii.

dengan

pemerintah

setempat

tentang solusi-solusi permasalahan nelayan


Mengadakan kerjasama dengan berbagai perusahaan,
menyediakan

stand-stand

bagi

perusahaan

untuk

meperkenalkan produknya (sponsor). Sehingga hal ini

bisa menjadi nilai tambah dalam pemasukan khas


iii.

sedekah laut.
Mengadakan Bazzar tentang perkembangan ilmu
pengetahuan dan tekhnolgi kelautan, sehingga akan
memberikan wawasan bagi nelayan untuk semakin
memodernisasikan peralatan dan perlengkapan nelayan.
Diharapkan, penggunaan tekhnologi tersebut dapat
menambah hasil tangkapan sehingga akan berdampak

iv.

pada peningkatan kesejahteraan nelayan.


Perlu adaya kaderisasi dalam pembentukan susunan
panitia, sehingga nantinya akan ada generasi-generasi
penerus yang siap dan berkompeten melanjutkan tradis

v.

sedekah laut.
Perlu juga adanya pemahaman dari orang tua kepada
anak akan makna sedekah laut, dan sejarah awal
mulanya sehinnga tidak terjadi pergeseran makna.

DAFTAR PUSTAKA
Setiadi, dkk. 2009. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana.
Koentjaraningrat. 1994. Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka.
Karsono, Panji. 1985. Badra Santi. Juwana: Padepokan Tunggak Semi.
Koentjaraningrat. 2000. Kebudayaan Mentalitas Dan Pembangunan. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Sutanto, Jusuf. 2007. Kearifan Timur dalam etos kerja dan seni memimpin.
Jakarta: Kompas.
http://gudeg.net/directory/72/334/Sedekah-Laut-Poncosari.html

www.tegalan.info/Budaya/sedekahlaut.html
Widati, Sri. 2000. Tradisi Sedekah Laut Di Wonokerto Kabupaten Pekalongan:
Kajian Perubahan Bentuk Dan Fungsi. Jurnal pp volume 1, no. 2,( http://
download. portalgaruda.org/article.php?article=135631&val=5668, diakeses 5
desember 2015)

ASPEK SEJARAH
1. Apa Arti Sedekah laut, secara etimologi ?
2. Dulu namanya sedekah laut, atau memang dari dulu memang namanya
sedekah laut?
3. Bagaimana Sejarah Sedekah laut?
4. Kalau tidak diadakan bagaimana konsekuensinya?
5. Apa syarat sedekah laut dikatakan Sah?
6. Adakah Sinkretisme/percampuran antara tradisi sedakah laut dengan agama,
ajaran apa saja (Buddha, hindu, islam, Kristen atau katolik) yang sudah
mempengaruhi kegiatan seekah laut?
7. Adakah perbedaan acara sedekah laut pandangan wetan VS pandangan kolon?
8. Apa manfaat yang bisa diambil dari acara sedekah laut, missal nilai2
kebersamaan dll?
9. Ketika sajen dibuang di laut, sajen disiram apa maknanya?
10. Jika sesajian seperti buaha2an kalau ada, jika di makan akibatnya apa?
11. Sejak kapan sedekah laut diadakan?
12. Sajen biasanya berupa kapal2an atau ikan2an, jika kepinggir dan diambil oleh
masyarakat adakah konsekuensinya?
A. ASPEK PERUBAHAN
1. Adakah perubahan tradisi sedekah laut dari masa ke massa
a. Makna Ritual sekuler
b. Tanggal, kapan sedekah laut diadakan, mengapa harus waktu itu
(hari, bulan, jam)?satu suro yang openting bulan suro
c. Tempat tengah laut di pantai (sajian bisa diperebutkan masy,
tidak mubazir, tidak mengotori laut)
d. komunikasi dulu dengan alam/penunggu laut pemerintha
setempat, membahas masalah dan solusi
2. Tujuan sedekah laut
Fungsi Sosial
Fenomena semakin hilangnya nilai-nilai luhur bangsa seperti toleransi,
kegotong -royongan, dan tepa slira di masyarakat jaman sekarang.
peran serta tradisi sedekah laut untuk menumbuhkan kembali nilainilai luhur bangsa.

