Você está na página 1de 56

AKUNTANSI PAJAK

Oleh:
Lembaga Manajemen Formasi

Lembaga Manajemen Formasi

Pengantar
AKUNTANSI UMUM

Service Activity yang


berfungsi menyediakan
informasi kuantitatif yang
bersifat keuangan untuk dasar
pengambilan keputusan

USER: STAKE HOLDER

STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN

AKUNTANSI PAJAK

Istilah: Pembukuan.
Proses pencatatan yang
dilakukan secara teratur untuk
menyediakan informasi shg.
dapat dihitung besarnya pajak

USER: DJP

SAK dan UU PAJAK


(Penj. Pasal 28 Ayat (7) KUP)

PEMBUKUAN
MENURUT
FISKAL
Tujuan
DAPAT DIGUNAKAN UNTUK
MENGHITUNG BESARNYA
PAJAK TERUTANG
Maka
YANG TERUTAMA ADALAH
DAPAT MEYAKINKAN FISKUS
KETIKA PEMERIKSAAN

Akuntansi Pajak
MENGANUT PRINSIP AKUNTANSI UMUM, KECUALI KETENTUAN
PERPAJAKAN MENGATUR KHUSUS

REFFERENSI

Penjelasan Pasal 28 ayat (7) UU KUP :


Dengan demikian pembukuan harus diselenggarakan
dengan cara atau sistem yang lazim dipakai di Indonesia
misalnya berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan,
kecuali peraturan perundang-undangan Perpajakan
menentukan lain.

Pembukuan dan Pencatatan


Wajib Pembukuan (Pasal 28 ayat (1) UU KUP):
WPOP yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas; dan
Wajib Pajak Badan.
Wajib Pencatatan:
WPOP yang tidak melakukan usaha
WPOP yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas dengan omzet tidak lebih Rp 600 juta (KEP
536/PJ./2000); Th 2007 sd sekarang tidak lebih Rp 1.8
miliar (PMK 01/PMK.03/2007)

Melakukan Usaha Tetapi Tidak Menyelenggarakan


Pembukuan Sesuai Pasal 28 UU KUP

WP-WAJIB PEMBUKUAN

WP-WAJIB PENCATATAN

+ Sanksi
PENGH. NETO (PKP)
DIHITUNG DENGAN
NORMA PENGHIT.
(Psl 14 UU PPh)

PENGH NETO = % NORMA X PH. BRUTO


HASIL TIDAK PERNAH RUGI

Sanksi Tidak Menyelenggarakan


Pembukuan sesuai Pasal 28 KUP atau
Tidak Menunjukkan Pembukuan
Hasil Pemeriksaan:
Diterbitkan SKP (dihitung dengan Norma) ditambah sanksi bunga
keterlambatan Pasal 13 ayat (2) UU KUP sebesar 2% perbulan, maksimum 24
bulan (48%);
Ditambah sanksi kenaikan sesuai Pasal 13 ayat (3) UU KUP sebesar 50% dari
pajak yang kurang dibayar;
Jika Dengan sengaja tidak menyelenggarakan pembukuan atau menunjukkan
pembukuan yang dipalsukan, sehingga dapat menimbulkan kerugian negara
diancam pidana kurungan 6 tahun dan denda maksimal 4 kali pajak yang
kurang dibayar.

SANKSI BERSIFAT KUMULATIF

Dasar Hukum Perhitungan Norma dan Sanksi

Pasal 14 ayat (5) UU PPh:


PPh:
Wajib Pajak yang wajib menyelenggarakan pembukuan,
pembukuan, termasuk Wajib Pajak sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3) dan ayat (4), yang ternyata tidak atau tidak sepenuhnya menyelenggarakan
pencatatan atau pembukuan atau tidak memperlihatkan pencatatan atau pembukuan atau buktibukti-bukti
pendukungnya,
pendukungnya, maka penghasilan netonya dihitung berdasarkan Norma Penghitungan Penghasilan
Neto atau cara lain yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.
Keuangan.

