Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Anindya Kharisma W.
NIM
155100107111009
Kelas
Kelompok
G3
BAB III
ASIDI-ALKALIMETRI
TUJUAN
A. PRE LAB
1. Apa yang dimaksud dengan analisis volumetri?
Dalam analisis volumetrik, pengukuran volume digunakan untuk menentukan sifat-sifat suatu zat
seperti itu komposisi atau kemurnian. Analisis volumetrik adala suatu metode analisis yang
melibatkan pengukuran volume (McPherson, 2015).
2. Apa yang dimaksud dengan asidi-alkalimetri?
Asidimetri yaitu bila larutan standarnya bersifat asam.
Alkalimetri yaitu bila larutan standarnya bersifat basa
Basa + Asam
Garam + Air
(McPherson, (2015).
3. Apa yang dimaksud dengan larutan standar primer?
Standar Primer ini merupakan senyawa yang diperoleh dengan tingkat kemurnian sangat tinggi
(>99,9%). Contoh : Natrium karbonat (Na2CO3) dan Kalium hidrogen ftalat (Donald, 2008).
CH3COOH(aq) + H2O(aq)
Na2C2O4(aq) + 4H2O(l)
(Day, 2006)
7. Apa yang digunakan untuk menstandarisasi HCl? Tuliskan persamaan reaksinya!
Pembakuan/standarisasi larutan NaOH dapat menggunakan:
1.
Boraks reaksinya:
(Na2B4O7.10H2O) : Na2B4O7. 10H2O + 2HCl
8. Jenis asam apa yang dominan ada pada asam cuka perdagangan? Tuliskan persamaan reaksinya
dengan NaOH!
Jenis asam yang dominan terhadap asam cuka perdagangan adalah asam asetat. Asam asetat atau
asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma
pada makanan.
Persamaan reaksinya : NaOH (aq) + CH3COOH (aq)
(Weiner, 2010)
B. TINJAUAN PUSTAKA
CH3COONa(aq) + H2O(l)
dilakukan dengan cara mereaksikan larutan tersebut dengan arutan yang sudah diketahui
konsentrasinya. Reaksi titrasi ini dilakukan secara bertahap. Ada bermacam-macam titrasi
bergantung pada jenis reaksinya, seperti titrasi asam basa, titrasi permanganometri, titrasi
argentometri, dan titrasi iodometri (Sunarya, 2007).
Pengertian asidi-alkalimetri
Berdasarkan atas hasil reaksi antara analis dengan larutan standar maka analisis
volumetrik dibagi menjadi titrasi netralisasi (asam basa) yang terdiri dari alkalimetri dan asidimetri.
Dimana Reaksi penetralan atau asidimetri dan alkalimetri adalah salah satu dari empat golongan
utama dalam penggolongan reaksi dalam analisis titrimetri yang melibatkan titrasi basa bebas. Basa
yang terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah dengan suatu asam standar
(asidimetri) dan titrasi asam bebas atau asam yang terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari
basa lemah dengan suatu basa standar (alkalimetri). Reaksi-reaksi ini melibatkan bersenyawanya
ion hidrogen untuk membentuk air. Dalam analisis larutan asam dan basa, titrasi akan melibatkan
pengukuran yang seksama volume-volumenya suatu asam dan suatu basa yang tepat akan saling
menetralkan (Widiharti, 2008).
Larutan standar primer adalah larutan yang mengandung senyawa kimia stabil yang tersedia dalam
kemurnian tinggi dan dapat digunakan untuk menstandarisasi larutan standar yang digunakan di
dalam titrasi (Donald, 2008). Contoh : Kalium Hidrogen Flatat, KBrO3, K 2Cr 2O7, AS2O3, NaCl,
asam oksalat, asam benzoat
Larutan standar sekunder adalah larutan yang telah melalui proses standarisasi dan memiliki
konsentrasi tertentu (Donald, 2008). Contoh : NaOH, HCl, AgNO3, KMnO4, Fe(SO4)2
Fungsi Indikator fenolftalein (pp): Penentu titik akhir dalam titrasi yang ditandai jika tidak
ada warna menunjukkan netral sedangkan warna merah muda berarti keadaan basa dengan
pH 8 10 (Rohman, 2007).
Fungsi Indikator metal orange: Penentu titik akhir dalam titrasi yang ditandai jika warna
Titrasi asam basa ini sangatlah berguna dalam bidang industri. Contoh penggunaannya adalah
dalam bidang pertanian, untuk pembuatan pupuk kalium klorida yang dalam pembentukkannya
diperlukan MgO yang dihitung kadarnya sebagai penguji dengan proses titrasi. Atau dalam industri
lain seperti penentuan sulfite dalam minuman anggur menggunakan iodine yang merupakan asam.