Fungsi Pendidikan
Kemampuan kreativitas dan aktivitas manusia adalah proses
pendidikan,
Fungsi Hiburan
Ajang pesta rakyat bagi masyarakat
Fungsi Komunikasi
Acara silaturahmi dan sambung rasa antara masyarakat dengan
pemerintah Daerah Pekalongan menjadi media komunikasi yang
bermanfaat bagi masyarakat Nelayan. Berbagai persoalan yang
dialami kaum nelayan disampaikan kepada pihak pemerintah dengan
harapan memperoleh solusi atau jalan keluar
Fungsi Pelestarian Budaya
Meskipun bentuknya telah mengalami perubahan dan perkembangan
tetapi nilai-nilai dan semangat spiritual sedekah laut tetap dijaga dan
dilestarikan oleh masyarakat pendukungnya.
Fungsi Pendidikan
pergelaran wayang yang sarat dengan nilai-nilai filosofi tinggi,
pengajian, omba dayung ternyata mempunyai nilai-nilai luhur karakter
bangsa yaitu dapat menciptakan kebersamaan, gotong royong, guyub
rukun dan saling menghargai sesama orang.
Kemampuan kreativitas dan aktivitas manusia adalah proses
pendidikanPeranan tradisi sedekah laut bagi masyarakat yaitu
pendidikan spiritual, pendidikan etos kerja, pendidikan penanaman
nilai-nilai luhur bangsa, dan pendidikan pelestarian lingkungan alam.
Pembentukan karakter bangsa seperti gotong royong, kerjasama,
toleransi, solidaritas dalam tradisi sedekah laut dapat menjadi proses
enkulturasi, sosialisasi dan akhirnya terinternalisasi dalam masyarakat,
sehingga nilai-nilai budaya luhur bangsa tetap terpelihara dengan baik.
FUNGSI EKONOMI
mendatangkan kerumunan massa dan menggabungkan berbagai unsur
produksi sentra masyarakat. untuk mempromo-sikan produk lama
maupun produk barunya (membuka stand-stand dan menjadi sponsor)

B. ASPEK ACARA/PROSEDURAL
1. Bagaimana mencari dana untuk acara?
2. Bagaimana sedekah laut itu diadakan? ( persiapan/sebelum, ketika acara, dan
setelah)?
3. Siapa orang yang menjadi pemimpin (modin, tokoh masya, sesepuh/dll)
upacara dalam sedekah laut?

4. Dalam Acara tersebut adakah pembagian tugas kerja, missal ibu2 dan bapak2
bagian ini bag itu?
5. Adakah peralatan yang digunakan, sepertoi : kapal dll?
6. Adakah perlengkapan ( jenis sesajian) yang dibutuhkan dalam acara tersebut,
apa maknanya?
7. Apakh ada perubahan sesajian yang diberikan waktu dulu dengan sekarang,
missal kalau dulu jajan2 pasar sekarang ada roti, wafer, coklat, dll?

nenek moyangku orang pelaut


gemar mengarung luas samudra
menerjang ombak tiada takut
menempuh badai sudah biasa

angin bertiup layar terkembang


ombak berdebur di tepi pantai
pemuda berani bangkit sekarang
Ke laut kita berama-ramai

file:///E:/Semester%207%20Agung/1.%20Skripsi/Tradisi%20Sedekah%20Laut%20di
%20Jawa%20_%20Macam%20Budaya%20Di%20Indonesia.html
TEMPAT:
Cilacap dan di Kabupaten Bantul. di pesisir selatan Pulau Jawa.
KEPERCAYAAN
Adanya Nyi Roro Kidul.
TUJUAN:
mewarisi kebudayaan turun temurun dari nenek moyang dan memohon perlindungan
agar terhindar dari marabahaya selama melaut (ombak besar, angin besar),
mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala nikmat dan
karunia yang diperoleh pada masa kehidupannya.
ASAL MULA:
perintah Bupati Cilacap ke III Tumenggung Tjakrawerdaya III yang memerintahkan
kepada sesepuh nelayan Pandanarang bernama Ki Arsa Menawi untuk melarung
sesaji kelaut selatan beserta nelayan lainnya pada hari Jumat Kliwon bulan Syura
tahun 1875 dan sejak tahun 1983 diangkat sebagai atraksi wisata.
SEBELUM
a. semua kegiatan di laut dihentikan.
b.
i.
diadakan tahlilan yang dipimpin oleh Rois atau Kaur wilayah
ii.
prosesi nyekar atau ziarah ke Pantai Karang Bandung (Pulau
Majethi ) diikuti berbagai kelompok nelayan serta masyarakat
untuk memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa (Kanjeng Ratu
Kidul atau Nyai Roro Kidul yang menjadi penguasa Laut
Selatan yang menguasai Laut Selatan beserta isinya dan
kondisi alanmya) agar tangkapan ikan pada musim panen ikan
melimpah dan para nelayan diberi keselamatan.
c. mengambl air suci sekitar Pulau tempat tumbuhnya bunga Wijayakusuma.
d. Juru Kunci sudah datang ke Petilasan HB VII untuk membakar kemenyan
dan memohon doa restu atau istilahnya amit-amit.
KEBERANGKATAN :

