Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oleh:
TAUFIQ SHOLEH
NIM. 106046101702
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy.)
Oleh
TAUFIQ SHOLEH
NIM. 106046101702
Di Bawah Bimbingan,
Pembimbing I
NIP. 196912161996031001
Pembimbing II
Yuke Rahmawati, MA
NIP. 197509032007011016
Skripsi yang berjudul: Analisa Pola Pendayagunaan Zakat Pada Lembaga Amil
Zakat Nasional Bangun Sejahtera Mitra Umat (LAZNAS BSM) telah diujikan
dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta pada tanggal 10 Desember 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi
Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, 10 Desember 2010
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum,
(...)
Sekretaris
(...)
Pembimbing I
(...)
Pembimbing II
(...)
Penguji I
(...)
Penguji II
(...)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada
Nabi Muhammmad SAW. Dalam kesempatan ini, penulis berterima kasih kepada
pihak yang telah berkontribusi dalam penulisan skripsi ini, yaitu:
1.
Ibunda tercinta, yang tak kenal lelah dalam mendidik penulis untuk menjadi
orang yang berguna, serta Ayahanda tercinta, semoga perjuanganmu
dilipatgandakan oleh Allah swt dan diberikan tempat terbaik disisi-Nya.
2.
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM., Dekan Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag., dan Bapak H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag.,
M.H., Ketua dan Sekretaris Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
4.
Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA dan Ibu Yuke Rahmawati, MA. Dosen
Pembimbing skripsi ini.
5.
Para dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan pengetahun
yang sangat bermanfaat untuk masa depan.
6.
7.
8.
Adik dan kakak yang telah memberi dukungan dan doa, serta keluarga semua.
9.
Sdri Eis Mulyanah, S.Pd.I (My Special One) yang setia membantu dan
memberikan semangat yang tak terhingga.
10.
11.
Kepala Sekolah dan Dewan Guru MI.Jamiatul Gulami yang sangat membantu
dan mendukung studi penulis
12.
13.
Penulis
DAFTAR ISI
halaman
KATA PENGANTAR .....................................................................................
iii
vii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................
10
13
15
17
19
22
24
25
a.
25
b.
26
c.
26
d.
Muallaf ..............................................................................
26
e.
27
f.
28
g.
28
h.
Ibnu Sabil...........................................................................
29
30
a.
30
b.
Sayyid Sabiq.......................................................................
32
c.
34
37
41
43
43
46
46
49
ii
BAB IV :
51
51
52
B.
53
C.
54
D.
54
E.
55
F.
57
57
58
59
MEKANISME
PENGHIMPUNAN
DAN
PENDAYAGUNAAN
60
61
61
64
65
67
iii
69
69
70
71
72
72
76
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................
79
B. Saran ...........................................................................................
80
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
82
iv
Kerangka konsep
14
2. Tabel 2
38
3. Tabel 3
56
4. Tabel 4
67
5. Tabel 5
76
6. Tabel 6
77
68
BAB I
PENDAHULUAN
A.
kekuatan sosial ekonomi umat Islam. Seperti empat rukun Islam yang lain, ajaran
zakat
Ali Yafie, Menggagas Fiqih Sosial; Dari soal lingkungan hidup, asuransi hingga ukhuwah,
Cet.III (Bandung: Mizan,1995), h.231
22
Yusuf Qardhawi, Fiqh Zakat, juz I, Cet.4 (Beirut: Muassasah al-Risalah, 1997), h.42
terdapat 32 ayat yang menerangkan tentang zakat, 26 ayat diantaranya diiringi dengan
kata shalat dalam satu ayat.3
Shalat dan zakat merupakan dua pilar utama dari keislaman seseorang. Sholat
dimaksudkan sebagai peneguh keislaman seseorang sebagai hamba Tuhan secara
personal, sedangkan zakat dianggap sebagai cara untuk mengejawantahkan diri pada
dimensi sosial selaku khalifah di muka bumi. Manusia tidak dianggap sempurna jika
hanya berkecimpung pada satu dimensi saja. Penggabungan keduanya adalah
keniscayaan.
Kelebihan ajaran zakat dibanding aspek-aspek lain dari rukun Islam yang lain
adalah bahwa zakat memiliki dimensi sosial . Oleh sebab itu, zakat dalam mata rantai
peningkatan kesejateraan umat Islam tak mungkin diremehkan. Namun dalam
perjalanan sejarah masyarakat Islam, ajaran zakat dengan segala dimensi yang
dimiliki seringkali luput dari perhatian umat Islam. Zakat menjadi apa yang disebut
sebagai ibadah mahdhah pribadi-pribadi kaum muslimin. Dari suatu ajaran yang kuat
dan mendalam yang dikembangkan Rasul dan Sahabat, zakat menjadi ajaran yang
sempit bersama mundurnya umat Islam dan menurunnya kemauan berijtihad. 4
Pada masa kepemimpinan Nabi Muhammad saw, kewajiban mengeluarkan
zakat dari orang yang mampu (aghniya) dikontrol langsung oleh Nabi. Sehingga
praktek zakat berjalan dengan baik sesuai tuntutan syariah, artinya muzaki
Muhammad Fuad Abdul Baqi, al-Mujam al-Mufahras Lil Alfazh al-Quran al-Karim,
(Kairo: Daar al-Hadits, 2001), h.407
4
Sudirman, Zakat dalam Pusaran Arus Modernitas, (Malang: PT.UIN-Malang Press, 2007),
h.1-4
mengeluarkan zakatnya sesuai tata cara (hitungan dan kadar) yang benar dan
mustahik pun menerima sesuai kondisi dan kapasitasnya sebagai orang yang berhak
menerima zakat.5
Zakat yang dikumpulkan dari muzaki, langsung dibagikan kepada mustahik.
Kalaupun ada yang disimpan jumlahnya tidak banyak. Sehingga manfaat zakat dapat
dirasakan oleh mustahik saat itu juga. Dengan demikian, kesulitan mustahik dapat
segera diatasi dengan dana zakat. Praktek seperti ini mengalami pergeseran tatkala
Nabi Muhammad saw wafat. Wafatnya Nabi dianggap sebagian umat Islam sebagai
akhir dari pelaksanaan kewajiban zakat sehingga banyak yang membangkang
mengeluarkan zakat. Melihat kondisi demikian Abu Bakar As-Shiddiq ra angkat
senjata memerangi golongan yang tidak mau mengeluarkan zakat. Pada masa
kepemimpinan Umar ibn Khattab ra, zakat dikelola dengan lebih baik, pada saat itu
keberadaan baitul maal difungsikan untuk menampung zakat, di mana pada saat itu
kebutuhan jihad fisabilillah masih sangat tinggi dan zakat sebagai penopang
utamanya. Hal ini dilakukan hingga kepemimpinan Umar digantikan oleh Usman dan
dilanjutkan Ali Ibn Abi Thalib. 6
Bagaimana pengelolaan zakat di Indonesia? Di Indonesia, pengelolaan zakat
yang dilakukan berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang
pengelolaan zakat secara substansial berpedoman kepada ketentuan hukum agama.
Dalam Undang-Undang Pengelolaan Zakat yang bersejarah merupakan prakarsa
5
Kuntarto Noor Aflah dan Mohd. Nasir Tajang, Zakat & Peran Negara, (Jakarta: Forum
Zakat (FOZ), 2006), h.vii
6
Ibid, h.vii
7
8
Ibid, h. xix
Ibid, h. xix
Lili Bariadi,dkk, Zakat dan Wirausaha, (Jakarta: CED, 2005), cet.1. h.20
Kenyataan ini dapat menimbulkan dua pandangan yang berbeda yang berujung pada
kesimpulan bahwa aksi bentuk usaha modal zakat melanggar syari atau tidak.
Kalau kita melihat pengelolaan zakat pada masa Rasulullah Saw. dan para
sahabat kemudian diaplikasikan pada zaman sekarang kita dapati bahwa penyaluran
zakat dapat kita bedakan menjadi dua bentuk; yakni bantuan sesaat dan
pemberdayaan. Bantuan sesaat bukan berarti bahwa zakat hanya diberikan kepada
seseorang satu kali atau sesaat saja. Bantuan sesaat dalam hal ini berarti bahwa
penyaluran kepada mustahik tidak disertai target terjadinya kemandirian ekonomi
(pemberdayaan) mustahik. Hal ini dilakukan karena mustahik yang bersangkutan
tidak mungkin lagi mandiri seperti pada diri para orang tua yang sudah jompo, orang
dewasa yang cacat yang tidak memungkinkan ia mandiri.
Adapun pemberdayaan adalah penyaluran zakat yang disertai target merubah
keadaan penerima (lebih dikhususkan golongan fakir miskin) dan kondisi kategori
mustahik manjadi kategori muzakki. Target ini adalah target besar yang tidak dapat
dicapai dengan mudah dan dalam waktu yang singkat. Untuk itu, penyaluran zakat
disertai dengan pemahaman yang utuh terhadap permasalahan yang ada pada
penerima. Apabila permasalahannya adalah kemiskinan, harus diketahui penyebab
kemiskinan tersebut sehingga kita dapat mencari solusi yang tepat demi tercapainya
target yang telah dicanangkan.
Penyaluran dalam dua bentuk di atas umumnya disertai dengan sifat
penyaluran yang berbeda. Untuk bantuan sesaat sifat penyaluran idealnya adalah
hibah. Adapun untuk pemberdayaan dana yang disalurkan identik dengan pinjaman.
Ada tiga sifat penyaluran dana dalam pemberdayaan; hibah, dana bergulir qordhul
hasan, dan pembiayaan. Tiga sifat penyaluran ini dibedakan antara dana zakat dengan
dana bukan zakat.10
Perkembangan industri perbankan syariah yang cukup pesat ini di Indonesia
berdampak positif terhadap berkembangnya kuantitas zakat yang disalurkan kepada
masyarakat. Karena selain kesadaran masyarakat untuk membayar zakat yang
meningkat, bank-bank syariah juga menyediakan fasilitas yang dapat mempermudah
nasabahnya untuk membayar zakat.
Direktur Bank Jabar Banten Syariah, Rukmana, mengatakan bagi bank
syariah adanya dana zakat membuat bank syariah dapat turut serta membantu
masyarakat yang membutuhkan. ''Di sisi lain kita juga ikut mendidik masyarakat dan
ada proses pertukaran informasi yang cepat di antara masyarakat dalam menggunakan
bank syariah untuk penyaluran zakat,'' ujarnya, Rabu (30/6).11
Salah satu bank syariah ternama di Indonesia adalah Bank Syariah Mandiri
(BSM). Menurut Direktur Utama BSM Yuslam Fauzi, Selama lima tahun terakhir,
nilai aset BSM terus meningkat. Pada tahun 2006, aset BSM sebesar Rp 9,5 triliun.
