Você está na página 1de 32

BAB VI

AKHLAK
6.1. Pengertian Akhlak
Kata akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluq, artinya
tingkah laku, perangai, tabiat. Menurut istilah, akhlak adalah daya
kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan dengan mudah dan spontan
tanpa piker dan direnungkan lagi. Sehingga pada dasarnya akhlak adalah
sikap yang melekat pada diri seseorang secara spontan diwujudkan dalam
tingkah laku atau perbuatan. Apabila perbuatan spontan itu baik menurut
akal dan agama, tindakan itu disebut akhlakul karimah. Apabila buruk
disebut akhlakul mazmumah. Baik dan buruk akhlak didasarkan Al-Quran
dan Sunnah Rasul.
Dalam pandangan Islam, akhlak merupakan cermin dari apa yang
ada dalam jiwa seseorang. Karena itu akhlak yang baik merupakan
dorongan dari keimanan seseorang, sebab keimanan harus ditampilkan
dalam perilaku nyata sehari hari. Inilah yang menjadi misi diutusnya
Rasul sebagaimana disabdakannya :
Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia.
(Hadis Riwayat Ahmad)
Secara umum dapat dikatakan bahwa akhlak yang baik pada
dasarnya adalah akumulasi dari aqidah dan syariat yang bersatus secara
utuh dalam diri seseorang. Apabila aqidah telah mendorong pelaksanaan
syariat akan lahir akhlak yang baik, atau dengan kata lain akhlak
merupakan perilaku yang tampak apabila syariat Islam telah dilaksanaka
berdasarkan aqidah.
6.2. Akhlak kepada Allah SWT
a. Beribadah kepada Allah
b. Berzikir kepada Allah SWT, yaitu mengingat Allah dalam berbagai
situasi dan kondisi, baik diucapkan dengan mulut maupun dalam hati.

Berzikir kepada Allah melahirkan ketenangan dan ketentraman hati


sebagaimana diungkapkan dalam firman Allah :

Artinya :

Ingatlah, dengan zikir kepada Allah akan menentramkan hati.


Those who have believed and whose hearts are assured by the
remembrance of Allah . Unquestionably, by the remembrance of
Allah hearts are assured." (QS. Ar-Rad, 13:28)
c. Berdoa kepada Allah SWT, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Doa
merupakan inti ibadah, karena ia merupakan pengakuan akan
keterbatasan dan ketidakmampuan manusia, sekaligus pengakuan
akan kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu. Kekuatan doa
dalam ajaran Islam sangat luar biasa, karena ia mampu menembus
kekuatan akal manusia. Oleh karena itu, berusaha dan berdoa
merupakan dua sisi tugas hidup manusia yang bersatu secara utuh
dalam aktifitas hidup setiap muslim.
Orang yang tidak pernah berdoa adalah orang yang tidak menerima
keterbatasan dirinya sebagai manusia karena itu dipandang sebagai
orang yang sombong; suatu perilaku yang tidak disukai Allah.
d. Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah
dan menunggu hasil pekerjaan atau menanti akibat dari suatu
keadaan.

Artinya :
Dan kepunyaan Allah-lah segala rahasia langit dan bumi, dan kepadaNya lah dikembalikan segala urusan. Oleh karena itu sembahlah Dia

dan bertawakallah kepada-Nya. Dan sekali kali Tuhanmu tidak akan


melupakan apa yang kamu kerjakan.
And to Allah belong the unseen [aspects] of the heavens and the
earth and to Him will be returned the matter, all of it, so worship Him
and rely upon Him. And your Lord is not unaware of that which you
do. (QS. Hud, 11:23)
Tawakal bukanlah menyerah pada suatu keadaan, sebaliknya tawakal
mendorong orang untuk bekerja keras karena Allah tidak menyia
nyiakan kerja manusia. Setelah bekerja keras apa pun hasilnya akan
diterimanya sebagai sesuatu yang terbaik bagi dirinya, tidak kecewa
atau putus asa.
e. Tawaduk kepada Allah adalah rendah hati di hadapan Allah. Mengakui
bahwa dirinya rendah dan hina di hadapan Allah Yang Mahakuasa,
oleh karena itu tidak layak kalau hidup dengan angkuh dan sombong,
tidak mau memaafkan orang lain, dan pamrih dalam melaksanakan
ibadah kepada Allah. Nabi bersabda :
Sedekah tidak mengurangi harta dan Allah tidak menambah salami
kehormatan pada seseorang yang memberi maaf. Dan tidak seorang
yang tawaduk secara ikhlas karena Allah, melainkan dia dimuliakan
Allah. (HR. Muslim dari Abu Hurairah)
Oleh karena itu tidak ada alasan bagi manusia untuk tidak bertawaduk
kepada Allah karena manusia diciptakan dari bahan yang hina nilainya,
yaitu tanah.

6.3. Akhlak kepada diri sendiri


1) Sabar adalah perilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil
dari pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa yang
menimpanya. Sabar diungkapkan ketika melaksanakan perintah,
menjauhi larangan, dan ketika ditimpa musibah dari Allah SWT.
Sabar melaksanakan perintah adalah sikap menerima

dan

melaksanakan segala perintah tanpa pilih pilih dengan ikhlas.


