Você está na página 1de 4

Menu

Heritage
Mengupas Bandung, mulai dari sejarah hingga pesona dan daya tariknya.

ANDIR
Andir, Lapang Udara setelah Rancaekek dan Sukamiskin
Lokasi: Jalan Pajajaran
Mengapa kampung kampung kecil yang terletak di sebalah barat kota Bandung
itu dinamakan dinamakan Andir? Karena nama Andir itu pula, maka lapang
udara yang berada di daerah tersebut dinamakan Lapang Udara Andir.
Kampung Andir kini termasuk Desa Cibeureum. Pada masa lalu, kampung itu
merupakan tempat tinggal para pekerja yang tugasnya memelihara jalan. Tentu
saja jalan raya pos (Grote Postweg) yang membelah kota Bandung menjadi dua
bagian. Yakni bagian utara dan selatan. Namun dalam perkembangan kota
Bandung, Andir kini menjadi daerah permukiman padat penduduk.
Nama Andir mulai terkenal sejak zaman penjajahan Belanda. Paling tidak sejak
di tempat ini dibangun lapang udara militer. Akan tetapi Andir bukanlah lapang
udara pertama di kota Bandung. Bahkan daerah ini sebelumnya tidak dilirik
sama sekali. Lapang udara pertama yang dibangun pada awal tahun 1916 justru
di Kalijati, Subang. Sehingga pada bulan Februari, lapang udara tersebut sudah
mulai digunakan. Penerbangan pertama dilakukan Ter Porten.
Sangat boleh jadi Ter Poorten yang dikemudian hari menjadi Penglima Tertinggi
Militer Hindia Belanda tidak membayangkan sedikit pun di benaknya, bahwa
nasib bisa berbalik seratus delapan puluh derajat justru di Kalijati yang menjadi
tempat kebanggaan prestasinya. Setelah lebih dari seperempat abad, tempat ini
telah memupus masa depannya. Dalam kedudukan sebagai Panglima Tertinggi
Militer Hindia Belanda, Jendral Ter Poorten yang datang ke Kalijati bersama
Gubernur Jendral Tjarda van Starkenborgh Stachouwer beserta staf harus
menelan kepahitan. Ia dihadapkan pada dua pilihan sulit: Menyerahkan Hindia
Belanda atau kota Bandung dibombardir bala tentara Jepang.
Ter Poorten akhirnya memilih yang pertama. Ia menyerahkan kekuasaan atas
Hindia Belanda (kini Indonesia) kepada Panglima Tentara Jepang Jendral
Imamura Hitoshi. Pertemuan bersejarah itu berlangsung di rumah dinas salah
seorang perwira penerbang pada tanggal 8 Maret 1942.
****
Lapang udara yang menjadi saksi penyerahan kekuasaan Belanda itu pada
awalnya berfungsi sebagai Militare Luchvaart School atau Sekolah Penerbang

Militer. Namun mengingat letaknya yang dianggap kurang mendukung kota


Bandung sebagai Pusat Militer Hindia Belanda, Dinas Penerbangan kemudian
memilih daerah Rancaekek sebagai lapang udara militer. Akan tetapi kondisi
lingkungan daerah itu dinilai tidak memenuhi persyaratan, sehingga pada tahun
1918 dipindahkan ke daerah Cipagalo di Sukamiskin yang letaknya sekitar tujuh
kilometer dari kota Bandung. Sebagai lokasi yang diharapkan menjadi lapang
udara yang tetap, beberapa bangunan seperti hangar dan bengkel mulai
dibangun di Sukamiskin.
Baik Rancaekek maupun Sukamiskin akhirnya harus ditinggalkan. Kedua tempat
itu dianggap tidak layak. Salah satu sebabnya, tanah di Suamiskin terlalu lembek
karena sering tergenang. Maka sejak tahun 1921, rencana beralkih ke daerah
Andir. Di atas lahan seluas 45 hektar kemudian dibangun hangar dan landasan
pacu.
Pembangunan lapang udara tersebut memakan waktu kurang lebih empat
tahun, sehingga sejak tahun 1925, berbagai peralatan dan fasilitas yang ada di
Sukamiksin dipindahkan secara bertahap, sehingga sejak bulan Oktober tahun
itu, Dinas Penerbangan Hindia Belanda mulai menggunakan lapang udara
tersebut sebagai lapang udara militer (Haselen, 2005:96) Dari tida jenis pesawat
yang mendarat pertama kali di lapang udara ini antara lain pesawat Glenn
Martin yang dibeli dari Amerika Serikat.
****
Peresmian lapang udara tersebut sekaligus telah merintis dibangunnya
jembatan udara yang menghubungkan kota Bandung dengan kota-kota lainnya
di Pulau Jawa, terutama Batavia. Peristiwa ini ditandai dengan pembukaan jalur
penerbangan umum Bandung-Batavia yang dilakukan perusahaan penerbangan
KNILM (Koninklijke Nederlandsche Indie Luchvaart Maatschappij) pada tanggal 1
November 1928. Dalam penerbangan perdana dari Batavia itu terdapat Sultan
Deli beserta keluarga dan pengiringnya yang menjadi undangan istimewa.
Bahkan ketika
Di Bandung, Sultan dan rombongan bermalam di Hotel Savoy Homann. Karena
ketiga putrinya mengenakan pakaian ala Arabi, selama Sultan dan rombongan
berada di Bandung selalu diburu. Menurut kuncen Bandung Haryoto Kunto,
mereka tertarik pada pakaian yang dikenakan ketiga putrinya yang
menggunakan penutup wajah (purdah) karena dianggap aneh.
Pembukaan jalur penerbangan umum itu sekaligus menandai pembukaan isilasi
secara luas kota Bandung. Selain dengan Batavia, kota Bandung sejak tahun
1930 dihubungkan dengan kota-kota lain seperti Semarang, Surabaya,
Palembang, dan bahkan Singapura. Bahkan sejak diselenggarakan pasar malam
dan industri tahunan Jaarbeurs, diresmikan pos udara sehingga pengiriman
surat-surat dari Bandung menjadi lebih cepat.
Sejarah lapang terbang tersebut terus berputar. Dalam perkembangan
selanjutnya, nama lapang udara ini sejak tanggal 17 Agustus 1952 diganti
menjadi Lapang Udara Husen Sastranegara. Penggantian nama tersebut sebagai