Dalam industri makanan digunakan untuk penentuan kadar iodium, sakarin, kadar Zn dan Fe dalam
tahu yang dibungkus dengan plastik
C. DIAGRAM ALIR
1. Pembuatan larutan standar HCl 0.1 M
HCL Pekat
Dihitung konsentrasinya
Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml
Ditambahkan akuades
Dihomogenkan
Hasil
Dilakukan duplo
Dihitung M NaOH
Hasil
5. Penggunaan larutan standar asam dan basa untuk menetapkan kadar asam asetat pada
cuka
Asam Cuka
Diambil sebanyak 10 ml
Dimasukka ke dalam labu ukur 100 ml
Ditabahkan akuades hingga tanda batas
Dihomogenkan
Diambil sebanyak 10 ml dan dimasukkan ke dalam elenmeyer
Ditambahkan 2-3 tetes Indikator pp
Dititrasi dengan larutan NaOH dalam buret
Diamati hingga terjadi perubahan warna
DAFTAR PUSTAKA
Cairns, Donald. 2008. Intisari Kimia Farmasi Edisi 2. Alih bahasa: Rini Maya. Jakarta: EGC
Day, R. A. dan Underwood, A. L. 2006. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenan. Jakarta: Erlangga
McPherson, Peter. 2015. Practical Volumetric Analysis. Cambridge: Royal Society of mistry
Mukhlish, Hendra Cordova.2006. Perancangan Kontrol pH Pada Proses Titrasi Asam Basa.
Jurusan Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh
Nopember Kampus ITS Keputih Sukolilo, Surabaya.hal.143
Rohman, Abdul. 2007 .Kimia Farmasi Analis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Weiner, Susan A. 2010. Introduction to Chemical Principles 7 th edition 268. USA: Cengage
Learning
Widihati, I Gede. 2008. Adsorpsi Anion Cr(VI) Oleh Batu Pasir Teraktivasi Asam dan Tersalut
Fe2O3. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran. Jurnal Kimia
Vol. 2 (1): 25-30 ISSN 1907-985025hal.156
: 1,19
Kadar HCl
: 32%
: 0,96 mL
Perhitungan:
M=
.10 .
Mr
V1. M1
= V2. M2
1,19.10 .32
36,5
= 10,43 M
10
10,43
V1 = 0,96 mL
Mengapa dalam pembuatan larutan standar HCl, BJ HCl harus diperhitungkan?
Karena dalam pembuatan larutan HCL ini belum diketahui konsentrasi HCL itu sendiri, karena
HCL merupakan larutan standarisasi sekunder, jadi konsentrasinya belum diketahui secara pasti.
Maka konsentrasi HCL ini dicari dengan rumus diatas, namun menggunakan berat jenis untuk
menghitung konsentrasinya. Dan untuk menentukan volume HCl pekat yang dibutuhkan,
dipengaruhi oleh besarnya volume HCl, BJ (berat jenis) HCl, dan kadar dari HCl pekat.
2. Standarisasi larutan HCl 0,1 M
Volume HCl
: V1 = 12,4 mL
V2 = 12,2 mL
Molaritas HCl
Berat boraks
BM boraks
Molaritas larutan HCl hasil
standarisai
Perhitungan:
Vrata-rata = 12,3 mL
: 0,1 M
: 1,9 gram
: 381
: 0,02 M
Konsentrasi HCL untuk standarisasi
M1. V1. n
= M2. V2. N
= 0,02 M
: 0,4 gram
: 100 mL
: 0,1 M
gr
1000
M=
x
Mr V (mL )
0,1=
gr 1000
x
40 100
gr = 0,4 gram
: 10 mL
:
:
: 12,2 mL
: 0,1 M
Vawal NaOH = 50 mL
M NaOH =
Vtitrasi 1
2 x V . as Oksalat x M . as Oksalat
V NaOH
= 12,2 mL
2 x 10 x 0,05
12,2
Vtitrasi 2
1
12,2
= 12,2 mL
Vrata-rata
= 12,2 mL
= 0,082
a. Mengapa standarisasi larutan NaOH menggunakan Na-oksalat?
Karena antara NaOH dan asam oksalat terjadi reaksi sempurna. NaOH ( basa kuat ) akan
bereaksi dengan asam oksalat (asam lemah ) membentuk garam yang bersifat basa. Reaksi :
Dari reaksi antara basa kuat dan asam lemah itu akan lebih mudah diamati titik akhir
titrasinya. Pada percobaan ini, asam oksalat merupakan larutan standar primer dan NaOH
merupakan larutan standar sekunder.
b. Mengapa indikator yang digunakan adalah pp (fenolftalein)?
