Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
A HISTORY OF CHRISTIANITY
by
KURT ALAND
Philadelpia: Fortress Press, 1985, Vol.I
OLEH
RAMLI SN HARAHAP
NIM
242106
DOSEN
1. PENDAHULUAN
A. PENERJEMAH
Buku Kurt Aland ini aslinya ditulis dalam bahasa Jerman yakni Geschichte der
Christenheit yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh James L.Schaaf pada
tahun 1984. Tebal buku volume I terjemahan ke dalam bahasa Inggris ini adalah 474
halaman. Buku ini terbit dalam dua volume. Volume I membahas tentang Dari
Kekristenan Mula-mula hingga ke Ambang Pintu Reformasi. Sedangkan volume II
membahas tentang Dari Reformasi hingga kini.
Kurt Aland, yang lahir di Berlin tahun 1915, adalah seorang Guru Besar Sejarah
Gereja dan Peneliti Teks Perjanjian Baru di Universitas Mnster di Westphalia. Aland
dikenal orang karena dia salah seorang editor buku Novum Testamentum Graece, dan
dia juga menulis buku tentang studi Perjanjian Baru dan sejarah Reformasi.1
Khusus buku volume I ini, Kurt Aland hanya membahas dua bagian besar yakni
Permulaan Kekristenan dan Kekristenan di Abad Pertengahan.
Untuk lebih memudahkan pemahaman tentang pemikiran Aland, di bawah ini
akan dibahas bagian demi bagian dari bukunya A History of Christianity volume I.
B. PENULIS
Buku ini dilatarbelakangi dari bahan kuliah yang diajarkan oleh Aland dalam
mengajarkan teologi yang berjudul Garis Besar Sejarah Gereja. Menurut Aland,
buku ini tidak hanya semata bertujuan untuk para mahasiswa dan para teolog tetapi
juga di dalam kenyataan untuk kaum awam, yaitu, kepada seluruh yang tak
memperhatikan keanggotaan gereja mereka, yang tertarik pada sejarah umat Kristen
(Christenheit) dan ingin untuk mengetahui apa yang telah terjadi di dalam sejarah ini
dan apa yang memaksa perkembangan dari permulaan hingga saat ini. Aland
mengakui bahwa buku ini bukan pengetahuan sejarah yang mendetail yang penting,
melainkan mengerti konteks di mana mereka hidup.
Kurt Aland, A History Of Christianity, Philadelphia: Fortress Press, Vol.I, 1985, hlm.xi
2.
PERMULAAN KEKRISTENAN2
Menurut Aland, untuk mengerti permulaan Kekristenan itu sedikitnya ada 5 hal
yang harus dibahas, yakni: 3argumen dengan penyembah berhala, 4sejarah eksternal
Kekristenan mula-mula, 5sejarah internal Kekristenan mula-mula, 6sejarah di antara
umat, 7masa Konstantin dan akhir sejarah Kekristenan mula-mula. Kelima pokok
bahasan inilah yang menjadi perhatian dasar Aland untuk melihat permulaan
Kekristenan itu sendiri.
I.
berhala pada peralihan zaman pra-Kristen ke zaman Kekristenan mula-mula ( abad IIII) dan alasan-alasan kemenangan Kekristenan atas para pengikut penyembah
berhala.
1.
Iman Penyembah Berhala pada pra-Kristen ke zaman Kekristenan mulamula ( abad I-III)9
Menurut Aland, untuk memperoleh sebuah gambaran luas yang hidup tentang
ada sebuah peta dapat dibandingkan kepada atlas keagamaan-keagamaan kita saat ini
yang dapat memberi kita pandangan yang sempurna dari bentuk-bentuk keagamaan
pada saat itu. Walaupun ketika kita melintas sebuah jalan melalui satu cagar daerahdaerah candi seperti Paestum, atau melalui sebuah kota kuno yang dibawa dari
reruntuhan di masa lalu seperti Pompeii, atau walaupun berjalan melalui forum Roma,
belum lagi agama seperti misalnya Delphi, semua itu memperlihatkan bahwa
Kekristenan tidak muncul di tengah-tengah sebuah kekosongan (vacuum), melainkan
di tengah-tengah dunia yang sudah dihuni oleh masalah keagamaan. Tak satu pun dari
kultus-kultus, tak satu pun dari bentuk-bentuk agama, tak satu pun sekolah-sekolah
philosofi dan gerakan intelektual pada masa itu yang siap untuk menyerah kepada
Kekristenan tanpa sebuah perjuangan. Inilah hal penting yang harus diperhatikan, kata
Aland.
Hal ini menurut Aland benar, sebagaimana dinyatakan berulang-ulang, bahwa
kepercayaan tradisional tentang penyembahan berhala-berhala di dalam periode ini
sebagian besar hilang kuasanya. Hal ini benar pernyataan ulang Augustus tentang
iman penyembah berhala ditandai hanya oleh perubahan, di mana ada usaha untuk
merubah sebuah bentuk luar penyembahan berhala dan mentransfusinya dengan kuasa
baru. Hal ini juga benar bahwa skeptisisme secara partikular mendominasi iman di
kalangan atas pada waktu itu dengan akibat-akibat demoralisasi yang mengikuti
skeptisisme pada waktu yang lain. Tetapi jika seandainya kita memandangan konteks
keberagamaan pada Kekristenan mula-mula hanya didominasi dengan demoralisasi,
kita akan jatuh pada penghakiman-penghakiman yang fatal dan rusak. Kita hanya
butuh melihat pada akhir abad keempat, ketika Kekristenan telah meraih kemenangan
atas perlawanan pemerintah dan menang memiliki perlindungan kuasa penuh dari
kaisar, hingga hal ini akhirnya mendeklarasikan pegawai agama kaisar. Pada waktu itu
kita melihat bahwa penyembah berhala telah kehilangan perjuangan melawan
Kekristenan.
Menurut Aland, jika kita berbicara kehidupan iman penyembah berhala pada
masa kuno, kita tidak hanya melihat perjuangan intelektual penyembah berhala
dengan Kekristenan namun juga harus dilihat dengan orang Yahudi yang begitu keras
menganiaya orang Kristen pada dunia kuno. Tetapi penyembah berhala dan orang
Yahudi berjuang melawan Kekristenan bukan hanya dengan pengertian sebelah luar,
tetapi juga membawa perjuangan intelektual dan keagamaan, misalnya makan tubuh
dalam
perkawinan sedarah. Pagan juga melawan otoritas PB dan otoritas seluruh Alkitab.
