Você está na página 1de 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter satu sama lain saling berpengaruh dalam
kegiatan perekonomian. Masing masing variabel kebijakan tersebut, kebijakan fiskal
dipengaruhi oleh dua variabel utama, yaitu pajak (tax) dan pengeluaran pemerintah
(goverment expenditure). Sedangkan variabel utama dalam kebijakan moneter, yaitu
GDP, inflasi, kurs, dan suku bunga. Berbicara tentang kebijakan fiskal dan kebijakan
moneter berkaitan erat dengan kegiatan perekonomian empat sektor, dimana sektor
sektor tersebut diantaranya sektor rumah tangga, sektor perusahaan, sektor pemerintah
dan sector dunia internasional/luar negeri. Ke-empat sektor ini memiliki hubungan
interaksi masing masing dalam menciptakan pendapatan dan pengeluaran.
Krisis global saat ini jauh lebih parah dari perkiraan semula dan suasana
ketidakpastiannya sangat tinggi. Kepercayaan masyarakat dunia terhadap perekonomian
menurun tajam. Akibatnya, gambaran ekonomi dunia terlihat makin suram dari hari ke
hari walaupun semua bank sentral sudah menurunkan suku bunga sampai tingkat yang
terendah. Tingkat bunga yang sedemikian rendahnya itu justru menyebabkan ruang untuk
melakukan kebijakan moneter menjadi terbatas, sehingga pilihan yang tersedia hanya
pada kebijakan fiscal. Menurut Mohamad Ikhsan, negara-negara yang tergabung dalam
G-20 dalam komunike bersamanya baru ini-ini sepakat mendorong lebih cepat ekspansi
kebijakan fiskal minimal 2 persen dari produk domestik bruto untuk memulihkan
perekonomian dunia. Meskipun secara teoretis kebijakan fiskal dapat berfungsi sebagai
stimulus perekonomian, dalam pelaksanaannya sering kali terdapat hambatan. Hambatan
ini dirasakan terutama di negara berkembang.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian dari Kebijakan Fiskal
2. Tujuan Kebijakan Fiskal
3. Bentuk Bentuk Kebijakan Fiskal
4. Instrumen Kebijakan Fiskal
5. Peranan Kebijakan Fiskal Bagi Perekonomian
6. Pengaruh Kebijakan Fiskal Terhadap Perekonomian

BAB II
PEMBAHASAN
Analisis Kebijakan Fiskal Kelompok 8

Page

A. PENGERTIAN KEBIJAKAN FISKAL


Kebijakan Fiskal adalah kebijakan ekonomi yang digunakan pemerintah uantuk
mengelolah/ mengarahkan perekonomian ke kondisi yang lebih baik atau yang diinginkan
dengan cara mengubah- ubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. ( Prathama Rahardja
Mandala Manurung, pengantar ilmu ekonomi )
Kebijakan ekonomi makro secara garis besar dapat dibedakan menjadi kebijakan
fiskal dan kebijakan moneter, seperti juga ekonomi dapat dibagi menjadi dua sektor, yakni
sektor rill dan sektor moneter. Sektor rill menghasilkan barang dan jasa (sisi produktif dari
ekonomi). Sektor ini dapat lagi dibagi menurut kelompok kegiatan atau subsektor seperti
pertanian, pertambangan, industri, dan lain-lain. Sedangkan sektor moneter boleh dikatakan
merupakan hasil dari sektor rill dalam bentuk uang (sisi moneter dari ekonomi). Pertumbuhan
dan stabilitas sektor rill dipengaruhi oleh pemerintah lewat kebijakan fiskal, dan di Indonesia
kebijakan ini merupakan tanggung jawab Menteri Keuangan. Sedangkan pertumbuhan dan
stabilitas sektor moneter dipengaruhi oleh pemerintah lewat kebijakan moneter yang
sepenuhnya adalah tanggung jawab Bank Indonesia. Keserasian antara kedua kebijakan
tersebut sangat penting karena akan menciptakan suatu stabilitas didalam ekonomi dengan
pertumbuhan yang berkelanjutan.
Di Indonesia, kebijakan fiskal mempunyai dua prioritas. Prioritas petama adalah
mengatasi APBN, dan masalah APBN lainnya. Defisit APBN terjadi apabila penerimaan
pemerintah lebih kecil daripada pengeluarannya. Prioritas kedua adalah mengatasi masalah
stabilitas ekonomi makro, yang terkait dengan antara laju pertumbuhan ekonomi, tingkat atau
laju pertumbuhan inflasi, jumlah kesempatan kerja/ pengangguran dan saldo neraca
pembayaran. Apabila APBN defisit, pemerintah hanya mempunyai dua pilihan untuk
membiayai saldo negatif tersebut, yaitu didanai oleh Bank Indonesia lewat printing money
yang berarti jumlah uang beredar dimasyarakat meningkat, atau melalui pinjaman, baik dari
dalam negeri misalnya dengan menerbitkan obligasi, atau dari luar negeri (cara kedua ini
berarti ekonomi tidak lagi tertutup).
Karena opsi pertama tersebut sangat berisiko terhadap peningkatan laju inflasi, maka
biasanya opsi kedua yang dipilih.
Kebijakan fislal merujuk pada kebijakan yang dibuat pemerintah untuk mengarahkan
ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak) pemerintah.
Kebijakan fiskal berbeda dengan kebijakan moneter, yang bertujuan men-stabilkan