Indikator yang digunakan adalah indikator pp, sebab range pH indikator ini mendekati range
pH garam basa yang dihasilkan, maka dengan indikator ini dapat menunjukkan titik akhir
titrasi yang terbentuk dan ditunjukan dengan perubahan warna.
5. Penetapan kadar asam asetat pada cuka
Volume larutan asam cuka
Volume NaOH (titrasi)
Molaritas NaOH
BM asam organik dominan
Persamaan reaksi
Kadar total asam (% b/v)
Perhitungan:
: 10 mL
: 5,5 mL
: 0,082 M
: 60
: NaOH + CH3COOH
: 27 %
Konsentrasi Cuka :
Massa Cuka :
CH3COONa + H2O
%b/v =
gr
x 100
V (mL)
Mcuka =
M NaOH x V NaOH x FP
V cuka
M=
gr
1000
x
Mr V ( mL )
2,7
x 100
10
=
0,082.5,5 .100
10
= 4,5 M
4,5=
gr 1000
x
60 100
= 27 %
gr = 2,7 gram
Apakah prinsip analisis kadar total asam bisa digunakan untuk menentukan keasaman produk
pangan yang lain? Jelaskan contoh aplikasinya!
Bisa dalam pembuatan yoghurt. Minuman yoghurt akan diukur tingkat keasamannya. Dapat
digunakan untuk mengukur kadar keasamaan pada buah-buah juga.
E. ANALISA PROSEDUR
1. Pembuatan larutan standar HCl 0,1 M
Pertama yang dilakukan untuk membuat larutan standar HCl 0,1 M adalah menghitung
volume HCl pekat yang dibutuhkan dengan menggunakan rumus pengenceran. Dan sudah
didapatkan hasil volume yaitu 0,96 mL. Mengambil 0,96 ml HCl pekat dengan menggunakan pipet
volume dan memasukkan ke dalam labu ukur 100 mL. Menambahkan aquades hingga mencapai
tanda batas pada meniscus bawah labu ukur. Menutup labu ukur dengan penutup dan
menghomogenkan larutan HCl 0,1 M. Didapatkan hasil berupa larutan standar HCl 0,1 M.
2. Standar larutan HCl 0,1 M dengan boraks (Na2B4O7.10H2O)
Mula mula menghitung massa boraks dengan menggunakan konsentrasi boraks yang
sudah diketahui. Dan didapatkan hasil 1,9 gram. Mengambil 10 mL larutan boraks dan
memasukkan ke dalam erlenmeyer. Menambahkan indikator metil orange sebanyak 1 2 tetes.
Menitrasi larutan boraks dengan menggunakan HCl 0,1 M pada percobaan sebelumnya. Mengamati
hingga terjadi perubahan warna dari orange menjadi jingga. Mencatat volume HCl yang digunakan
untuk menitrasi larutan boraks. Melakukan duplo atau percobaan yang sama sebanyak 2 kali untuk
mendapatkan volume rata rata HCl yang dibutuhkan untuk Menitrasi larutan boraks. Menghitung
konsentrasi HCl. Didapatkan hasil berupa larutan HCl yang telah terstandarisasi.
3. Pembuatan larutan standar NaOH 0,1 M
Pertama menghitung berat kristal NaOH yang dibutuhkan untuk membuat larutan standar
NaOH 0,1 M. dan dihasilkan massan NaOH sebanyak 0,4 gram. Menimbang kristal NaOH
sebanyak 0,4 gram dengan menggunakan timbangan analitik. Memasukkan kristal NaOH ke dalam
gelas beker dengan cara membilas gelas arloji dan selanjutnya menambahkan aquades secukupnya.
Melarutkan kristal NaOH dengan menggunakan pengaduk kaca. Memindahkan larutan NaOH ke
dalam labu ukur 100 mL dan ditambahkan aquades hingga mencapai tanda batas meniscus bawah.
Menghomogenkan larutan NaOH dan didapatkan hasil berupa larutan standar NaOH sebesar 0,1 M.
Memasukkan larutan standar NaOH 0,1 M ke dalam buret yang selanjutnya digunakan untuk
menitrasi asam okasalat.