Sedangkan sabar dalam menjauhi larangan Allah adalah berjuang
mengendalikan diri untuk meninggalkannya. Sabar terhadap musibah
adalah menerima musibah apa saja yangmenimpa dengan tetap

berbaik sanga terhadap Allah serta tetap yakin bahwa ada hikmah
dalam setiap musibah itu. Sabar terhadap musibah merupakan
gambaran jiwa yang tenang dan keyakinan yang tinggi terhadap Allah,
karena itu pantaslah kalau Allah menghapus dosa dosanya
sebagaimana sabda Nabi :
Tidak ada seorang muslim yang terkena suatu gangguan, baik berupa
duri atau lebih dari itu, melainkan akan menghapus kesalahannya dan
menggugurkan dosa dosanya sebagaimana gugurnya daun dari
pohon. (HR Bukhari dan Muslim)
2) Syukur adalah sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang
tidak bisa terhitung banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk
ucapan dan perbuatan. Syukur dengan ucapan adalah memuji Allah
dengan bacaan hamdalah, sedangkan syukur dengan perbuatan
dilakukan dengan menggunakan dan memanfaatkan nikmat Allah
sesuai dengan keharusannya, seperti bersyukur diberi penglihatan
dengan menggunakannya untuk membaca ayat ayat Allah baik yang
tersurat dalam Al-Quran maupun yang tersirat pada alam semesta.
Orang yang suka bersyukur terhadap nikmat Allah akan ditambah
nikmat yang diterimanya sebagaimana firman-Nya :
Artinya :

Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman,Kalau kalian bersyukur, tentu


Aku akan menambah (nikmat) untukmu dan jika kamu mengingkari
(nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.
And [remember] when your Lord proclaimed, 'If you are grateful, I will
surely increase you [in favor]; but if you deny, indeed, My punishment
is severe.' (QS. Ibrahim, 14:7)
3) Tawaduk, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang
dihadapinya, orang tua, muda, kaya atau miskin. Sikap tawaduk lahir
dari kesadaran akan hakikat dirinya sebagai manusia yang lemah dan

serba terbatas yang tidak layak untuk bersikap sombong dan angkuh
di muka bumi. Allah berfirman :
Artinya :
Janganlah kamu palingkan mukamu dari manusia dan jangan kamu
berjalan di muka bumi dengan sombong. Sesungguhnya Allah tidak

menyukai orang yang


And do not turn your cheek [in contempt] toward people and do not
walk through the earth exultantly. Indeed, Allah does not like everyone
self-deluded and boastful. (QS. Luqman, 31:18)
Sikap tawaduk melahirkan ketenangan jiwa, menjauhkan dari sifat iri
dan dengki yang menyiksa diri sendiri dan tidak menyenangkan orang
lain.
6.4. Akhlak kepada Orangtua
Akhlak kepada ibu bapak adalah berbuat baik kepada keduanya
(birrul walidain) dengan ucapan dan perbuatan. Allah mewasiatkan agar
manusia berbuat baik kepada kedua ibu bapak sebagaimana firman-Nya :

Artinya :
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua ibu
bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah
kepadaku dan kepada kedua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku-lah
kembalimu

And We have enjoined upon man [care] for his parents. His mother carried
him, [increasing her] in weakness upon weakness, and his weaning is in
two years. Be grateful to Me and to your parents; to Me is the [final]
destination. (QS Luqman, 31:14)
Dalam ayat di atas Allah menyuruh manusia untuk berbakti kepada ibu
bapak dengan cara mengajak manusia untuk menghayati pengorbanan
yang diberikan ibu ketika mengandung, melahirkan, merawat dan
mendidik anaknya. Karena itu doa yang diajarkan Allah untuk orangtua
diungkapkan sedemikian rupa dengan mengenang jasa mereka :

Artinya :
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua (orangtuamu) dengan
penuh kesayangan dan ucapkanlah : Wahai Tuhanku, kasihilah mereka
keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik dan merawatku
dengan penuh kasih saying ketika aku kecil.
And lower to them the wing of humility out of mercy and say, "My Lord,
have mercy upon them as they brought me up [when I was] small." (AlIsraa, 17:24)
Berbuat baik kepada ibu bapak dibuktikan dalam bentuk bentuk
perbuatan antara lain : menyayangi dan mencintai ibu bapak sebagai
bentuk terima kasih dengan cara bertutur kata sopan dan lemah lembut,
menaati perintah, meringankan beban, serta menyantuni mereka jika
sudah tua dan tidak mampu lagi berusaha.
Berbuat baik kepada orangtua tidak hanya ketika mereka hidup, tetapi
terus berlangsung walaupun mereka telah meninggal dunia dengan cara
mendoakan dan meminta ampunan untuk mereka, menepati janji mereka

yang belum terpenuhi, meneruskan silatuahmi dengan sahabat sahabat


sewaktu mereka hidup.

TAAT TERHADAP PERINTAH ALLAH SWT.


Pengertian taat adalah sikap patuh, tunduk dan setia. Taat kepada
Allah

swt.

berarti

patuh,

tunduk

dan

setia

kepada

Allah.

Perwujudan sikap taat ini adalah dengan melaksanakan perintahperintah-Nya

dan

meninggalkan

semua

larangan-Nya,

dengan

melaksanakan sunah Rasul-Nya. Kita harus selalu menjaga diri kita agar
selalu melaksanakan semua perintah, serta menjauhkan diri dari semua
larangan Allah swt.
Taat kepada Allah s.w.t dan Rasul-Nya adalah sifat mulia yang
dituntut untuk diamalkan oleh setiap orang Islam. Taat yang dimaksudkan
itu ialah kesetiaan menjunjung serta mengerjakan segala perintah-Nya
dan meninggalkan segala larangan-Nya. Setiap orang Islam dikehendaki
menumpukan sepenuh taat setia tanpa sedikit pun berbelah bagi kepada
Allah s.w.t dan Rasul-Nya. Taat setia yang penuh ialah mengerjakan
semua perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya.
Selain taat kepada Allah dan Rasul-Nya, tiap-tiap seorang Islam
juga diwajibkan taat dan bertangungjawab kepada kedua orangtua,
pemerintah, guru, ketua atau pemimpin.
Di dalam kitab suci al-Quran, terdapat berpuluh-puluh firman Allah
s.w.t yang memerintahkan manusia agar taat setia mengerjakan segala
perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya. Demikian juga
dengan firman-firman Allah yang memerintahkan manusia agar mentaati
kedua orangtua, pemerintah, guru dan sebagainya.