Menurut Aland, kehidupan penyembah berhala di dunia kuno dapat
didokumentasikan dalam berbagai sumber. Namun bisa juga ditemukan dalam buku
Kisah Para Rasul. Misalnya Kis. 17 membawa kita kepada metropolis. Di sini Paulus
mengembara melalui Atena dan menemukan kota yang penuh dengan gambaran ilahilah. Dalam Kis.19 kita membaca bagaimana pandai perak Demetrius di kota besar
Efesus dapat mengacaukan rakyat banyak sebab sebagaimana dia klaim Artemis
telah dilukai dengan khotbah Paulus dengan iman baru. Dan pengajaran Paulus
mendapat banyak reaksi dari para penyembah berhala.
2.
bagaimana Kekristenan dapat menang dalam persaingan dengan beraneka bentukbentuk iman, kendatipun di dalam setiap hal para pesaing melampauinya di dalam
keanggotaan maupun di dalam sumber-sumber. Sebuah generasi yang lalu, beberapa
ahli sering memahami Kekristenan sebagai sebuah agama-agama misteri dan berpikir
bahwa kemenanganya atas agama-agama misteri lain disebabkan dia (kekristenan)
mengambil dari mereka apa yang menentukan dan efektif dan memformulasikannya
ke dalam sebuah bentuk baru. Hal ini dipercayai bahwa hal ini didokumentasikan
dengan sebuah contoh tentang Paulus. Walaupun sebuah perbandingan superfisial di
antara agama-agama misteri dan Kekristenan akan ditunjukkan maka mereka
berargumentasi bahwa Kekristenan mudah mengekspresikan hal yang sama sebagai
agama-agama misteri, tetapi di dalam jalan yang berbeda. Di dalam keduanya, Allah
dimuliakan sebagai Tuhan.
Hal lain yang menyebabkan orang Kristen mengalami kemenangan adalah
karena orang Kristen memiliki sebuah kesatuan kekuatan, sementara para pesaing
mereka tidak bersatu dan saling memburuk-burukkan kawannya. Padahal Kekristenan
hingga abad ketiga belum merupakan sebuah kekuatan. Kekristenan sering juga
diidentifikasikan dengan agama misteri. Menanggapi hal ini Aland berkata bahwa
paling sedikit kita dapat katakan bahwa ada tema-tema di dalam agama misteri yang
juga dinampakkan di dalam Kekristenan dan yang salah satunya mungkin diklaim
Kekristenan diadopsi dari mereka. Misalnya tema-tema: kematian dan kebangkitan,
10
kelahiran kembali dan menjadi anak Allah, pencerahan dan penebusan, ketuhanan dan
kesusilaan.
II.
12
penyebaran Kekristenan,
13
14
posisi
15
Penyebaran Kekristenan17
Menurut Aland, jika kita ingin belajar sejarah penyebaran Kekristenan di dalam
periode mula-mula, kita memiliki hanya satu dokumen Kisah Para Rasul dan
membandingkannya dengan surat-surat Paulus. Para sarjana kontemporer, khususnya
di Jerman, didominasi oleh skeptisisme tak terkalahkan (invincible skepticism)
ketika mereka menafsirkan Kisah Para Rasul. Hal ini dibenarkan oleh Aland, bahwa
Kisah Rasul bukanlah sebuah buku sejarah di dalam pengertian modern, melainkan
laporan penyebaran Kekristenan di periode mula-mula. Tetapi Aland yakin bahwa
skeptisisme tak terkalahkan ini melangkah terlalu jauh dengan kata lain, ini bukan
secara meluas dibagikan di luar negara-negara yang memakai bahasa Jerman dan
bahwa paling sedikitnya di antara pekerjaan dari tipe ini untuk kembali pada apa
yang telah kita sebutkan terdahulu Kisah Para Rasul memiliki sebuah perbedaan
secara menyeluruh sejarah pendek dari pada yang sering kita percayai.
Menurut Aland, komunitas orang Kristen berada di Yerusalem, tetapi tidak
membatasi kegiatan orang Kristen pada daerah di sekitarnya. Dalam Kis. 9:32
dilaporkan tentang perjalanan misi Petrus dari Lidda, Yope dan Kaisarea. Tetapi
perjalanan Petrus itu bukanlah satu-satunya bukti bahwa sudah ada jemaat di
Yerusalem. Bukti lain misalnya ketika Saulus menganiaya orang Kristen di Damaskus
membuktikan bahwa sudah ada orang Kristen di Yerusalem (Kis. 9:2).
11
lainnya. Kedua tergantung kepada daerah-daerah lain di mana orang Kristen telah
menang secara pertimbangan jumlah populasi, dan ketiga jumlah tempat-tempat dan
provinsi-provinsi di mana Kekristenan ditemukan secara meluas dan keempat
termasuk tempat-tempat di mana Kekristenan menyebar sangat sedikit atau secara
besar ditemukan.
Kesimpulan yang diambil Aland dari fakta-fakta ini adalah pertama, kita tidak
dapat menekankan, bahwa kekuatan Kekristenan di abad pertama adalah di Timur,
bukan di Barat. Sebab dikemudian hari Barat memainkan peranan.
2.
18
3.
dalam gereja. Bukan hanya gereja Katolik dan gereja Ortodoks tetapi juga gerejagereja Protestan mengkhususkan laki-laki untuk memegang seluruh jabatan.
Perempuan dikeluarkan dari mereka; tingkatan tertinggi perempuan di Katolik dan
Ortodoks adalah menjadi seorang kepala biarawati; sedangkan di gereja Protestan
menjadi seorang pendeta perempuan, sangat jarang. Di Gereja Katolik dan
Ortodoks sudah pasti tidak akan berubah. Kendati pun di antara gereja-gereja
Protestan kita tak dapat mengatakan bahwa laki-laki telah membuat itu sangat mudah
bagi perempuan untuk mencapai pelayanan kantor. Hal ini benar bahwa hingga
sekarang belum pernah memiliki seorang perempuan yang menjadi superintendent
atau bishop, paling tidaknya di Eropa. Tetapi Gereja Reformed Francis jemaat-jemaat
di Jerman yang pada akhir tahun 1979 memilih seorang perempuan sebagai moderator
mereka.
Tetapi jika kita melihat kehidupan sehari-hari gereja, kita mendapatkan
perbedaan penekanan. Jika kita menghadiri sebuah ibadah normal, baik Protestan
maupun Katolik dan Ortodoks, di jemaat-jemaat Kristen terjadi penonjolan
perempuan. Dalam hal ini partisipasi perempuan di dalam gereja dinampakkan begitu
besar dari pada indikasi pejabat. Di periode mula-mula partisipasi perempuan bukan
hanya dinampakkan lebih besar dari pada laki-laki, sebagai mana yang dilakukan saat
ini, melainkan dalam kenyataan sama besar, jika tidak lebih besar dari pada laki-laki.