Kemudian berturut-turut meningkat menjadi Rp 12,9 triliun (2007), Rp 17,1 triliun
(2008), dan Rp 22 triliun (2009). Sekarang aset BSM sudah mencapai Rp 28,31
10
11
Ibid., h. 25
Budi Raharjo, Menyalurkan Zakat melalui Bank Syariah, diakses pada 21 Nopember
2010 dari http://www.republika.co.id/berita/bisnis-syariah/berita/10/06/30/122481
triliun per Oktober 2010. Adapun perolehan Dana Pihak Ketiga (DPK) BSM sampai
Oktober mencapai Rp 25,06 triliun dengan pembiayaan sebesar Rp 22,03 triliun.12
Dengan omset yang besar tersebut, maka dana zakat yang dimiliki juga cukup
besar. Jika zakat tersebut disalurkan dengan baik dan terprogram maka hasil yang
dirasakan juga akan maksimal. BSM sendiri menjalin kerjasama dengan Lembaga
Amil Zakat Bangun Sejahtera Mitra Umat atau lebih dikenal dengan LAZNAS BSM
dalam pengelolaan zakat perusahaan, pegawai dan nasabah BSM agar dana zakat
tersebut dapat dikelola dan tersalurkan dengan baik.
Jadi LAZNAS BSM memiliki peran aktif yang cukup strategis dalam
mewujudkan masyarakat yang sejahtera dengan memberdayakan zakat tersebut, agar
kemiskinan dan permasalahan-permasalahan ekonomi yang dialami masyarakat
miskin dapat diatasi dengan dana zakat yang dikelolanya. Tentunya, hal ini hanya
dapat tercapai jika zakat tersebut dapat dikelola dengan baik dan disalurkan kepada
mustahik tepat sasaran.
Dengan melihat wacana dan permasalahan di atas maka penulis berinisiatif
untuk menyusun sebuah skripsi dengan judul : Analisa pola pendayagunaan zakat
pada Lembaga Amil Zakat Nasional Bangun Sejahtera Mitra Umat ( LAZNAS
BSM)
12
Yeyen Rostiyani, Peringkat BSM terus Naik, diakses pada 24 Nopember 2010 dari
http://www.syariahmandiri.co.id/en/2010/11/peringkat-bsm-terus-naik/
b.
c.
Hal apa saja yang menjadi peluang dan kendala LAZNAS BSM dalam
melaksanakan pendayagunaan dana zakat tersebut ?
10
D. Studi Pendahuluan
Adapun studi pendahuluan untuk penelitian yang akan saya lakukan melihat
kepada beberapa penelitian skripsi terdahulu, yaitu:
11
khususnya
dalam
hal
pemberdayaan
pengusaha
kecil
dan
mikro,apakah sudah efektif dan tepat sasaran atau belum. Kemudian juga tentang
hubungan BAZDA Kota Tangerang dengan BAZDA-BAZDA Kecamatan
2. Efektivitas penyaluran zakat dalam meningkatkan pendapatan mustahik pada
LAZNAS Bangun Sejahtera Mitra (BSM) Umat
Oleh : Faradilla, tahun 2006.
Skripsi tersebut membahas tentang pola penyaluran zakat yang efektif
pada LAZNAS BSM Umat dan seberapa besar jumlah dana zakat yang yang
dimiliki untuk dapat meningkatkan pendapatan mustahik, apakah dana zakat yang
ada tersebut dapat meningkatkan pendapatan mustahik atau tidak.
3. Efektivitas pengelolaan zakat pada Lembaga Amil Zakat
(studi kasus pada Baitul Maal Muamalat )
Oleh : Jamalullail, tahun 2003
Skripsi tersebut membahas tentang perkembangan Lembaga Amil Zakat di
Indonesia, kemudian membahas juga tentang Baitul Maal Muamalat dalam
menjalankan programnya serta peran dari Baitul Maal Muamalat dalam hal
pemberdayaan masyarakat atau mustahik.
4. Pemberdayaan mustahik melalui zakat produktif
12
13
E. Kerangka Teori
Dalam penyaluran zakat ada 2 (dua ) macam cara dalam aplikasinya, yaitu
bersifat konsumtif dan produktif. Yang bersifat konsumtif yaitu untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Sedangkan yang bersifat produktif yaitu untuk menambah atau
sebagai modal usaha mereka.
14
Tabel 1
Kerangka konsep
Mekanisme Penghimpunan
Melalui Kantor cabang BSM
Melalui mesin ATM BSM
Melalui SMS Banking BSM
Analisis SWOT
Tujuan :
Pemberdayaan usaha masyarakat
Mekanisme Penyaluran
Langsung
Tidak Langsung
Program Penyaluran
Mitra Umat
Didik Umat
Simpati Umat
15
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Lapangan (Field
Research), Penelitian lapangan merupakan salah satu metode pengumpulan
data dalam penelitian kualitatif yang tidak memerlukan pengetahuan
mendalam akan literatur yang digunakan dan kemampuan tertentu dari pihak
peneliti. Penelitian lapangan biasa dilakukan untuk memutuskan ke arah mana
penelitiannya berdasarkan konteks. Penelitian lapangan biasa diadakan di luar
ruangan. 13
2. Jenis data
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari hasil
wawancara pihak perusahaan, yaitu hasil pertanyaan yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti. 14
b. Data Sekunder
Data sekuder adalah data yang diperoleh dari literatur-literatur
kepustakaan seperti buku-buku serta sumber lainnya yang berkaitan
dengan materi penulisan skripsi ini. 15
13
16
3. Sumber data
Sumber data yang digali adalah dari data primer dan data sekunder.
Data primer yaitu data yang didapat dari studi lapangan di LAZNAS BSM
melalui wawancara dengan pengelolanya. Data sekunder yaitu data yang
didapat dari studi dokumentasi / pustaka, data yang didapat dari LAZNAS
BSM maupun dari litereatur-literatur yang ada.
4. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan wawancara
dan studi dokumentasi. Teknik yang digunakan adalah berupa interview bebas
terpimpin yaitu penulis mengajukan beberapa pertanyaan yang telah
dipersiapkan, kemudian langsung dijawab oleh informan dengan bebas
terbuka.16 Wawancara dilakukan oleh penulis dengan pihak-pihak yang terkait
yang dapat menjelaskan berbagai aspek mengenai LAZNAS BSM tentang
pola pendayagunaan zakat. Tujuan wawancara ialah untuk mengumpulkan
informasi dan bukannya untuk merubah ataupun mempengaruhi pendapat
responden.
Studi Dokumentasi yaitu pengumpulan data-data yang diperlukan
dengan cara memperoleh data dokumentasi tentang LAZNAS BSM dari lokasi
penelitian serta mencari bahan pustaka/buku-buku rujukan yang berkaitan
dengan judul penulisan skripsi yang sedang dibuat ini.
16
Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, Cet.6, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2004), h. 72
17
G. Sistematika Penulisan
Secara garis besar skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab dengan beberapa sub
bab. Agar mendapat arah dan gambaran yang jelas mengenai hal yang tertulis dalam
skripsi ini, maka akan dijelaskan beberapa hal dalam pembahasan sebagai berikut :
Bab I merupakan bab pendahuluan yang membahas latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, studi
pendahuluan, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika penelitian.
Bab II merupakan bab yang membahas mengenai landasan teori penyaluran
zakat. Bab ini membahas tentang pengertian penyaluran zakat, Fungsi dan Tujuan
Penyaluran zakat, prinsip prinsip syariah dan fiqhiyyah dalam penyaluran zakat,
18
sistem penyaluran zakat yang ada di masyarakat pada saat ini, pengertian zakat
produktif dan pengertian analisis SWOT serta langkah-langkah analisa data dalam
analisis SWOT.
Bab III merupakan bab yang membahas mengenai gambaran umum LAZNAS
BSM Umat
Bab IV berisi tentang mekanisme penghimpunan dan penyaluran zakat
LAZNAS BSM, pola pemberdayaan dana zakat bagi pengembangan masyarakat pada
LAZNAS BSM dan analisis peluang dan kendala pola pendayagunaan dana zakat
pada LAZNAS BSM.
Bab V merupakan bab penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
kebaikan (ziyadatul khoir). Jika diucapkan, zaka al-zar, artinya adalah tanaman itu
tumbuh dan bertambah. Jika diucapkan zakat al-nafaqah, artinya nafkah tumbuh dan
bertambah jika diberkati. Dan jika dikatakan Fulanu Zaakin berarti fulan banyak
kebaikannya. Kata ini sering dikemukakan untuk makna tathiir atau thaharah
(suci). Allah swt. Berfirman:
( : )
Artinya :"Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu"
Berarti disucikan dari kotoran. Dan sering juga dikemukakan untuk makna madhi
(pujian). Allah swt berfirman :
(: / )
Artinya :"Maka
ukuran (kadar) yang khusus dari suatu harta yang khusus yang wajib disalurkan
kepada kelompok-kelompok (asnaf) yang khusus juga dengan syarat-syarat tertentu.
Menurut Abdurrahman al-Jaziri,
zakat
Syamsuddin Muhammad bin al-Khotib asy-Syarbani, Mugnil Muhtaj, Juz 1, (Beirut, Dar ElFikr, 2003), h.500
19
20
21
tumbuh. Hubungan dengan Allah telah terjalin dengan ibadat shalat dan hubungan
dengan sesama manusia telah terikat dengan infak dan zakat. Hubungan vertikal dan
horizontal perlu dijaga dengan baik. Hubungan ke atas dipelihara, sebagai tanda
bersyukur dan berterima kasih, dan hubungan dengan sesama dijaga sebagai tanda
setia kawan, berbagi rahmat dan nikmat.4
Dalam al-Quran Allah berfirman:
( - : )
Artinya :Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan
Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. tidaklah mereka mengetahui,
bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan menerima
zakat dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang?
(QS. at-Taubah: 103-104).
Quraisy syihab menafsirkan firman allah
Artinya : Allah menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan menerima
zakat
Beliau menjelaskan bahwa ayat tersebut mengisayaratkan bahwa kehidupan
atau hubungan timbal-balik hendaknya didasarkan oleh take and give. Memang,
4
M.Ali Hasan, Masail Fiqhiyah, cet.4 (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,2003), h.2
22
dalam kehidupan nyata, hal tersebut seyogyanya terjadi, yaitu sebanyak Anda
menerima sebanyak itu pula hendaknya anda memberi.5
B.
kekayaan
batin,
menarik
rasa
simpati/cinta,
serta
dapat
Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah, vol.5 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), cet.1, h.667
23
Abdurrachman Qadir, Zakat dalam dimensi sosial dan mahdhah ( Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2001), h. 76-77.
24
C.
itu ada delapan. Dan semuanya sudah disebutkan dalam QS. At-Taubah (9): 60
( : )
Artinya : Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk
jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu
ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana
Namun kalau tentang definisi golongan atau kelompok tersebut, semua ulam
mazhab mempunyai pendapat yang berbeda. 7 Para ulama juga berbeda pendapat
berkaitan dengan delapan kelompok ini, apakah pembagian zakat harus meliputi
semuanya, atau sebatas yang memungkinkan. Dalam hal ini, terdapat dua pendapat:
7
Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab. Penerjemah Masykur A.B, dkk -Cet.19-.