membawa sesaji (Jolen)puluhan Dari mulai kepala kambing, aneka jenis buah, jajan
pasar, hingga bentuk panganan dan lauk pauk, sampai sejumlah peralatan dan
aksesoris kaum perempuan seperti kain jarit, selendang dan sanggul. Semua jenis
sesaji dikemas dalam jolen tunggul berbentuk rumah joglo kecil yang dihias janur dan
aksesoris lainnya.
Jolen tersebut dilarung ke tengah laut lepas dari dalam Pendopo Kabupaten Cilacap
menuju arah Pantai Teluk Penyu dengan diiringi arak-arakan Jolen Tunggul dan
diikuti Jolen-Jolen pengiring lainnya oleh peserta prosesi yang berpakaian adat
tradisional Nelayan Kabupaten Cilacap tempo dulu. Setibanya di Pantai Teluk Penyu
sesaji kemudian di pindahkan ke kapal Nelayan yang telah dihias dengan hiasan
warna-warni untuk di buang ketengah lautan di kawasan pulau kecil yang di sebut
Pulau Majethi..
SETELAH
malam harinya acara dilanjutkan dengan pertunjukan kesenian tradisional di tiap-tiap
desa/ kelurahan oleh kelompok Nelayan yang bersangkutan
KAPAN (cara penetapan hari)
Jumat Kliwon menurut penanggalan Jawa atau Selasa kliwon. Dipilih hari mana yang
terdapat dalam bulan itu.
Jam 10.00-14.00
PEMBAGIAN TUGAS
Pemangku adat

: membecakan doa

Suami : yang melarung, harus hebat


IStri

: Menyiapkan sesaji

Kompas.com, Jumat, 17 Juli 2009)


PERALATAN
a. Perahu tempel, yang nantinya dipakai untuk membawa sesaji yang akan dilabuh ke
tengah laut,
b. Ancak, dari belahan bambu yang dianyam dengan bentuk segi empat untuk tempat
sesaji
c. Jodhang, terbuat dari kayu yang dibuat empat persegi panjang untuk mengangkut
sesaji yang akan dibawa ke pesisir,
d. Tampah/tambir, bentuknya bulat dari anyaman bambu untuk tempat sesaji
e. Pengaron, terbuat dari tanah liat untuk tempat nasi
f. Takir, terbuat dari daun pisang yang dibentuk lalu pada kedua ujungnya diberi janur
atau daun nyiur muda untuk tempat jenang sesaji,
g. Ceketong, terbuat daun pisang untuk sendok.
JENIS SESAJIAN