Analisis Kebijakan Fiskal Kelompok 8

Page

perekonomian dengan cara mengontrol tingkat bunga dan jumlah uang yang beredar.
Instrumen utama kebijakan fiskal adalah pengeluaran dan pajak. Perubahan tingkat dan
komposisi pajak dan pengeluaran pemerintah dapat berikut:
Permintaan agregat dan tingkat aktivitas ekonomi
Pola persebaran sumber daya
Distribusi pendapatan
Menurut Tulus TH Tambunan, kebijakan memiliki dua prioritas, yang pertama adalah
mengatasi defisit anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN) dan masalah-masalah
APBN lainnya. Defisit APBN terjadi apabila penerimaan pemerintah lebih kecil dari
pengeluarannya. Dan yang kedua adalah mengatasi stabilitas ekonomi makro, yang terkait
dengan antara lain ; pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, kesempatan kerja dan neraca
pembayaran.
Contoh kebijakan fiskal yang dikelurkan oleh pemerintah:
Kebijakan tentang penghasilan tidak kena pajak yang dinaikan 10% pada awal Januari
yang tertuang dalam PP/UU APBN 2006 (Pajak ditanggung pemerintah).
Subsidi BBM dan listrik
Apabila perekonomian nasional mengalami inflasi,pemerintah dapat mengurangi
kelebihan permintaan masyarakat dengan cara memperkecil pembelanjaan dan atau
menaikkan pajak agar tercipta kestabilan lagi. Cara demikian disebut dengan
pengelolaan anggaran.
B. TUJUAN KEBIJAKAN FISKAL
Tujuan kebijakan fiskal adalah untuk mempengaruhi jalannya perekonomian. Hal ini
dilakukan dengan jalannya memperkecil pengeluaran konsumsi pemerintah (G), jumlah
transfer pemerintah (Tr), dan jumlah pajak (Tx) yang diterima pemerintah sehingga dapat
mempengaruhi tingkat pendapatan nasional (Y) dan tingkat kesempatan kerja (N). Tujuan
kebijakan fiskal adalah untuk mencegah pengangguran dan menstabilkan harga,
implementasinya untuk menggerakkan pos penerimaan dan pengeluaran dalam anggran
pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dengan semakin kompleknya struktur ekonomi
perdagangan dan keuangan. Maka semakin rumit pula cara penanggulangan inflasi.
Kombinasi beragam harus digunakan secara tepat seperti kebijakan fiskal, kebijakan
moneter, perdagangan dan penentuan harga.
Adapun kebijakan fiskal sebagai sarana menggalakan pembangunan ekonomi
bermaksud mencapai tujuan sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan laju investasi.
Analisis Kebijakan Fiskal Kelompok 8