(Jakarta: Lentera, 2007), h.189
25
Pertama, harus meliputi semuanya, ini adalah pendapat Imam asy-Syafii dan
sekelompok ulama. Kedua, tidak harus semuanya. Harta zakat boleh diberikan
kepada satu kelompok saja, meskipun terdapat kelompok lain. Ini adalah pendapat
Imam Malik dan sekelompok ulama salaf dan khalaf, diantaranya Umar, Huzaifah,
Ibnu Abbas, Abul Aliyah, Said bin Jubair dan Maimun bin Mihran. Ibnu Jarir
berkata: Ini adalah pendapat sebagian besar ulama. Penyebutan kelompokkelompok dalam ayat tersebut adalah untuk menjelaskan mereka yang berhak, bukan
karena keharusan memenuhi semuanya. 8
1. Mustahik menurut Pendapat berbagai Mazhab
a. Orang Fakir
Hanafiyah berpendapat bahwa yang dimaksud fakir adalah orang yang
memiliki harta tidak sampai nisab, atau ia memiliki nisab tidak sempurna yang habis
untuk kebutuhannya. Adapun orang yang mempunyai harta sampai nishab apapun
bentuknya yang dapat memenuhi kebutuhan primer, maka orang tersebut tidak boleh
diberikan zakat. Alasannya bahwa orang yang mempunyai harta sampai nishab, maka
ia wajib zakat. Orang yang wajib mengeluarkan zakat berarti ia tidak wajib menerima
zakat.9
Syafii dan Hambali mengatakan bahwa orang yang mempunyai separuh dari
kebutuhannya, ia tidak bisa digolongkan orang yang fakir, dan ia tidak boleh
menerima zakat. Imamiyah dan Maliki berpendapat bahwa orang fakir menurut
8
Abdullah bin Muhammad, Tafsir Ibnu katsir, jilid 4, (Bogor: Pustaka Imam SyafiI, 2003) h.
150
26
syara adalah orang yang tidak mempunyai bekal berbelanja selama satu tahun dan
juga tidak mempunyai bekal untuk menghidupi keluarganya. 10
b. Orang Miskin
Hanafi, Maliki dan Imamiyah mengatakan bahwa orang miskin adalah orang
yang keadaan ekonominya lebih buruk dari orang kafir. Sedangkan Hambali dan
Syafii mengatakan sebaliknya bahwa orang fakir adalah orang yang keadaan
ekonominya lebih buruk dari pada orang miskin, karena yang dinamakan fakir adalah
orang yang tidak mempunyai sesuatu, atau orang yang tidak memiliki separuh dari
kebutuhannya, sedangkan orang miskin adalah orang yang memiliki separuh dari
kebutuhannya. Maka yang separuh lagi dipenuhi dengan zakat.11
c. Amil ( Petugas zakat )
Amil adalah orang yang bertugas untuk mengelola pengumpulan dan
pembagian zakat, menurut kesepakatan senua mazhab. Zakat diberikan kepada
mereka bukan karena kemiskinan mereka, bukan juga karena ketidakmampuan
mereka, tapi sebagai upah atau gaji atas kerja yang telah mereka lakukan dalam
mengurus dan mengelola harta zakat.
d. Muallaf
Orang-orang muallaf yang dibujuk hatinya adalah orang-orang yang
cenderung menganggap sedekah itu untuk kemaslahatan Islam. Para ulama mazhab
berbeda pendapat tentang hukum mereka itu, tentang mansukh tidaknya dan
10
11
Ibid., h. 190
Ibid., h. 190-191
27
peruntukkannya khusus bagi non-islam atau bukan. Menurut Hanafi, hukum ini
berlaku pada permulaan penyebaran Islam, karena lemahnya kaum muslimin. Kalau
dalam situasi sekarabng dimana Islam sudah kuat, maka hilanglah hukumnya karena
sebab-sebabnyasudah tidak ada.
Adapun mazhab-mazhab yang lain berpendapat bahwa hukum muallaf itu
tetap tidak dinasakh, sekalipun bagian muallaf tetap diberikan kepada orang Islam
dan non-muslim dengan syarat bahwa pemberian itu dapat menjamin dan
mendatangkan kemaslahatan, kebaikan kepada Islam dan kaum muslimin.12 Mereka
itu ada beberapa macam, di antaranya ada yang diberi zakat agar mereka masuk
islam, ada yang diberi harta zakat untuk memperbaiki kualitas keimanannya dan
memperkokoh hatinya, ada yang diberi bagian zakat, agar teman-temannya masuk
Islam. Di antara mereka ada yang diberi bagian zakat, agar ia mau mengumpulkan
zakat dari orang-orang sekelilingnya, atau untuk mengamankan wilayah kaum
muslimin dari bahaya yang timbul di perbatasan. 13
e. Riqab (memerdekakan budak)
Dalam kajian fikih klasik yang dimaksud dengan para budak, dalam hal ini
jumhur, adalah perjanjian seorang muslim (budak belian) untuk bekerja dan
mengabdi kepada majikannya, dimana pengabdiannya tersebut dapat dibebaskan bila
si budak belian memenuhi kewajiban pembayaran sejumlah uang, namun si budak
belian tersebut tidak memiliki kecukupan materi untuk membayar tebusan atas
12
13
Ibid., h. 192
Abdullah, Tafsir Ibnu Katsir, h.150-151
28
dirinya tersebut. Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk memberikan zakat kepada
orang itu agar dapat memerdekakan diri mereka sendiri. Akan tetapi, menurut jumhur
hukum ini sudah tidak berlaku, karena perbudakan telah tiada.
Dalam memahami ini, Rasyid Ridha (mufasir dari mesir) dan Mahmud
Syaltut (tokoh fikih Mesir) mensinyalir, bahwa pengertian kata riqab dapat dialihkan
kepada kelompok atau bangsa yang hendak membebaskan diri mereka dari
penjajahan. Menurut Abd al-Sami al-Mishry dalam kitabnya berjudul almuqawwimaat
al-iqtishad
al-islamy,
menganalogikan
budak
dengan
para
14
M. Arif Mufraini, Akuntansi dan Manajemen Zakat (Jakarta: Kencana, 2006), h.194-195
29
15
16
30
17
Yusuf Qhardawi. Hukum Zakat: studi komparatif mengenai status dan filsafat zakat
berdasarkan Quran dan Hadis. Penerjemah Salman Harun, dkk (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa,
1996), h. 511
18
Ibid., h.532
31
Islam; atau mencegah kejahatan yang akan menimpa dakwah dan pemerintahannya.
Kadangkala pemberian itu dimaksudkan untuk menolong sebagian pemerintahan nonMuslim agar mereka bersatu dengan barisan kaum Muslimin, atau menolong berbagai
suku dan suatu kelompok masyarakat agar mereka cenderung kepada Islam, atau
untuk mendirikan berbagai penerbitan dan percetakan untuk kepentingan Islam dan
untuk mencegah adanya berita-berita bohong tentang Islam19
Menurutnya gharimin adalah orang yang mengalami bencana hidup dan
mengalami musibah dalam hartanya, sehingga mempunyai kebutuhan yang mendesak
sehingga ia harus meminjam bagi dirinya dan keluarganya, berhak untuk
mendapatkan zakat. Qardhawi juga mengatakan bahwa qiyas yang benar dan maksud
umum ajaran Islam dalam bab zakat, memperbolehkan kepada kita memberikan
pinjaman pada orang yang membutuhkannya dari bagian gharimin, hanya saja hal itu
harus diatur sedemikian rupa dan dikeluarkan dari brankas khusus, sehingga dengan
itu zakat dibagikan dengan pembagian yang praktis dalam memerangi riba dan
menghapuskan segala bunga ribawi. 20
Untuk bagian sabilillah beliau mengungkapkan bahwa jihad itu kadangkala
bisa dilakukan dengan tulisan dan ucapan sebagaimana bisa dilakukan dengan pedang
dan pisau. Kadangkala jihad itu dilakukan dalam bidang pemikiran, pendidikan,
sosial, ekonomi, politik sebagaimana dilakukan dengan kekuatan bala tentara.
Seluruh jenis jihad ini membutuhkan bantuan dan dorongan materi. Yang paling
19
20
Ibid., h.580
Ibid., h.608
32
penting, terwujudnya syarat utama pada semuanya itu, yaitu hendaknya sabilillah itu
dimaksudkan untuk membela kalimat Allah dimuka bumi ini. Setiap jihad yang
dimaksudkan untuk menegakkan kalimat Allah, termasuk sabilillah, bagaimanapun
keadaan dan bentuk jihad serta senjatanya.21
Sedangkan ibnu sabil dalam pandangan beliau adalah bahwa apa yang
diserahkan pada ibnu sabil bukanlah menjadi miliknya, akan tetapi diserahkan sesuai
dengan kemaslahatan yang timbul dalam perjalanan menuju kampung halamannya,
atau apa yang dibutuhkannya untuk menyampaikan maksudnya. Karenanya zakat
boleh dipindahkan untuk membeli sesuatu seperti membeli tiket pelayaran, tiket
pesawat udara dan kereta api. Beliau juga menjelaskan beberapa jenis orang yang
bisa dikatakan sebagai ibnu sabil pada saat ini, antara lain; orang yang diusir dan
orang yang minta suaka, orang yang tinggal dipelosok atau gurun yang jauh, orang
yang mempunyai harta, akan tetapi tidak mampu mendapatkannya walaupun di
negerinya, musafir dalam kemaslahataan, Tunawisma, dan anak buangan.22
b. Sayyid Sabiq
Orang fakir dam miskin adalah orang-orang yang butuh tetapi tidak memiliki
sesuatu yang mencukupi mereka, kebalikan dari orang kaya yang berkecukupan.
Ukuran seseorang disebut kaya adalah nishab yang lebih dari kebutuhan pokok
dirinya dan anak-anaknya, berupa makanan, minuman, pakaian, rumah, kendaraan,
21
22
Ibid., h.632
Ibid., h.661-663
33
alat-alat kerja, dan semisalnya, yang setiap orang tidak bisa lepas darinya. Siapa saja
yang tidak memiliki ukuran di atas, maka dinamakan fakir, berhak mendapatkan
zakat.
Amil (para Pengurus) Zakat adalah orang-orang yang ditugaskan oleh
pemimpin atau wakilnya untuk mengumpulkan zakat dari orang-orang kaya. Mereka
dinamakan al-Jubaah (para penarik zakat). Termasuk juga orang-orang yang
ditugaskan untuk menjaga harta zakat, pengembala zakat yang berupa ternak dan para
pegawai administrasi.
