Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENYAJIAN DATA
Gambar 4.1
Fasilitas
Ruang Tunggu
Jumlah
2
Kondisi
Baik
2.
Loket pendaftaran
Baik
3.
Baik
4.
Ruang IGD
Baik
5.
Baik
6.
Ruang apotek
Baik
Tabel 4.2
No
1.
Fasilitas
Kursi panjang
Jumlah
8
21
Kondisi
Baik
2.
Papan informasi
Baik
3.
Tempat sampah
Baik
4.
Baik
5.
Toilet
Baik
6.
Halaman parkir
Baik
Tabel 4.3
No
1.
Fasilitas
Komputer
Jumlah
6
Kondisi
Baik/tidak baik
2.
Baik
3.
Pesawat telepon
Baik
4.
Printer
Baik
5.
AC
Baik
6.
Kipas angin
Baik
7.
Kursi
40
Baik/tidak baik
8.
Meja
47
Baik
9.
Lemari
12
Baik
Profesi
Dokter
Jumlah
7
Perawat
25
Petugas administrasi
Analis laboratorium
Bidan
13
Kesehatan lingkungan
Nutrisi
Apoteker
Asisten apoteker
2
22
Sumber dana didapat dari dinas kesehatan Kota Palangka Raya. Pada tahun 2012 total
dana yang diberikan oleh Dinas Kesehatan sebesar Rp 292.172.488 dengan pengalokasian
selama 4 triwulan sebagai berikut
Triwulan
I
II
III
IV
Jumlah (Rp)
70.775.838
73.075.550
71.575.550
72.425.550
23
Ada
Tidak ada
1.
2.
3.
4.
1.
1.
KEGIATAN
Pemeriksaan
antropometri
BB
TB
Ket.
7 kegiatan
outdoor yang
ada pada
puskesmas ini
keseluruhnya
terealisasi.
Ket.
Ket.
Status gizi
KMS
2.
1.
1.
2.
yang panas
Konseling gizi
UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN
KEGIATAN
Pelaksana
Kelebihan
Kendala
Penyuluhan meliputi 1 orang
Lebih dekat
Alokasi dana
18 posyandu
kepala
dengan
yang kurang
masyarakat
untuk
kegiatan
penyuluhan
sehingga
banyak kader
yang enggan
untuk ikut
serta dalam
penyuluhan
Ket.
Waktu
pelaksanaan :
senin jumat
1.
25
2.
1.
2.
1.
1.
Rawat jalan
KEGIATAN
Penyuluhan
diposyandu.
Puskesmas
merangkul 15
posyandu yang
masuk diwilayah
kerjanya.
Kegiatan penyuluhan
di Taman Kanakkanak (TK)
KEGIATAN
UKGS (Upaya
kesehatan Gigi
Sekolah)
jam
Bagian gizi
dan
kebidanan
dalam kota
yang
memiliki
pelayanan
UGD
Ket.
3x/bulan; jam
8 pagi atau 3
sore
1x/tahun
26
Ket.
1x/tahun
Ket.
1.
KEGIATAN
Pemeriksaan dasar
gigi
2.
Penambalan 18 SD
dan 12 TK
3.
Pencabutan sederhana
1.
Ket.
Ket.
27
Puskesmas
Diagnosis TB Paru
SESUAI
Indikator Program TB
1.
Angka
Penjaringan
2.
2011
713/ 100.000
2012
696/ 100.000
Penduduk
Penduduk
6,8 %
13,6 %
25 %
64 %
14 %
1%
14 %
20%
Suspek
Proporsi
Pasien TB
BTA Positif
Diantara
3.
Suspek
Proporsi
Pasien TB
Paru Positif
Diantara
Semua Pasien
TB Paru
Tercatat/Dioba
4.
ti
Proporsi
Pasien TB
Anak Diantara
Seluruh
Pasien TB
5.
Angka
Penemuan
Kasus (Case
Detection
Rate = CDR)
6.
Angka
Notifikasi
28
Kasus (Case
48 %
39 %
81 %
87 %
83 %
84 %
88 %
86 %
Notification
Rate = CNR)
7.
Angka
Konversi
(Conversion
Rate)
8.
Angka
Kesembuhan (
9.
Cure Rate)
Angka
Keberhasilan
10.
Pengobatan
Angka
Kesalahan
TIDAK TERSEDIA
Laboratorium
Adalah prosentase pasien TB paru BTA positif diantara semua pasien TB paru tercatat.
