Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan nasional yang berlangsung secara terus-menerus dan
berkesinambungan selama ini bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat
baik materiil dan spiritual. Untuk merealisasikan tujuan tersebut diperlukan
anggaran pembangunan yang cukup besar. Salah satu usaha untuk
mewujudkan peningkatan penerimaan untuk pembangunan tersebut adalah
dengan menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri, yaitu pajak.
Secara ekonomi, pemungutan pajak merupakan penerimaan negara
yang digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat. Hal ini
dapat dilihat dari besarnya anggaran pemerintah Indonesia untuk tahun 2014.
Belanja Negara dalam APBN 2014 sebesar Rp1.816,7 Triliun meningkat dari
tahun 2013 yang hanya sebesar Rp1.726,2 Triliun. Sedangkan tahun 2015
Belanja Negara dalam APBN dianggarkan sebesar Rp1.984,1 triliun.
Pajak merupakan sumber penerimaan yang dominan dalam struktur
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Lebih dari 70 persen
penerimaan berasal dari sektor pajak. Pemerintah menargetkan penerimaan
pajak tahun 2015 sebesar Rp1.294,3 triliun. Untuk realisasi penerimaan pajak
per 31 Juli 2015 dapat dilihat pada tabel 1.1. Pendapatan negara dari tahun
ke tahun selalu mengalami peningkatan, namun demikian peluang untuk terus
ditingkatkan di masa yang akan datang terbuka lebar karena potensinya
belum digali secara optimal.
Untuk menggali penerimaan negara dari sektor perpajakan dibutuhkan
upaya-upaya nyata, serta diimplementasikan dalam bentuk kebijakan
pemerintah. Upaya-upaya tersebut dapat berupa intensifikasi maupun
ekstensifikasi perpajakan. Intensifikasi pajak dapat berupa peningkatan jumlah
Wajib Pajak (WP) maupun peningkatan penerimaan pajak itu sendiri. Upaya
ekstensifikasi dapat berupa perluasan objek pajak yang selama ini belum
tergarap. Untuk mengejar penerimaan pajak, perlu didukung situasi sosial
ekonomi politik yang stabil, sehingga masyarakat juga bisa dengan sukarela
membayar pajaknya. Pemerintah tentu diharapkan dapat mempertimbangkan
kembali kebijakan perpajakan yang bisa menarik minat masyarakat menjadi
wajib pajak seperti sunset policy. Demikian juga, salah satu kebijakan yang
pelaksanaannya tidak efektif karena wajib pajak kurang merespons dan tidak
diikuti dengan reformasi sistem administrasi perpajakan secara menyeluruh.
Disamping itu peranan sektor pajak dalam sistem APBN masih berfungsi
sebagai pelengkap saja sehingga pemerintah tidak mengupayakan lebih
serius. Pada saat itu penerimaan negara banyak didominasi dari sektor
ekspor minyak dan gas bumi. Berbeda dengan sekarang, penerimaan pajak
Pengampunan
Nasional
yang
didalamnya
mengatur
tentang
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Definisi Tax Amnesty
Tax amnesty adalah suatu kesempatan waktu yang terbatas pada
kelompok pembayar pajak tertentu untuk membayar sejumlah tertentu dan
dalam waktu tertentu berupa pengampunan kewajiban pajak (termasuk bunga
dan denda) yang berkaitan dengan masa pajak sebelumnya atau periode
tertentu tanpa takut hukuman pidana. Ini biasanya berakhir ketika otoritas
yang dimulai penyelidikan pajak pajak masa lalu. Dalam beberapa kasus,
undang-undang amnesti yang memperpanjang juga membebankan hukuman
yang lebih berat pada mereka yang memenuhi syarat untuk amnesti tetapi
tidak mengambilnya
Demikian juga kebijakan lain yang serupa berupa Sunset Policy telah
dilakukan pada tahun 2008. Sejak Program Sunset Policy diimplementasikan
sepanjang tahun 2008 telah berhasil menambah jumlah NPWP baru sebanyak
5.653.128 NPWP, bertambahnya SPT tahunan sebanyak 804.814 SPT dan
bertambahnya penerimaan PPh sebesar Rp7,46 triliun. Jumlah NPWP orang
pribadi 15,07 juta, NPWP bendaharawan 447.000, dan NPWP badan hukum
1,63 juta. Jadi totalnya 17,16 juta.