Sedikitnya dalam kelas atas lebih banyak perempuan menjadi Kristen dari pada lakilaki. Perempuan ini adalah perempuan yang serius dan tidak ingin menikah dengan
suami penyembah berhala.
Peranan perempuan sangat berpengaruh sekali pada periode mula-mula. Mereka
mendampingi Yesus dalam pelayanNya. Kemudian gereja di Yerusalem mengadakan
pertemuan di rumah Maria ibu Markus. Jemaat Kristen pertama di Eropah di rumah
perempuan Lidia.
4.
penganiayaan adalah sama tuanya dengan Kekristenan, sama tuanya dengan gereja
Kristen; kalimat kedua seharusnya menjadi: penganiayaan adalah sebuah komponen
19
20
Ibid., hlm.60-65
Kurt Aland, A History , hlm.65-77
yang sangat diperlukan dari eksistensi gereja Kristen. Dalam bukunya Von den
Konzilen und der Kirche (Majelis Jemaat dan Gereja), Luther pada tahun 1539
berbicara tentang jalan kita mengenal gereja. Dia menyebutkan satu per satu tujuh
tanda: kita mengenal gereja Kristen (1) di dalamnya ada Firman Allah, (2) lihat di
dalamnya ada sakramen baptisan, (3) ada sakramen Perjamuan Kudus, (4) ada
pengampunan dosa, (5) ada pejabat gereja, (6) di dalamnya ada pemujian-pemujian,
doa-doa, dan ucapan syukur, (7) kata Luther, umat Kristen yang kudus adalah secara
luar dikenal dengan memiliki rahasia salib kudus. Mereka harus memikul setiap
kemalangan dan penganiayaan, seluruh pencobaan dan jahat dengan kata lain
menjadi seperti kepala mereka, Kristus. Penganiayaan bukanlah hanya sama tuanya
dengan Kekristenan melainkan penganiayaan juga sebuah tanda sejati dengan mana
kita mampu mengenal gereja Kristen.
Penganiayaan Kekristenan sama tuanya dengan gereja Kristen itu sendiri.
Kebencian orang Yahudi adalah apa yang membawa Yesus kepada kematianNya.
Yudaisme juga secara sedih menganiaya para rasul, sehingga Kekristenan memisah
dari Yudaisme. Dengan demikian Stefanus dibunuh dan pengikutnya diceraiberaikan.
Yudaisme juga berperang melawan Kekristenan atas dasar keagamaan. Di sisi
lain, Kekristenan juga menganiaya Yudaisme dengan alasan keagamaan.
Penganiayaan Yudaisme paralel dengan penganiayaan orang Kristen kepada
orang penyembah berhala hingga penganiayaan negara datang ke permukaan dan
menjadi ancaman eksternal pada gereja muda.
Hingga abad ketiga penganiayaan ini masih sering terjadi. Di bawah
Diokletianus penganiayaan berkobar kembali dengan ukuran yang lebih besar dan
lebih kejam. Pada permulaan abad keempat, penyembah berhala melakukan
pencobaan untuk memusnahkan Kekristenan. Pada tahun 303 penganiayaan mulai
lagi. Pada tahun 311 setelah penganiayaan berakhir, Galerius penganiaya orang
Kristen, harus menerima kenyataan dan Dekrit Toleransi Nikomedia. Dalam Dekrit ini
kekaisaran mendeklarasikan bahwa orang-orang Kristen akan menikmati kebebasan
dari penganiayaan. Dekrit ini tidak sama secara fundamental dengan Dekrit Toleransi
Milan tahun 313.
Di Barat penganiayaan besar nampak pada akhir dan bahkan sebelum Dekrit
Nikomedia, sementara di Timur penganiayaan berlangsung walaupun setelah tahun
311.
5.
Kemenangan Kekristenan21
Ketika penganiayaan secara aktual berakhir (tahun 312 di Barat dan 324 di
10
Julianus
kemudian
menggabungkan
ajarannya
dengan
filosopi
dalam abad mula-mula, kita menemukan sebuah hal yang menentukan di dalam
parohan kedua abad kedua. Abad kedua bukan hanya titik batas, tetapi di sini ada juga
22
23
11
keputusan bagi perkembangan gereja Kristen. Dapat dikatakan, apa yang datang
sebelum akhir abad kedua dapat disebut masa prasejarah (prehistoric) Kekristenan.
Hingga pertengahan abad kedua, dan juga kemudian, orang-orang Kristen tidak
tinggal di dalam dan untuk masa kini, melainkan mereka tinggal di dalam dan untuk
masa yang akan datang; dengan demikian masa yang akan datang berasal dari masa
kini, sehingga masa yang akan datang dan masa kini menjadi satu masa yang akan
datang secara jelas berdiri di bawah tanda tentang kehadiran Tuhan. Inilah
pengharapan yang pasti dari generasi pertama bahwa akhir dunia bukan hanya dekat,
tetapi hal itu sudah sesungguhnya datang. Inilah keyakinan yang pasti bukan hanya
bagi Paulus, tetapi bagi seluruh orang Kristen pada masa itu, yakni mereka sendiri
mengekspresikannya dengan kembali kepada Tuhan. Dalam 1 Tesalonika 4, kita
melihat bahwa gereja sudah terganggu oleh fakta bahwa beberapa orang Kristen mati
sebelum masa akhir datang.
Aland membahas tentang pergumulan orang Kristen mula-mula tentang Parusia
baik dari laporan Paulus (1 Tes. 4:16-18), dan Yohanes tahun 96 (Why. 22:12) yang
mengatakan bahwa Tuhan akan datang segera. Namun dalam kenyataan kedatangan
Tuhan tidak seperti apa yang diberitakan oleh para rasul. Hal ini mengakibatkan
memudarnya iman orang Kristen mula-mula.
2.
krisis yang dialami Kekristenan pada masa itu. Itu tentu tidak berarti bahwa krisiskrisis itu merupakan sebagai penyebab nyata bagi formasi gereja Katolik mula-mula.