penghargaan atas jasa dan pengabdian Mayor (Penerbang) Husen


Sastranegara. Ia dianggap sebagai pejuang sekaligus perintis yang meletakan
dasar-dasar pembangunan di bidang penerbangan nasional.
Siapa Husen Sastranegara?
Lahir di Cianjur 20 Januari 1919, Husen Sastranegara pada tahun 1939 termasuk
salah seorang siswa calon penerbang Militare Luchvaart School di Kalijati. Namun
karena sesuatu hal, ia berubah haluan menjadi polisi dengan memasuki Sekolah
Inspektur Polisi di Sukabumi.
Karirnya di dunia penerbangan kembali dijalani setelah proklamasi
kemerdekaan. Mula-mula ia ditugaskan mengurus Lapang Udara Andir yang
berhasil direbut dari tangan Jepang. Akan tetapi Agresi Belanda pertama telah
mengakibatkan pemerintah pusat mengungsi ke Yogya dan Lapang Udara Andir
kembali dikuasai Belanda. Husen Sastranegara ditugaskan menjadi instruktur
Sekolah Penerbangan Yogyakarta, sekaligus merangkap sebagai Perwira Operasi
AURI.
Belum lagi tahun 1946 berakhir, ia mengalami kecelakaan ketika melakukan uji
terbang (test flight) pesawat Cukiu yang mengalami kerusakan mesin sehingga
jatuh di atas kota Yogyakarta dan terbakar. Padahal pesawat rongsokan
peninggalan Jepang itu rencananya akan digunakan membawa Perdana Menteri
Sutan Sjahrir ke Jawa Timur.
Husen Sastranegara gugur dalam usia masih sangat muda, 27 tahun.
Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki Yogyakarta dan
pangkatnya dinaikan menjadi Komodor (anumerta). Lapang terbang yang kini
menyandang namanya, secara keseluruhan baru diserahkan kembali dari
tangan Belanda kepada AURI pada tanggal 12 Juni 1950. ***
.

Share this:

Press This

Reblog

Twitter

Facebook

Like

Be the rst to like this.

Jalan Dalem Kaum 1

August 27, 2012

RUMAH BERSEJARAH

Jaarbeurs de
Bandoeng

Leave a reply

Leave a Reply

Previous
Logged in as Ridwan
Hutagalung. Log out?

Next

Comment

Post Comment

Notify me of follow-up comments via email.

Artikel
Jalan Dalem Kaum, di Kaum ada Makam Dalem (2)
Jalan Dalem Kaum 1
Adu Cepat Membangun TH Bandoeng
Jalan Dalem Kaum, di Kaum ada Makam Dalem
GEDUNG WANITA, LAMBANG PERJUANGAN KAUM WANITA
Tjikapoendoeng Plan
Villa Isola, Bangunan Paling Cantik
BANGUNAN CAGAR BUDAYA
RUMAH INGGIT GARNASIH
RUMAH BERSEJARAH

View Full Site

Now Available! Download WordPress for Android

Blog at WordPress.com.

Você também pode gostar