Indikator ini menggambarkan prioritas penemuan pasien TB yang menular diantara seluruh
pasien TB paru yang diobati. Dari data yang telah diperoleh di puskesmas Pahandut ditemukan
prosentase pada tahun 2011 adalah 25 % dan tahun 2012 adalah 64 %. Angka proporsi pasien TB
paru positif diantara semua pasien TB paru tercatat/ diobati ini sebaiknya tidak kurang dari 65 %.
Pada tahun 2011 ditemukan prosentase yang jauh lebih rendah, hal ini menandakan bahwa mutu
diagnosis rendah dan kurang memberikan prioritas untuk menemukan pasien yang menular
(pasien BTA positif). Namun, pada tahun 2012 ditemukan prosentase yang meningkat secara
signifikan yaitu 64%, hal ini menandakan bahwa mutu diagnosis sudah cukup baik walaupun
masih kurang dari 65%.
4. Proporsi Pasien TB Anak Diantara Seluruh Pasien TB
Adalah prosentase pasien TB anak (< 15 tahun) diantara seluruh pasien TB tercatat.
Angka ini sebagai salah satu indikator untuk menggambarkan ketepatan dalam mendiagnosis TB
pada anak. Dari data yang telah diperoleh, didapatkan perbedaan prosentase yang cukup
signifikan pada tahun 2011-2012, dimana pada tahun 2011 ditemukan 14 % pasien TB pada anak
diantara seluruh pasien TB, sedangkan pada tahun 2012 hanya ditemukan 1 % pasien TB anak.
Standar angka proporsi ini bekisar pada 15 %. Dari data yang di peroleh di puskesmas Pahandut
ditemukan penurunan prosentase yang cukup signifikan. Hal ini dapat diakibatkan oleh berbagai
hal, salah satunya adalah keberhasilan pihak puskesmas dalam melakukan penyuluhan mengenai
pencegahan penularan TB atau pun melakukan survey kontak serumah pasien TB. Namun,
keberhasilan ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya kerja sama dari pasien maupun
keluarga pasien, yang membutuhkan kedisplinan dalam mencapai kesembuhan.
5. Angka Penemuan Kasus (Case Detection Rate = CDR)
Adalah prosentase jumlah pasien baru BTA yang ditemukan dan diobati dibanding jumlah
pasien baru BTA positif yang diperkirakan ada dalam wilayah tersebut. CDR ini menggambarkan
cakupan penemuan pasien baru BTA positif pada wilayah tersebut. Target Nasional CDR pada
program TB minimal 70 %. Namun target ini mungkin akan sulit dicapai, hal ini dikarenakan
strategi penemuan kasus untuk menanggulangi kasus TB dilakukan secara pasif, hal ini pula lah
yang mungkin menjadi penyebab dari rendahnya angka penemuan kasus di puskesmas Pahandut.
30
Selain itu, keterbatasan tenaga yang mengakibatkan terbatasnya frekuensi untuk melakukan
promosi aktif juga berpengaruh sehingga hanya sedikit angka penemuan kasus yang terjaring.
6. Angka Notifikasi Kasus (Case Notification Rate = CNR)
Adalah angka yang menunjukkan jumlah pasien baru yang ditemukan dan tercatat
diantara 100.000 penduduk di suatu wilayah tertentu. Angka ini apabila dikumpulan serial, akan
menggambarkan kecenderungan penemuan kasus dari tahun ke tahun di wilayah puskesmas
Pahandut. CNR ini berguna untuk menunjukkan kecenderungan (trend) meningkat atau
menurunnya penemuan pasien pada wilayah tersebut. Pada kasus ini, di wilayah puskesmas
Pahandut menunjukkan kecenderungan menurunnya penemuan pasien.
7. Angka Konversi (Conversion Rate)
Adalah prosentase pasien baru TB paru BTA positif yang mengalami perubahan menjadi
BTA negatif setelah menjalani masa pengobatan intensif. Angka minimal konversi adalah 80%.
Dari data yang telah diperoleh di puskesmas Pahandut, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
prosentase dari tahun 2011-2012. Hal ini menandakan bahwa pengawasan langsung menelan
obat dilakukan dengan benar.