Firman Allah s.w.t yang memerintahkan manusia agar takut dan


bertakwa kepada Allah dan mentaati segala perintah-Nya dalam surah alMaidah ayat 92 yang bermaksud:

Artinya: Dan taatlah kamu kepada Allah serta taatlah kepada Rasul Allah,
dan awaslah (janganlah sampai menyalahi perintah Allah dan Rasul-Nya).
Oleh itu jika kamu berpaling (enggan menurut apa yang diperintahkan itu),
maka ketahuilah bahawa sesungguhnya kewajiban Rasul Kami hanyalah
menyampaikan (perintah-perintah) dengan jelas nyata.
Obey God and obey the Messenger, and be cautious. If you turn
awayknow that the duty of Our Messenger is clear communication.
Firman Allah di atas jelas menunjukkan bahwa perintah agar
mentaati Allah s.w.t itu adalah perintah yang tegas. Jika ada manusia yang
enggan mentaati perintah itu maka terpulanglah kepada dirinya sendiri.
Rasulullah

s.a.w

telah

menyempurnakan

tanggungjawabnya

menyampaikan perintah tersebut dengan jelas dan nyata.


Allah berfirman dalam Surah An-Nisa ayat 59:

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan


taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (peme-gang kekuasaan) di
antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda penda-pat tentang sesuatu,

maka kembalikan-lah kepada Allah (Al-Qur'an) dan Ra-sul (sunnahnya),


jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. An-Nisa : 59)
O you who believe! Obey God and obey the Messenger and those
in authority among you. And if you dispute over anything, refer it to God
and the Messenger, if you believe in God and the Last Day. That is best,
and

most

excellent

determination.

Demikian juga firman Allah dalam Surah At-Taghabun ayat 16:

Artinya: Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu


dan dengarlah serta taatlah; dan infakkanlah harta yang baik untuk dirimu.
Dan barangsiapa dijaga dirinya dari kekikiran, mereka itulah orang-orang
yang beruntung. (QS. At-Tagabun: 16)
So be conscious of God as much as you can, and listen, and obey,
and give for your own good. He who is protected from his stinginess
these are the prosperous.
Perintah taat pada ayat di atas bermakna untuk menghimpun
semua daya, yang dapat ditampung oleh kemampuan yang digunakan
dalam rangka memenuhi perintah-perintah beserta segala bentuk
larangan. Adapun

perintah

berupa

"Dengarkanlah

dan

Taatilah"

merupakan penekanan agar dipahami dalam arti perkenankan dan


terimalah sepenuh hati dan diwujudkan dengan pengamalan dalam
perbuatan.

Orang yang memiliki ketaatan di sini berarti keimanan dan


ketakwaannya kepada Allah sangat dalam. Hanya orang yang bertakwa
kepada Allah yang akan mendapatkan kemuliaan di sisinya.
Berikut ini berbagai contoh perilaku yang termasuk dalam kategori
taat:
1. Taat kepada Allah
a. Menegakkan salat lima waktu
b. Mengerjakan puasa Ramadan
c. Mengeluarkan zakat
d. Melaksanakan ibadah haji bagi yang mampu
2. Taat meninggalkan larangan Allah swt dan Rasul-Nya
a. Meninggalkan judi
b. Meninggalkan minuman keras, dan obat-obat terlarang
c. Meninggalkan perbuatan zina
d. Meninggalkan kata-kata kotor
3. Taat kepada sesama
a. Anak taat kepada orang tua
b. Murid taat kepada guru
c. Guru taat kepada atasannya
d. Buruh taat kepada majikannya.

RIDHO TERHADAP KETENTUAN ALLAH SWT.

Kata Ridho berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata rodiya yang
berarti senang, suka, rela. Ridho merupakan sifat yang terpuji yang harus
dimiliki oleh manusia. Banyak ayat Al-Quran yang menjelaskan bahwa
Allah SWT ridho terhadap kebaikan hambanya.
Ridha (
) menurut kamus al-Munawwir artinya senang, suka,
rela. Dan bisa diartikan Ridho/rela adalah nuansa hati kita dalam
merespon semua pemberian-NYA yang setiap saat selalu ita rasakan.
Pengertian ridha juga ialah menerima dengan senang segala apa yang
diberikan oleh Allah s.w.t. baik berupa peraturan ( hukum ) atau pun qada
atau sesuatu ketentuan dari Allah swt.
Ridho adalah kata sifat yang mudah diucapkan, namun juga kata
kerja yang sulit dilakukan. Ridho terhadap ketentuan Allah swt secara
mutlak berarti tidak menunjukkan keengganan ataupun penentangan
terhadap takdir-Nya, manis atau pahit.
Ridha terhadap ketentuan Allah SWT, artinya menerima semua
kejadian yang menimpa dirinya dengan lapang dada, mengahadapinya
dengan tabah, ridho, tidak merasa kesal maupun berputus asa. Di dalam
mengahadapi sesuatu yang kurang disenangi, seseorang mempunyai dua
kemungkinan yaitu rela atau sabar. Rela ialah sifat utama yang
disunahkan, sedang sabar ialah sikap yang wajib.
Al-Ghazali dalam Ihya Ulum al-Dien menjelaskan bahwa Ridho
adalah buah dari cinta, Ia merupakan maqam tertinggi yang dapat
mendekatkan diri pada Allah. Ridho merupakan sababu dawami rafi alhijab atau sebab yang dapat melanggengkan untuk menghilangkan hijab
(penghalang) dalam mendekatkan diri pada Allah SWT
Metode mengetahui ridho Tuhan diajarkan oleh Nabi dengan cara
bertanya kepada hati sendiri, istafti qalbaka.
Allah swt. Berfirman dalam surat Al-Maidah ayat 119:

Artinya:Allah berfirman: Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi


orang-orang yang benar kebenaran mereka. bagi mereka surga yang
dibawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selamalamanya; Allah ridha terhadapNya. Itulah keberuntungan yang paling
besar.(QS. Al-Maidah:119)
God will say, This is a Day when the truthful will benefit from their
truthfulness. They will have Gardens beneath which rivers flow, wherein
they will remain forever. God is pleased with them, and they are pleased
with Him. That is the great attainment.
Jadi ridho adalah perilaku terpuji menerima dengan senang apa
yang telah diberikan Allah kepadanya, berupa ketentuan yang diberikan
kepada manusia.
Dalam

kehidupan

seserorang

ada

beberapa

hal

yang

harus

menampilkan sikap ridha, minimal empat macam berikut ini:


1. Ridha terhadap perintah dan larangan Allah swt.
Artinya ridha untuk mentaati Allah dan Rasulnya. Pada hakekatnya
seseorang yang telah mengucapkan dua kalimat syahadat, dapat diartikan
sebagai pernyataan ridha terhadap semua nilai dan syariah Islam.
2. Ridha terhadap taqdir Allah swt.
Ada dua sikap utama bagi seseorang ketika dia tertimpa sesuatu yang
tidak diinginkan yaitu ridha dan sabar. Ridha merupakan keutamaan yang

dianjurkan, sedangkan sabar adalah keharusan dan kemestian yang perlu


dilakukan oleh seorang muslim.
Perbedaan antara sabar dan ridha adalah sabar merupakan perilaku
menahan

nafsu

menyakitkan

dan

dan

mengekangnya

mengharap

akan

dari
segera

kebencian,

sekalipun

berlalunya

musibah.

Sedangkan ridha adalah kelapangan jiwa dalam menerima taqdir Allah


swt. Dan menjadikan ridha sendiri sebagai penawarnya. Sebab didalam
hatinya selalu tertanam sangkaan baik (Husnuzan) terhadap sang Khaliq
bagi orang yang ridha ujian adalah pembangkit semangat untuk semakin
dekat

kepada

Allah,

dan

semakin

mengasyikkan

dirinya

untuk

bermusyahadah kepada Allah.


3. Ridha terhadap perintah orang tua.
Ridha terhadap perintah orang tua merupakan salah satu bentuk
ketaatan kita kepada Allah swt. karena keridhaan Allah tergantung pada
keridhaan orang tua, sebagaimana perintah Allah dalam Q.S. Luqman
(31) ayat 14.

Artinya: Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada


dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan
lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun
[1181]. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu,
hanya kepada-Kulah kembalimu.
We have entrusted the human being with the care of his parents.
His mother carried him through hardship upon hardship, weaning him in
two years. So give thanks to Me, and to your parents. To Me is the
destination.

Bahkan Rasulullah bersabda : Keridhaan Allah tergantung keridhaan


orang tua, dan murka Allah tergantung murka orang tua. Begitulah
tingginya nilai ridha orang tua dalam kehidupan kita, sehingga untuk
mendapatkan keridhaan dari Allah, mempersyaratkan adanya keridhaan
orang tua. Ingatlah kisah Juraij, walaupun beliau ahli ibadah, ia mendapat
murka Allah karena ibunya tersinggung ketika ia tidak menghiraukan
panggilan ibunya.
4. Ridha terhadap peraturan dan undang-undang Negara
Mentaati peraturan yang berlaku merupakan bagian dari ajaran Islam
dan merupakan salah satu bentuk ketaatan kepada Allah swt. karena
dengan demikian akan menjamin keteraturan dan ketertiban sosial.
Ulil Amri artinya orang-orang yang diberi kewenangan, seperti ulama
dan umara (Ulama dan pemerintah). Ulama dengan fatwa dan nasehatnya
sedangkan umara dengan peraturan dan perundang-undangan yang
berlaku.
Termasuk dalam ridha terhadap peraturan dan undang-undang negara
adalah ridha terhadap peraturan sekolah, karena dengan sikap demikian,
berarti membantu diri sendiri, orang tua, guru dan sekolah dalam
mencapai tujuan pendidikan. Dengan demikian mempersiapkan diri
menjadi kader bangsa yang tangguh.
Dalil tentang Ridho:

Artinya: Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang


diberikan Allah dan RasulNya kepada mereka, dan berkata: Cukuplah
Allah bagi kami, Allah akan memberikan sebagian dari karunia-Nya dan

demikian (pula) Rasul-Nya, Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang


berharap kepada Allah, (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi
mereka).(QS. At-Taubah:59)
If only they had been satisfied with what Allah and His Rasul gave
them and said, Sufficient for us is Allah... Soon He will give to us
from His bounty, His Rasul too... Indeed, we are of those who have
turned to Allah.
Contoh Perilaku Ridho:
1. Dalam suatu kisah Abu Darda, pernah melayat pada sebuah
keluarga, yang salah satu anggota keluarganya meninggal dunia.
Keluarga itu ridha dan tabah serta memuji Allah swt. Maka Abu
Darda berkata kepada mereka. Engkau benar, sesungguhnya
Allah swt. apabila memutuskan suatu perkara, maka dia senang
jika taqdirnya itu diterima dengan rela atau ridha.
Begitu tingginya keutamaan ridha, hingga ulama salaf mengatakan,
tidak akan tampak di akhirat derajat yang tertinggi daripada orangorang yang senantiasa ridha kepada Allah swt. dalam situasi
apapun.
2. Dalam riwayat dikisahkan sebagai berikut ; pada suatu hari Ali bin
Abi Thalib r.a. melihat Ady bin Hatim bermuram durja, maka Ali
bertanya ; Mengapa engkau tampak bersedih hati ?. Ady
menjawab ; Bagaimana aku tidak bersedih hati, dua orang anakku
terbunuh dan mataku tercongkel dalam pertempuran. Ali terdiam
haru, kemudian berkata, Wahai Ady, barang siapa ridha terhadap
taqdir Allah swt. maka taqdir itu tetap berlaku atasnya dan dia
mendapatkan pahalaNya, dan barang siapa tidak ridha terhadap
taqdirNya maka hal itupun tetap berlaku atasnya, dan terhapus
amalnya.