Agaknya, melalui kemunduran perhatian secara eskatologi, sebuah perkembangan
terjadi ketika berhadapan dengan krisis-krisis internal, dalam membentuk pengakuan
iman. Hal ini mengambil bentuk pasti pada pertengahan abad kedua, tetapi embrio
mereka mulai pada waktu mula-mula. Ketika beberapa sarjana PB berbicara tentang
Katolik mula-mula di dalam PB, mereka secara pasti berkata itu benar. Tetapi di
dalam pelaksanaan mereka meninggalkan bahaya kesalahpahaman, sebab
kekurangan mereka secara frekuensi adalah sebuah presentasi terpercaya tentang
bagaimana gereja Katolik mula-mula eksis dekat pada abad kedua.
24
Ibid, hlm.93-120
12
Ketika
kita
lihat
seruan
akhir
ilmu
teologi
yang
dapat
dapat disebut sebagai orang Kristen. Itulah cara untuk menunujukkan kepada keaslian
kelompok tersebut. Sekali lagi presupposisi untuk hal ini adalah revisi kesadaran
mengenai eskatologi. Ketika pengharapan pada masa akhir mulai memudar, umat
mulai berpikir secara sejarah. Mereka mulai memperhatikan sejarah mereka sendiri.
Mereka tidak hanya dapat merencanakan masa yang akan datang, tetapi untuk melihat
mereka sendiri dan usia mereka sebagai kesinambungan masa lampau. Setiap gereja
kembali memperhatikan tradisi rasul dan atau paling sedikit para pendahulu mereka
misalnya dengan sejarah para pendiri gereja mereka mulai dari Kisah Para Rasul dan
Surat-surat Paulus.
Hal yang menarik juga ialah keuskupan monarkial yang begitu berbahaya, di
mana jemaat menjadi milik pemimpin jemaat bukan sebuah komite. Komite tidak
praktis, berbeda pendapat dengan yang lain.
3.
15
temukan dalam permulaan Kekristenan baik sebagai individu dan pengajar dalam
sekolah katekisasi di Aleksandria. Didache adalah sebuah tata gereja yang ditulis
sekitar tahun 100-200 yang di dalamnya akan terlihat bahwa telah terjadi penurunan
pelayan kharismatik itu sendiri.
Kemudian Aland menggambarkan perkembangan selanjutnya para pelayan
kharismatik ini seperti presbiter, bishop dan diakon. Presbiteros mungkin pertama kali
adalah gelar kehormatan bagi orang yang berbalik di dalam jemaat. Episkopoi
(bishop) dan diakonoi (diakon) adalah tenaga pelayan suka rela bagi kehidupan
jemaat. Namun perkembangan selanjutnya gereja mengalami kekurangan para
pelayan. Tidak ada lagi para rasul, nabi-nabi dan guru-guru. Tidak ada lagi yang
melayani Perjamuan Kudus. Maka timbullah masa transisi di mana officeholder
memegang peranan hingga ke ficeholder. Berdasarkan laporan 1 Klemens jemaat di
Roma kemudian membuat tiga jabatan yaitu episkopos, presbiteros, dan diakonos.
Namun tugas administrasi jemaat dipegang oleh officeholder.
Perkembangan selanjutnya terlihat dalam surat Igantius antara tahun 110 dan
120 yang menampakkan kerajaan keuskupan di mana sebuah jemaat dipimpin oleh
uskup dan officeholder hanya sebagai bawahan. Perkembangan selanjutnya adalah
bahwa kerajaan keuskupan itu makin dipersempit lagi dengan adanya pemimpin
provinsi gereja sehingga terbentuklah uskup Demetrius di Aleksandria sekitar tahun
200.
4.
16
Di Timur misalnya ada Acta Petri (Acts of Peter) dan Acta Pauli (Acts of Paul),
Epistula Apostolorum (Epistle of the Apostles). Orang Kristen di Barat juga
membuat apokrif misalnya Stoic Seneca yang berhubungan dengan Paulus. Dari
Timur muncul beberapa teolog misalnya Quadratus (sekitar 130) dari Asia Kecil,
Aristides, dari Atena; Theophilus yang bekerja di Antiokia; Athenagoras juga dari
Atena dan Melito dari Sardis. Begitu juga dari Barat misalnya Justinus dan atau juga
Tatianus. Namun perlu juga diketahui bahwa pada abad ketiga teolog-teolog dari
Barat ini berasal dari Timur misalnya Hippolytus. Kemudian sekitar tahun 180 Ireneus
yang bekerja sebagai uskup Gaul diduga berasal dari Asia Kecil. Dengan demikian
Aland benar-benar memaparkan bahwa hubungan antara Timur dan Barat tidak bisa
dipisahkan dan saling berkaitan erat.
Para Penulis
Untuk menghempang dan melawan ajaran Gnostisisme, Marcion, dan
Montanisme, menurut Aland setidaknya ada tiga nama yang membuat tulisan
membantu gereja pada waktu itu yakni Tertullianus, Irenaeus, dan Hippolytus.
Irenaeus menulis kira-kira tahun 180, Tertullianus kira-kira tahun 200, dan Hipplytus
pada permulaan abad ketiga (meninggal mungkin 235). Ketiga orang inilah yang
pertama pelawan-pelawan bidah.
Perkembangan Literatur Gereja Mula-Mula
Dalam bukunya ini Aland memaparkan perkembangan literatur gereja mulamula dengan munculnya para apologet seperti Julianus, Origenes, Laktantius,
Eusebius, Augustinus dan juga Tertullianus. Dan tulisan-tulisan apologet mereka itu
akhirnya memunculkan rumusan dogma.
IV. Sejarah di Antara Umat27
Dalam bagian ini Aland semakin menganalisis sejarah Kekristenan itu lebih khusus
lagi yakni sejarah disekitar orang-orang Kristen itu sendiri. Bagian ini dimulai dengan
melihat 28konflik yang terjadi pada awal periode, melihat keadaan 29Roma dan Asia
27
17
Kecil, membahas pemikiran para apologet Kristen pada gereja mula-mula seperti:
30
Origenes dan Demetrius, 31Hippolistus dan Kallistus, 32Cyprianus dan Stepanus, juga
memperoleh kelengkapan ilmu teologi secara unik. Jika kita membaca presentasinya,
yang disajikan Eusebius di dalam buku keenam dari sejarah gerejanya, kita akan
secara mendalam penekanan bukan hanya dengan kesempurnaan ilmu teologi
Origenes tetapi juga dengan kepribadiannya, imannya, dan karakter moralnya.
Origenes, salah satu di antara umat pada masanya, punya modal cukup untuk menjadi
Santo (orang suci). Namun demikian, gereja di negeri asalnya mengutuk dia selama
hidupnya; dan gereja kembali memecat dia pada masa Justinus. Luther mengutuk
Origenes dengan alasan teologis. Gereja pada masa Justinus tidak menghukum
Origenes untuk alasan teologis, tetapi dengan alasan-alasan kekuasaan politik.