Muallaf (Orang-orang yang diambil hatinya untuk masuk Islam) adalah
sekelompok orang yang hatinya diharapkan masuk Islam atau untuk menguatkan
keislaman mereka yang lemah atau untuk mencegah kejahatan mereka terhadap kaum
muslimin atau untuk mengambil manfaat dari mereka, dengan melindungi kaum
muslimin. Mereka terbagi dalam dua golongan, yaitu kaum muslimin dan orangorang kafir. Demikianlah menurut para Ulama. Muallaf dari kaum muslimin terbagi
menjadi empat kelompok. Yaitu; pertama, para pemuka dan pemimpin kaum
muslimin yang memiliki tandingan yang semisal dari orang-orang kafir. Kedua, para
pemimpin yang lemah imannya tetapi ditaati kaumnya. Ketiga, kaum muslimin yang
sedang berada menjaga perbatasan. keempat, kelompok kaum muslimin yang
dibutuhkan untuk menarik dan mengambil zakat dari orang-orang yang enggan
menunaikannya kecuali dengan kekuasaan dan pengaruh dari mereka.
34
Hamba sahaya menurut Sayyid Sabiq mencakup mukatab (budak yang sedang
menebus pembebasan dirinya) dan budak. Zakat digunakan untuk membantu mukatab
dalam membebaskan dirinya, serta untuk membeli budak, untuk kemudian
dibebaskan. Sedangkan gharimun (orang-orang yang memiliki hutang) menurut
beliau adalah orang-orang yang menanggung hutang dan tidak sanggup
membayarnya
Fii Sabilillah adalah jalan yang mengantarkan kepada keridhaan Allah, baik
berupa ilmu atau amal. Lafazh ( ) mencakup seluruh kemaslahatan agama
secara umum, yang menjadi sendi tegaknya urusan agama dan negara. Salah satu
perkara penting dalam kategori fii sabilillah pada zaman kita adalah menyiapkan dan
mengirim para dai ke negeri-negeri kafir, melalui lembaga-lembaga yang
terorganisir untuk menyiapkan dana yang cukup bagi mereka.23
c. Didin Hafiduddin
Zakat yang dikumpulkan oleh lembaga pengelola zakat, harus segera
disalurkan kepada mustahik sesuai dengan skala prioritas yang telah disusun dalam
program kerja. Zakat tersebut harus disalurkan kepada para mustahik sebagaimana
tergambar dalam surat at-Taubah: 60, yang uraiannya antara lain sebagai berikut :
Pertama: Fakir dan miskin. Meskipun kedua kelompok ini memiliki perbedaan yang
cukup signifikan, akan tetapi dalam teknis operasional sering dipersamakan, yaitu
mereka yang tidak memiliki penghasilan sama sekali, atau memilikinya akan tetapi
23
Syaikh as-Sayyid Sabiq, Panduan Zakat, (Bogor: Pustaka Ibnu Katsir, 2005), h. 135-159
35
sangat tidak mencukupi kebutuhan pokok dirinya dan keluarga yang menjadi
tanggungannya.
Kedua : Kelompok Amil (petugas zakat). kelompok ini berhak mendapat
bagian dari zakat, maksimal satu perdelapan atau 1,25 persen, dengan catatan bahwa
petugas itu memang melakukan tugas-tugas keamilan dengan sebaik-baiknya dan
waktunya sebagian besar atau seluruhnya untuk tugas tersebut. Ketiga : Kelompok
Muallaf, yaitu kelompok orang yang dianggap masih lemah imannya, karena baru
masuk Islam. Pada saat sekarang mungkin bagian muallaf ini dapat diberikan kepada
lembaga-lembaga dakwah yang mengkhususkan garapannya untuk menyebarkan
Islam di daerah-daerah terpencil dan di suku-suku terasing yang belum mengenal
Islam atau yang bertugas melakukan balasan dan jawaban terhadap pemahamanpemahaman buruk tentang Islam. Mungkin juga diberikan kepada lembaga-lembaga
yang melakukan training-training keislaman bagi muallaf atau untuk keperluan
mencetak berbagai brosur dan media informasi lainnya yang dikhususkan bagi
mereka yang baru masuk Islam. 24
Keempat : Dalam memerdekakan budak belian. Cara membebaskan
perbudakan ini biasanya dilakukan dengan dua hal, yaitu sebagai berikut : Menolong
pembebasan diri hamba mukatab, yaitu budak yang telah membuat kesepakatan dan
perjanjian dengan tuannya, bahwa dia sanggup membayar sejumlah harta (misalnya
uang) untuk membebaskan dirinya. Dan seseorang atau sekelompok orang dengan
24
Didin Hafidhuddin, Zakat dalam perekonomian modern, cet.1 (Jakarta : Gema Insani
Press,2002), h.134-135
36
uang zakatnya atau petugas zakat, membeli budak atau budak perempuan (ammah)
untuk kemudian membebaskannya. Menurut beliau, tidak tepat jika Tenaga Kerja
Indonesia (TKI) yang mempunyai permasalahan dengan majikannya, kemudian ingin
keluar dari pekerjaannya dan membutuhkan dana, lalu diberi zakat atas nama firriqab.
Kelima : Kelompok gharimin, atau kelompok orang yang berutang, yang sama
sekali tidak melunasinya. Para ulama membagi kelompok ini pada dua bagian, yaitu
kelompok orang yang mempunyai utang untuk kebaikan dan kemaslahatan diri dan
keluarganya. Kelompok kedua adalah kelompok orang yang mempunyai utang untuk
kemaslahatan orang atau pihak lain. Keenam : Dalam Jalan Allah SWT (fi sabilillah).
Sebagian ulama membolehkan memberi zakat tersebut untuk membangun masjid,
lembaga pendidikan, perpustakaan, pelatihan para dai, menerbitkan buku, majalah,
brosur, membangun mass media, dan lain sebagainya.
Ketujuh : Ibnu Sabil, yaitu orang yang terputus bekalnya dalam perjalanan.
Untuk saat sekarang, di samping para musafir yang mengadakan perjalanan yang
dianjurkan agama, mungkin juga dapat dipergunakan untuk pemberian beasiswa atau
beasantri (pondok pesantren) bagi mereka yang terputus pendidikannya karena
ketiadaan dana, mungkin juga dipergunakan untuk membiayai pendidikan anak-anak
jalanan yang kini semakin banyk jumlahnya, atau mungkin juga dapat dipergunakan
untuk merehabilitasi anak-anak miskin yang terkena narkoba atau perbuatanperbuatan buruk lainnya.
37
D.
dasarnya
pendayagunaan
zakat
ada
dua
macam.
Pertama,
bantuan
pemberdayaan
melalui
program
atau
kegiatan
yang
berkesinambungan.
Sebagai negara dengan mayoritas penduduk muslim, Indonesia memilki
potensi dana ZIS yang cukup besar. Namun sayangnya data-data yang berhubungan
dengan dana zakat selama ini relatif minim. Untuk mengisi kekosongan inilah PIRAC
melakukan penggalian data mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan zakat di
sepuluh kota, yaitu : Medan, Padang, Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya,
Pontianak, Balikpapan, Manado, dan Makassar.
Berdasarkan hasil survei PIRAC (Public In-terest Research and Advocacy
Center) meskipun ada peningkatan ternyata belum ada perubahan yang signifikan
antara tahun 2000 dan 2004, seperti digambarkan dalam tabel berikut ini : 25
25
38
Tabel 2
Pola Penyaluran zakat pada tahun 2000 & 2004
Tahun
No
Pola Penyaluran
2000
2004
66%
64%
28%
20,5%
BAZ
4%
9%
1,5%
Yayasan Amal
2%
2%
Lainnya
3%
39
memberikan sedekah kepada masyarakat di kawasan lain, dan hanya 5% yang pernah
bersedekah kepada non-Muslim. 26
Jika dilihat dari jumlah rata-rata sumbangannya, terlihat ada peningkatan yang
cukup tinggi untuk program pemberdayaan ekonomi, dari Rp 121.737/orang/tahun
(2004) menjadi Rp 198.738/orang/tahun (2007). Peningkatan juga terjadi pada
program
pembelaan
hukum
dan
seni
budaya,
masing-masing
dari
Rp
menjadi
Rp
120.310/orang/tahun),
olahraga
(Rp
26
Amelia Fauzia, dkk. Filantropi Islam dan keadilan Sosial. (Jakarta: CSRC UIN Syarif
Hidayatullah, 2006), h.195
40
27
41
(ZISWAF) nasional yang berhasil dikumpulkan pada tahun 2007 mencapai 361
milyar rupiah. IZDR memperkirakan sekitar 2/3 dana ZISWAF yang disetorkan
masyarakat pada tahun 2007 melalui Lembaga Amil Zakat (LAZ).
Sementara itu, Direktur IMZ Kushardanta menegaskan, Tren serupa juga
muncul dalam hal penyaluran dan pendayagunaan ZISWAF. IZDR mencatat terdapat
peningkatan yang signifikan penyaluran dana ZISWAF, dari sekitar 42 milyar rupiah
pada tahun 2004 menjadi sekitar 226 milyar pada tahun 2008, atau pertumbuhan
rata-rata sepanjang periode 2004-2008 mencapai 67.2% per tahun. Penyaluran dana
ZISWAF oleh kesembilan LAZ besar pada periode 2004-2008 masih difokuskan
untuk kegiatan konsumsif terutama program bantuan kemanusiaan (23.1%), hibah
langsung kepada asnaf (15.0%), pendidikan (10,7%), kesehatan (5.8%), dan bantuan
dakwah (3.9%). Sementara kegiatan ekonomi produktif secara rata-rata mendapatkan
alokasi sebesar 10,7%.28
E.
28
IMZ, Sinergi Pemerintah dan Masyarakat Sipil Kelola Zakat:Kunci Sukses Berdayakan
Ummat artikel diakses pada 16 Nopember 2010 dari http://imz.or.id/new/events/336/sinergipemerintah-dan-masyarakat-sipil-kelola-zakat/
42
29
43
F.
Analisis SWOT
1.
44
saat ini. Hal ini disebut dengan Analisis Situasi. Model yang paling populer untuk
analisis situasi adalah Analisis SWOT.30
Kuadran 1 :
peluang
dan
kekuatan
sehingga
dapat
adalah
dengan
mendukung
kebijakan
Kuadran 2 :
Kuadran 3 :
di
lain
pihak,
ia
menghadapi
beberapa
masalah-masalah
internal
perusahaan,
30
45
Kuadran 4 :
a. Strategi SO
b. Strategi ST
c. Strategi WO
d. Strategi WT
46
faktor
eksternal
organisasi.