Pasal 13 ayat (1) butir d, ayat (2), dan ayat (3) butir a UU KUP:
(1)
Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang dalam halhal-hal
sebaga berikut :
d. apabila kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 dan Pasal 29 tidak dipenuhi,
dipenuhi,
sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang.
terutang.
(2)
Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a ditambah dengan sanksi administrasi berupa
bunga sebesar 2 % (dua
(dua persen)
persen) sebulan untuk selamaselama-lamanya dua puluh empat
bulan,
bulan,
(3)
Jumlah pajak dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b, huruf c, dan huruf d ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan
sebesar :
a. 50 % (lima puluh persen)
persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dibayar dalam
satu Tahun Pajak;
Pajak;

Pasal 39 UU KUP:
(1) Setiap orang yang dengan sengaja :
e.memperlihatkan pembukuan,
pembukuan, pencatatan,
pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukan seolahseolaholah benar;
benar; atau
f. tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan,
pencatatan, tidak memperlihatkan atau tidak
meminjamkan buku,
buku, catatan,
catatan, atau dokumen lainnya;
lainnya;
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara,
negara, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 6 (enam
(enam)) tahun dan denda paling tinggi 4 (empat
(empat)) kali jumlah pajak terutang yang tidak
atau kurang dibayar.
dibayar.

Persyaratan Pembukuan
Pasal 28 UU KUP

Mencerminkan itikad baik dan mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha


yang sebenarnya.
Diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka
Arab, satuan mata uang Rupiah, dan disusun dalam bahasa Indonesia atau
dalam bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan.
Pembukuan diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel
akrual atau stelsel kas.
Perubahan terhadap metode pembukuan dan atau tahun buku, harus
mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak.
Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri dari catatan mengenai harta,
kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian,
sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terutang.
Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain
Rupiah dapat diselenggarakan oleh Wajib Pajak setelah mendapat izin
Menteri Keuangan.
Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau
pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari
pembukuan yang dikelola secara elektronik atau secara program aplikasi
on-line wajib disimpan selama 10 (sepuluh) tahun di Indonesia, yaitu di
tempat kegiatan atau tempat tinggal Wajib Pajak orang pribadi, atau di
tempat kedudukan Wajib Pajak badan .

Prinsip-prinsip Akuntansi Pajak


1. Lex Spesialis
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Going Concern
Substance Over Form
Tidak Netral
Taat Azas
Basis Accrual dan Kas
Historical Cost
Realisasi
Kesatuan Usaha
Periode Akuntansi

10

Taat Asas
1.

Penerapan prinsip dan metode pembukuan


yang sama dengan tahun sebelumnya.

2.
3.

Mencegah pergeseran laba rugi

4.

Perubahan metode pembukuan harus


dengan persetujuan Dirjen Pajak.
Permohonan diajukan sebelum dimulainya
tahun buku dengan disertai alasan yang
logis serta akibat yang mungkin timbul.
Termasuk taat asas adalah penggunan
periode Tahun buku. Perubahan Tahun buku
juga harus mendapat persetujuan DJP

11

Stelsel Accrual dan Stelsel Kas


1. Stelsel accrual: penghasilan diakui pada waktu diperoleh dan biaya
diakui pada waktu terutang. (termasuk stelsel accrual adalah
perhitungan dengan cara percentage completion method bagi
pengusaha konstruksi).
2. Stelsel Kas: penghasilan diakui saat diterima dan biaya diakui saat
dibayar. Namun penggunaan stelsel kas juga harus memperhatikan:
a. Penjualan termasuk penjualan kredit.
b. Harga Pokok memperhitungkan pembelian dan persediaan.
c. Penyusutan dan amortisasi
d. Dilakukan secara taat asas (konsisten)
Stelsel kas dalam pajak disebut juga
sebagai stelsel campuran.

12

Pokok-pokok LKF
Pengukuran
Penilaian
Pengakuan
Perkiraan (Akun)
Pengungkapan

13

Pengukuran
1. Dalam mata uang rupiah
2. Penyelenggaraan pembukuan dalam bahasa Inggris

3.

dan mata uang Dollar Amerika Serikat hanya bagi


perusahaan PMA, Kontrak Karya Pertambangan,
Kontrak Bagi Hasil di bidang Migas, BUT, dan
perusahaan afiliasi asing (hubungan istimewa) tetapi
harus terlebih dahulu mendapat izin tertulis dari
Menteri Keuangan, kecuali bagi Wajib Pajak dalam
rangka Kontrak Karya atau Kontrak Bagi Hasil.
Syarat penggunaan mata uang asing dan mata uang
rupiah diatur dalam KMK 533/KMK.04/2000 dan KMK
543/KMK.04/2000

14

Penilaian
1. Harga yang sesungguhnya dikeluarkan atau yang
2.
3.