C. Perbedaan Tax Amnesty dan Sunset Policy
Program Tax Amnesty berbeda dengan
Sunset
Policy
yang
peraturannya akan diterbitkan dalam waktu dekat. Dalam Sunset Policy, yang
dihapuskan adalah sanksi denda administrasi sedangkan pokok pajaknya
wajib dibayar penuh sesuai tarif umum yang berlaku bagi Wajib Pajak orang
pribadi dan badan. Tidak terdapat ketentuan mengenai pembebasan atas
tuntutan pidana pajak dalam hal ini. Sedangkan dalam Tax Amnesty umumnya
diberikan adalah pengampunan atas pokok pajak yaitu keringanan dengan
penerapan tarif yang jauh lebih rendah dari tarif pajak yang berlaku umum
atas hutang pajak atau pokok pajak yang kurang atau belum dibayar. Selain
itu dalam Tax Amnesty diberikan pembebasan dari tuntutan pidana pajak.
Kalangan Ditjen Pajak sendiri mengatakan bahwa Sunset Policy juga
merupakan bentuk pengampunan pajak tetapi dalam versi yang ringan (Soft
Tax Amnesty).
Baik Sunset Policy maupun Tax Amnesty telah menjadi pembicaraan
yang marak di masyarakat. Berhubung wacana kedua program ini terungkap
ke publik secara bersamaan, sebagian Wajib Pajak mungkin sudah mulai
menimbang-nimbang apakah akan ikut Sunset Policy dalam tahun 2015 ini
saja atau nanti juga ikut program Tax Amnesty yang diwacanakan berlaku
tahun 2017. Bisa juga sebagian Wajib Pajak lainnya hanya akan menunggu
Tax Amnesty yang jelas lebih menarik dari Sunset Policy. Yang lebih ekstrim
lagi, mungkin saja ada Wajib Pajak yang tidak ikut kedua program tersebut
karena yakin bahwa program serupa akan ada lagi nanti di masa mendatang.
Oleh karena itu pemerintah sebaiknya memberikan Tax Amnesty tidak lebih
dari satu kali. Wajib Pajak harus diyakinkan bahwa bagi mereka yang tidak
ikut maka setelah program Tax Amnesty selesai kepada Wajib Pajak akan
dikenakan sanksi yang tegas sesuai ketentuan perundang-undangan yang
Undang ini.
Uang tebusan adalah sejumlah uang yang dibayarkan untuk
undang-undang ini.
2. Subjek dan Objek
Setiap orang pribadi atau badan berhak mengajukan permohonan
pengampunan nasional dengan menyampaikan Surat Permohonan
Pengampunan Nasional, kecuali orang pribadi atau badan yang sedang
dalam proses penuntutan, atau sedang menjalani hukuman pidana atas
tindak pidana dibidang perpajakan atau tindak pidana tertentu
3. Tarif
3% untuk periode pelaporan Surat Permohonan Pengampunan
ketetapan pajak
Tidak dilakukan penagihan pajak dengan surat paksa, pemeriksaan
pajak, pemeriksaan bukti permulaan, penyidikan dan penuntutan
tindak pidana di bidang perpajakan atas kewajiban perpajakan dalam
masa pajak, bagian tahun pajak dan tahun pajak sebelum undang-
BAB III
PEMBAHASAN
A. Implementasi RUU Pengampunan Nasional
Bagi banyak negara, pengampunan pajak (tax amnesty) seringkali
dijadikan alat untuk menghimpun penerimaan negara dari sektor pajak secara
cepat dalam jangka waktu yang relatif singkat. Program tax amnesty ini
dilaksanakan karena semakin parahnya upaya penghindaran pajak. Kebijakan
ini dapat memperoleh manfaat perolehan dana, terutama kembalinya dana
yang disimpan di luar negeri. Direktur Center for Indonesia Taxation Analysis
(CITA)
Yustinus
Prastowo
menjelaskan,
penelitian
IMF
pada
2008
tidak tepat. Untuk lebih jelasnya, ada beberapa poin penting yang harus
diperhatikan oleh pemerintah sebelum memberlakukan Tax Amnesty sehingga
nantinya tidak merugikan berbagai pihak terutama bagi Wajib Pajak yang
selama ini sudah patuh terhadap ketentuan perpajakan di Indonesia. Wajib
Pajak yang taat akan tereduksi kepatuhannya karena adanya Tax Amnesty.
Sehingga dalam jangka panjang jika tidak hati-hati justru menyebabkan
semakin rendahnya tingkat kepatuhan membayar pajak.