Peristiwa ini bukan hanya terjadi sekitar tahun 230 di Aleksandria tetapi di
daerah lain hingga permulaan abad ketiga namun juga yang terbesar pada permulaan
Kekristenan itu sendiri.
2.
juga sangat penting. Namun pada zaman Petrus dan Paulus bekerja Roma menjadi
pusat gereja. Gereja Roma juga membantu gereja lain dalam kesulitan finansial sejak
periode mula-mula seperti Korintus, Mesir, Kartage dan tempat-tempat lainnya.
Menurut Aland yang perlu kita perhatikan adalah baik Roma maupun Asia Kecil
pada abad kedua saling membangun opini sendiri menjadi pusat Kekristenan. Konflik
pertama terjadi lebih awal, ketika Polikarpus mengunjungi Roma sekitar tahun 150.
30
Ibid., hlm.149-151
Ibid., hlm.151-156
32
Ibid., hlm.156-161
33
Ibid., hlm.161-164
34
Ibid., hlm.164-170
35
Ibid., hlm.143-147
36
Kurt Aland, A History..., hlm.147-149
31
18
Selama kunjungan ini konflik terjadi atas perbedaan perayaan Paskah. Dan hal ini
terulang kembali pada tahun 190.
3.
dan Kallistus. Seharusnya secara struktur sosial Hippolistuslah yang pantas menjadi
uskup namun kenyatannya jemaat memilih Kallistus sebagai bishop di Roma. Gereja
Roma sangat selektif dalam memilih Kallistus sebab menurut mereka dialah yang
pantas dan yang dibutuhkan gereja untuk memimpin mereka kendatipun dia dulunya
adalah seorang budak.
5.
antara Cyprianus dan Stefanus. Aland juga menuliskan bahwa terjadi skisma gereja
37
Ibid, hlm.149-151
Ibid., hlm.151-156
39
Kurt Aland, A History , hlm.156-161
38
19
periode selama pusat kekaisaran dipindahkan ke Timur, sehingga Romawi dan Barat
nampaknya diabaikan. Di bawah orang Diokletia, kekaisaran telah diperintah dari
Timur. Ketika Konstantin mendirikan pusat ibu kota baru Konstantinopel di Timur,
hal ini sangat keras membangun sebuah persaingan secara politik dengan ibu kota
lama, Roma. Untuk alasan ini, beberapa orang merasa bahwa posisi Roma di dalam
gereja lemah selama masa Konstantin.
7.
kita sederhanakan, kita dapat katakan bahwa perdebatan Arius disebabkan hanya
pemisahan diri Arius sendiri dari partai radikal dan pergi ke gereja besar. Ketika dia
bergabung dengan partai Melitius, Arius membuktikan bahwa dialah yang memiliki
iman yang benar. Dan ketika dia kembali ke gereja besar dia memulai teologi yang
radikal. Sejak itu mulailah terjadi perlawanan kepada Arius. Sementara bagi kaum
Donatis perdebatan terjadi dari faktor non teologis. Misalnya Uskup Mensurius di
Kartago memiliki seorang musuh yakni seorang wanita kaya dalam jemaatnya yang
bernama Lucilla. Sebelum menerima Perjamuan Kudus, dia suka mencium patung
orang martir.
V.
40
Ibid., hlm.161-164
Ibid., hlm.164-170
42
Kurt Aland, A History , hlm.171-212
41
20
Bagian ini adalah paling terakhir dalam pembahasan permulaan Kekristenan menurut
Aland. Di sini kita akan melihat bagaimana sikap dan reaksi kaisar Konstantinus
terhadap Kekristenan. Dan akan kita lihat juga uraian yang cukup mendalam tentang
Monastisisme. Kemudian Aland juga kembali membahas perdebatan pengikut Arius
tentang Kristologi. Dan pada bagian terakhir akan diuraikan tentang organisasi dan
perpisahan gereja serta perseteruan pengikut Augustinus dan Pelagius.
1.
43
Ibid, hlm.171-183
21
2.
Monastisisme44
Dalam membahas Monastisisme ini Aland mengutip buku bacaan tentang Vita
44
45
22
monoteisme. Allah adalah satu sebuah prinsip dasar yang tidak dapat
dikompromikan. Namun kesimpulan pada abad kedua adalah Kristologi Logos di
mana Kristus digambarkan sebagai Logos yang berasal dari Allah. Kristologi Logos
mengatasi Monarkianisme di kalangan teolog-teolog dan pelayan gereja dan bukan
pada kaum awamnya.
Aland juga memaparkan tentang Athanasius yang merupakan orang yang selalu
bermusuhan dengan Arius. Athanasius banyak menulis tulisan yang melawan
kelompok Arius. Dari beberapa tulisan itu, Aland menyimpulkan bahwa Athanasius
23
adalah orang yang sungguh tertarik dengan ajaran bahwa Kristus sehakikat dan sama
kuasanya dengan Allah. Bahkan Athanasius adalah dianggap pembela homoousios
yang diakui pada Konsili Nicea 325.
Banyak perdebatan juga tentang homoousios. Beberapa ahli mengatakan bahwa
homoousios Nicea berasal dari Uskup Hosios dari Kordoba, bukan dari Konstantin.
Aland berpendapat bahwa Hosios menghabiskan waktunya di penjara kekaisaran dan
merupakan penasihat episkopal Konstantin tentang masalah teologi dan gereja namun
dalam Konsili Nicea, pengaruh Hosios tidak kelihatan dalam pikiran Konstantin.
Pandangan homoousios sendiri sebenarnya sudah dikenal pada parohan kedua abad
ketiga yang menganggap homoousios sebagai standar kekudusan jemaat, dan standar
orang Kristen awam di Mesir. Bahkan sebenarnya Tertullianus telah mempergunakan
kata itu untuk mengungkapkan ide, bahwa Bapa dan Anak itu berasal dari satu
substansi.
Semasa Konstantin pemahaman homoousios dan Trinitas telah diterima sebagai
rumusan teologi yang dianut umat. Namun setelah Konstantin meninggal, perdebatan
ini mulai timbul kembali. Perdebatan ousia dan hypostatis menjadi topik yang
hangat diperdebatkan. Perdebatan ini akhirnya diputuskan pada tahun 381 di mana
homoousios bukan diartikan sebagai of identical essence esensi yang identik
(wesenidentisch) atau of the same essence esensi yang sama (weseneins)
melainkan diartikan sebagai of one essence satu esensi (eines Wesens). Perdebatan
mengenai Roh Kudus belum dapat diselesaikan hingga akhir periode perdebatan
Arius.