Page

Kebijakan fiskal bertujuan meningkatkan dan memacu laju investasi disektor


swasta dan sektor Negara. Selain itu, kebijakan fiskal juga dapat dipergunakan untuk
mendorong dan menghambat bentuk investasi tertuntu. Dalam rangka itu pemerintah
harus menerapkan kebijaan investasi berencana di sektor public, namun pada
kenyataannya dibeberapa Negara berkembang dan tertinggal terjadi suatu problem yaitu
dimana langkanya tabungan sukarela, tingkat konsumsi yang tinggi dan terjadi investasi
dijalur yang tidak produktif dari masyarakat dinegara tersebut. Hal ini disebabkan tidak
tersedianya modal asing yang cukup, baik swasta maupun pemerintah. Oleh karena itu
kebijakan fiskal memberikan solusi yaitu kebijakan fiskal dapat meningkatkan rasio
tabungan inkremental yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan, memacu,
mendorong dan menghambat laju investasi. Menurut Dr. R. N. Tripathy terdapaat 6
metode yang diterapkan oleh pemerintah dalam rangka menaikkan rasio tabungan
incremental bagi mobilisasi volume keuangan pembangunan yang diperlukan
diantaranya; control fisik langsung, peningkatan tarif pajak yang ada, penerapan pajak
baru, surplus dari perusahaan Negara, pinjaman pemerintah yang tidak bersifat
inflationer, keuangan defisit.
2. Untuk mendorong investasi optimal secara sosial.
Kebijakan fiskal bertujuan untuk mendorong investasi optimal secara sosial,
dikarenakan investasi jenis ini memerlukan dana yang besar dan cepat yang menjadi
tangunggan Negara secara serentak berupaya memacu laju pembentukkan modal.
Nantinya invesati optimal secara sosial bermanfaat dalam pembentukkan pasar yang lebih
luas, peningkatan produktivitas dan pengurangan biaya produksi.
3. Untuk meningkatkan kesempatan kerja.
Untuk merealisasikan tujuan ini, kebijakan fiskal berperan dalam hal pengelolan
pengeluaran seperti dengan membentuk anggaran belanja untuk mendirikan perusahaan
Negara dan mendorong perusahaan swasta melalui pemberian subsidi, keringanan dan
lain-lainnya sehingga dari pengupayaan langkah ini tercipta tambahan lapangan
pekerjaan. Namun, langkah ini harus juga diiringi dengan pelaksanaan program
pengendalian jumlah penduduk.
4. Untuk meningkatkan stabilitas ekonomi ditengah ketidak stabilan internasional
Kebijaksanaan fiskal memegang peranan kunci dalam mempertahankan stabilitas
ekonomi menghadapi kekuatan-kekuatan internal dan eksternal. Dalam rangka
mengurangi dampak internasional fluktuasi siklis pada masa boom, harus diterapkan
pajak ekspor dan impor. Pajak ekspor dapat menyedot rejeki nomplok yang timbul dari
kenaikkan harga pasar. Sedangkan bea impor yang tinggi pada impor barang konsumsi
dan barang mewah juga perlu untuk menghambat penggunaan daya beli tambahan.
Analisis Kebijakan Fiskal Kelompok 8