DAFTAR PUSTAKA
http://whedya.wordpress.com/2011/08/04/pengertian-ridho/
http://www.edupai.web.id/2012/09/taat.html#ixzz2hK9RpOGf
http://mutiaraislam.wordpress.com/2010/05/10/taat-kepada-allah-swt/

Taubat menurut Islam


Taubat ialah kembali taat kepada Allah s.w.t dan menyesal dengan
bersungguh-sungguh terhadap dosa yang telah dilakukan sama ada dosa
besar mahupun dosa kecil serta memohon keampunan dari Allah. Setiap
individu disuruh bertaubat untuk menyucikan diri dari dosa besar dan
kecil, sama ada dilakukan dengan sengaja mahupun tidak.
Hukum bertaubat adalah wajib sama ada dosa kepada Allah s.w.t
mahupun dosa sesama manusia. Jika dosa itu berkaitan dengan manusia,
hendaklah meminta maaf kepada sesama makhluk ciptaan allah swt.
Sekiranya dosa berkaitan dengan harta benda, hendaklah dikembalikan
harta tersebut kepada tuannya(yang berhak memilikinya). Bertaubat
kepada Allah hendaklah dilakukan dengan bersungguh-sungguh dan hati
yang ikhlas kerana taubat yang tiada keikhlasan tidak mendatangkan apaapa kesan terhadap individu terbabit. Taubat yang terbaik adalah taubat
yang penuh penyesalan, keinsafan dan rasa rendah diri kepada Allah
s.w.t. Di dalam Islam, digariskan cara-cara memohon keampunan dan
rahmat Allah s.w.t :
1. Menyesal, menginsafi & berazam tidak akan mengulangi dosa yang
telah dilakukannya.
2. Beristighfar memohon keampunan Allah s.w.t
3. Beramal kebajikan.
4. Mensyukuri nikmat Allah s.w.t.
5. Berdoa memohon kesejahteraan hidup di dunia & hari Akhirat.

Sebab-sebab Allah menerima taubat

1. Allah s.w.t Maha Pengampun lagi Maha Mengasihani.


2. Supaya hamba-Nya bersih daripada dosa dan memperoleh
kebahagian di syurga kelak.
3. Supaya seseorang itu melakukan kebaikan dan mencegah dari
kejahatan.
4. Orang yang bertaubat akan benci akan dosa-dosa lampaunya.
5. Orang

yang

bertaubat

tidak

akan

mengulangi

dosa-dosa

lampaunya
6. Hanya Allah s.w.t sahaja yang berhak mengampuni dosa hambaNya.

Tujuan taubat
1. Mempeliharakan diri yang suci dari dosa terutama pada hari
perhitungan di akhirat kelak
2. Ibadat yang dilakukan diterima Allah s.w.t.
3. Dapat mengerjakan ibadat dengan sempurna
4. Mendapat balasan yang baik pada hari akhirat
5. Mendapat petunjuk dan hidayah dari Allah s.w.t.
6. Jiwa dan perasaan tenang.

Ayat berkaitan taubat

Tobat diwajibkan kepada muslimin muslimat. Allah SWT berfirman:


"Bertobatlah kalian kepada Allah dengan tobat Nasuha. (QS.66 At
Tahrim:8)"
Ayat diatas menunjukkan perintah wajib. Allah SWT berfirman:
"Janganlah kalian seperti orang-orang yang lupa kepada Allah".
Maksudnya

lupa

terhadap

yang

dijanjikan

kepada Allah,

serta

menyingkirkan ajaran Allah di belakang mereka.


"Kemudian Allah menjadikan ia lupa terhadap diri sendiri".
Ialah mereka lupa keadaannya sendiri dengan tidak mengutamakan
kebajikan. Nabi

SAW

bersabda:

"Barangsiapa yang senang bertemu dengan Allah, maka Allah senang


bertemu dengannya. Barangsiapa yang benci bertemu dengan Allah,
maka Allah pun benci bertemu dengannya".

Firmannya:

"Mereka itulah orang-orang yang fasik. (QS.59 Al Hasyr:19)". Ialah orang


ahli maksiat, ahli mengingkari janji, keluar dari (sebab-sebab) turunnya
Hidayah,

Rahmat

Orang fasik ada 2 macam:

dan

Pengampunan.