4.
5.

seharusnya dikeluarkan.
DJP berwenang mengkoreksi harga yang dipengaruhi
hubungan istimewa (Psl 18 ayat (3) UU PPh)
Nilai buku atas pengalihan harta berupa:
- Bantuan, sumbangan, hibah yang bersifat murni.
- Penggabungan, peleburan, dan pemekaran usaha
(diatur khusus).
Penilaian persediaan menggunakan metode FIFO atau
harga rata-rata.
Revaluasi aktiva untuk tujuan perpajakan diatur khusus.

15

Pengakuan
1. Dasar akrual atau dasar kas.
2. Hutang PPN diakui paling lambat akhir bulan
3.

berikut setelah penyerahan atau saat


pembayaran jika pembayaran mendahului.
Kewajiban pemotongan PPh (withholding tax)
di akhir bulan pada bulan pembebanan atau
pembayaran mana lebih dulu terjadi.

16

Perkiraan - Akun
1. Penggunaan akun lain-lain

menimbulkan masalah.
2. Bukti pendukung eksternal lebih utama
3. Deferred Tax bukan transaksi pajak

17

Karakteristik Akuntansi Pajak


Dapat meyakinkan

Petugas Pajak
Jujur dan Full

disclosure

Dapat dibandingkan

dengan periode
sebelumnya
Tepat Waktu

18

Akuntansi Pajak - Neraca

Kas dan Bank


Piutang Usaha
Piutang Karyawan
Persediaan
Marketable Securities
Aktiva Tetap dan Penyusutan
Investasi Jangka Panjang
Aktiva Tak Berwujud
Goodwill
Hutang
Ekuitas

19

Kas dan Bank


1. RK bank menjadi alat uji dalam menganalisis
2.
3.

arus kas penjualan oleh pemeriksa.


Deposito yang berasal dari pinjaman
dipisahkan dari akun deposito dan tabungan
lainnya (SE-46/PJ.4/1995).
Pengakuan selisih kurs atas saldo Kas dan
Bank dalam mata uang asing menggunakan
kurs tetap atau kurs yang sebenarnya berlaku
(umumnya digunakan kurs tengah BI) akhir
tahun.

20

Kasus Pemeriksaan
Verband Control
RK Banksisi kredit, dikonotasikan sebagai
arus kas masuk.

PENJUALAN/PEREDARAN USAHA=
SALDO PIUTANG AKHIR + PENERIMAAN KAS SALDO PIUTANG AWAL

AGAR PERHITUNGAN TIDAK BIAS, WP HARUS DAPAT MEMBEDAKAN MANA


ARUS KAS MASUK YANG BERASAL DARI PENJUALAN. PERLU JUGA
DIWAPADAI BAHWA HASIL PERHITUNGAN PENJUALAN TERSEBUT
TERMASUK UNSUR PENERIMAAN PPN.

21

Kasus Pemeriksaan:
Simpanan Deposito dikaitkan dengan
Pinjaman
WP MEMILIKI PINJAMAN

Saat Yang Sama

WP MEMBAYAR BUNGA

DILAPORKAN SBG EXPENSE

WP MEMILIKI DEPOSITO

WP MENERIMA BUNGA

ADA
KORELASI

DIKENAKAN PPH FINAL


PENGH. BUNGA TDK
DIHITUNG LAGI PJKNYA

KOREKSI BIAYA BUNGA

22

Petikan: SE-46/PJ.4/1995
Perlakuan Biaya Bunga Pinjaman Dalam Hal WP Menerima Penghasilan Bunga
Deposito/ Tabungan:
a. Apabila jumlah rata-rata pinjaman sama besarnya dengan atau lebih kecil dari jumlah
rata-rata dana yang ditempatkan sebagai deposito berjangka atau tabungan lainnya,
maka bunga yang dibayar atau terutang atas pinjaman tersebut seluruhnya tidak dapat
dibebankan sebagai biaya.
b. Apabila jumlah rata-rata pinjaman lebih besar dari jumlah rata-rata dana yang
ditempatkan dalam bentuk deposito atau tabungan lainnya, maka bunga atas pinjaman
yang boleh dibebankan sebagai biaya adalah bunga yang dibayar atau terutang atas rataratapinjaman yang melebihi jumlah rata-rata dana yang ditempatkan sebagai deposito
berjangka atau tabungan lainnya.
PENGECUALIAN :
a. dana pinjaman tersebut disimpan/ditempatkan dalam bentuk rekening giro yang atas
jasanya dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final.
b. adanya keharusan bagi Wajib Pajak untuk menempatkan dana dalam jumlah tertentu
pada suatu bank dalam bentuk deposito berdasarkan ketentuan perundangundangan yang berlaku, sepanjang jumlah deposito dan tabungan tersebut sematamata untuk memenuhi keharusan tersebut : misalnya cadangan biaya reklamasi yang
harus ditempatkan dalam bentuk deposito atau tabungan di Bank Pemerintah,
c. dapat dibuktikan bahwa penempatan deposito atau tabungan tersebut dananya berasal
dari tambahan modal dan sisa laba setelah kena pajak.