Page

5. Untuk menanggulangi inflasi.


Kebijakan fiskal bertujuan untuk menanggulangi inflasi salah satunya adalah
dengan cara penetapan pajak langsung progresif yang dilengkapi dengan pajak komoditi,
karena pajak seperti ini cendrung menyedot sebagian besar tambahan pendapatan uang
yang tercipta dalam proses inflasi.
6. Untuk meningkatkan dan mendistribusikan pendapatan nasional
Kebijakan fiskal yang bertujuan untuk mendistribusikan pendapatan nasional
terdiri dari upaya meningkatkan pendapatan nyata masyarakat dan mengurangi tingkat
pendapatan yang lebih tinggi, upaya ini dapat tercipta apabila adanya investasi dari
pemerintah seperti pelancaran program pembangunan regional yang berimbang pada
berbagai sektor perekonomian.
C. BENTUK-BENTUK KEBIJAKAN FISKAL
Kebijakan fiskal dapat dibedakan kepada dua golongan : penstabil otomatik (bentukbentuk sistem fiskal yang sedang berlaku yang secara otomatik cenderung untuk
menimbulkan kestabilan dalam kegiatan ekonomi) dan kebijakan fiskal diskresioner
(langkah-langkah dalam bidang pengeluaran pemerintah dan perpajakan yang secara khusus
membuat perubahan ke atas sistem yang ada, yang bertujuan untuk mengatasi masalahmasalah ekonomi yang dihadapi).
Penstabil otomatik adalah sistem perpajakan yang progresif dan proporsional,
kebijakan harga minimum, dan sistem asuransi pengangguran. Pajak progresif dan pajak
proporsional, pajak ini biasanya digunakan dalam memungut pajak pendapatan individu dan
praktekkan hampir disemua negara. Pada pendapatan yang sangat rendah pendapatan
seseorang tidak perlu membayar pajak. Akan tetapi semakin tinggi pendapatan, semakin
besar pajak dikenakan ke atas tambahan pendapatan yang diperoleh. Dibeberapa negara
sistem pajak proporsional biasanya digunakan untuk memungut pajak ke atas keuntungan
perusahaan-perusahaan korporat, yaitu pajak yang harus dibayar adalah proporsional dengan
keuntungan yang diperoleh. Jika ditinjau dari sisi teori, ada tiga macam kebijakan anggaran
yaitu:
1. Kebijakan anggaran pembiayaan fungsional (functional finance) kebijakan yang
mengatur pengeluaran pemerintah dengan melihat berbagai akibat tidak langsung
terhadap pendapatan nasional dan bertujuan untuk meningkatkan kesempatan kerja
2. Kebijakan pengelolaan anggaran (the finance budget approach) kebijakan untuk
mengatur pengeluaran pemerintah, perpajakan, dan pinjaman untuk mencapai ekonomi
yang mantap.

Analisis Kebijakan Fiskal Kelompok 8

Page

3. Kebijakan stabilisasi anggaran otomatis (the stabilizing budget) kebijakan yang


mengatur pengeluaran pemerintah dengan melihat besarnya biaya dan manfaat dari
berbagai program.
Jika dilihat dari perbandingan jumlah penerimaan dengan jumlah pengeluaran,
kebijakan fiskal dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu :
1. Kebijakan Anggaran Seimbang
Kebijakan anggaran seimbang, adalah kebijakan anggaran yang menyusun pengeluaran
sama besar dengan penerimaan.
2. Kebijakan Anggaran Defisit
Kebijakan anggaran defisit yaitu kebijakan anggaran dengan cara menyusun
pengeluaran lebih besar daripada penerimaan.
3. Kebijakan Anggaran Surplus
Kebijakan anggaran surplus, yaitu kebijakan anggaran dengan cara menyusun
pengeluaran lebih kecil dari penerimaan.
4. Kebijakan Anggaran Dinamis
Kebijakan anggaran dinamis, yaitu kebijakan anggaran dengan cara terus menambah
jumlah penerimaan dan pengeluaran sehingga semakin lama semakin besar (tidak
statis).
D. INSTRUMEN KEBIJAKAN FISKAL
Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang
berhubungan erat dengan pajak. Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang berlaku
akan berpengaruh pada ekonomi. Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya beli
masyarakat akan meningkat dan industri akan dapat meningkatkan jumlah output. Dan
sebaliknya kenaikan pajak akan menurunkan daya beli masyarakat serta menurunkan output
industri secara umum.
E. PERANAN KEBIJAKAN FISKAL BAGI PEREKONOMIAN
Peranan kebijakan fiskal dalam perekonomian dalam kenyataannya menunjukkan
bahwa volume transaksi yang diadakan oleh pemerintah di kebanyakan Negara dari tahun ke
tahun bertendensi untuk meningkat lebih cepat daripada meningkatnya pendapatan Nasional.
ini berarti bahwa peranan dari tindakan fiskal pemerintah dalam turut menentukan tingkat
pendapatan nasional lebih besar. Untuk Negara-negara yang sudah maju perekonomiannya,
peranan tindakan fiskal pemerintah semakin besar dalam mekanisme pembentukan tingkat
pendapatan nasional terutama dimaksudkan agar supaya pemerintah dapat lebih mampu
dalam mempengaruhi jalannya perekonomian. Dengan demikian diharapkan bahwa dengan
adanya kebijakan fiskal, pemerintah dapat mengusahakan terhindarnya perekonomian dari
keadaan-keadaan yang tidak diinginkan seperti misalnya keadaan dimana banyak
Analisis Kebijakan Fiskal Kelompok 8