Perdebatan tentang ke-Manusia-an Kristus
(Perdebatan Kristologis)
Menurut Aland, ke-ilahi-an Kristus sudah dapat diterima dan dimengerti, namun
mengenai kemanusiaan Kristus masih terus diperdebatkan. Kaum Monofisit (mia
physis = satu tabiat) menekankan kemanusiaan dan ke-Tuhan-an telah bersatu di
dalam Yesus. Manusia Yesus tercakup di dalam Kristus Allah. Kelompok Arian,
Monarkianisme dan Monofisitisme terus mempersoalkan ke-ilahi-an Kristus. Di
kalangan Arian sendiri mereka juga belum sepaham. Ada yang berpendapat bahwa
kesatuan ke-Allah-an dan ke-Manusia-an hanya dalam penebusan-Nya tetapi mereka
menemukan kesulitan ketika menggambarkan dua hakikat yang disatukan dalam
seorang pribadi. Yang lain beranggapan bagaimana mungkin dua hakikat bersatu
24
bersama di dalam satu pribadi? Namun ada bahaya yang harus dijaga dari pihak
Doketisme yang mengatakan kemanusiaan Yesus yang berpura-pura.
Tertullianus
sendiri
telah
memberikan
pemahamannya
tentang
unitas
Menurut
Nestorius,
Bagaimana
mungkin
manusia
Maria
melahirkan Allah? Manusia hanya bisa melahirkan manusia dan manusia tidak bisa
melahirkan Allah.
Kemudian
pernyataan
Cyrilius
yang
dibesar-besarkan
oleh
Eustathius
(Eutyches) mengatakan: Sebelum penyatuan dua habitat, saya mengenal dua habitat,
tetapi setelah penyatuan hanya satu. Daging Tuhan tidak sama dengan tubuh kita.
Akhirnya pada Sinode Perampok di Ephesus 449, Eustathius dan Diodorus
(Dioscurus) dipecat karena Diodorus memaksa agar monofisitisme dari Eustathius
diakui sebagai ajaran ortodoks. Konsili keempat oikumenis di Kalsedon tahun 451
mencapai suatu keputusan kompromi dengan bunyi: Kristus bukan bertabiat satu dan
bukan bertabiat dua, melainkan Ia bertabiat dua dalam satu oknum. Dalam Konsili
Kalsedon ini, pertikaian diakhiri walaupun pemimpin gereja Timur menolak
menandatangani keputusan ini. Setelah beberapa tahun mereka mencoba untuk
memenangkan Monofisit ini namun gagal, akhirnya mereka meninggalkan gereja.
4.
Koptik di Mesir dan Gereja Yakobit di Siria. Kendati pun demikian di gereja Timur itu
sendiri terjadi perdebatan. Di bawah Justinus, hubungan gereja dan negara dicirikan
dengan gereja dan negara digabungkan begitu dekat bahkan nampaknya sudah
difusikan menjadi satu.
46
25
Dalam
pembagian waktu atau juga wilayah misalnya Kekristenan Jerman Abad Petengahan 48,
Kekristenan Katolik Abad Pertengahan49, kemudian kesimpulan masa Abad
Pertengahan Katolik dan Perkembangan hingga ke Ambang Pintu Reformasi50.
I.
26
401. Kemudian tahun 405 invasi suku-suku Jerman diulangi lagi dengan suku
Ostrogoth, dan suku-suku lainnya. Untuk memahami Kekristenan Germanik Abad
Pertengahan ini, Aland memulainya dengan Kekristenan di Jerman pada saat
Perpindahan penduduk52, Kekristenan di Frank53, Skot-Iris dan Anglo-Saxon54,
Bonifatius dan Pembaharuan Gereja Frank55, Masa Karolingian56.
1.
perpindahan penduduk ini, menurut Aland, kita harus melihat mengapa suku-suku
German bertobat dan beralih kepada Kekristenan. Seluruh penduduk German sudah
Kristen, kecuali suku Lombard yang masih militan dengan penyembahan berhala
hingga permulaan abad ketujuh. Bagaimana Kekristenan datang ke suku-suku German
dan apa motif-motif yang membuat mereka menerima Kekristenan? Aland
menjelaskan bahwa awal masuknya Kekristenan ke German bermula dari orang-orang
German yang dipenjarakan di Kekaisaran Roma. Sehingga ketika di dalam penjara
dimungkinkan orang Jerman yang terpenjara itu dipaksa menerima Kekristenan.
Misalnya di daerah Danube ada cerita tentang Ulfilas.
penjara perang yang ditangkap sebagai budak oleh orang Goth dalam sebuah
kampanye di Kapadokia. Kakek, neneknya sudah Kristen. Putri mereka menikah
dengan orang Goth, putri mereka itu adalah seorang Kristen sebab Ulfilas dibaptiskan
pada saat anak-anak. Dia inilah bekas orang penjara Kekaisaran Roma yang menjadi
Kristen, dan membawa Kekristenan ke German. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa orang German pertama adalah orang orang dari suku Goth. Dan akhirnya
banyak orang yang menjadi Kristen seperti Visigoth di German. Perpindahan agama
ini membangkitkan amarah dari pihak paganisme German. Ulfilas dan orang Kristen
Gotik harus meninggalkan daerah suku-suku German mengungsi ke daerah Roma di
mana orang Kristen berada. Penganiayaan yang dilakukan Atanarik (369) semakin
membuat banyak suku-suku German berbalik kepada agama Kristen yang dipimpin
oleh Fritigern (376).
52
Ibid.,
Ibid.,
54
Ibid.,
55
Ibid.,
56
Ibid.,
57
Ibid.,
53
hlm.216-230
hlm.230-237
hlm.238-247
hlm.247-254
hlm.254-275
hlm.216-230
27
Hal yang kedua yang dilihat Aland dalam Kekristenan di German adalah iman
penyembah berhala orang German. Dalam ulasannya ini memang tidak begitu
dipaparkannya iman penyembah berhala itu di daerah German. Namun yang jelas
Kekristenan itu datang ke German bukan dengan paksaan melainkan dengan bujukan
damai. Dari kesaksian Augustinus misalnya kita mengetahui bahwa Ostrogoth masih
penyembah berhala ketika mereka menyerang Italia untuk pertama kali tahun 405 di
bawah Radagaisus. Namun tahun 488, ketika mereka memasuki Italia kembali di
bawah Theodorius, mereka adalah pengikut Kristen Arian. Aland menjelaskan bahwa
iman penyembah berhala tidak begitu bertahan lagi ketika Kekristenan masuk ke
daerah German.