a. Bunga Telon, terdiri dari mawar, melati, kantil, kenanga dan sebagainya
b. Alat-alat kecantikan khusus wanita meliputi bedhak, sisir, minyak wangi, pensil
alis, dan sebagainya
c. Pakaian sak pengadek atau lengkap wanita, ada baju, celana, BH, kebaya yang
semuanya harus baru,
d. Jenang-jenangan, yang berwarna merah, putih, hitam, palang katul, dan
sebagainya,
e. Jajan pasar, yaitu makanan kecil-kecilan seperti kacang, lempeng, slondok, dan
sebagainya yang dibeli di pasar
f. Nasi udhuk atau nasi gurih, beras yang dimasak bersama santan, garam, dan
sebagainya,
g. Ayam ingkung, ayam jantan yang dimasak utuh dengan kedua kaki dan sayap
diikat,
h. Pisang sanggan, dari pisang raja yang berjumlah genap,
i. Pisang raja pulut, sesisir pisang raja dan sesisir pulut,
j. Lauk pauk, terdiri dari rempeyek, krupuk, kedelai, tanto dan sebagainya,
k. Lalapan, terdiri dari kol, buncis yang dirajang halus.
#di cek oleh pemangku Adat
MAKNA
a. Pisang sanggan, sebagai lambang bahwa raja atau ratu adalah yang tertinggi,
b. Pisang raja pulut, sebagai lambang pengikut, supaya tetep, lengket, kelet, sehingga
hubungan antara raja dengan rakyat itu tetap abadi dan melekat.
c. Jenang palang (merah putih) dengan palang, sebagai lambang supaya masyarakat
Ngentak dalam mencari nafkah tidak ada yang menghalang-halangi,
d. Jenang merah putih, sebagai lambang ibu yang melahirkan manusia,
e. Jenang hitam, sebagai lambang persembahan kepada saudara atau kakang kawah
adi ari-ari
f. Nasi ameng, sebagai lambang permohonan keselamatan dari Yang Maha Agung,
g. Nasi rasulan/udhuk, sebagai lambang junjungan Nabi Muhammad SAW,
h. Ayam ingkung, sebagai lambang junjungan Nabi Besar Muhammad SAW,
i. Air tawar, sebagai lambang keselamatan,
j. Alat kecantikan dan pakaian wanita, sebagai lambang kesukaan wanita untuk
berdandan,
k. Bunga, sebagai lambang permohonan dari keharuman.
PERKEMBANGANNYA
Kurang lebih 15 tahun tradisi ini dilakukan oleh masing-masing rumah. Dalam
perkembangannya, upacara Sedekah Laut ini dilaksanakan secara berkelompok
sehingga semakin meriah dan semarak. Sekarang, dalam upacara, diiringi acara-acara
kesenian seperti Salawatan, Jathilan, dan sebagainya.

file:///E:/Semester%207%20Agung/1.%20Skripsi/sedekah%20laut_%20Tradisi
%20Sedekah%20Laut%20Suatu%20Tinjauan%20Sejarah.html

RUMUSAN MASALAH
2.1. Bagaimana latar belakang sejarah Tradisi Sedekah Laut di Pantai Cilacap Utara
pada masyarakat Cigimbal Desa Tritih Kulon Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten
Cilacap?
2.2. Bagaimana pelaksanaan Tradisi Sedekah Laut di Pantai Cilacap Utara pada
masyarakat Cigimbal DesaTritih Kulon Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten
Cilacap?
2.3. Bagaimana upaya pelestarian nilai-nilai budaya lokal Tradisi Sedekah Laut di
Pantai Cilacap Utara pada Masyarakat Cigimbal Desa Tritih Kulon Kecamatan
Cilacap Utara Kabupaten Cilacap?

Di Jawa Tengah ada banyak sekali jenis upacara/tradisi yang sedikit banyak
berhubungan dengan kepercayaan yang berasal dari tradisi zaman sebelum islam.
Kebudayaan Hindu yang datang ke Indonesia pada dasarnya sama dengan
kebudayaan Indonesia asli, keduanya lahir dari kebudayaan Austria, berasal dari
bagian tenggara dataran Asia yang terpecah menjadi dua yaitu Austro Asia dan
Austronesia. Kebudayaan Austro Asia melahirkan kebudayaan Dravida dan
kebudayaan Austronesia melahirkan kebudayaan-kebudayaan di kepulauan Indonesia
(Kamil Karta Paradja, 1990;26).
Tak heran bila Negara Indonesia telah dikenal diantara Negara-negara di dunia, yang
memiliki kekayaan akan budaya-budaya yang mempunyai nilai-nilai falsafah tinggi.
Oleh karena itu pantaslah apabila kita selaku warga Negara Indonesia ikut berperan
secara aktif memelihara, menjaga kelestariannya dan ikut mengembangkan elemenelemen kebudayaan yang pada dasarnya mengandung nilai-nilai luhur serta
mencerminkan keagungan dan keluhuran budi bangsa Indonesia.
Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan tindakan dan hasil karya manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar (Van
Vollenhoven, 1981;180).
Jadi kebudayaan merupakan hasil budi dan daya manusia, kebudayaan tumbuh secara
akumulatif, sadar dan sengaja, kebudayaan sangat besar artinya bagi suatu bangsa,
artinya dengan kebudayaan bangsa itu akan nampak sempurna tingkat hidupnya.
Kebudayaan diperoleh melalui proses belajar serta secara turun temurun dari nenek
moyang sebelumnya. Kebudayaan mempunyai beberapa bagian, salah satu bagian
dari kebudayaan adalah tradisi. Di pulau jawa terdapat banyak sekali peninggalan dari
kebudayaan yang diwariskan secara turun temurun, peninggalan tersebut bisa