Pengklasifikasian
ini
akan
G.
benar, tertib dan teratur. Proses-prosesnya harus diikuti dengan baik. Sesuatu tidak
31
Andik Nurcahyo, Metode Analisis SWOT, diakses pada 12 Nopember 2010 dari
http://islamkuno.com/2009/03/29/metode-analisis-swot/
47
boleh dilakukan secara asal-asalan. Hal ini merupakan prinsip utama dalam ajaran
Islam. Arah pekerjaan yang jelas, landasan yang mantap dan cara mendapatkannya
yang transparan merupakan amal perbuatan yang dicintai Allah swt.32 Tidak boleh
seorang muslim melakukan sesuatu tanpa perencanaan, tanpa adanya penelitian,
kecuali sesuatu yang sifatnya emergency (darurat).33
Allah sangat mencintai perbuatan-perbuatan yang termanaj dengan baik,
sebagaimana dijelaskan di dalam QS. Ash-Shaff (61): 4
Artinya : Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan
yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.
Kukuh di sini bermakna adanya sinergi yang rapi antara bagian yang satu dan
bagian yang lain. Jika hal ini terjadi, maka akan menghasilkan sesuatu yang
maksimal. Pendekatan manajemen merupakan suatu keniscayaan apalagi jika
dilakukan dalam suatu organisasi atau lembaga. Kelembagaan akan berjalan dengan
baik, jika dikelola dengan baik. Organisasi apapun, senantiasa membutuhkan
manajemen yang baik.34
Pembahasan pertama dalam manajemen syariah adalah perilaku yang terkait
dengan nilai-nilai keimanan dan ketauhidan. Mereka menyadari adanya pengawasan
dari Allah swt. yang akan mencatat setiap amal perbuatan yang baik maupun yang
32
Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah Dalam Praktik, (Jakarta:
Gema Insani Press, 2003), h.1
33
Ibid., h.2
34
Ibid., h. 4
48
buruk. Hal ini berbeda dengan perilaku dalam manajemen konvensional yang sama
sekali tidak terkait bahkan terlepas dari nilai-nilai tauhid. Mereka tidak merasa
adanya pengawasan melekat, kecuali semata-mata pengawasan dari pimpinan atau
atasan.35
Hal kedua yang dibahas dalam manajemen syariah adalah struktur organisasi.
Srtruktur organisasi sangatlah perlu. Adanya struktur dan stratifikasi dalam Islam
dijelaskan di dalam QS. Al-Anaam (6): 165
( : )
Artinya : Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan
sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang
diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu Amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya Dia
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
35
36
Ibid., h. 5
Ibid., h.9
49
Hal ketiga yang dibahas dalam manajemen syariah adalah sistem, sistem
adalah seluruh aturan kehidupan manusia yang bersumber dari Al-Quran dan Sunnah
Rasul. 37 Sistem syariah yang disusun harus menjadikan perilaku pelakunya berjalan
dengan baik. Keberhasilan sistem ini dapat dilihat pada masa Umar bin Abdul Aziz
dapat dijadikan salah satu contoh sistem yang baik. Telah ada sistem penggajian yang
rapi (namanya ). Pada zaman Umar bin Abdul Aziz juga telah ada sistem
pengawasan, sehingga di zaman beliau clear governance dan sistem yang berorientasi
kepada rakyat dan masyarakat benar-benar tercipta, hanya saja saat itu belum
dibakukan dalam bentuk aturan-aturan.38
H.
Swadaya Masyarakat (LSM) dan jiwa Lembaga Keuangan Syariah (LKS). Sebagai
LSM, OPZ adalah lembaga pemberdayaan yang mempunyai tujuan besar yaitu
merubah keadaan mustahik menjadi muzakki. Dalam peranan ini, OPZ harus paham,
peka, serta menyatu dengan masyarakat dan lingkungannya, terutama yangg berada di
wilayah kerjanya. OPZ itu harus mengetahui persis kondisi relijius, sosial, budaya,
maupun ekonomi masyarakat. Pemahaman yang menyeluruh dan mendalam akan
37
38
Ibid., h.10
Ibid., h.9-10
50
Hertanto Widodo dan Teten Kustiawam, Akuntansi & Manajemen Keuangan Untuk
Organisasi Pengelola Zakat, (Jakarta: Institut Manajemen Zakat, 2001), h. 73
40
Ibid., h,74
BAB III
GAMBARAN UMUM
LAZNAS BANGUN SEJAHTERA MITRA UMAT (LAZNAS BSM)
A.
(BSM Umat) berdiri berdasarkan Akta Notaris Agus Madjid SH. Tanggal 21
Nopember 2001 Nomor 85. Kemudian yayasan membentuk Lembaga Amil Zakat
Bangun Sejahtera Mitra Umat.
Dalam prosesnya, LAZNAS BSM mengalami berbagai macam fase. Semula
lembaga ini hanyalah kegiatan kerohanian di Bank Susila Bhakti (BSB), yang
memiliki unit kegiatan yang disebut Badan Amal Zakat (BAMAZ). Seiring
perubahan dan pergantian BSB menjadi bank Syariah Mandiri (BSM) terhitung sejak
1 November 1999, maka BAMAZ pun ikut melakukan terobosan dan pembenahan.
Tahun 2001, didirikanlah yayasan Bangun Sejahtera Mitra Umat (BSM Umat).
BSM sebagai bank berlabel syariah yang memiliki potensi besar dimanfaatkan
secara baik oleh Yayasan BSM Umat untuk membentuk lembaga amil zakat. UU
perbankan Syariah meniscayakan untuk mengelola zakat tanpa melupakan fungsi
utamanya di bidang bisnis syariah. Maka tak lama setelah berdiri, yayasan
mengajukan diri membentuk lembaga pengumpul zakat baik yang berasal dari
perusahaan, karyawan maupun nasabah. Terlebih lagi, pertumbuhan Bank Syariah
Mandiri dari waktu ke waktu ternyata sangat cepat. Dari semula yang hanya memiliki
51
52
8 cabang, kini telah berkembang pesat hingga mencapai 400 lebih outlet di seluruh
Indonesia. Gayung pun bersambut, 17 September 2002 LAZNAS BSM Umat
dikukuhkan secara resmi sebagai lembaga amil zakat berskala nasional oleh Menteri
Agama Republik Indonesia melalui Surat Keputusan No.406 Tahun 2002.
Selanjutnya lembaga ini sering disebut LAZNAS BSM.
2. Hubungan LAZNAS BSM dan BSM
Dalam upaya mecapai visinya, LAZNAS BSM menjalin hubungan dengan
BSM yang mengusung prinsip kesetaraan, kemitraan, dan sesuai syariah Islam.
Secara spesifik, relasi LAZNAS BSM dengan BSM berkaitan dengan beberapa hal.
Pertama, penerimaan dana zakat, infak, dan shodaqoh (ZIS) LAZNAS BSM berasal
dari Bank Syariah Mandiri, nasabah dan pegawai. Kedua, para mustahik berada di
lingkungan Bank Syariah Mandiri. Ketiga, dukungan sumber daya manusia (SDM),
sistem, sarana dan prasarana dalam pengelolaan dan ZIS di LAZNAS BSM.
Landasan hubungan antara LAZNAS BSM dengan Bank Syariah Mandiri
sendiri dibuat berdasarkan Memorandum of Understanding (MoU). BSM sebagai
pihak pertama melimpahkan dana zakat perusahaan, karyawan maupun nasabah yang
dipotong dari bagi hasil dan potongan gaji sebesar 2,5 persen yang bersifat sukarela.
Adapun LAZNAS BSM sebagai pihak kedua menerima pelimpahan dari
penghimpunan dana tersebut, termasuk zakat perusahaan sebesar 2,5 persen. Dalam
penyalurannya LAZNAS BSM menggandeng para mustahik melalui kantor cabang
perwakilan BSM yang ada di daerah dan juga menggandeng mitra. Sederhananya,
BSM memepercayakan secar penuh pengelolaan ZIS lewat LAZNAS BSM.
53
B.
2.
LAZNAS BSM Umat, Mitra Zakat, (Jakarta), Edisi September 2010, h. 5-6
54
C.
Landasan Hukum
Dasar Hukum yang membentengi LAZNAS BSM saat ini adalah :
1. Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 1999 tentang
pengelolaan zakat
2. Surat Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia No.406 Tahun 2002
tanggal 17 September 2002.
3. Akta Notaris Agus madjid SH. Tanggal 21 Nopember 2001 Nomor 85
tentang pendirian Yayasan Bangun Sejahtera Mitra Umat (BSM Umat)
4. Surat keputusan Dewan Pembina Yayasan Bangun Sejahtera Mitra Umat
No. 001/DP/YBSMU/VI/2009 tanggal 8 Juni 2009.
1. Nilai-nilai Dasar
a. Usaha yang tidak kenal lelah untuk meraih yang terbaik dan berguna.
b. Memberikan pelayanan yang terbaik, terbuka, cepat dan berdaya guna.
c. Aktif mengembangkan diri sebagai organisasi pembelajar.
d. Teguh berpegang pada Syariah Islam sebagai landasan aktifitasnya.
55
2. Tujuan
LAZNAS BSM Umat, Laporan Keuangan, artikel diakses pada 12 Nopember 2010 dari
http://laznasbsm.or.id/index.php?option=com_phocadownload&view=category&id=1&Itemid=5
56
Dewan Pertimbangan:
1. Hanawijaya
2. Zainal Fanani
Komisi Pengawas:
1. Priyono
2. Achmad Fauzi
Direktur Utama:
H. Alam Sani
Berikut adalah Bagan Struktur Organisasi LAZNAS BSM Umat :
Tabel 3
Bagan Struktur Organisasi
Dewan Pertimbangan
Komisi Pengawas
Direktur utama
Direktur Penghimpunan
dan keuangan
Divisi
Penghimpunan
Divisi keuangan
Bagian Program
Bagian Akuntansi
Seksi
Seksi
Direktur Pendayagunaan
dan SDM
Divisi
Pendayagunaan
Bagian Program
Seksi
Seksi
Kasir
Divisi
Pengawasan
Intern
57
1.
58
Bogor, Jawa Barat, dengan alokasi anggaran Rp. 1,6 milyar. Saat ini, sentra tersebut
mempekerjakan 80 orang yang berasal dari wilayah sekitar. Program ini terbukti
berhasil membuka lapangan kerja bagi masyarakat. Program Mitra Umat lainnya
berupa bantuan biaya petani jamur tiram dan tanaman hias (sanifera) di sawangan
Depok, Jawa Barat. LAZNAS BSM juga pernah memberikan bantuan modal bagi 10
Baitul Maal wa Tamwil (BMT) di Sumatera Utara, berupa qardhul hasan (pinjaman
kebajikan) kepada sejumlah pedagang kecil yang dikelola 10 BMT. Dana yang di
gelontorkan untuk program ini Rp 200 juta. Bantuan pinjaman modal juga pernah
diberikan kepada para peternak ayam di Batam kepulauan Riau, dengan dana
Rp.84.000.000.
2.