8. Angka Kesembuhan ( Cure Rate)
Adalah angka yang menunjukkan prosentase pasien baru TB paru BTA positif yang
sembuh setelah selesai masa pengobatan, diantara pasien baru TB paru BTA positif yang tercatat.
Angka kesembuhan minimal yang harus dicapai adalah 85 %. Dari data yang telah diperoleh dari
puskesmas Pahandut, didapatkan prosentase meningkat dari tahun 2011-2012, namun belum
mencapai standar yang telah ditetapkan. Hal ini dapat diakibatkan oleh berbagai kemungkinan,
misalnya ketidak disiplinan pasien dalam meminum obat. Namun, dalam hal ini sebenarnya
angka kesembuhan ini sudah cukup baik.
9. Angka Keberhasilan Pengobatan
Adalah angka yang menunjukkan prosentase pasien baru TB paru BTA positif yang
menyelesaikan pengobatan (baik yang sembuh maupun pengobatan lengkap) diantara pasien
baru TB paru BTA positif yang tercatat. Dari data di puskesmas Pahandut didapatkan angka
31
kebrhasilan pengobatan yang juga meningkat selama 2 tahun terakhir. Hal ini menandakan
bahwa penanggulangan pada kasus TB sudah cukup baik, yang dapat disebabkan oleh berbagai
kemungkinan, salah satunya adalah keberhasilan tenaga kesehatan dalam melakukan penyuluhan
atau promosi aktif dalam menanggulangi kasus TB.
10. Angka Kesalahan Laboratorium
Dari evaluasi yang telah dilakukan di puskesmas Pahandut, program untuk mengetahui
angka kesalahan laboratorium belum dilaksanakan/ tersedia. Pada saat ini penanggulangan TB
sedang dalam uji coba untuk penerapan uji silang pemeriksaan dahak (cross check) dengan
metode Lot Quality Sampling Assessment (LQSA) di beberapa provinsi. Untuk masa yang akan
datang akan diterapkan metode LQSA diseluruh sarana pelayanan kesehatan.
32
33
Ditemukannya lebih dari satu masalah maka harus ditentukan prioritas masalah karena
adanya keterbatasan dana dan sumber daya. Penetapan prioritas masalah dilakukan dengan
menggunakan kriteria matriks seperti pada tabel dibawah.
Prioritas masalah ditetapkan dengan sistem skoring dan akan dinilai beberapa kriteria:
a)
Prioritas Masalah
Daftar Masalah
Importance
P
S
RI
DU
SB
PB
PC
Jumlah
1.
Rendahnya
penjaringan
P=I x T x R
225
2.
suspek
Proporsi pasien TB paru positif
189
261
angka
tercatat / diobati
Rendahnya angka
penemuan
Dari penetapan prioritas berdasarkan teknik kriteria matriks diatas maka prioritas masalah
yang dipilih adalah Rendahnya angka penemuan kasus. Adapun urutan prioritas masalah yang
berhasil ditetapkan adalah sebagai berikut :
1. Rendahnya angka penemuan kasus
2. Rendahnya angka penjaringan suspek
3. Proporsi pasien TB paru positif diantara semua pasien TB paru tercatat / diobati
34
Rendahnya angka penemuan kasus merupakan masalah yang menjadi prioritas. Angka
penemuan kasus menggambarkan jumlah pasien baru BTA positif yang ditemukan dan diobati
dalam wilayah puskesmas. Rendahnya angka penemuan kasus berarti banyaknya kasus suspek
TB yang tidak diperiksa lebih lanjut ataupun karena jumlah suspek/penderitanya yang sedikit,
ataupun dikarenakan kesalahan pemeriksaan laboratorium. terjaring dan kurangnya keaktifan
puskesmas dalam upaya penjaringan suspek TB. Berdasarkan alasan-alasan diatas, akibat yang
ditimbulkan (severity) oleh rendahnya angka penemuan kasus diberikan nilai paling besar.
Angka penjaringan suspek TB berarti angka penemuan suspek TB yang dahaknya
diperiksa pada wilayah puskesmas dengan memperhatikan kecenderungannya dari waktu ke
waktu. Rendahnya angka penjaringan suspek TB ini bisa dikarenakan banyak hal seperti kurang
upaya puskesmas dalam menjaring suspek TB, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang TB,
kurangnya sumber daya untuk melakukan penyuluhan dan penjaringan kepada masyarakat.