berwujud benda seperti candi-candi, tempat peribadatan atau yang lain dan
peninggalan yang berujud tradisi seperti tradisi guar bumi, tradisi rarakaan, tradisi
kematian, tradisi tingkeban, tradisi sedekah laut, tradisi sedekah bumi, tradisi
keagamaan dan lain sebagainya.
Dari peninggalan nenek moyang di atas tradisi sedekah laut merupakan bentuk
kegiatan tradisi yang tidak semua orang melaksanakannya, artinya hanya untuk
orang-orang tertentu yang mempunyai kepentingan di dalamnya. Akan tetapi hal
tersebut menjadi suatu yang menarik, karena tradisi sedekah laut sudah menjadi milik
umum masyarakat pulau jawa, khususnya masyarakat yang tinggal di daerah pantai.
Tradisi sedekah laut adalah pembuangan sesuatu benda ke dalam/tengah laut atau ke
dalam air sungai yang mengalir ke laut.
Definisi lain menjelaskan bahwa tradisi/upacara sedekah laut adalah memberi
macam-macam sesaji kepada yang mbau rekso atau yang menguasai laut selatan yang
dikenal dengan sebutan kanjeng ratu kidul. Kepercayaan tentang adanya kanjeng ratu
kidul bukan hanya dimiliki oleh masyarakat nelayan saja, tetapi sudah menjadi milik
masyarakat jawa pada umumnya. (http;//kpr2.krpdiy/elearning/sharef ile.)
Tradisi sedekah laut, di laut selatan yang terletak di kabupaten Cilacap diadakan
setahun sekali yaitu pada bulan Sura/Muharam bertepatan dengan hari Jumat kliwon
atau Selasa kliwon. Dipilih hari mana yang terdapat dalam bulan itu. Secara umum
maksud dari pada diadakannya tradisi ini yaitu untuk memohon keselamatan bagi
para nelayan dan keluargannya agar supaya di dalam menunaikan tugas sehari-hari
sebagai nelayan tidak mendapatkan gangguan dan diharapkan mendapatkan hasil
yang banyak juga. Selain itu juga sebagai ungkapan rasa syukur para nelayan atas apa
yang telah diperoleh selama setahun ini yaitu hasil ikan yang berasal dari laut maka
mereka mengadakan selamatan tradisi sedekah laut (Sikamto, 07-12-2009).
Dari berbagai pandangan tersebut, nampak jelas bahwa tradisi sedekah laut
merupakan sesuatu yang melekat pada kehidupan masyarakat manusia untuk itu perlu
dilestarikan dan dikembangkan agar tetap merupakan kekayaan nasional pada
umumnya. Sedekah laut telah menjadi tradisi yang sangat kuat dilaksanakan olah
nelayan Cilacap tanpa lapuk oleh perubahan zaman apapun dan memilki daya tarik
yang kuat untuk dijadikan event atraksi wisata budaya sambil menggali dan
melestarikan budaya bangsa, maka peneliti sebagai warga Cilacap khususnya yang
cinta akan kebudayaan daerah dan budaya nasional, tertarik untuk melakukan
penelitian terhadap Tradisi Sedekah Laut di Pantai Cilacap Utara. (Suatu Tinjauan
Sejarah Tentang Upaya Pelestarian Nilai-Nilai Budaya Lokal Masyarakat Cigimbal
Desa Tritih Kulon Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap.
Rumusan masalah
Rumusan masalah dirumuskan berdasarkan latar belakang yang menjadi ide gagasan
dilakukannya penelitian ini. Adapun pengertian sebagaimana dikemukakan oleh
Suherli (2007 : 82) bahwa, Rumusan Masalah merupakan bagian yang menjelaskan
permasalahan yang akan dikaji atau diteliti. Sementara itu menurut Arikunto (2003 :
102) bahwa Rumusan Masalah adalah pokok persoalan penelitian yang diungkapkan
dalam kalimat Tanya?