23

Piutang Usaha
1.

Pembentukan cadangan bad-debt tidak diakui kecuali bagi bank dan


perusahaan leasing dengan hak opsi.

2.

Penghapusan piutang yang nyata-nyata tidak dapat tertagih harus


memenuhi syarat tertentu:
a. Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan komersial
b. Telah diserahkan perkaranya pada pengadilan negeri atau BUPLN,
atau ada surat pernyataan yang ditandatangani bersama.
c. Telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus.
d. Menyerahkan daftar piutang yang tidak tertagih kepada DJP.

3.

Penghapusan piutang tidak mengakibatkan dilakukannya


penyesuaian PPN terutang (Pasal 7 PP 143 Tahun 2000)

4.

Perhitungan selisih kurs atas piutang usaha dalam mata uang asing
dengan kurs tetap atau kurs tengah BI akhir tahun

24

Piutang Karyawan
1.

Kas bon dan pinjaman lain karyawan sebaiknya didukung


perjanjian kontraktual.

2.

Pemberian kredit karyawan berbunga rendah di bawah suku


bunga yang berlaku di pasar menimbulkan masalah
SE-16/PJ.43/1999:
Selisih tingkat suku bunga yang dibayar perusahaan kepada pihak
lain (harga pokok atau tingkat suku bunga pinjaman yang
dibayarkan untuk dana tersebut) dengan bunga yang dibebankan
kepada karyawan, merupakan koreksi fiskal bagi perusahaan
karena tidak boleh dibiayakan.

3.

Piutang karyawan yang selalu terbuka sepanjang tahun


menimbulkan masalah.

25

Persediaan

1.

Persediaan dinilai dengan metode FIFO atau harga rata-rata.


Dimungkinkan juga menggunakan specific identification.

2.

Harga Pokok = Persediaan awal + Pembelian Persediaan akhir.


Unit Terjual = Unit awal + unit pembelian unit akhir

3.

Penghapusan persediaan yang rusak atau hilang perlu didukung


berita acara penghapusan barang atau berita acara kehilangan dari
kepolisian.

4.

Persediaan yang musnah atau rusak tidak mengakibatkan


dilakukannya penyesuaian PPN yang telah dikreditkan atau yang
telah dibebankan sebagai biaya (Pasal 7 PP 143 Tahun 2000).

5.

Persediaan dengan sifat tertentu (misal susut) harus didukung


dengan bukti yang cukup

26

Marketable Securities
1. Tidak mengenal COMWIL.
2. Keuntungan (capital gain) dan kerugian (capital
3.
4.
5.

loss) diakui saat realisasi. Metode penilaiannya


tidak diatur secara jelas di pajak
Capital gain atas saham yang dijual di bursa
dikenakan PPh Final sebesar 0,1% dari harga
jual (nilai transaksi). Untuk saham pendiri
ditambah 0,5% dari harga jual.
Diskonto dan bunga obligasi yang pembeliannya
didaftarkan di bursa dikenakan PPh Final sebesar
20%.
Keuntungan dari reksadana tidak dikenai pajak

27

Aktiva Tetap

Nilai Perolehan:

1. Dicatat sebesar harga perolehan termasuk biaya-biaya yang berhubungan


langsung dengan perolehan aktiva.
2. BPHTB atas bangunan dikapitalisasi ke harga bangunan sedangkan BPHTB
atas tanah dikapitalisasi masuk nilai tanah, kecuali atas tanah yang dapat
disusutkan (SE-01/PJ.42/2002).
3. PBB atas tanah dan bangunan dibebankan sebagai biaya tahun berjalan.
4. Biaya bunga yang muncul dalam masa konstruksi dikapitalisasi (SE22/PJ.42/1999).
5. Pengeluaran atas harta dibedakan: pembelian, pendirian, penambahan,
perbaikan, perubahan.