1. Fasik yang kafir.


2. Fasik yang banyak dosa.

Fasik kafir maksudnya tidak mengakui adanya Allah (iman kepada-Nya),


serta keluar dari jalur Hidayah dan masuk kerah kesesatan. Sedangkan
fasik Fajir (banyak dosa) ialah orang ahli mabuk-mabukan, makan barang
haram, berzina, durhaka kepada Allah serta keluar dari jalur ibadah serta
masuk kearah kesesatan. Bedanya: orang fasik kafir tidak diampuni
kecuali dengan syahadat dan bertobat sebelum ia mati. Sedangkan fasik
fajir harus kembali minta pengampunan kepada Allah dengan jalan tobat
dan menyesali dosa-dosa sebelum ia mati. Sebab dasarnya, setiap
kemaksiatan yang didorong oleh hawa nafsu nafsaniah (kemanusiaan),
maka kembalinya hanya dengan jalan pengampunan. Akan tetapi kalau
kemaksiatan yang dasarnya didorong oleh rasa sombong, maka tidak bisa
diampuni hanya dengan istighfar, sebab kemaksiatan tersebut dipengaruhi
oleh watak iblis yang sombong. Maka seharusnya mereka bertobat untuk
menghapus dosa-dosamu sebelum engkau didahului oleh mati, dengan
harap tobatmu diterima disisi Allah SWT.
Allah SWT berfirman:
"Dia adalah Dzat yang menerima tobat dari hamba-hamba-Nya yang
minta ampun atas kesalahan-kesalahan. (QS.42:25)"
Allah

menghapus

semua

kesalahan

dengan

catatan

tobatnya

diterima. Nabi SAW bersabda:


"Seseorang yang tobat karena dosa-dosanya, maka ia laksana orang
yang tidak memiliki dosa".

Taubat memiliki arti: berhenti melakukan kemaksiatan dan kembali


menuju ketaatan.

Taubat adalah amalan yang sangat dicintai Allah taala:



Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan
menyukai orang-orang yang menyucikan diri. (QS. Al-Baqarah:
222)

Taubat hukumnya wajib atas setiap mukmin:




Wahai orang-orang yang beriman bertaubatlah kepada Allah
dengan taubat yang sungguh-sungguh. (QS. At-Tahrim : 8)

Taubat bisa mendatangkan kemenangan:



Bertaubatlah kepada Allah, wahai orang-oran beriman sekalian
agar kalian beruntung. (QS. An-Nur : 31)
Dan keberuntungan akan dicapai manusia tatkala dirinya merasa
sangat butuh kepada-Nya hingga Allah menyelamatkan jiwa yang
terperosok mengikuti hawa nafsunya itu.

Taubat yang sungguh-sungguh akan mendatangkan limpahan


ampunan Allah atas dosa-dosa seorang hamba. Dosa yang makin
hari kian bertambah banyak.

Katakanlah: Wahai para hamba-Ku yang melampaui batas


terhadap dirinya sendirinya, janganlah kalian berputus asa dari
rahmat Allah. Sesungguhnya Allah Mengampuni semua dosa dan
Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(QS. Az-Zumar: 53)
Saudaraku yang berbuat dosa, jangalah kalian berputus asa
terhadap rahmat Rabb mu karena pintu taubat itu senantiasa
terbuka

sampai

matahari

terbit

dari

arah

barat.

Nabi shallallahualaihi wasallam bersabda,




Sesungguhnya Allah Taala membentangkan tangan-Nya di malam
hari untuk menerima taubat hamba yang berdosa di siag hari. Dan
Allah Taala membentangkan tagan-Nya di siang hari untuk
menerima taubat hamba yang berdosa di malam hari, sampai
matahari

terbit

dari

barat.

(HR.

Muslim).

Betapa banyak orang yang bertaubat atas dosa-dosanya yang


besar dan Allah menerima taubat mereka. Allah taala berfirman,

) (
) (


Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan Allah dengan
sesembahan lainnya dan tidak membunuh jiwa yang Allah
haramkan kecuali dengan alasan yang benar, dan tidak berzina
dan barangsiapa yang melakukan demikian itu niscaya dia
mendapat hukuman yang berat. (Yakni) akan dilipatgandakan azab
untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam adzab itu
dalam keadaan terhina. Kecuali orang-orang yang bertaubat dan

beriman dan mengerjakan kebajikan maka kejahatan mereka


diganti Allah dengan kebaikan. Allah Maha Pengampun , Maha
Penyayang. (QS. Al-Furqan : 68-70)

Taubat yang nasuhah (serius) tidak terlepas dari 5 syarat:


Pertama, Ikhlas karena Allah yaitu berniat semata-mata mengharap wajah
Allah, pahala atas taubatnya serta berharap selamat dari siksaan-Nya.
Kedua, menyesali kemaksiatan yang ia lakukan, merasa sedih dan
berjanji

untuk

tidak

mengulanginya.

Ketiga, menjauhkan diri dari perbuatan maksiat sesegera mungkin. Jika


perbutan tersebut melanggar hak-hak Allah maka segera tinggalkan.
Karena perbuatan tersebut haram dilakukan sehingga wajib ditinggalkan.
Adapun jika berkaitan dengan hak-hak makhluk maka bergegaslah
meminta maaf baik dengan mengembalikan haknya atau meminta
kelapangan hatinya agar mau memaafkan.
Keempat, bertekad untuk tidak mengulangi kemaksiatan tersebut di
waktu-waktu

mendatang.

Kelima, hendaknya taubat dilakukan sebelum ditutupnya pintu taubat,


yaitu sebelum ajal menjemput dan sebelum terbitnya matahari dari arah
barat. Allah Taala berfirman,


Dan Taubat itu tidaklah (diterima Allah) dari mereka yang berbuat
kejahatan hingga apabila datang ajal kepada seorang diantara mereka
barulah dia mengatakan, Saya benar-benar taubat sekarang. (QS. AnNisa : 18)

Sabda Nabi shallallahualaihi wasallam,



Barangsiapa yang taubat sebelum terbitnya matahari dari arah barat
maka Allah terima taubatnya. (HR Muslim).

