Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh
Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu Penyakit Mata
Rumah Sakit Tentara dr. Soedjono Magelang
Disusun Oleh :
Kartika Rizky Lim
1410221024
Pembimbing:
dr. YB. Hari Trilunggono, Sp.M
dr. Dwidjo Pratiknjo, Sp.M
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
JAKARTA
2015
LEMBAR PENGESAHAN
JOURNAL READING
TRAUMATIC OPTIC NEUROPATHY TO TREAT OR TO OBSERVE?
Disusun oleh:
Kartika Rizky Lim
Dosen Pembimbing,
1. PENDAHULUAN
Traumatic Optic Neuropathy (TON) adalah kondisi yang mengancam penglihatan
serius yang dapat disebabkan oleh trauma pada kepala atau pada mata. TON
diklasifikasikan menjadi yang langsung atau tidak langsung. TON langsung atau direct
TON biasanya datang dengan keluhan penglihatan yang hilang parah dengan
kemungkinan kecil dapat pulih kembali. Biasanya hal tersebut disebabkan oleh luka
tembus atau luka tajam yang langsung mengarah pada area nervus optikus. TON tidak
langsung atau Indirrect TON disebabkan karena adanya proses akselerasi/deselerasi
terhadap proses trauma tumpul. Hilang penglihatan dapat bervariasi dari ringan hingga
kebutaan total. Pada pemeriksaan klinis didapatkan retina dan nervus optikus terlihat
normal. Insiden TON setelah trauma pada bagian kranio-fasial dilaporkan 2-5%.
Tempat yang paling umum yang terkena pada kasus TON tidak langsung adalah
kanal optik bagian dari nervus optikus, kemudian diikuti oleh nervus optikus intrakranial
dan khiasma optikus.
Terdapat dua mekanisme cedera, yaitu secara primer dan sekunder. Cedera primer
disebabkan karena pergeseran mekanis dari akson nervus optikus dan nekrosis kontusio
kedua dan hasilnya tidak menunjukkan adanya keadaan patologis (Gambar 5). Pasien
kemudian datang setelah 7 hari untuk follow-up dan keadaan penglihatan sudah kembali
pulih dan normal.
3. DISKUSI
Entah bagaimana, namun penatalaksanaan dari TON itu kontroversial. Tidak ada
panduan spesifik tentang bagaimana menatalaksana TON. Dalam waktu 7 hari sejak
cedera, satu kelompok pasien dibiarkan tanpa tatalaksana, kelompok kedua ditatalaksana
dengan kortikosteroid, dan kelompok ketiga ditatalaksana dengan bedah kanal optik
dekompresi. Tidak ada perbedaan spesifik antara ketiga kelompok tersebut. Maka hasil
kesimpulan penelitian tersebut adalah baik kortikosteroid maupun bedah tidak dapat
menjadi pertimbangan penatalaksanaan pasien dengan TON. Kemudian, setiap dokter
spesialis mata harus memutuskan untuk menatalaksana atau tidka menatalaksana pasien
secara individu.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Chou, et al. menggunakan 58 orang pasien, 10
pasien tidak ditatalaksana, 23 ditatalaksana dengan kortikosteroid, dan 25 pasien
dilakukan bedah kanal optik dekompresi dan diberikan kortikosteroid. Hasil
penelitiannya adalah 0% perbaikan visus pada kelompok yang tidak ditatalaksana, 57%
perbaikan visus pada kelompok yang ditatalaksana dengan steroid, dan 60% perbaikan
visus pada kelompok yang dilakukan baik pembedahan dan pemberian steroid. Penelitian
ini menyimpulkan bahwa kelompok pasien yang dilakukan penatalaksanaan memberikan
hasil yang lebih baik dari pada kelompok pasien yang tidak ditatalaksana.
4. KESIMPULAN
Segera setelah pasien dibawa ke rumah sakit, kami segera menatalaksana pasien
dengan steroid megadosis. Kami memutuskan segera melakukan tindakan pada pasien
karena beberapa alasan. Pertama karena pasien datang dalam rentang satu jam pertama
paska cedera dan menurut Cerovski, terapi lebih baik dilakukan pada 8 jam pertama.
Alasan kedua karena pasien sehat secara individual. Dan alasan ketiga adalah karena
pasien merasa ketakutan dan trauma, yang secara psikologis membutuhkan pertolongan,
apalagi pada pasien terdapat adanya hilang penglihatan berat.
Karena tidak ada rekomendasi pasti lain daripada menatalaksana pasien secara
individual, Anda mengatakan kepada pasien, Kami tidak dapat melakukan apa-apa dan
kami berharap bahwa penglihatan Anda akan membaik. atau Anda dapat mengatakan,
Kami dapat melakukan sesuatu dan berharap penglihatan Anda akan membaik.
Kebanyakan orang akan memilih kepada pilihan kedua. Pasien kami juga memilih
pilihan kedua dan sangat kooperatif dan puas dengan terapi yang kami berikan selama
pasien dirawat di rumah sakit.
TIDAK ADA KONFLIK KEPENTINGAN.
REFERENSI
1. Al-Qurainy A, Stassen LFA, Dutton GN, et al. The character- istics of midfacial fractures
and the association with ocular injury: a prospective study. Brit J Oral Maxillofacial Sur.
1991; 29: 291-301.
2. Crompton MR. Visual lesions in closed head injury. Brain. 1970; 93: 785-792.
3. Walsh FB, Hoyt WF. Clinical Neuro-Ophthalmology, 3rd Ed., Vol.3. Baltimore: Williams
& Wilkins, 1969: 2380.
4. Vorwerk CK, Zurakowski D, McDermott LM, et al. Effects of axonal injury on ganglion
cell survival and glutamate homeo- stasis. Brain Res Bull. 2004; 62: 485-490.
5. Levin LA, Beck RW, Joseph MP, et al. The treatment of trau- matic optic neuropathy: the
International Optic Nerve Trau- ma Study. Ophthalmology. 1999; 106: 1268-1277.
6. Cerovski B. Neurooftalmoloke manifestacije kraniocer- vikalne ozljede. U: ikic J,
Cerovski B, ur. Okuloorbitalna ozljeda i neurooftalmoloke manifestacije kraniocervikalne
ozljede. Medicinska naklada, Zagre, 2004: 23-31, 41-48.
7. Chou PI, Sadun AA, Chen YC, et al. Clinical experiences in the management of traumatic
optic neuropathy. Neuro-oph- thalmology. 1996; 16: 325-336