Page

pengangguran, inflasi, neraca pembayaran internasional yang terus menerus defisit, dan
sebagainya.
Bagi Negara-negara yang sedang berkembang, pemerintah pada umumnya menyadari
akan rendahnya investasi yang timbul atas inisiatif dari masyarakat sendiri. Dari bagian 1 kita
telah mengetahui bahwa untuk meningkatnya tingkat hidup suatu masyarakat, kapasitas
produksi nasional perlu ditingkatkan. Untuk memperbesar kapasitas produksi nasional
dibutuhkan adanya capital formation Dengan demikian berarti masyarakat perlu mengadakan
investasi yang cukup besar untuk terwujudnya capital formation yang dibutuhkan tersebut.
F. PENGARUH KEBIJAKAN FISKAL TERHADAP PEREKONOMIAN
Pengaruh kebijaksanaan fiskal terhadap perekonomian bisa dianalisa dalam dua tahap
yang berurutan, yaitu :
a. Bagaimana suatu kebijaksanaan fiskal diterjemahkan menjadi suatu APBN
b. Bagaimana APBN tersebut mempengaruhi perekonomian.
APBN mempunyai dua kategori, kategori yang pertama yaitu, mencatat pengeluaran
dan penerimaan yang terdiri dari beberapa pos utama diantaranya :

PENERIMAAN
PAJAK
PINJAMAN DARI BANK SENTRAL
PINJAMAN DARI MASYARAKAT
DALAM NEGERI
PINJAMAN DARI LUAR NEGERI

PENGELUARAN
PENGELUARAN PEMERINTAH UNTUK
PEMBELIAN BARANG & JASA
PENGELUARAN PEMERINTAH UNTUK
GAJI PEGAWAI
PENGELUARAN PEMERINTAH UNTUK
TRANSFER PAYMENT

Kebijakan anggaran pemerintah dahulu selalu mengharuskan kebijakan anggaran


berimbang. Kebijakan anggaran berimbang terjadi ketika pemerintah menetapkan
pengeluaran sama besar dengan pemasukan. Namun pada saat ini kebijakan anggran dapat
menjadi kebijakan anggaran defisit (defisit budget), anggaran surplus (surplus budget).
Kebijakan anggaran emplisit adalah kebijakan pemerintah untuk membuat
pengeluaran lebih besar dari pemasukan negara guna memberi stimulus pada perekonomian.
Dalam hal ini, peningkatan pengeluaran yaitu pembelian pemerintah atas barang dan jasa.
Peningkatan pembelian atau belanja pemeritah berdampak terhadap peningkatan pendapatan
nasional. Contohnya pemerintah mengadakan proyek membangun jalan raya. dalam proyek