1. Pengertian Akhlak
Ada dua pendekatan untuk mendefenisikan akhlak, yaitu pendekatan
linguistik (kebahasaan) dan pendekatan terminologi (peristilahan). Kata
Akhlak berasal dari bahasa arab, jamak dari khuluqun yang menurut
bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kata
tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalqun
yang berarti kejadian, yang juga erat hubungannya dengan khaliq yang
berarti pencipta; demikian pula dengan makhluqun yang berarti yang
diciptakan.
Secara epistemologi atau istilah akhlak bisa diartikan berbagai perspektif
sesuai dengan para ahli tasawuf diantaranya :

1. Ibnu Maskawaih memberikan definisi sebagai berikut:




Artinya:
Keadaan

jiwa

seseorang

yang

mendorongnya

untuk

melakukan

perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran (lebih dahulu).


1. Imam Al-Ghozali mengemukakan definisi Akhlak sebagai berikut:



Artinya:
Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya
timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memertrlukan
pertimbangan pikiran (lebih dahulu).
1. Prof. Dr. Ahmad Amin memberikan definisi, bahwa yang disebut
akhlak Adatul-Iradah atau kehendak yang dibiasakan. Definisi ini
terdapat dalam suatu tulisannya yang berbunyi:

Artinya:
Sementara orang membuat definisi akhlak, bahwa yang disebut akhlak
ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya bahwa kehendak itu bila
membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu dinakamakan akhlak.
Makna kata kehendak dan kata kebiasaan dalam penyataan tersebut
dapat diartikan bahwa kehendak adalah ketentuan dari beberapa
keinginan manusia setelah bimbang, sedang kebiasaan ialah perbuatan
yang diulang-ulang sehingga mudah melakukannya. Masing-masing dari

kehendak dan kebiasaan ini mempunyai kekuatan, dan gabungan dari


kekuatan dari kekuatan yang besar inilah dinamakan Akhlak.
Sekalipun ketiga definisi akhlak diatas berbeda kata-katanya, tetapi
sebenarnya tidak berjauhan maksudnya, Bahkan berdekatan artinya satu
dengan yang lain. Sehingga Prof. Kh. Farid Maruf membuat kesimpulan
tentang definisi akhlak ini sebagai berikut:
Kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah
karena kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan pikiran terlebih
dahulu.
Macam-Macam Akhlak
1. Akhlak kepada Allah
Beberapa akhlak yang sudah menjadi kewajiban bagi kita sebagai mahluk
kepada kholiq-Nya, diantaranya:

Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk


menyembah-Nya sesuai denganperintah-Nya. Seorang muslim
beribadah membuktikan ketundukkan terhadap perintah Allah.

Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi


dan kondisi, baik diucapkan dengan mulut maupun dalam hati.
Berzikir kepada Allah melahirkan ketenangan dan ketentraman hati.

Berdoa kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Doa
merupakan inti ibadah, karena ia merupakan pengakuan akan
keterbatasan dan penerapan akhlak dalam Kehidupan.

Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah


dan menunggu hasil pekerjaan atau menanti akibat dari suatu
keadaan.

Tawaduk kepada Allah, yaitu rendah hati di hadapan Allah.


Mengakui bahwa dirinya rendah dan hina di hadapan Allah Yang
Maha Kuasa, oleh karena itu idak layak kalau hidup dengan angkuh
dan sombong, tidak mau memaafkan orang lain, dan pamrih dalam
melaksanakan ibadah kepada Allah.

Seorang muslim harus menjaga akhlaknya terhadap Allah swt, tidak


mengotorinya dengan perbuatan syirik kepada-Nya. Sahabat Ismail bin
Umayah pernah meminta nasihat kepada Rasulullah saw, lalu Rasulyllah
memberinya nasihat singkat dengan mengingatkan, Janganlah kamu
menjadi manusia musyrik, menyekutukan Allah swt dengan sesuatupun,
meski kamu harus menerima resiko kematian dengan cara dibakar hiduphidup atau tubuh kamu dibelah menjadi dua. (HR. Ibnu Majah).
2. Akhlak kepada Diri Sendiri
Adapun Kewajiban kita terhadap diri sendiri dari segi akhlak, di antaranya:

Sabar, yaitu prilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai


hasil dari pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa yang
menimpanya. Sabar diungkapkan ketika melaksanakan perintah,
menjauhi larangan dan ketika ditimpa musibah.

Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah


yang tidak bisa terhitung banyaknya. Syukur diungkapkan dalam
bentuk ucapan dan perbuatan. Syukur dengan ucapan adalah
memuji Allah dengan bacaan Alhamdulillah, sedangkan syukur
dengan

perbuatan

dilakukan

dengan

menggunakan

dan

memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan aturan-Nya.

Tawaduk, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang


dihadapinya, orang tua, muda, kaya atau miskin. Sikap tawaduk
melahirkan ketenangan jiwa, menjauhkan dari sifat iri dan dengki
yang menyiksa diri sendiri dan tidak menyenangkan orang lain.

3.

Akhlak kepada keluarga

Akhlak terhadap keluarga adalah mengembangkann kasih sayang di


antara anggota
keluarga yang diungkapkan dalam bentuk komunikasi. Akhlak kepada ibu
bapak adalah berbuat baik kepada keduanya dengan ucapan dan
perbuatan. Berbuat baik kepada ibu bapak dibuktikan dalam bentukbentuk perbuatan antara lain : menyayangi dan mencintai ibu bapak
sebagai bentuk terima kasih dengan cara bertutur kata sopan dan lemah
lembut, mentaati perintah, meringankan beban, serta menyantuni mereka
jika sudah tua dan tidak mampu lagi berusaha.
Komunikasi yang didorong oleh rasa kasih sayang yang tulus akan
dirasakan oleh seluruh anggota keluarga. Apabila kasih sayang telah
mendasari komunikasi orang tua dengan anak, maka akan lahir wibawa
pada orang tua. Demikian sebaliknya, akan lahir kepercayaan orang tua
pada anak oleh karena itu kasih sayang harus menjadi muatan utama
dalam komunikasisemua pihak dalam keluarga.
Dari

komunikasi

semacam

itu

akan

lahir

saling

keterikatan

batin,keakraban, dan keterbukaan di antara anggota keluarga dan


menghapuskan kesenjangan di antara mereka. Dengan demikian rumah
bukan hanya menjadi tempat menginap, tetapi betul-betul menjadi tempat
tinggal yang damai dan menyenangkan, menjadi surga bagi penghuninya.
Melalui komunikasi seperti itu pula dilakukan pendidikan dalam keluarga,
yaitu menanamkan nilai-nilai moral kepada anak-anak sebagai landasan
bagi pendidikan yang akan mereka terima pada masa-masa selanjutnya.
4.