59
1.
yang sifatnya non produktifitas seperti: bantuan kesehatan, bantuan kebakaran, dan
bantuan musibah lainnya. 4 Program ini fokus pada bantuan atau dana zakat yang
digulirkan secara langsung kepada delapan golongan (ashnaf). Bentuknya berupa
santunan yang bersifat: perorangan seperti santunan anak yatim, jompo, dan ibnu
sabil, bantuan lembaga berupa santunan kepada organisasi yang bergerak dalam
bidang dakwah, pendidikan dan pemberdayaan umat, bantuan kesehatan berupa
persalinan, pengobatan dan fasilitas ambulan, bantuan bencana banjir, gempa bumi,
kelaparan, kekeringan, bencana kemanusiaan dan kebakaran, serta bantuan sarana
sosial yang berbentuk perbaikan saluran air di daerah kumuh.
Salah satu program yang terealisir yaitu bantuan operasi anus. Sebagai wujud
kepekaan LAZNAS BSM terhadap masyarakat miskin yang kurang beruntung
ditunjukkan dengan membantu pembiayaan operasi seorang remaja bernama
Muhajirin (12), yang tidak memiliki anus sejak lahir. Berkat bantuan LAZNAS BSM,
warga Desa Babean Kota, Kabupaten Bekasi, ini kemudian berhasil dioperasi di
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta. Hingga saat ini tak kurang dari
25 ribu lebih mustahik telah dibantu LAZNAS BSM.
4
BAB IV
MEKANISME PENGHIMPUNAN DAN PENDAYAGUNAAN ZAKAT PADA
LAZNAS BSM
A. Mekanisme Penghimpunan Zakat pada LAZNAS BSM
LAZNAS BSM memiliki tiga sumber dana, yaitu : zakat perusahaan PT.
Bank Syariah Mandiri, pegawai BSM dan nasabahnya. Adapun mekanisme
penghimpunannya ada beberapa cara, yaitu :
1. Melalui Cabang Bank Syariah Mandiri (BSM) yang terdekat. Jika muzaki
tidak memiliki rekening di BSM, maka dapat membayar zakat dengan
menggunakan slip setoran tunai untuk membayar zakat. Namun, jika muzaki
memiliki kartu tabungan di BSM, maka muzaki dapat memanfaatkan aplikasi
transfer (pemindah bukuan) untuk membayar zakat. Muzaki hanya
menuliskan nomor rekening zakat LAZNAS BSM dan besarnya zakat yang
akan dibayarkan. Adapun nomor rekeningnya adalah 009.004.7776.
2. Melalui mesin ATM BSM. Jika muzaki memiliki kartu ATM BSM, maka
muzaki dapat membayarkan zakatnya melalui menu pembayaran zakat yang
ada di mesin ATM. Muzaki hanya tinggal tekan menu pembayaran, setelah itu
pilihan membayar zakat sudah tersedia.
3. Melalui SMS Banking BSM. Untuk muzaki yang sudah meregistrasi SMS
Banking, maka zakat dapat dibayarkan kapan pun dan dimana pun ia berada.
60
61
62
63
Oleh karena itu, agar dana zakat tersalurkan lebih efektif, LAZNAS BSM
menjalin kerjasama dengan berbagai lembaga. Lembaga-lembaga yang bekerjasama
dengan LAZNAS BSM ada yang bersifat temporer dan ada juga yang kontinu (terus
menerus). Misalnya yang bersifat kontinu adalah lembaga Program Pembinaan
Sumber Daya Manusia Strategis (PPSDMS), Yayasan Darul Fikri, dan lain-lain.
Lembaga PPSDMS mendapat dana sebesar Rp.15.000.000,- per bulan2. PPSDMS
adalah lembaga khusus yang membina mahasiswa-mahasiswa berprestasi yang
kurang mampu secara ekonomi, disini ada sekitar 150-an mahasiswa yang tersebar di
beberapa perguruan tinggi negeri yang terbagi menjadi 5 wilayah regional yang
meliputi kampus UI, ITB, Unpad, UGM, Unair, dan IPB. Berkat bantuan dari
LAZNAS BSM, program-program PPSDMS dapat berjalan dengan baik dan banyak
mahasiswa yang meraih berbagai prestasi, baik secara akademik maupun nonakademik. Di antara meraka, banyak yang menjabat sebagai pimpinan (leader)
semisal menjadi Ketua Badan Ekskutif Mahasiswa (BEM) di kampusnya masingmasing. Tak hanya itu, banyak di antara mereka yang berhasil meraih prestasi dalam
beberapa ajang kejuaraan dan penghargaan, baik di level nasional maupun
internasional. Contohnya Goris Mustakim, anggota PPSDMS angkatan ke-2 yang
menjadi ikon kewirausahaan mahasiswa tingkat nasional dan pernah menjadi panelis
termuda dalam forum kewirausahaan internasional yang diundang oleh Presiden
Obama, papar Rubby, staf bidang kemitraan program pembinaan PPSDMS ini.
64
65
66
Amil Zakat (LAZ) di seluruh Indonesia..4 Kerjasama yang dilakukan antara lain,
yaitu: mengadakan seminar, simposium dan kerjasama dalam aksi di lapangan.
Seperti yang dilakukan ketika terjadi bencana banjir bandang di Wasior, LAZ-LAZ
dan BAZ-BAZ yang berada di naungan FOZ bersama-sama menyumbangkan
dananya (patungan) untuk penanggulangan bencana tersebut. Dengan kerjasama
seperti ini, maka biaya (ongkos) yang dikeluarkan lebih hemat dan bantuan akan
tersalurkan lebih cepat dan terorganisir. Dengan adanya FOZ, lembaga-lembaga zakat
dapat bertukar pikiran dan berdiskusi tentang berbagai hal anatara satu lembaga
dengan lembaga lainya. Agar setiap permasalahan yang dihadapi dapat diatasi dengan
baik.
Kendala yang dihadapi saat ini oleh lembaga-lembaga zakat adalah tidak
adanya program bersama untuk pemberdayaan zakat di Indonesia, sehingga sasaran
penyaluran zakat saat ini belum merata. Hal ini terlihat jelas dari tidak adanya peta
wilayah bersama, masing-masing lembaga memiliki wilayah-wilayah tersendiri dan
program-program kerja masing-masing. Jika hal ini tidak cepat diatasi, maka sulit
untuk mewujudkan tercapainya tujuan zakat itu sendiri, yaitu pengentasan
kemiskinan di masyarakat.
67
Jenis Program
Jumlah Dana
Prosentase
Mitra Umat
1,743,026,596.26
29,5 %
Didik Umat
1,176,955,875.00
20 %
Simpati Umat
2,985,865,639.50
50,5 %
5,905,848,110.76
100 %
JUMLAH
68
Diagram.1
Prosentase Penyaluran Zakat pada LAZNAS BSM umat,
periode 1 Januari - 1 September 2010
Mitra umat;
29,50%
Mitra umat
Didik Umat
Simpati umat
Simpati umat;
50,50%
Didik Umat;
20%
Dari tabel dan diagram di atas, dapat kita ketahui bahwa prosentase
penyaluran zakat pada LAZNAS BSM periode Januari September didominasi oleh
program simpati umat sebesar 50,5 %, kemudian program mitra umat 29,5% dan
program didik umat sebesar 20%. Jadi dapat disimpulkan bahwa mayoritas dana
zakat yang disalurkan oleh LAZNAS BSM untuk hal yang bersifat konsumtif, hanya
29,5% dari dana zakat tersebut yang disalurkan untuk hal yang bersifat produktif atau
untuk pengembangan usaha mustahik.
Menurut Manajer Pendayagunaan LAZNAS BSM Dedi Zulkarnaen, hal ini
terjadi karena beberapa sebab, yaitu: Pertama, karena kondisi negara kita yang
banyak bencana. Kedua, karena biaya yang dibutuhkan sangat besar setiap
penanggulangan bencana, atau istilah LAZNAS BSM adalah kondisi kegawat
daruratan. Jadi yang membuat program Simpati umat menghabiskan dana besar
69
adalah karena dana penanggulangan bencana itu cukup besar walaupun terjadinya
hanya beberapa kali. 5
Pendayagunaan LAZNAS BSM, usaha yang dibina antara lain berada di daerah
Bogor, Sukabumi dan Bandung. Letak yang jauh menjadi hambatan tersendiri bagi
Peneliti. Oleh karena itu, untuk mendapatkan informasi tentang usaha tersebut, Saya
menghubungi Ibu Nunung Nurhasanah (36) melalui telepon, dia adalah salah seorang
pengurus usaha budi daya jamur tiram yang berada di daerah Bogor
Budi daya jamur tiram adalah usaha yang didirikan dan dibina oleh LAZNAS
BSM yang berada di Kampung Pasir Angin, Leuwimalang. Wilayah yang letaknya
dekat dengan Gunung Geulis ini telah berdiri sejak tahun 2008. Awalnya, daerah ini
hanya berupa lahan kosong yang kurang dimanfaatkan oleh masyarakat setempat,
70
tetapi sejak hadirnya LAZNAS BSM disini lahan tersebut dapat memberikan manfaat
lebih bagi warga sekitar.
Dengan 3 orang pengurus inti, usaha jamur ini membagi karyawannya
menjadi 4 bagian (kelompok), yaitu:
a. Bagian Baklok (media tanam)
b. Bagian Inkubasi (pembibitan)
c. Bagian Laboratorium (pembuatan bibit)
d. Bagian Panen
2. Metode Pendampingan
Sebagaimana telah diuraikan, bahwa model LAZNAS BSM memiliki 2 cara
dalam menyalurkan zakat untuk program mitra umat, yaitu : mendirikan usaha dan
membiayai usaha. Untuk pendirian usaha, sebagaimana yang telah dipraktekkan
dengan pendirian usaha budidaya jamur, LAZNAS BSM mengirim 1 orang tenaga
ahli untuk terjun ke lapangan agar usaha jamur ini berjalan dengan lancar dan dapat
terus berkembang, sedangkan yang dilakukan pengurus pusat LAZNAS BSM adalah
mengontrol kinerja, mencarikan solusi atas kendala-kendala yang dihadapi, dan
memberikan bimbingan-bimbingan yang dibutuhkan oleh mereka. Menurut Ibu
Nunung, biasanya mereka datang ke tempat ini 1 kali setiap 1 atau 2 minggu.
Dan untuk pembiayaan usaha mustahik, tidak ada pendampingan yang
dilakukan oleh pengurus pusat LAZNAS BSM. Pendampingan diserahkan
sepenuhnya kepada cabang-cabang dan mitra-mitra kerja yang mengajukan
pembiayaan usaha untuk mustahik tersebut. Itu berarti, jika mustahik mendapat
71
pembiayaan untuk usaha tanpa melalui cabang atau mitra kerja LAZNAS BSM, maka
Ia tidak mendapat bimbingan sama sekali. Ini menjadi tugas bagi LAZNAS BSM
untuk membina mereka agar tujuan zakat untuk mengentaskan kemiskinan dapat
terealisasi.