Pemerintah tidak boleh berpikir secara parsial karena ketakutan
terhadap tidak tercapainya target penerimaan pajak. Sehingga solusi terhadap
Tax Amnesty, dipikir dapat mengenjot penerimaan pajak dan menarik kembali
dana yang disimpan di luar negeri. Kasus kebijakan Sunset Policy tahun 2008
menjadi pembelajaran. Memang ada peningkatan dari jumlah WP ketika
diberlakukannya Sunset Policy tapi dilihat dari aspek kepatuhan WP justru
setelah dilakukannya Sunset Policy menjadi turun. Artinya, bukan Tax
Amnesty yang sebenarnya diperlukan dalam mengenjot penerimaan pajak
dan tingkat kepatuhan tapi ada instrumen lain seperti penegakan hukum,
perbaikan kelembagaan, perbaikan sistem administrasi perpajakan dan
penataan regulasi.
Pemerintah mewacanakan kebijakan Tax Amnesty untuk pelanggar
pajak dan pelaku kejahatan finansial lainnya, dengan syarat dana mereka
yang
disimpan
di
luar
negeri
dibawa
pulang
ke
Indonesia.
Tak
1984 bisa dikatakan gagal total karena tidak diikuti oleh kebijakan lain
terutama
kebijakan
perbaikan
sistem
administrasi
perpajakan
yang
Wajib Pajak.
Tax Amnesty bukan instrumen yang adil bagi Wajib Pajak yang selama ini
perbaikan kelembagaan,
perbaikan
sistem
10
administrasi
pengemplangan
pajak
dan
pencucian
uang
dari
pengemplangan pajak.
Perbaikan sistem kelembagaan, perbaikan sistem administrasi
perpajakan dan penataan regulasi
Tiga aspek ini merupakan landasan dalam menciptakan sistem
perpajakan yang baik di Indonesia. Rendahnya realisasi penerimaan
pajak, tax ratio dan tingkat kepatuhan Wajib Pajak disebabkan oleh tiga
aspek ini. Sehingga pemerintah bisa instrument dalam memperbaiki
kebijakan terkait kelembagaan perpajakan, perbaikan sistem administrasi
perpajakan dan penataan regulasi perpajakan. Jika ini bisa dilakukan
segera dalam jangka pendek maka efeknya terhadap strategi pemerintah
untuk meningkatkan penerimaan pajak, tax ratio dan tingkat kepatuhan
Wajib Pajak bisa sukses dilakukan.
BAB IV
PENUTUP
11
A. Simpulan
Dari pembahasan di atas ada beberapa hal yang dapat di simpulkan
antara lain sebagai berikut :
1. Tax amnesty dapat diimplementasikan di Indonesia, namun harus
mempunyai payung hukum sebagai dasar serta tujuan yang jelas dalam
pelaksanaan tax amnesty.
2. Keunggulan
yang
diharapkan
bila
kebijakan
tax
amnesty
DAFTAR PUSTAKA
Ragimun. 2011. Analisis Implementasi Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) Di
Indonesia. Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu RI
12
Saputra, Refky. 2015. Tax Amnesty bukan Alat Kompromi dengan Penjahat.
Forum pajak Berkeadilan:Jakarta.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 29/PMK.03/2015
tentang Penghapusan Sanksi Administrasi Bunga Yang Terbit
Berdasarkan Pasal 19 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983
Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan Sebagaimana
Telah Beberapa Kali Diubah Terakhir Dengan Undang-Undang Nomor
16 Tahun 2009.
Rappler. 2015. Tiga poin utama RUU Pengampunan Pajak Nasional. (Online)
(http://www.rappler.com/indonesia/108573-tiga-poin-ruupengampunan-pajak-nasional). Diakses pada tanggal 24 Oktober
2015.
Wijaya, Angga Sukma. 2013. Alokasi Belanja Negara Tahun 2014 Rp 1.816,7 T.
Tempo.
(http://bisnis.tempo.co/read/news/2013/08/16/090504891/alokasibelanja-negara-tahun-2014-rp-1-816-7-triliun). Diakses pada tanggal
24 Oktober 2015.
Suryowati, Estu. 2015. UU APBN Perubahan Tahun Anggaran 2015 Disepakati.
Kompas.
(http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/02/13/223248426/UU.A
PBN.Perubahan.Tahun.Anggaran.2015.Disepakati).
Diakses
pada
Nasional
2015.
2015.
Rancangan
Indonesia
Undang-Undang
Pengampunan
Corruption
Watch.
(Online)
13
14