Akhlak kepada Sesama Manusia

Berakhlak baik terhadap sesama pada hakikatnya merupakan wujud dari


rasa kasih sayang dan hasil dari keimanan yang benar, sebagaimana
sabda Rasulullah saw, Mukmin yang paling sempurna imanya ialah yang

paling baik akhlaknya. Dan yang paling baik diantara kamu ialah mereka
yang paling baik terhadap isterinya. (HR. Ahmad).
Diantara akhlak-akhlak itu diantaranya, adalah:
a. Akhlak terpuji ( Mahmudah )
Penerapan akhlak sesama manusia yang dan merupakan akhlak yang
terpuji adalah sebagai berikut:

Husnuzan

Berasal dari lafal husnun ( baik ) dan Adhamu (Prasangka). Husnuzan


berarti prasangka, perkiraan, dugaan baik. Lawan kata husnuzan adalah
suuzan yakni berprasangka buruk terhadap seseorang . Hukum kepada
Allah dan rasul nya wajib, wujud husnuzan kepada Allah dan Rasul-Nya
antara lain:
-

Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua perintah Allah dan

Rasul-Nya Adalah untuk kebaikan manusia


-

Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua larangan agama

pasti berakibat buruk.


Hukum husnuzan kepada manusia mubah atau jaiz (boleh dilakukan).
Husnuzan kepada sesama manusia berarti menaruh kepercayaan bahwa
dia telah berbuat suatu kebaikan. Husnuzan berdampak positif berdampak
positif baik bagi pelakunya sendiri maupun orang lain.

Tawaduk

Tawaduk berarti rendah hati. Orang yang tawaduk berarti orang yang
merendahkan diri dalam pergaulan. Lawan kata tawaduk adalah takabur.
Rasulullah Saw bersabda : Barangsiapa rendah hati kepada saudaranya
semuslim maka Allah akan mengangkat derajatnya, dan barangsiapa

mengangkat diri terhadapnya maka Allah akan merendahkannya (HR.


Ath-Thabrani).

Tasamu

Artinya sikap tenggang rasa, saling menghormati dan saling menghargai


sesama manusia. Allah berfirman, Untukmu agamamu, dan untukku
agamaku (Q.S. Alkafirun/109: 6) Ayat tersebut menjelaskan bahwa
masing-masing pihak bebas melaksanakan ajaran agama yang diyakini.

Taawun

Taawun berarti tolong menolong, gotong royong, bantu membantu


dengan sesama manusia. Allah berfirman, dan tolong menolonglah
kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong
menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan(Q.S. Al Maidah/5:2)
Selain sifat-sifat di atas masih banyak lagi sifat-sifat terpuji lainya yang
menjadi patokan akhlak kita antar sesame.
b. Akhlak Tercela ( Mazmumah )
Beberapa akhlak tercela yang harus kita hindari dalam kaitanya akhlak
antar sesama diantaranya:

Hasad

Artinya iri hati, dengki. Iri berarti merasa kurang senang atau cemburu
melihat orang lain beruntung. Sebagaimana sabda Rasulullah saw,
Janganlah

kamu

saling

membenci

dan

janganlah

kamu

saling

mendengki, dan janganlah kamu saling menjatuhkan. Dan hendaklah


kamu menjadi hamba Allah yang bersaudara dan tidak boleh seorang
muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari. (HR. Anas).

Dendam

Dendam yaitu keinginan keras yang terkandung dalam hati untuk


membalas kejahatan. Allah berfirman:
Dan jika kamu membalas, maka balaslah dengan (balasan) yang sama
dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Tetapi jika kamu bersabar,
sesungguhlah itulah yang terbaik bagi orang yang sabar (Q.S. An
Nahl/16:126)

Gibah dan Fitnah

Membicarakan kejelekan orang lain dengan tujuan untuk menjatuhkan


nama baiknya. Apabila kejelekan yang dibicarakan tersebut memang
dilakukan orangnya dinamakan gibah. Sedangkan apabila kejelekan yang
dibicarakan itu tidak benar, berarti pembicaraan itu disebut fitnah. Allah
berfirman,
dan janganlah ada diantara kamu yang menggunjing
sebagian yang lain. Apakah ada diantara kamu yang suka memakan
daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik (Q.S. Al
Hujurat/49:12).

Namimah

Adu domba atau namimah, yakni menceritakan sikap atau perbuatan


seseorang yang belum tentu benar kepada orang lain dengan maksud
terjadi perselisihan antara keduanya. Allah berfirman,
Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang
kepadamu membawa suatu berita maka telitilah kebenarannya, agar
kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan),
yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu. (Q.S. Al Hujurat/49:6
Kesimpulan

Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena


akhlak mencakup segala pengertian tingkah laku, tabiat, perangai,
karakter manusia yang baik maupun yang buruk dalam hubungannya
dengan Khaliq atau dengan sesama makhluk. Akhlak ini merupakan hal
yang paling penting dalam pembentukan akhlakul karimah seorang
manusia. Dan manusia yang paling baik budi pekertinya adalah Rasulullah
S.A.W.

Você também pode gostar