3. Hasil dan Manfaat
Pada awalnya, usaha budi daya jamur tiram ini hanya memiliki 4-10 karyawan
dengan upah Rp. 8000,- 9000,- perhari, yang dihasilkan dari usaha ini juga baru
berkisar pada angka kiloan, yaitu 1-10 kg perhari. Tetapi, saat ini usaha tersebut telah
memiliki karyawan yang berjumlah 80 orang dengan upah Rp.10.000,- bagi
perempuan dan Rp.15.000,- bagi laki-laki. Dengan 8 kubung (rumah tempat budi
daya) yang dimiliki saat ini dengan ukuran masing-masing 23 M 14 M, tiap kubung
berisi 40 ribu bag lock (media tanam) jamur yang dihasilkan sudah mencapai 5 atau 6
kwintal, bahkan bisa mencapai 1 ton perhari, dengan harga Rp.7.700 - Rp.8000
perkilo penghasilan yang didapat saat ini telah mencapai Rp. 4.000.000 - Rp.
5.000.000 perhari, bahkan bisa lebih banyak.
Untuk pemasarannya, biasanya ada 5 suplier yang datang setiap harinya ke
tempat ini. Jadi mereka tidak kesulitan lagi dalam memasarkan jamur yang mereka
hasilkan. Karena jamur itu tidak tahan lama, hanya kuat sekitar 3 hari. Jika satu hari
tidak terjual maka kualitasnya menjadi kurang bagus. Selain diambil oleh suplier,
hasil dari jamur tersebut juga diolah menjadi produk jadi yaitu kripik kamur dan
dipasarkan ke berbagai daerah.
72
Saat ini, lahan yang dimiliki usaha tersebut sudah mencapai 8000 M, bahkan
sudah ada rencana untuk memperluas lagi lahan yang ada hingga mencapai lebih dari
1 hektar. Selain bimbingan dalam rangka memajukan usaha, masyarakat sekitar pun
mendapat bimbingan dalam berbagai hal yang menjadi kebutuhan mereka, seperti tata
cara menyelenggarakan berbagai acara dengan baik, dan sebagainya. Oleh karena itu,
masyarakat sekitar merasa sangat terbantu dengan hadirnya LAZNAS BSM di daerah
mereka.
D.
kekuatan ini tidak sepenuhnya merupakan keunggulan bersaing. Yang penting bagi
lembaga adalah memiliki kekuatan yang relatif besar untuk faktor mikro
dibandingkan dengan pesaingnya. Kekuatan yang dimiliki LAZNAS BSM adalah:
1) Sumber dana dari Bank Syariah Mandiri, walaupun kedua lembaga
tersebut memiliki sistem yang terpisah tetapi keduanya memiliki
kesepakatan (MoU) yang menyatakan bahwa zakat perusahaan
PT.Bank Syariah Mandiri dan pegawainya dikelola oleh LAZNAS
BSM
73
74
lain dalam hal penggalangan dana. Padahal LAZ yang baik itu harus
memiliki minimal 10 sumber pengalangan dana.
2) Kurangnya SDM. Jumlah amil di LAZNAS BSM sedikit, jadi banyak
program-program yang kurang efektif karena tidak ada yang
bertanggung jawab secara langsung
3) kurang promosi ke masyarakat, hal ini mengakibatkan banyak
masyarakat yang tidak mengetahui keberadaan LAZNAS BSM.
c. Opportunities (Peluang)
Peluang Lembaga Amil Zakat (LAZ) adalah area yang menarik untuk
kegiatan pemasaran Lembaga Amil Zakat (LAZ), di mana lembaga ini akan meraih
keunggulan dalam bersaing. Peluang yang dimiliki LAZNAS BSM adalah :
1) Potensi zakat yang cukup besar
2) Kesadaran masyarakat untu membayar zakat tengah membaik
3) Memiliki UU yang mendukung.
d. Threaths (Kendala)
Kendala adalah faktor-faktor eksternal yang berpengaruh terhadap kinerja
LAZNAS BSM Umat, diantaranya adalah :
1) Banyaknya
pesaing,
seiring
dengan
tumbuhnya
pemahaman
75
76
IFAS
EFAS
STRENGHTS
WEAKNESSES
(KEKUATAN)
(KELEMAHAN)
1. Kurang kerjasama
dengan perusahaan
2. Banyaknya jaringan
2. Kurangnya SDM
3. SDM
berkualitas
3. Kurangnya promosi
ke masyarakat
yang
4. Memiliki
fasilitas
ATM 24 jam
OPPORTUNITIES
STRATEGI
STRATEGI
(PELUANG)
S+O
W+O
1. Meningkatkan
sosisalisasi
dan
inovasi
2. Melibatkan
masyarakat
kegiatan
dalam
1. Menambah pegawai
2. Menjalin kerjasama
dengan
lembagalembaga lain
3. Mengadakan
pelatihan
THREATHS
STRATEGI
STRATEGI
(KENDALA)
S+T
W+T
1. Banyaknya pesaing
1. Memberikan
pelayanan terbaik
2. Memaksimalkan
fungsi jaringan dan
cabang-cabang
2. Meningkatkan
sosialisasi
2. Kurang partisipasi
masyarakat
dalam
penghimpunan
3. Tidak adanya peta
wilayah mustahik
77
Melalui
mekanisme
koleksi
data
akan
menghasilkan
beberapa
Aspek SWOT
Hasil Identifikasi
Kekuatan
2. Banyaknya jaringan
2.
Kelemahan
1. Kurang kerjasama
perusahaan
dengan
2. Kurangnya SDM
3. Kurangnya sosialisasi
78
Peluang
1. Banyaknya pesaing
4.
Kendala
Berdasarkan
pendekatan
tersebut,
kita
dapat
menentukan
berbagai
kemungkinan yang dapat diambil oleh LAZNAS BSM dalam hal strategi-strategi
yang dapat diambil dalam menghimpun dan menyalurkan zakat, yaitu:
1. Meningkatkan sosialisasi dan inovasi
2. Menambah pegawai yang kompeten di bidangnya
79
ormas-ormas
penyaluran zakat
Islam
dalam
penggalangan
maupun
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Mekanisme penghimpunan zakat pada LAZNAS BSM ada tiga cara, yaitu:
Melalui Kantor cabang BSM, mesin ATM BSM dan SMS Banking BSM.
Sedangkan mekanisme penyaluran zakat pada LAZNAS BSM itu ada dua
cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Langsung maksudnya
LAZNAS BSM menyalurkan zakat langsung kepada para mustahik, baik
dengan cara LAZNAS BSM mendatangi mereka maupun mereka yang datang
ke kantor LAZNAS BSM. Dan tidak langsung maksudnya ialah LAZNAS
BSM bekerjasama dengan mitra-mitra kerjanya seperti BMT-BMT maupun
yayasan-yayasan dalam menyalurkan zakat kepada para mustahik.
2. Pola pemberdayaan dana zakat pada LAZNAS BSM dilakukan dengan tiga
program, yaitu : Mitra umat, untuk pemberdayaan ekonomi. Didik Umat,
untuk peningkatan pendidikan. Dan Simpati Umat, untuk memenuhi
kebutuhan hidup mustahik. Dalam hal pemberdayaan ekonomi, LAZNAS
BSM memiliki 2 cara dalam menyalurkannya, yaitu: dengan mendirikan
usaha dan membiayai usaha. LAZNAS BSM mendirikan usaha budi daya
jamur tiram di daerah Bogor sejak tahun 2008. Untuk usaha yang mendapat
pembiayaan, saat ini LAZNAS BSM sudah tidak melakukan pendampingan
kepada mereka secara langsung, hal ini disebabkan oleh minimnya SDM yang
79
80
ada. Jadi saat ini pendampingan kepada mustahik yang mendapat dana untuk
usaha dilakukan oleh cabang-cabang atau BMT-BMT yang bekerja sama
dengan LAZNAS BSM. Dan akad yang dilakukan LAZNAS BSM kepada
cabang-cabang atau BMT-BMT yang menjadi mitranya adalah dalam bentuk
Hibah. Adapun akad mitra tersebut kepada mustahik itu diserahkan
sepenuhnya kepada mereka karena mereka yang melakukan pembinaan.
3. Dari hasil analisa SWOT terhadap pendayagunaan zakat pada LAZNAS BSM
dapat disimpulkan bahwa peluang yang ada bagi LAZNAS BSM, yaitu :
Potensi zakat yang besar karena mayoritas warga Indonesia adalah muslim,
kesadaran masyarakat tentang zakat tengah membaik dan lembaga zakat telah
memiliki UU yang mendukung. Sedangkan kendala-kendala yang dihadapi
adalah banyaknya pesaing atau lembaga-lembaga zakat yang lain, kurang
partisipasi masyarakat dalam penghimpunan dan tidak adanya peta wilayah
mustahik.
B. Saran
1. LAZNAS BSM sebaiknya menjalin kerja sama dengan lembaga-lembaga atau
perusahaan-perusahaan lain dalam hal penggalangan dana agar mendapat hasil
yang maksimal dan dapat berkembang lebih baik lagi. Agar manfaatnya
dirasakan oleh masyarakat secara lebih luas.
81
2. Harus ada kerja sama antar lembaga zakat. khususnya LAZNAS BSM dalam
hal menyalurkan zakat kepada masyarakat. Baik dalam pemetaan wilayah
mustahik maupun dalam penentuan prioritas penanggulangan. agar terjadi
pemerataan kepada para mustahik dan para mustahik mendapat hak-haknya
dan agar supaya kemiskinan di Indonesia dapat dientaskan.
3. LAZNAS BSM harus memiliki hubungan yang intens dengan para mustahik
yang diberdayakan, khususnya yang mendapat dana Mitra Umat. Baik dengan
menambah pegawai maupun dengan memanfaatkan mitra-mitra kerja yang
ada untuk membina dan mengawasi usaha mereka. Agar tujuan kemandirian
umat dapat tercapai di masyarakat.
4. Data mustahik harus diklasifikasi kepada kelompoknya masing-masing, agar
jelas perbedaan antara mustahik atau bukan serta dapat diketahui kelompok
mustahik mana yang mendominasi dalam hal penerimaan zakat sehingga hal
ini bisa menjadi bahan pertimbangan untuk menentukan prioritas dalam hal
penyaluran zakat.
DAFTAR PUSTAKA
Aflah, Kuntoro Noor dan Tajang, Mohd. Nasir, Zakat & Peran Negara. Jakarta: FOZ,
2006.
Ali Yafie, Menggagas Fiqih Sosial; Dari soal lingkungan hidup, asuransi hingga
ukhuwah, Cet.III. Bandung: Mizan,1995.
Al-Jaziri, Abdurrahman, Fiqih Empat Mazhab,bab 4. Penerjemah Chatibul Umam,
dkk. T.tp., Darul Ulum press, 1996.
Amelia Fauzia, dkk. Filantropi Islam dan keadilan Sosial. Jakarta: CSRC UIN Syarif
Hidayatullah, 2006.
Asy-Syarbani, Syamsuddin Muhammad bin al-Khotib, Mugnil Muhtaj, Juz 1. Beirut:
Dar El-Fikr, 2003.
Badriadi, Lili, dkk. Zakat & Wirausaha. Jakarta: CED, 2005.