file:///E:/Semester%207%20Agung/1.%20Skripsi/Hukum%20Sedekah%20Laut
%20_%20OPINI.html
ARTI KATA SEDEKAH LAUT
Sedekah berasal dari bahasa Arab: shadaqah. Dalam pengertian khusus, kata itu
mengandung arti pemberian seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh orangorang muslim untuk memenuhi kepentingan seseorang atau umum dengan niat untuk
memperoleh pahala dari Tuhan. Adapun shadaqah dalam pengertian luas, mencakup
juga pemberian yang disebut zakat dan infaq
KEBUDAYAAN
menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil
karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Herskovits mamandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun-temurun dari satu
generasi ke generasi yang lain.

TRADISI
Kebudayaan tradisional di Indonesia sangat beragam. Salah satu ragam dari
kebudayaan tradisonal adalah upacara tradisional. Upacara tradisional biasanya
berkaitan dengan kepercayaan atau religi adalah salah satu unsur kebudayaan yang
paling sulit berubah dibandingkan unsur kebudayaan yang lain.

SEDEKAH LAUT,
yaitu kegiatan yang berupa pembuatan nasi tumpeng yang dihiasi dangan aneka lauk
dan kembang yang kemudian dihanyutkan di laut selatan disertai dengan
persembahan kepala kerbau. Semua itu dipersembahkan kepada Ratu Laut Selatan
agar mereka mendapatkan berkah dengan banyaknya hasil tangkapan dan dijauhkan
dari mara bahaya.
SINKRETISME DENGAN ISLAM
jika dilihat dari prosesi ritual, Mereka tidak secara drastis mengadakan perubahan
terhadap kepercayaan dan adat istiadat lama,melainkan sampai batas-batas
tertentu,memberikan toleransi,membiarkannya tetap berlangsung dengan mengadakan
perubahan seperlunya saja. tetap berjalan dan menghargai penduduk yang memeluk
agama islam. Dapat dilihat mantra-mantranya diganti dengan doa-doa secara Islam,
dan nama upacara disesuaikan dengana ajaran Islam, yaitu dengan istilah sedekah laut
dan sedekah bumi. Perubahan yang menyangkut aspek teologis dilakukan secara
bertahap, sehingga tidak menimbulkan gejolak sosial

www.tegalan.info/Budaya/sedekahlaut.html
http://yudhim.blogspot.com/2008/01/pengertian-kebudayaan.html
http://gudeg.net/directory/72/334/Sedekah-Laut-Poncosari.html
Iiyas,Yunahar.2006.kuliahaqidahislam. yogyakarta;LPII UMY). (Zainu,Muhammad
bin jamil.2001 pilar islam dan Iman.Yogyakarta; Mitra pustaka) Departemen Agama
RI.2004.Al Quran dan terjemahannya.

[1] www.tegalan.info/Budaya/sedekahlaut.html
[2] http://yudhim.blogspot.com/2008/01/pengertian-kebudayaan.html
[3] Kompas.com, Jumat, 17 Juli 2009
[4] http://gudeg.net/directory/72/334/Sedekah-Laut-Poncosari.html

file:///E:/Semester%207%20Agung/1.%20Skripsi/TRADISI%20LELABUH
%20SESAJI%20DAN%20NILAI-NILAI%20KEIMANAN%20PADA
%20MASYARAKAT%20YOGYAKARTA%20-%20khozainu.rohmah%27s
%20blog.html
MASYARAKAT
sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah
masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas.
Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu
sama lain).

LABUHAN YAITU LABUH,


artinya membuang. Upacara Lelabuhan merupakan sesaji ritual bertujuan
melestarikan hubungan yang telah lama terjalin antara beberapa pihak dan penguasa
laut
SIRAM SAJEN

Mereka berebut menciduk air laut di bawah dan itu di sekitar sesaji untuk disiramkan
ke perahu masing-masing. Mereka percaya bahwa menyiram perahu dengan air akan
mendatangkan berkah berupa hasil tangkapan ikan yang berlimpah dan dijauhkan dari
malapetaka saat melaut.