Puskesmas sebagai sentra layanan kesehatan primer seharusnya menjadi lini pertama penjaringan
kasus suspek TB. Diharapkan kasus-kasus suspek yang ada dapat dijaring oleh puskesmas
sehingga dapat di periksa dengan pemeriksaan BTA sehingga dapat diobati. Selain memberikan
pelayanan TB berupa pemeriksaan dan pengobatan, puskesmas juga diharapkan mampu
melakukan pencegahan TB, salah satunya dengan mengadakan penyuluhan untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat. kurangnya angka kunjungan penderita TB ke
puskesmas, dapat diartikan masih banyak yang kasus diare yang tidak teridentifikasi sehingga
tindak lanjut berupa penyuluhan pencegahan TB tidak sampai pada penderita dan keluarga.
Kurangnya pengetahuan penderita dan keluarga mengenai pencegahan TB dapat meningkatkan
risiko penularan ke keluarga dan bahkan ke masyarakat sekitar, terlebih lagi jika kegiatan
penyuluhan ke masyarakat tidak berjalan. Atas alasan-alasan diatas, karena itulah masalah
tersebut diberikan nilai severity menengah.
Proporsi pasien TB BTA positif diantara semua pasien TB paru yang ditemukan atau
diobati menggambarkan mutu dari proses penemuan sampai diagnosis pasien, serta kepekaan
menetapkan kriteria suspek. Angka dari proporsi pasien TB BTA positif masih sedikt dibawah
standar yang ditetapkan jadi oleh karena itu severitynya dimasukan kedalam derajat rendah.
Kenaikan besar masalah (Rate of Increase) untuk angka penemuan kasus pada tahun
2012 adalah 20% dari nilai idealnya sebesar 70%, berarti ada kesenjangan sebesar 50%. Akan
tetapi dari evaluasi pada tahun 2011, angka pencapaian hanya mencapai 14% dengan tolak ukur
35
yang sama sebesar 70%. Jika dikaitkan dengan evaluasi pada tahun 2011, menunjukan adanya
perbaikan dalam program penemuan kasus baru dan meningkat sebesar 6% sehingga Rate of
Increase cakupan pelayanan diberikan nilai yang lebih rendah dari masalah yang lain. Masalah
rendahnya penjaringan suspek TB memiliki nilai pada tahun 2011 sebesar 713/100000 penduduk
menurun menjadi 696/100000 penduduk, ini dipikirkan akibat kecenderungan tidak ada
perbaikan masalah dari tahun ke tahun. Sedangkan untuk Proporsi pasien TB BTA positif
diantara semua pasien TB paru yang ditemukan atau diobati terjadi peningkatan yang signifikan
dari tahun 2011 dan 2012 yaitu sebesar 25% menjadi 64%.
Derajat keinginan masyarakat yang tidak terpenuhi (Degree of unmeet need) untuk
masalah rendahnya angka penemuan kasus baru, penjaringan suspek TB, dan proporsi pasien TB
BTA positif diantara semua pasien TB paru yang ditemukan atau diobati. Kesembuhan
merupakan harapan utama dari seorang penderita, oleh karena itu dibutuhkan tidakan yang tepat
untuk kasus TB yang sesuai dengan standar, termasuk penjaringan suspek TB. Masyarakat juga
menginginkan penularan TB dapat diminimalisasi. Untuk mewujudkannya, tidak cukup dengan
pelayanan TB dalam puskesmas saja, tetapi juga dibutuhkan peran serta masyarakat baik dalam
berbagai aspek (pelayanan, penyuluhan, dan pencegahan), dengan salah satu bentuk nyata seperti
pelayanan oleh kader.
Keuntungan sosial (social benefit) yang diperoleh jika masalah rendahnya angka
penemuan kasus baru dan penjaringan suspek TB dapat diselesaikan sampai mendapat nilai
terbesar. Adanya penyelesaian terhadap kedua masalah tersebut diharapkan dapat memutus rantai
penularan TB karena kasus-kasus TB yang ada dapat teridentifikasi dan mendapat penanganan
yang tepat dan tindak lanjut berupa penyuluhan tentang pencegahan penularan TB.
Perhatian masyarakat (public concern) terhadap permasalahan TB secara umum masih
kurang. Pasien masih banyak yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita TB dan berobat ke
puskesmas. Cakupan penjaringan dan penemuan kasus TB
36
Dari penilaian teknis (technical feasibility), tidak data mengenai angka kesalahan
laboratorium, karena hal ini memang tidak dilakukan pencatatan oleh puskesmas. Untuk
pencatatan dan pelaporan yang lain dicatat dan dilaporkan dengan baik.