28

Aktiva Tetap
Penyusutan
1. Alat test aktiva adalah aktiva 3M. Selain aktiva 3M penyusutannya tidak
diakui secara fiskal.
2. Beban penyusutan yang diakui hanya aktiva yang berhubungan dengan 3M.
3. Harta di daerah terpencil seperti mess karyawan, fasilitas kesehatan,
fasilitas olah raga (kecuali golf, boating, dan pacuan kuda), fasilitas
pendidikan dapat disusutkan secara fiskal.
4. Tanah, termasuk HGB, HGU, Hak Pakai pertama kali tidak dapat disusutkan.
5. Biaya perpanjangan HGB, HGU, dan Hak Pakai diamortisasi selama jangka
waktu hak-hak tersebut.
6. Leasehold improvement tidak diatur secara tegas.

29

Aktiva Tetap
Penyusutan

7. Penyusutan dengan garis lurus atau saldo menurun dengan usia manfaat
harta sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan.
8. Penyusutan dilakukan secara individual. NSB pada akhir masa dibebankan
sekaligus.
9. Alat-alat kecil (small tools) yang sama dan sejenis dapat disusutkan dalam
satu golongan.
10. Penyusutan dimulai pada bulan pengeluaran.
11. Penyusutan atas harta dalam pengerjaan dimulai pada bulan selesainya
pekerjaan. Namun dengan izin DJP dapat dimulai pada bulan aktiva
digunakan atau mulai menghasilkan.
12. Penyusutan atas kendaran dinas dan handphone hanya diakui sebesar
50%.

30

Investasi Jangka Panjang


1.
2.
3.

4.
5.

Pencatatan dengan cost method (Tidak mengenal konsolidasi dan


equity method).
Penghasilan berupa dividen dari perusahaan dalam negeri diakui
sebesar dividen yang diumumkan dalam RUPS.
Penghasilan dividen luar negeri yang sahamnya tidak dijual di bursa
dengan kepemilikan sekurangnya 50% dari saham disetor (scr.
sendiri maupun kolektif dengan WPDN lain) diakui pada:
a. bulan ke 4 setelah batas akhir penyampaian SPT, atau
b. bulan ke 7 setelah tahun pajak berakhir apabila tidak ada
batas akhir penyampaian SPT (KMK 650/KMK.04/1994)
Dividen dari kepemilikan saham sebesar 25% atau lebih
(intercorporate dividend) dari badan usaha yg didirikan di Indonesia
bukan objek pajak.
Capital gain merupakan objek pajak.

31

Aktiva Tak Berwujud


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Biaya pendirian dan biaya perluasan modal boleh dibebankan pada


tahun terjadinya pengeluaran atau diamortisasi (Pasal 11A ayat (3)).
Pengeluaran sebelum operasi komersial yang mempunyai masa
manfaat lebih dari satu tahun diamortisasi.
Tarif amortisasi sesuai dengan masa manfaat yang sebenarnya. Jika
masa manfaat sebenarnya tidak tercantum sesuai dengan Psl 11A
UU PPh menggunakan masa manfaat terdekat (PSAK 19: Paling
lama 20 tahun).
Hak penambangan migas diamortisasi dengan metode satuan
produksi.
Hak penambangan selain migas, HPH, dan Hak pengusahaan
sumber alam lain diamortisasi dengan metode satuan produksi
paling tinggi 20%.
Goodwill tidak diatur secara tegas dalam perpajakan.

32

Hutang
1.

Bunga pinjaman merupakan biaya 3M sepanjang pinjaman


digunakan untuk memperoleh penghasilan yang merupakan objek
pajak dan tidak dikenakan PPh Final.

a. Bagian bunga dari pinjaman yang dananya

didepositokan (SE-46/PJ.4/1995) tidak boleh dibiayakan

b. Digunakan untuk membeli saham yang dividennya

bukan objek pajak. Biaya bunga dikapitalisasi ke harga


saham (Penj. Psl 6 ayat (1) UU PPh).

2.

Waspada Pinjaman dari pemegang saham:

a. Pinjaman tanpa bunga harus memperhatikan S165/PJ.312/1992.

b. Pinjaman dengan tingkat bunga di atas bunga umum


merupakan dividen terselubung (Penj. Psl 4 ayat (1)
huruf g).

33

Hutang
3. Bunga pinjaman bagi BUT dari kantor pusat tidak
boleh dibiayakan.
4. Pembebasan utang merupakan penghasilan.

5. Pembebasan utang bagi debitur kecil bukan objek

pajak (PP 130 Tahun 2000).