Hal yang ketiga yang perlu diperhatikan dalam bagian ini adalah motif-motif
pertobatan orang Jerman kepada Kekristenan. Aland mengemukakan beberapa motif
yang membuat orang German menjadi Kristen. Pertama karena kesamaan budaya dan
sejarah di kalangan suku yang menerima Kekristenan. Misalnya Ulfilas dari suku
Visigoth akhirnya bisa membawa sukunya menjadi pengikut Kristen Arian karena
kemampuannya untuk membahasakan secara langsung ajaran itu dalam budaya dan
sejarah mereka. Kedua, motif politik. Hal ini mungkin ketika kita melihat sejarah
Kekristenan di antara suku Visigoth. Athanarik dan Fritigern berada dalam posisi yang
berlawanan. Athanarik dari iman penyembah berhala sementara Fritigern dari
Kekristenan. Fritigern mencoba membujuk orang Visigoth menjadi Kristen agar dia
dipandang di Kekaisaran Roma. Pemerintah Roma juga memberikan perlindungan
kepada orang German yang sudah Kristen dan memberikan bantuan kepada mereka
sementara penyembah berhala dibiarkan hancur. Ketiga, ada juga motif keagamaan.
Bangsa German secara sadar dapat menerima Kekristenan. Misalnya ketika kerajaan
Vandal dihancurkan, Gelimer raja terakhir dibawa sebagai tawanan ke Byzantium dan
mereka membujuknya agar menerima Kekristenan. Artinya ada usaha untuk mengajak
Gelimer menjadi Kristen dari sudut keagamaan.
Hal yang terakhir yang diperhatikan dalam Kekristenan di German adalah
struktur internal gereja-gereja Jerman. Struktur dan pola hidup suku-suku German
berbeda sekali dengan penduduk Roma. Monastikisme banyak mengambil peranan
dalam aturan German di mana para pendeta secara umum menikah. Memang Aland
akui bahwa agak sulit menentukan yang mana organisasi gereja yang disebut gereja
nasional kendatipun penganut Arian sangat banyak di German. German sendiri tidak
berusaha menyatukan gereja di bawa ke suku-suku yang beraneka ragam itu untuk
28
semakin dekat dan bersatu. Mereka membatasi diri mereka pada daerah kesukuan
yang walaupun gereja-gereja di suku-suku yang berbeda itu dihubungkan dengan
organisasi dan doktrin yang sama. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa gerejagereja di German memiliki aturan sendiri-sendiri di dalam suku mereka masingmasing.
2.
Kekristenan di Frank58
Ada keunikan Kekristenan suku Frank ini, karena seluruh suku-suku German
29
akhirnya rendah. Sistem seperti ini akan banyak menimbulkan masalah, baik di
kalangan pelayan tahbisan dengan umat. Gereja tidak menjadi mandiri artinya tidak
terlihat lagi pemisahan antara gereja dengan kerajaan.
3. Skot-Iris dan Anglo-Saxon59
Menurut Aland, untuk melihat perkembangan gereja Skot-Iris ini pertama kita
harus melihat Gereja Skot-Iris itu sendiri. Kekristenan ke Irlandia di bawa oleh
Patrick yang hidup pada parohan pertama abad kelima. Pada permulaannya gereja di
Irlandia ini sangat tertutup dengan dunia luar karena letak geografisnya yang
dikelilingi lautan. Namun ada kekhususan Kekristenan di daerah ini, yakni sistem
organisasi pelayanan bukan sistem keuskupan atau episkopal melainkan sistem
kebiarawan yang menekankan kesalehan para rahib. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa gereja di Irlandia didominasi oleh rahib-rahib gereja dan gereja
biarawan yang saleh. Dengan sistem ini, gereja Irlandia memperluas penginjilan
mereka ke daerah Skotlandia. Di Skotlandia, Columba mendirikan biara baru yakni di
pulau Iona yang terkenal dengan ibu para biarawan. Dari tempat ini akhirnya semakin
berkembang ke daerah pulau Orkney, pulau Shetland, Islandia dan akhirnya ke benua
Eropa. Pulau Iona dan Luxeuil di pegunungan Vosges akhirnya menjadi pusat
pendidikan dan pengutusan biarawan Skot-Iris di daerah Frank. Berbeda dengan
Columbanus bersama dua belas sahabatnya yang melawan kepala biara dan memulai
misi baru. Gerakan ini membawa sebuah pembaharuan di gereja Frank. Gereja harus
menampakkan iman yang tangguh di dalam negara dan dunia ini. Uskup harus lebih
menjadi seorang serdadu daripada gembala untuk melawan musuh-musuh internal di
kalangan masyarakat kalangan atas. Columbanus dan saudaranya mendapat pengaruh
yang luar biasa bahkan mereka membentuk gereja baru di dalam gereja Frank yang
akhirnya memicu konflik gereja. Columbanus akhirnya dipenjarakan dan melarikan
diri dari sana dan meninggalkan kerajaan Frank pergi ke Gregenz di Daau Constance
dan meninggal pada tahun 615.
Kedua adalah pertobatan Anglo-Saxon. Pada permulaannya masyarakat AngloSaxon adalah penyembah berhala. Pada tahun 596 seklompok rahib mendarat di
bagian selatan Inggris. Setelah setahun, pemimpin rahib Augustinus melaporkan ke
Roma bahwa pertobatan pertama Anglo-Saxon terjadi di Kent. Misi di Anglo-Saxon
ini merupakan keputusan pribadi Paus Gregorius (590-604). Memang ada sebuah
59
30
legenda tentang Kekristenan di Anglo-Saxon ini. Dari legenda itu terlihat bahwa Paus
sangat memberikan perhatian yang mendalam bagi Anglo-Saxon sehingga dia
membekali mereka dengan pendidikan katekisasi dan membaptiskannya dan
menyuruh mereka kembali ke daerah mereka masing-masing yang dipimpin oleh
Augustinus. Namun ada cerita lain yang mengatakan bahwa raja Kent telah menikah
dengan seorang Kristen dari putri Frank sehingga dengan pernikahan ini maka Kent
masuk menjadi Kristen. Namun yang jelas menurut Aland bahwa Kekristenan di
Anglo-Saxon ini sangat erat kaitannya dengan misi Gregorius dari Roma. Lebih jauh
Aland mengatakan setidaknya ada beberapa masa Kekristenan di Jerman yang
dicirikan dengan pertama Ulfilas dengan berdirinya gereja nasional Arian di Eropa,
kedua dengan pertobatan Klovis ke Katolik dengan berdirinya gereja nasional
Frank, ketiga ditandai dengan kegiatan Skot-Iris yang menekankan gereja biara, dan
keempat Kekristenan Anglo-Saxon di mana gereja Katolik diorientasikan ke Roma.