Baqi, Muhammad Fuad Abdul, al-Mujam al-Mufahras Lil Alfazh al-Quran alKarim. Kairo: Daar al-Hadits, 2001.
Departemen Agama RI. Al-Quran dan Terjemahnya. Jakarta: PT Syaamil Cipta
Media, 2004
Djajuli, Akhmad dan Djanwari, Yadi. Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002.
Hafidhuddin, Didin. Zakat dalam perekonomian modern. Jakarta: Gema Insani Press,
2002.
______________ dan Tanjung, Hendri. Manajemen Syariah dalam Praktik. Jakarta:
Gema Insani Press, 2003.
Hasan, M.Ali, Masail Fiqhiyah, cet.4. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003.
Hawkin, Joyce M. Kamus Dwi Bahasa Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris. Oxford,
Erlangga,1996.
Hejazziey, Djawahir. Pedoman Penulisan Skripsi. Jakarta: Fakultas Syariah &
Hukum, 2007.
Kurniawati, Kedermawanan kaum muslimin; Potensi dan Realita Zakat masyarakat
di Indonesia; Hasil Survey di Sepuluh Kota. Jakarta: PIRAMEDIA, 2004.
82
83
Reinterpretasi
Pendayagunaan
Zakat.
Jakarta:
84
FOZ,
2010
dari
LAZNAS BSM Umat, Laporan Keuangan, artikel diakses pada 12 Nopember 2010
dari http://laznasbsm.or.id/index.php?option=com_phocadownload&view=cat
egory&id=1&Itemid=5
DAFTAR WAWANCARA
Nama
: UTUH SANTOSO
Jabatan
Alamat kantor
No. Telp
: 081513956225
Jawab : Program LAZNAS BSM Umat ada 3, yaitu : Mitra Umat, untuk
pertahanan ekonomi. Didik Umat untuk Pemdidikan dan Simpati Umat untuk
memenuih kebutuhan hidup masyarakat yang kurang mampu
4. Bagaimana LAZNAS BSM Umat melakukan penggalanangan dana?
Jawab : Dengan bekerja sama dengan PT. Bank Syariah Mandiri. Jadi sumber
utama dana LAZNAS BSM Umat adalah 1. zakat perusahaan Bank Syariah
Mandiri, 2. Zakat dari gaji karyawan Bank Syariah Mandiri, 3. Nasabah
(funding;deposito, tabungan) Bank Syariah Mandiri, 4.masyarakat umum (ATM)
5. Dengan sistem dan pendekatan apa yang bapak/ibu lakukan. Apakah sudah
efektif, ?
Jawab : Sangat efektif, karena lembaga lain kesulitan mencari dana, sedangkan
LAZNAS BSM Umat punya sumber yang pasti yaitu zakat perusahaan yang
jumlah cukup besar
6. Dan bagaimana cara evaluasi terhadap pelaksanaan penggalangan dana.?
Jawab : Evaluasi itu begini, disini kan ada dewan pembina. Mereka yang selalu
mengkritisi, jadi evaluasi itu banyak kita terima dari mereka, disamping juga
evaluasi-evaluasi bulanan yang rutin kita lakukan.
7. Apakah LAZNAS BSM Umat melakukan dengan sinergi dengan lembaga lain
dalam hal penggalangan dana ?
Jawab : Tidak, tidak ada kerjasama dengan lembaga lain dalam hal
penggalangan dana selain kepada Bank Syariah Mandiri
8. Apakah bapak/ibu melihat lembaga amil zakat lain, sebagai saingan atau mitra.?
Jawab : Zakat ini kan sebuah peradaban,kita sebagai umat islam harus
mengembangkan itu. Tolak ukurnya kan semakin tingginya kesadaran
masyarakat untuk membayar zakat dan itu harus kita dorong. Jadi kalau muncul
LAZ-LAZ yang lain itu saya rasa bukan saingan. Semacam saling
menguntungkan bagi kita dalam hal berlomba-lomba dalam kebaikan atau hal
yang positif. Jadi semakin banyak LAZ yang muncul tidak menjadi masalah bagi
LAZNAS BSM Umat, malah menjadi motivasi untuk memberikan inovasi yang
lebih baik bagi masyarakat.
9. Apa yang menjadi penyebab mereka tertarik pada lembaga ini, sehingga mereka
membayarkan zakat/infak dan shadaqahnya di sini.?
Jawab : Sangat baik, tetapi sampai saat ini kita belum melakukan hal tersebut, ke
depan, mungkin kita akan melakukannya.
18. Bagaimana system rekrutmen petugas zakat?
Jawab : Rekruitmen itu kita cari langsung dari masyarakat, tetapi ada juga yang
diambil dari pegawai BSM yang ditempatkan di LAZNAS BSM Umat
19. Siapa saja umumnya yang bekerja disini?
Jawab : Dari masyarakat umum. Beberapa yang berpengalaman dan sebagian
yang baru
20. Apa kriteria mendasar mereka bisa bekerja disini.?
Jawab : Memiliki kepedulian dan senang dengan masalah masalah sosial. Tapi
sampai sekarang belum ada pola khusus dari LAZNAS BSM Umat untuk
mendapatkan karyawan-karyawan yang kita inginkan.
21. Dan bagaimana system penggajian mereka dan kesejahteraan mereka?
Jawab : Disini ada salary, over time, fasilitas askes. Hal tersebut ditentukan oleh
departemen tersendiri.
(TAUFIQ SHOLEH )
Yang Diwawancarai
( UTUH SANTOSO )
DAFTAR WAWANCARA
Nama
: Dedi Zulkarnaen
Jabatan
: Manajer Pendayagunaan
Tempat
: Wisma Mandiri lantai II, Jl. MH. Thamrin No.5 Jakarta 10340
Nomor telp
1. Bagaimana sistem penyaluran zakat yang ada di LAZNAS BSM Umat ? Dan
Insidental atau terstruktur?
Jawab: Kita memiliki 2 sistem, yaitu secara langsung dan tidak langsung.
Langsung maksudnya kita menyalurkan zakat langsung kepada para mustahik,
baik dengan cara kita mendatangi mereka maupun mereka yang datang ke kantor
kita. Dan tidak langsung maksudnya ialah kita bekerjasama dengan mitra-mitra
kerja kita seperti BMT-BMT maupun yayasan-yayasan dalam menyalurkan zakat
kepada para mustahik.
2. Jika bekerjasama dengan pihak lain, lembaga apa? bagaimana pola kerjasamanya?
Jawab: Yang menentukan ialah Komite Pendayagunaan yang terdiri dari Bagian
Pendayagunaan sampai kepada Direktur.
6. Dalam hal penyaluran zakat, apa alasan LAZNAS BSM Umat menyalurkannya
dalam bentuk konsumtif ?apakah karena kebutuhan, mudah administrasi, atau ada
hubungan emosional, ideologi atau lainnya?
Jawab: Alasan utamanya ialah karena permohonan mustahik.dan itu kita ketahui
dari hasil wawancara kita kepada mereka
Jawab: Baik konsumtif maupun produktif, itu tergantung permintaan dari mitra
kita. Dan kita bisa melihatnya dari hasil wawancara, apakah dia layak mendapat
dana konsumtif atau produktif.
Jawab: Karena ada permintaan dari mitra kita atau cabang-cabang kita di
daerah, setelah disurvey sekali dan dinyatakan layak maka diberikanlah dana
tersebut.
Jawab:
Pada dasarnya ada tiga hal yang ada dimasyarakat kita itu, yang
Jawab: Kalau Mitra Umat alasannya karena mereka bisa diberdayakan dan
memiliki potensi untuk mengembangkan usahanya.
11. Apakah sumber dananya dibedakan antara zakat, infak dan shadaqoh? Untuk
kebutuhan apa saja?
Jawab: Ya, Alokasi yang utama adalah dari ashnaf secara syariahnya. Jika dia
masuk ke dalam ashnaf (mustahik) maka bisa diberikan dana zakat, jika bukan
mustahik maka bisa diberikan dari dana selain zakat. ini tidak terkait dengan
program.
12. Bagaimana cara penentuan mustahik dan besaran dana yang disalurkan?
Jawab: kalau masalah wilayah memang seharusnya ada bobotan nilai untuk
wilayah-wilayah di Indonesia, wilayah mana yang sangat membutuhkan atau
istilahnya mana wilayah merah, kuning, abu-abu dsb. Tetapi sampai saat ini hal
tersebut belum ada. Jadi kita hanya mengetahui wilayahnya berdasarkan
laporan-laporan lapangan saja dari cabang-cabang maupun dari mitra kita saja.
14. Bagaimana cara kerja sama antar lembaga? Khususnya dengan LAZ-LAZ yang
lain?
Jawab: Yang mengatur kerjasama antar lembaga zakat adalah Forum Zakat
(FOZ), itu adalah tempat para praktisi zakat berkumpul.
15. Kenapa prosentasenya penyaluran zakat bisa berbeda? Lebih banyak Simpati
umat?
Jawab: Pertama, karena kondisi negara kita yang banyak bencana. Kedua,
karena biaya yang dibutuhkan sangat besar setiap penanggulangan bencana,
atau istilah kita ini adalah kondisi kegawat daruratan. Jadi yang membuat
program Simpati umat menghabiskan dana besar adalah karena dana
16. Bentuk usaha apa saja yang mendapat dana dari program Mitra Umat?
Jawab: Banyak, ada usaha budidaya jamur di Bogor, ada tanaman hias di
Sukabumi.
17. Bagaimana pendampingan dalam usaha yang dikelola melalui program Mitra
umat?
Jawab: Sekarang kita tidak lagi mendampingi usaha yang mendapat dana
melalui program Mitra Umat. Jadi, Pendampingan dilakukan oleh cabang kita
atau BMT-BMT yang bekerjasama dengan kita
Jawab: Pendampingannya dilakukan oleh mitra-mitra kerja kita, seperti BMTBMT atau cabang-cabang kita di daerah.
19. Bagaimana hasil dari program tersebut ? apa kemajuannya? Apa yang menjadi
tolak ukur keberhasilan program tersebut?
Jawab: Yang penting bagi kita adalah usaha mereka tetap berjalan, karena untuk
menjadikan mereka muzakki itu butuh proses yang cukup lama dan kita memiliki
keterbatasan dalam mendampingi mereka.
20. Dalam penyaluran zakat, disebut bagi amilin (bagian amilin). Berapa persen itu
dialokasikan ?
Jawab: 12,5%, tidak boleh melebihi dari itu. Walaupun ada bagian yang tidak
diambil seperti bagian ghorimin, maka kita tidak boleh ambil. Jadi hak kita Cuma
seperdelapan
Jawab: Biasa yang kita gunakan adalah kitab fiqihnya Yusuf Qardawi Yang
berjudul Hukum Zakat
Pewawancara
( TAUFIQ SHOLEH )
Yang Diwawancarai
( DEDI ZULKARNAEN )