Untuk ketersediaan sumber daya (resources availability), kurangnya penjaringan dan
penemuan kasus suspek TB, karena puskesmas sebenarnya memiliki kader, namun karena tugas
promosi kesehatan lainnya juga banyak, sementara untuk penambahan kader khusus untuk TB
masih tidak ada.
4.1.6. Alternatif Penyelesaian Masalah
Tabel 4.8
No.
Penyebab Masalah
1.
Masukan
Tenaga :
-
Jumlah
pelaksana program yang
tidak memadai
Prioritas
program
- Mengadakan pelatihan bagi kader
pelaksana program
Frekuensi
penyuluhan yang kurang
Pelatihan para
kader untuk
melakukan
penyuluhan
kelompok pada
masyarakat
Dana :
Alokasi dana yang
Penambahan
pencegahan dan
penanggulangan TB
penanggulangan TB
pencegahan dan
penanggulangan
TB
2.
Proses
Monitoring
Pencatatan dan
Melakukan
Melakukan pencatatan dan
37
pencatatan dan
kurang lengkap
Lingkungan
- Tingkat pendidikan dan
pengetahuan masyarakat
lengkap
Penyuluhan kelompok oleh kader
Memperbanyak kader kesehatan
sebagai perpanjangan tangan
pelaporan yang
Puskesmas
Tingkat
sosio-ekonomi
4.
Melakukan evaluasi
program
pencegahan dan
kesalahan laboratorium
menggambarkan kualitas
penanggulangan
TB secara berkala
mikroskopis langsung
Tabel 4.9
33,6
12
16
12
lengkap
Melakukan evaluasi program pencegahan dan
12
3) Landasan Teori
Teori Blum
Genetik
Sistem imun yang
rendah
Pelayanan Kesehatan
Pada kasus ini pelayanan
kesehatan oleh Puskesmas
Pahandut sudah tergolong baik
secara kualitatif
Kejadian
TBC Tn. X
Perilaku
1. Batuk sembarangan
2. Pengetahuan tentang
membuang dahak yang baik
masih kuang begitu
diterapkan
3. Kerja sama yang rendah
mengenai sakit yang
diterima pasienkepada
pelayan kesehatan
Lingkungan
1. Jarak rumah yang terlalu berdekatan
Gambar 4.2 Teori Blum
2. Rumah yang berventilasi kurang
dlam kasus ini pasien tinggal di
Tabel 4.10
Penetapan prioritasdalam
penyebab
permasalah
barak
3. KelembabanRisiko
yang tinggi Menghambat
No Masalah
4. Kebersihan yang kurang
5. Kualitas udara40jelek
Jumlah
1
2
3
penularan
Jarak rumah yang berdekatan
5
Pengetahuan yang rendah
2
Pembuangan limbah yang tidak 2
kesembuhan
3
2
2
8
4
4
4
5
6
7
8
9
3
5
5
5
4
1
6
9
10
8
8
2
3
4
5
3
4
1
Pada tabel diatas ditemukan bahwa masalah yang menjadi prioritas utama yang
memperburuk kondisi TB pada Tn.X dan masyarakat disekitarnya berdasarkan scoring yang
dibuat sendiri oleh pengamat adalah Ventilasi yang kurang, kelembaban yang tinggi, jarak rumah
yang berdekatan, pelayanan kesehatan dan kebersihan.
Tabel 4.11
dengan 4
16
25
melalui penyuluhan.
Sabtu beriman
12
Ventilasi
rumah
dimodifikasi
Dari kriteria diatas telah ditetapkan prioritas penyelesaian masalah adalah meningkatkan
kesadaran PHBS masyarakat melalui penyuluhan. Peningkatan PHBS ini diharapkan dapat
41
memberikan pengaruh secara langsung untuk masing-masing individu dan lingkungan. Prioritas
yang kedua adalah dengan memodifikasi ventilasi rumah, hal ini diharapkan dapat mengurangi/
menghambat risiko penularan. Sedangkan prioritas yang terakhir adalah mengadakan kegiatan
Sabtu beriman, untuk menciptakan lingkungan hidup yang bersih.
42