PANTURA
JURNAL PP VOLUME 1, NO. 2, DESEMBER 2011
SEDEKAH LAUT DI WONOKERTO
KABUPATEN PEKALONGAN: KAJIAN PERUBAHAN BENTUK DAN
FUNGSI
Oleh Sri Widati*) Guru SMP Negeri Wiradesa Kabupaten Pekalongan
E-mail:sri.widati_spd@yahoo.co. HP: 085226910910.
KApan : pada bulan Sura.

Tradisi sedekah laut sebelumnya sering disebut sebagai nyadran laut


sedekah laut tampak dinamis dan tidak statis
Fungsi Sosial
Fenomena semakin hilangnya nilai-nilai luhur bangsa seperti toleransi,
kegotong -royongan, dan tepa slira di masyarakat jaman sekarang. peran serta
tradisi sedekah laut untuk menumbuhkan kembali nilai-nilai luhur bangsa.
Fungsi Pendidikan
Kemampuan kreativitas dan aktivitas manusia adalah proses pendidikan,
FUNGSI HIBURAN
Ajang pesta rakyat bagi masyarakat
FUNGSI KOMUNIKASI
Acara silaturahmi dan sambung rasa antara masyarakat dengan
pemerintah Daerah Pekalongan menjadi media komunikasi yang
bermanfaat bagi masyarakat Nelayan. Berbagai persoalan yang
dialami kaum nelayan disampaikan kepada pihak pemerintah dengan
harapan memperoleh solusi atau jalan keluar
FUNGSI PELESTARIAN BUDAYA
Meskipun bentuknya telah mengalami perubahan dan perkembangan
tetapi nilai-nilai dan semangat spiritual sedekah laut tetap dijaga dan
dilestarikan oleh masyarakat pendukungnya.
FUNGSI PENDIDIKAN
pergelaran wayang yang sarat dengan nilai-nilai filosofi tinggi,
pengajian, omba dayung ternyata mempunyai nilai-nilai luhur karakter
bangsa yaitu dapat menciptakan kebersamaan, gotong royong, guyub
rukun dan saling menghargai sesama orang.
Kemampuan kreativitas dan aktivitas manusia adalah proses
pendidikanPeranan tradisi sedekah laut bagi masyarakat yaitu
pendidikan spiritual, pendidikan etos kerja, pendidikan penanaman
nilai-nilai luhur bangsa, dan pendidikan pelestarian lingkungan alam.
Pembentukan karakter bangsa seperti gotong royong, kerjasama,
toleransi, solidaritas dalam tradisi sedekah laut dapat menjadi proses

enkulturasi, sosialisasi dan akhirnya terinternalisasi dalam masyarakat,


sehingga nilai-nilai budaya luhur bangsa tetap terpelihara dengan baik.
FUNGSI EKONOMI
mendatangkan kerumunan massa dan menggabungkan berbagai unsur
produksi sentra masyarakat. untuk mempromo-sikan produk lama
maupun produk barunya (membuka stand-stand dan menjadi sponsor)
PERUBAHAN
Dulu harus tanggal satu suro yang openting bulan suro
Dulu di tengah laut di pantai (sajian bisa diperebutkan masy, tidak mubazir,
tidak mengotori laut)
Dulu berfungsi sebagai sarana atau media mengkomunikasikan diri dengan
alam dan penghuni alam gaib atau roh-roh nenek moyang untuk menjaga
kehidupan para nelayan demi demi keselamatan hidup serta kemakmuran.
perubahan fungsi ritual ke fungsi sekuler.
Dulu komunikasi dengan alam/penunggu laut pemerintha setempat,
membahas masalah dan solusi
SEBELUM ACARA
Slametan/pengajian yang diadakan malam hari sebelum tradisi sedekah laut,
dilakukan setelah holat magrib, pelaksanaan slametan di tepi pantai.
Pergelaran wayang, setiap tahun sama yaitu Lakon Badeg Basu menceritakan
kisah asal usul binatang di alam ini termasuk asal mula ikan.
Lomba dayung dilaksanakan dengan tujuan untuk memper-erat solidaritas dan
kerjasama antar nelayan khususnya yang masih muda.
MAKNA
Semakin banyak benda-benda yang disedekahkan menunjukkan keberkahan yang
akan diterima pemberi sedekah di masa yang akan datang.
Semakin banyak orang yang berebut sesaji sedekah diyakini membawa berkah bagi
pemberi sedekah. Sikap dan pola pikir inilah yang sebenarnya menjadikan
masyarakat
mempunyai mental solidaritas tinggi, meningkatkan kepedulian terhadap sesame
sehingga mereka tidak merasa rugi memberikan sedekah kepada orang lain.
SARAN
Bagi dinas pariwisata diharapkan dapat menjadikan tradisi sedekah laut sebagai
agenda tahunan tujuan wisata budaya untuk meningkatkan kunjungan wisata daerah
Pekalongan.
DAFTAR PUSTAKA
Bagong, Suyanto & Narwoko, J.D.(ed.).
2007. Sosiologi Teks Pengantar dan
Terapan. Jakarta: Kencana.
Bernard, Raho. 2007. Teori Sosiologi Modern.
Jakarta:Prestasi Pustaka.