6. Pembebasan utang lewat lembaga pemerintah yang
dilakukan tahun 2000, 2001, dan 2002 diberikan
fasilitas keringanan PPh (PP 7 Tahun 2001, KMK
113/KMK.03/2001).
7. Selisih kurs atas Hutang dalam mata uang asing
dengan kurs tetap atau kurs tengah BI akhir tahun
merupakan penghasilan atau biaya secara fiskal.

34

Ekuitas
1.
2.
3.

4.
5.

Penyetoran Modal dalam bentuk harta dicatat sebesar harga pasar


wajar, kecuali donated capital dicatat dengan nilai buku.
Agio saham (additional paid in capital) atau Disagio saham bukan
penghasilan dan biaya tetapi dicatat sebagai unsur modal.
Laba ditahan:
a. Pembagian Laba Ditahan merupakan Dividen
b. Macam-macam bentuk dividen (penjelasan Pasal 4 ayat 1 huruf
g UU PPh).
c. Tidak termasuk pengertian Dividen:
Pemberian saham bonus yang berasal dari agio sepanjang
jumlah nominal saham yang dimiliki setelah pembagian
saham tidak melebihi setoran modal
Pemberian saham bonus yang berasal dari kapitalisasi selisih
lebih revaluasi aktiva.
Treasury Stock: Kelebihan yang dibayarkan di atas modal disetor
merupakan dividen (sementara vs permanen).
Kewenangan Menkeu menetapkan perbandingan utang dan modal (psl
18 ayat (1) UU PPh.

35

Akuntansi Pajak Laba Rugi


Pendapatan
Biaya
Rekonsiliasi Fiskal
Kompensasi Kerugian

36

Konsep Penghasilan-Biaya Fiskal


1. Penghasilan (Y) = Konsumsi (C) + Saving (S)
2. Pemisahan Penghasilan dan Biaya

3.

a. Bukan Objek Pajak


b. Dikenakan PPh Final
c. Dikenakan PPh Umum
Jika tidak dipisahkan dalam pembukuan biaya
yang terkait akan dihitung secara proporsional.
(Penjelasan Pasal 6 ayat 1 UU PPh).

37

Perhitungan Proporsional
Contoh :
Dana Pensiun A yang pendiriannya telah mendapat pengesahan dari
Menteri Keuangan memperoleh penghasilan bruto yang terdiri dari :
a. Penghasilan yang bukan merupakan Objek Pajak
sesuai Pasal 4 ayat (3) huruf h sebesar
Rp 100.000.000
b. Penghasilan bruto lainnya sebesar
Rp 300.000.000
-------------------Jumlah penghasilan bruto
Rp 400.000.000
==========
Apabila seluruh biaya adalah sebesar Rp 200.000.000,00, maka biaya
yang boleh dikurangkan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara
penghasilan adalah sebesar 3/4 x Rp 200.000.000,00 = Rp
150.000.000,00.

38

Kelompok Penghasilan
Bukan Objek Pajak
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Bantuan, Sumbangan, Hibah.


Warisan.
Setoran Modal.
Natura dan kenikmatan (Bagi WPOP).
Penggantian asuransi (Bagi WPOP).
Dividen dari saham lebih 25%.
Iuran dana pensiun (bagi dana pensiun)
Penghasilan dari modal yg berasal dari iuran pensiun (bagi dana
pensiun).
9. Bagian laba bagi anggota Persekutuan, Perkumpulan, Firma, Kongsi.
10. Bunga Obligasi bagi Perusahaan Reksadana utk 5 tahun pertama.
11. Bagian laba perusahaan modal ventura

39

Penghasilan Dikenakan PPh Final


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Bunga deposito dan tabungan.


Hadiah undian.
Sewa Tanah dan Bangunan.
Pengalihan Tanah dan Bangunan (bagi WPOP).
Jasa Konstruksi bagi pengusaha konstruksi kecil.
Penjualan saham lewat bursa
Diskonto dan Bunga Obligasi yang
diperdagangkan atau dilaporkan di bursa.
8. Pelayaran dan penerbangan luar negeri.
9. Pelayaran dalam negeri.
10.Keuntungan Revaluasi aktiva tetap.