4. Standarisasi larutan NaOH 0,1 M dengan asam oksalat (H2C2O4.2H2O)
Mula mula mengambil 10 mL asam oksalat 0,05 M ke dalam erlenmeyer. Menambahkan
indikator pp sebanyak 1 2 tetes. Menitrasi asam oksalat dengan menggunakan NaOH. Mengamati
hingga terjadi perubahan warna dari jernih menjadi ungu. Mencatat volume NaOH yang digunakan
untuk menitrasi asam oksalat. Melakukan duplo atau mengulangi percobaan sebanyak 2 kali untuk
mendapatkan volume rata rata NaOH yang ditambahkan ke dalam asam oksalat. Menghitung M
NaOH. Dan dipatkan hasil M NaOH yaitu 0,082. Hasil berupa larutan NaOH yang telah di
standarisasi.
5. Penggunaan larutan standar basa untuk menetapkan kadar asam asetat pada cuka
Penggunaan larutan standar basa untuk menetapkan kadar asam asetat pada cuka. Pertama
mengambil cuka sebanyak 10 mL, lalu memasukkan ke dalam labu ukur 100 mL, selanjutnya
menambahkan aquades hingga mencapai tanda batas meniscus bawah. Menghomogenkan larutan
cuka. Mengambil sebanyak 10 mL larutan cuka dan memasukkannya ke dalam erlenmeyer.
Menambahkan indikator pp sebanyak 2 3 tetes. Menitrasi larutan cuka dengan menggunakan
larutan NaOH yang berada di dalam buret. Mengamati hingga terjadi perubahan warna larutan dari
jernih menjadi ungu. Mencatat volume NaOH yang digunakan untuk menitrasi larutan cuka dan
menghitung kadar asam asetat yang terkandung di dalam cuka. Melakukan duplo.
F. ANALISA HASIL
1. Pembuatan larutan standar HCL 0,1 M
Percobaan pembuatan larutan standar HCl 0,1 M menurut Rahayu (2005) dengan
menggunakan rumus molaritas.
M=
.10 .
Mr
1,19.10 .32
36,5
V1. M1
= V2. M2
V 1=
= 10,43 M
10
10,43
V1 = 0,96 mL
Dengan menggunakan rumus molaritas tersebut, diperoleh hasil yang sama dengan
percobaan.
= M2. V2. N
0,5
24,6
M1
= 0,02 M
Namun dalam hal ini hasil akhir antara praktikum dengan yang ada di literatur ini
mempunyai hasil akhir yang berbeda.
3. Pembuatan Larutan Standar NaOH 0,1 M
Percobaan pembuatan larutan standar NaOH 0,1 M menurut Decoste (2010) dengan
menggunakan rumus molaritas.
M=
gr
1000
x
Mr V (mL )
0,1=
gr 1000
x
40 100
gr = 0,4 gram
Dengan menggunakan rumus molaritas tersebut, diperoleh hasil yang sama dengan
percobaan.
4.Standariasi larutan NaOH 0,1 mL
Percobaan pembuatan larutan standar NaOH mrnurunt (Chang, 2005). Dengan
menggunakan rumus pengencaran:
M NaOH =
Vawal NaOH = 50 mL
Vtitrasi 1
= 12,2 mL
Vtitrasi 2
= 12,2 mL
Vrata-rata
= 12,2 mL
2 x V . as Oksalat x M . as Oksalat
V NaOH
2 x 10 x 0,05
12,2
1
12,2
= 0,082 M
Konsentrasi Cuka :
Mcuka =
M NaOH x V NaOH x FP
V cuka
Massa Cuka :
M=
%b/v =
gr
1000
x
Mr V ( mL )
gr
x 100
V (mL)
2,7
x 100
10
=
0,082.5,5 .100
10
= 4,5 M
4,5=
gr 1000
x
60 100
gr = 2,7 gram
= 27 %
Tanggal
Nilai
Paraf
Asisten
KESIMPULAN
Analisis volumetrik dibagi menjadi titrasi netralisasi (asam basa) yang terdiri dari
alkalimetri dan asidimetri. Asam standar (asidimetri) dan titrasi asam bebas atau asam yang
terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah dengan suatu basa standar
(alkalimetri). Alkalimetri adalah suatu sampel asam dengan mentitrasinya dengan larutan
baku basa sedangkan asidimetri adalah suatu sampel basa dengan mentitrasinya dengan
larutan asam.
Pada standarisasi larutan HCL dengan boraks diperoleh konsentrasi HCL standarisasi yaitu
0,02 M.
Pada standarisasi larutan NaOH dengan Asam Oksalat menghasilkam konsentrasi NaOH
menjadi 0,082 M
Kadar total asam cuka yang dibutuhkan yaitu 27%.
Perubahan warna yang terjadi pada larutan yang di beri indicator pp berubah menjadi
SARAN
Saat membuat larutan standarisasi, saat memulai titrasi kita harus tetap melihat volume