Analisis Kebijakan Fiskal Kelompok 8

Page

ini pemerintah membutuhkan buruh dan pekerja lain untuk menyelesaikannya. dengan kata
lain proyek ini menyerap SDM sebagai tenaga kerja. hal ini membuat pendapatan orang yang
bekerja di situ bertambah. Anggaran defisit memiliki keunggulan maupun kelemahan, salah
satu keunggulannya adalah terdapat penertiban pada angka defisit dan nilai tambahan utang
yang jelas dan lebih transparan serta bisa diawasi masyarakat. Menurut Menkeu Agus DW
Martowardojo penerapan kebijakan anggaran defisit tujuannya untuk menciptakan ekspansi
fiskal dan menguatkan pertumbuhan ekonomi agar tetap terjaga pada level yang tinggi.
Umumnya sangat baik digunakan jika keadaan ekonomi sedang resesif. . Anggaran defisit
salah satunya dengan melakukan peminjaman/hutang, dahulu pemerintahan Bung Karno
pernah menerapkannya dengan cara memperbanyak utang dengan meminjam dari Bank
Indonesia, yang terjadi kemudian adalah inflasi besar-besaran (hyper inflation) karena uang
yang beredar di masyarakat sangat banyak. Untuk menutup anggaran yang defisit dipinjamlah
uang dari rakyat, sayangnya rakyat tidak mempunyai cukup uang untuk memberi pinjaman
pada pemerintah. akhirnya, pemerintah terpaksa meminjam uang dari luar negeri. Ini
merupakan salah satu kasus yang menggambarkan kelemahan dari anggaran defisit.
Sedangkan, anggaran surplus adalah kebijakan pemerintah untuk membuat
pemasukannya lebih besar daripada pengeluarannya. Baiknya politik anggaran surplus
dilaksanakan ketika perekonomian pada kondisi yang ekspansi yang mulai memanas
(overheating) untuk menurunkan tekanan permintaan.
Anggaran surplus (Surplus Budget)/ Kebijakan Fiskal Kontraktif adalah kebijakan
pemerintah untuk membuat pemasukannya lebih besar daripada pengeluarannya. Baiknya
politik anggaran surplus dilaksanakan ketika perekonomian pada kondisi yang ekspansi yang
mulai memanas (overheating) untuk menurunkan tekanan permintaan. Cara kerja anggara
surplus adalah kebalikan dari anggaran defisit, uang yang didapat pemerintah dari pendapatan
pajak lebih banyak dari yang dibelanjakan, pemerintah memenfaatkan selisihnya untuk
melunasi beberapa hutang pemerintah yang masih ada. Surplus anggaran akan menaikkan
dana pinjaman, mengurangi suku bunga dan meningkatkan investasi. Investasi yang lebih
tinggi seterusnya dapat meningkatkan akumulasi modal dan mempercepat pertumbuhan
ekonomi.

Analisis Kebijakan Fiskal Kelompok 8

Page

BAB III
KAJIAN EMPIRIS
Di tengah menjulangnya target pajak, strategi Direktorat Jenderal Pajak untuk meraih
target menuai keberatan dari berbagai pihak. Tidak hanya wacana kebijakan yang akan
disusun, beberapa aturan perpajakan yang telah ada pun tidak luput dari usulan penghapusan
atau penundaan. Berbagai alasan dilontarkan untuk menghapus kebijakan fiskal tersebut,
antara lain pengenaan pajak akan merugikan masyarakat tertentu, mengurangi pertumbuhan
ekonomi, dan menambah pengangguran.
Secara umum, pihak-pihak yang menyatakan keberatan adalah pelaku usaha,
akademisi, dan regulator di sektor terkait. Pelaku usaha maupun asosiasi pengusaha yang
terkena imbas secara langsung tentu tidak menginginkan usahanya dikenai beban tambahan,
yaitu pajak. Regulator usaha terkait juga tidak ingin sektor yang diawasi menjadi terhambat
pertumbuhannya karena dikenakan pajak.