40

Deductible Expenses
1. Biaya 3M (Mendapatkan, Menagih, dan
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Memelihara Penghasilan
Penyusutan/amortisasi Harta berwujud dan tidak
berwujud
Iuran kpd dana pensiun yg sdh disahkan Menkeu
Kerugian pengalihan harta yg digunakan dalam
rangka 3M
Selisih kurs mata uang asing
By Litbang yang dilakukan di Indonesia
Beasiswa, magang dan pelatihan
Piutang Tak Tertagih (ada syarat)

41

Non Deductible Expense (NDE)

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pembagian Dividen
Biaya Utk Kepentingan Pribadi Pem. Saham,
Biaya uk kepentingan Sekutu, Anggota
Pembentukan Cadangan
Pemberian Natura/Kenikmatan
Jumlah Yang Melebihi Kewajaran (Hub.
Istimewa)
7. Hibah, Bantuan, Sumbangan, Kec. Zakat
8. Pajak Penghasilan
9. Pengeluaran Utk Kepentingan Pribadi WP
10.Gaji Kpd Anggota Persekutuan, Firma, CV
11.Sanksi Perpajakan

42

Penegasan PP 138 Th 2000


Pajak Masukan (PM) yang tidak dapat dikreditkan dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto, kecuali:
a. tidak dapat dibuktikan bahwa PM tersebut benar-benar telah bayar;
b. berkenaan dengan pengeluaran yang tidak berhubungan dengan 3M.

Beberapa jenis pengeluaran dan biaya yang tidak boleh dikurangkan dalam

penghitungan Penghasilan Kena Pajak bagi WP badan dan BUT, yaitu:


a. Biaya yang berhub. dgn penghasilan yang bukan Objek Pajak;
b. Biaya yang berhub. dgn penghasilan yang pengenaan pajaknya final;
c. Biaya yang berhub. dgn penghasilan yang dikenakan pajak berdasarkan
Norma Penghitungan Penghasilan Neto;
d. PPh yang ditanggung oleh pemberi penghasilan, kecuali pajak atas
penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) UU PPh tetapi
tidak termasuk dividen sepanjang tersebut ditambahkan dalam
penghitungan dasar untuk pemotongan pajak; dan
e. Kerugian dari harta atau utang yang tidak dimiliki dan tidak dipergunakan
dalam usaha atau kegiatan 3M penghasilan yang merupakan Objek Pajak.

43

Rekonsiliasi Fiskal
Komersial
Penghasilan

Fiskal

-Bukan Objek
-Dikenai PPh

-Bukan Objek
-Dikenai Trf
-Dikenai PPh Fnl Umum

-Hub. Bkn
Objek
-Hub. PPh Fnl
-Hub. Trf
Umum

-Hub. Bkn Objek


-Hub. PPh Fnl
-Hub. Trf Umum
sifat non
deductible exp.

Fnl
-Dkni Trf Umum

Biaya

Koreksi

-Hub. Trf Umum


sifat deductible
exp.

44

KOMPENSASI KERUGIAN
1. Kerugian dapat dikompensasi 5 tahun.
2. Rugi Yang Diakui adalah:
a.
b.
c.
c.

Rugi berdasarkan SPT.


Rugi berdasarkan SKP KB.
Rugi berdasarkan putusan Keberatan.
Rugi berdasarkan putusan Banding.

45

Transaksi Khusus

BOT (Built Operate and Transfer)


Leasing dengan Hak Opsi
Revaluasi Aktiva Tetap
Penggabungan dan Peleburan Usaha
Deferred Tax
Rekonsiliasi Fiskal

46

BOT
PSAK 39 : Bentuk Operasional KSO
a. BOT
b. BTO
BOT diatur dalam KMK 248/KMK/1995 jo
SE-38/PJ.4/1995.
BTO tidak diatur secara tegas, aturan
terdekat adalah mengacu pada KMK
248/KMK/1995.

47

BOT
INVESTOR
-Membangun Bangunan
-Mengoperasikan
-Mentransfer Bangunan

PEMILIK TANAH
BANGUNAN

KEUNTUNGAN UTAMA INVESTOR:


- PENGELOLAAN BANGUNAN
SELAMA PERIODE YANG
DISEPAKATI

KEUNTUNGAN UTAMA PEMILIK


TANAH:
- MEMPEROLEH BANGUNAN
SETELAH PERIODE BERAKHIR

48

LEASING DG HAK OPSI

(KMK 1169/1991)
Penjualan :
Invoice + FP

LESSOR

SUPPLIER

Jasa Pembiayaan

barang

LESSEE

AKUNTANSI KOMERSIAL:
1. Aktiva Disusutkan Lessee
2. Biaya Lessee berupa penyusutan dan Bunga Leasing
3. Penghasilan Lessor berupa bunga leasing.
AKUNTANSI PAJAK:
1. Selama periode leasing Aktiva tidak disusutkan.
2. Penyusutan oleh Lessee hanya atas Nilai Sisa setelah Opsi dijalankan.
3. Biaya Lessee adalah sebesar pembayaran yang dilakukan.
4. Penghasilan Lessor sebesar bunga leasing (sama dengan PSAK).