Boedhisantoso,S. 1994. Kesenian dan Kebudayaan.


Makalah dalam Jurnal
Wiled: Jurnal Seni, Edisi I Juli 1994.
Surakarta: STSI.
Giri, Wahyana. 2009. Sajen & Ritual Orang
Jawa. Yogyakarta: Narasi
Koentjaraningrat. 1994. Kebudayaan Jawa.
Jakarta: Balai Pustaka.
Maran, Raga Rafael. 2007. Manusia dan Kebudayaan
dalam Perspektif Ilmu Budaya
Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.
Merriam, A.P. 1964. The Antropology Of
Music. United States of America:
North Western University Press.
Setiadi, dkk. 2009. Ilmu Sosial dan Budaya
Dasar. Jakarta: Kencana
Sumaryanto, Totok. 2007. Pendekatan
Kuantitatif dan Kualitatif: Dalam
Penelitian Pendidikan Seni. Semarang:
UNNES Press.
Suprijanto. 2007. Pendidikan Orang Dewasa:
dari Teori Hingga Aplikasi. Jakarta:
Bumi Aksara.
Suseno, Magnis. Franz. 1985. Etika Jawa.
Jakarta: Gramedia
Tilaar,H.A.R. 2004. Paradigma Baru Pendidikan
Nasional.cetakan kedua. Jakarta:
Rineka Cipta.
Tilaar,H.A.R. 2004. Paradigma Baru Pendidikan
Nasional.cetakan kedua. Jakarta:
Rineka Cipta.
Triwikromo, Argo, Y. 2006. Mitologi Kanjeng
Ratu Kidul. Yogyakarta: Nidia
Pustaka.

Sedekah laut juwana-pati wrong


Sedekah Laut Pati dll
PELAKSANAAN TRADISI RITUAL SEDEKAH LAUT JUWANA
KABUPATEN PATI DAN

Sebelumnya:
pembacaan kitab Manaqib yang dipimpin oleh Modin
HARI H
difokuskan di laut dengan naik perahu dan setiap perahu membawa satu tumpeng
Perahu yang ditugasi membuang sesaji berada di depan dan perahu-perahu lainnya
mengiringi dari belakangnya. saling merapat sebelum sesaji dibuang, modin
membacakan doa sesaji, selanjutnya mulailah acara makan-makan. Bersama
Alasan Modin bersedia memimpin doa
Hanya memenuhi kewajiban sebagai pamong desa
HIburan
besar kecilnya pelaksanaan tergantungpada kemampuan ekonomi desa yang
bersangkutan.
Pendapat
a. Tradisinya kuat:
dianut oleh mereka yang kesadarannya dalam mengamalkan ajaran agama
masih rendah. Sehingga dalam melaksanakan sedekah laut niat dan tujuannya
ditujukan kepada danyang laut.
b. Abangan
:
melakukan sedekah laut niatnya ditujukan kepada Allh dan danyang laut.18
c. Memiliki Aqidah Islam yang Kuat (kaum santri)
d. sedekah laut niatnya
ditujukan kepada Allh semata.

Você também pode gostar