Analisis Kebijakan Fiskal Kelompok 8

Page

Adapun akademisi lebih melihat secara helicopter view, yaitu pengaruh pajak
terhadap perekonomian. Meskipun tidak selalu menolak wacana kebijakan pajak, adanya
sikap kontra dari akademisi seolah menguatkan bahwa wacana kebijakan maupun sebuah
aturan pajak layak untuk ditiadakan atau ditangguhkan.
Pro Kontra Wacana Aturan
Sebelum diketok palu oleh DPR, kenaikan target pajak menjadi sebesar Rp1.484,6
triliun mendapat respon dingin dari pelaku usaha. Pada awal Januari lalu, tiga asosiasi usaha
yaitu Asosiasi Pengusaha Indonesia, Indonesia National Shipowners Assosiation (INSA) dan
Dewan Pengurus Pusat Real Estate Indonesia (REI) menilai meroketnya target pajak akan
mempengaruhi industri mereka. Kenaikan target pajak sebesar 40,3% tidak logis di tengah
belum membaiknya perekonomian dunia dan akan menyebabkan kenaikan 45% pada pajak
yang ditanggung konsumen yang pada akhirnya akan mengakibatkan perlambatan ekonomi,
bukan pertumbuhan ekonomi.
Keresahan asosiasi pengusaha semakin terlihat ketika Pemerintah mewacanakan akan
mengubah Peraturan Menteri Keuangan No 416 tahun 1996 yang mengenakan PPh final
sebesar 1,2% menjadi PPh non final. Pajak tersebut akan diterapkan efektif pada Maret 2015
melalui pajak penghasilan (PPh) non final. Pengenaan PPh non final tersebut akan
menggenjot penerimaan pajak dari sektor angkutan laut menjadi sebesar Rp1 triliun dari
realisasi 2014 sebesar Rp80,19 miliar. Suara pengusaha juga disampaikan pada waktu
pemerintah mewacanakan perubahan tarif PPnBM barang mewah, pajak properti, sampai
dengan wacana PPnBM batu akik.
Protes Aturan yang Ada
Tidak hanya wacana aturan yang akan ditetapkan, kebijakan yang telah digulirkan
oleh Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak pun tidak luput dari keberatan dari berbagai pihak.
Pajak Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang diberlakukan berdasarkan PP Nomor 46
tahun 2013 pendapat protes dari pelaku industri. Pelaku UKM keberatan dengan pungutan
PPh final 1 persen dari omset usaha, dan mengusulkan diambil dari keuntungan bersih.
Wirausaha pemula meminta penangguhan aturan pemotongan pajak final karena masih rentan
rugi di tengah ketatnya persaingan dunia usaha.
Terakhir, Ditjen Pajak akhirnya menangguhkan Perdirjen Nomor PER-01/PJ/2015
tentang pemotongan pajak deposito yang baru diterbitkan 26 Januari lalu. Selain karena
belum siapnya sistem IT, terdapat desakan dari asosiasi bank dan regulator perbankan untuk
meniadakan aturan tersebut. Praktisi perbankan khawatir diwajibkannya perbankan
menyerahkan rincian bukti potong Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Penghasilan deposito
Analisis Kebijakan Fiskal Kelompok 8

Page 10

dan tabungan nasabah akan menyebabkan larinya nasabah Indonesia ke luar negeri. Adapun
Otoritas Jasa Keuangan mengingatkan pemberlakuan aturan tersebut akan menabrak aturan
kerahasian perbankan seperti yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan.

Direktorat Jenderal Pajak harus mengambil langkah bijak untuk menanggapi keberatan
sejumlah kalangan. Dalam menghadapi para pihak yang keberatan, tentu saja tidak ada satu
jurus pamungkas untuk menghadapinya. Direktorat Jenderal Pajak harus membuat berbagai
strategi untuk meningkatkan penerimaan pajak yang perlu disosialisasikan dengan baik. Dalam
sosialisasi ke masyarakat, perlu ditekankan bahwa kebijakan fiskal dilakukan atas dasar kajiankajian yang dilakukan baik oleh para peneliti Badan Kebijakan Fiskal maupun akademisi.
Penelitian yang berisi data dan rekomendasi digunakan sebagai acuan peningkatan,
perubahan atau justru penghapusan kebijakan pajak tertentu. Perubahan aturan tidak sematamata hanya untuk meningkatkan penerimaan negara, namun juga untuk belanja yang pada
pemerintahan sekarang diprioritaskan infrastruktur. Infrastruktur yang diprioritaskan adalah
Dikutip dari : www.kanalsatu.co/id
sektor vital di daerah-daerah yang bersentuhan langsung dengan masyarakat, yaitu
Kamis, 12 Maret 2015
pembangunan irigasi pertanian, proyek pekerjaan umum (PU), proyek infrastruktur kelautan,
Oleh : Budi Sulistyo, Pegawai Sekretariat
dan infrastruktur transportasi.
Jenderal Kementerian Keuangan RI*)
Selain dibuktikan dengan kajian, potensi pajak yang masih bisa digali juga didapat dari