49

Revaluasi Aktiva Tetap


Mendapat izin dari Dirjen Pajak.
Keuntungan Revaluasi merupakan objek pajak yang dikenakan PPh Final.
Selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap perusahaan di atas nilai sisa buku

komersial semula setelah dikurangi dengan Pajak Penghasilan harus dibukukan dalam
neraca komersial pada perkiraan modal dengan nama "Selisih Lebih Penilaian Kembali
Aktiva Tetap Perusahaan Tanggal ............."

Contoh:
NSB Fiskal sebelum revaluasi:
NSB setelah revaluasi:

200 juta
300 juta
---------Selisih lebih:..
100 juta
Kompensasi rugi (* Tidak diperkenankan lagi).
0
---------- (-)
Selisih lebih setelah kompensasi
100 juta
PPh Final 10% ..
10 juta
=====
Selisih penilaian kembali setelah PPh = Rp 100 juta Rp 10 juta, atau sama dengan
sebesar Rp 90 juta. Selisih penilain kembali tersebut dibukukan dalam perkiraan
modal dengan akun selisih lebih penilain kembali.

50

Penggabungan, Peleburan dan


Pemekaran Usaha Dengan Nilai Buku

(PMK43/PMK.03/2008)

Syarat:
1. Permohonan ke Dirjen Pajak.
2. Tidak punya hutang pajak.
3. LK Diaudit oleh akuntan publik.
Kerugian badan usaha lama tidak dapat
dialihkan

51

Penggabungan, Peleburan,
Pemekaran dan Pemecahan Usaha
Merger (Penggabungan Usaha), A + B = A/B
Konsolidasi (Peleburan Usaha), A + B = C
Pemekaran Usaha, A A + B
Pemecahan Usaha, Split off = A A + B; B dimiliki A
Pemecahan Usaha, Split up = A B + C; kepemilikan/pengawasan oleh fihak
lain
Pasal 10 ayat 3:
Nilai perolehan atau pengalihan harta yang dialihkan dalam rangka likuidasi,
penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan
usaha adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan
harga pasar, kecuali ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan.
PMK-43/PMK.03/2008 yang dapat menggunakan nilai buku:
- Mengajukan permohonan ke DJP
- Melunasi seluruh hutang
- Mmenuhi persyaratan tujuan bisni
- Pemekaran usaha, hanya dalam rangka IPO (bagi yg belum go publik) dan
bagi yg telah go public, badan usaha hasil pemekaran melakukan IPO
-

52

DEFERRED TAX
(PAJAK TANGGUHAN)
Semata-mata untuk kepentingan akuntansi komersial.
Menilai potensi pajak di masa yang akan datang akibat adanya beda

sementara antara Akuntansi dengan pajak dan akibat kompensasi


rugi.
Perkiraan (Akun):
Akun Neraca:
- Aktiva Pajak Tangguhan atau
- Hutang Pajak Tangguhan
Akun Laba Rugi: Pajak Penghasilan (Pengurang Laba Setelah Pajak):
- Manfaat Pajak Tangguhan atau
- Beban Pajak Tangguhan.
Cara menilai: Pendekatan neraca dan pendekatan LR
Pendekatan LR : Dari koreksi beda sementara LR komersial vs LR
Fiskal.
Pendekatan Neraca : NSB Kom vs NSB Fiskal.
Kerugian yang dapat dikompensasikan berpotensi mengurangi pajak di
masa yang akan datang

53

Pendekatan RL
Laba Rugi Komersial -- Laba Rugi Fiskal
KOREKSI BEDA SEMENTARA
(TIME DIFFERENCES)
-30% x Koreksi Positif : Manfaat Pajak Tangguhan
-30% x Koreksi Negatif : Beban Pajak Tangguhan

54

Pendekatan Neraca
NSB Kom > NSB Fiskal
DTL = 30% x selisih perbedaan

NSB Kom < NSB Fiskal


DTA = 30% x selisih perbedaan

55

Jurnal Pajak
PPN
PPh

56

Você também pode gostar