TANGGAPAN KELOMPOK

koordinasi yang erat dengan regulator industri dan asosiasi pengusaha. Hasil dari koordinasi
yang baik dapat menghasilkan rekomendasi langkah ekstensifikasi maupun intensifikasi pajak
yang mana potensial untuk digulirkan. Selain itu, dengan koordinasi yang baik dengan
regulator dan asosiasi industri, otoritas fiskal dapat mendorong industri untuk meningkatkan
praktik good corporate governance. Beberapa studi menunjukkan good corporate governance
yang bagus akan meningkatkan potensi pajak dan meminimalisir adanya tax avoidance
(penghindaran pajak) dan tax evasion (penggelapan pajak).
Duduk bersama dengan asosiasi usaha dan para pelaku industri bisa memberikan salah
satu pertimbangan perlu tidaknya pengenaan pajak dan mendapatkan masukan potensi
pajaknya. Tentu saja, apabila industri dikenakan pajak tambahan akan ada resistensi di tengah
belum membaiknya perekonomian. Sekali lagi, hasil kajian yang membuat simulasi kebijakan
pajak dan manfaatnya terhadap perekonomian perlu untuk disosialisasikan agar otoritas fiskal
dan para pelaku usaha mempunyai sudut pandang yang sama. Kajian yang dilakukan harus
memastikan aturan baru tidak berbenturan dengan aturan yang telah ada, dan industri yang
dikenakan pajak tidak dikenakan pajak berganda dengan aturan baru tersebut.
Analisis Kebijakan Fiskal Kelompok 8

Page 11

BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dibuat pemerintah untuk mengarahkan
ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak) pemerintah.
Kebijakan fiskal dapat dibedakan kepada dua golongan : penstabil otomatik dan kebijakan
fiskal diskresioner. Jika dilihat dari perbandingan jumlah penerimaan dengan jumlah
pengeluaran, kebijakan fiskal dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu : Kebijakan
Anggaran Seimbang, Kebijakan Anggaran Defisit, Kebijakan Anggaran Surplus, Kebijakan
Anggaran Dinamis. Tujuan kebijakan fiskal adalah untuk mencegah pengangguran dan
menstabilkan harga, implementasinya untuk menggerakkan pos penerimaan dan pengeluaran
dalam anggran pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Pengaruh kebijaksanaan fiskal terhadap perekonomian bisa dianalisa dalam dua tahap
yang berurutan, yaitu : bagaimana suatu kebijaksanaan fiskal diterjemahkan menjadi suatu
APBN dan bagaimana APBN tersebut mempengaruhi perekonomian.
Analisis Kebijakan Fiskal Kelompok 8

Page 12

B. KRITIK DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA

Boediono, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.2 Ekonomi Makro edisi 4BPFEYogyakarta.1982.
Iskandar Putong (2002), Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro, Ghalia Indonesia, Jakarta
Prathama rahardja dan Mandala manurung, Teori Ekonomi Makro dan Suatu Pengantar edisi
3, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.2005
Soedioyono Reksoprayitno, Ekonomi Makro Edisi Millenium, YOGYAKARTA, Bpef
YOGYAKARTA, 2000. Hal 51-53
Soeharno, Teori Makro Ekonomi, Andi Yogyakarta. 2009
Tambunan, TH., Tulus (2006), Perekonomian Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta
http://kanalsatu.com/id/post/40545/penolakanataspajak
Analisis Kebijakan Fiskal Kelompok 8

Page 13

http://cafe-ekonomi.blogspot.com/2009/05/makalah-kebijakan-fiskal.html

Analisis Kebijakan Fiskal Kelompok 8

Page 14

Você também pode gostar