Dan ketiga, permulaan misi Anglo-Saxon di benua Eropa di bawah Wilfrid dan
Willibrord. Pelayanan Wilfrid sangatlah penting di gereja Inggris, walaupun dia
kurang dikenal oleh gerejanya sendiri. Dia adalah uskup York. Ketika dalam
perjalanannya ke Roma dia singgah di Frisia. Di sana dia sangat mengenal situasi
Kekristenan di sana dan membuat langkah untuk menguatkan keberadaan jemaat dan
pengembangan ke depan Kekristenan di sana. Dan tugas ini dilanjutkan oleh
Willibrord, murid Wilfrid yang bertumbuh dan belajar di dalam biara di bawah
bimbingan Wilfrid. Willibrord meninggalkan Inggris ke Irlandia mungkin berkaitan
dengan kesulitan pengalaman yang dihadapi Wilfrid. Di Irlandia, dia mendengar
kunjungan Wilfrid ke Frisia yang sangat membutuhkan pelayanan di sana dan dia
memiliki keinginan untuk melanjutkan pelayanan itu. Keinginan Willibrord itu
mendapat sambutan dari Pepin kemudian Willibrord meminta persetujuan negara ke
Roma. Tetapi ketika ia kembali dari Roma, dia mempelajari bahwa sahabatsahabatnya telah bekerja di pabrik. Kemudian kali kedua dia pergi lagi ke Roma atas
petunjuk Pepin. Pepin berkeinginan agar Willibrord menjadi uskup kepala sehingga
dia dapat memainkan peranan yang lebih hebat dalam penginjilannya dan membuat
perkembangan bagi gereja Frank. Dan memang setelah kembali dari Roma Willibrord
menjadi uskup kepala di Clement. Kemudian Willibrord dapat membangun kembali
apa yang telah hancur dan membangun sesuatu yang baru mengembangkan
Kekristenan, membuka biara di Thuringia di sekitar Gotha, Meimar dan di benteng
Hamelburg di Saale.
31
32
33
dikatakan lagi bahwa barang siapa tidak menerima baptisan akan dihukum mati.
Dengan peraturan yang ketat ini, akhirnya hingga pada tahun 804 suku Saxon sudah
dikristenkan.
Kedua, hubungan dengan Kepausan. Penobatan Pepin menjadi kaisar
menciptakan aliansi di antara pemerintah Frank dan paus. Hal ini semakin
dikembangkan semasa pemerintahan Karel Agung. Pepin sendiri telah menyandang
gelar Patricius Romanarum (Penjaga Roma) yang Karel Agung tambahkan kepada
gelar raja Frank dan Lombard. Puncak kejayaan Karel Agung adalah pada tahun 800
di mana Paus Leo II memahkotai dia sebagai kaisar di gereja St.Petrus. Memang
Aland sendiri mengakui bahwa hubungan Karel Agung dengan kepausan sulit
ditentukan. Karel Agung sendiri begitu menghormati paus dengan mencium tangga
gereja St.Petrus sebelum memasukinya dan berjalan bersama dengan bergandengan
tangan dengan paus. Di sisi lain Karel Agung merasakan bahwa dia adalah penguasa
(superior).
memainkan peranan yang penting bahkan dia sangat berpengaruh bagi perkembangan
teologi dan pendidikan di kekaisaran Frank, sama seperti Melanchthon di era
Reformasi. Dalam kehidupan internal gereja ini ada banyak perdebatan teologi yang
digumuli seperti perdebatan Adopsionis yang membicarakan adopsi anak Allah
(filius Dei adoptivus). Adopsionis ini telah dihukum gereja namun kekaisaran Frank
agak lebih condong kepada aliran ini. Perdebatan lain adalah masalah dan Anak
(filioque) dalam rumusan Roh Kudus berasal dari Bapa dan Anak (processio spritus
santi ex patre filioque). Dalam perdebatan ini peranserta teolog Frank sarat dengan
kepentingan politik dengan menerbitkan Buku Charlemagne (Libri Carolini).
Mereka mengatakan bahwa ikon seharusnya tidak dihancurkan, dan tidak harus
dimuliakan tetapi mereka harus dihormati. Masih banyak lagi yang diperdebatkan
dalam kehidupan internal gereja ini yang dicatat Aland seperti pengaruh ajaran
Pelagius yang begitu besar bagi kerajaan Frank tentang Predestinasi, perdebatan
ekaristi antara Paschasius Radbertus dan Ratramnus.
Dan kelima, kehancuran Carolingian. Ternyata tak selamanya kejayaan itu
bertahan selamanya. Itulah yang terjadi dalam kerajaan Carolingian ini. Akibat
perseteruan di kalangan saudara mengenai kekuasaan mengakibatkan kehancuran
kerajaan. Sejak Karel Agung merencanakan melanjutkan kekuasaannya kepada tiga
anaknya, itulah bukti betapa lemah posisi Karel Agung dalam kerajaannya. Semenjak
Karel Agung memberikan kekuasaannya kepada Louis Pious, Lothair, dan Norman,
mulailah terjadi peperangan di antara mereka yang bersaudara dan akhirnya kerajaan
itu dibagi di Treaty Verdun (843) menjadi tiga yakni: di sebelah Barat kerajaan
Charles (II) di Bald, di sebelah Timur kerajaan Louis (II) di Jerman dan Lotharing.
Dan perkembangan selanjutnya adalah kerajaan ini terbagi menjadi lima kekaisaran
yaitu: Franconia Timur, Franconia Barat, Italia, dan dua kaisar di Burgundia.
Pada akhir bahasan ini Aland memberikan komentarnya terhadap Kekristenan
Abad Pertengahan ini. Menurutnya German memainkan peran yang luar biasa di
dalam abad-abad yang akan datang. Walaupun kita tidak bisa berbicara lagi tentang
Abad Pertengahan German karena masa itu telah berlalu. Mereka masih ada tetapi
tidak mendominasi lagi pusat Eropa seperti abad yang mendahuluinya. Kekaisaran
Frank tidak ada lagi dan telah dibagi menjadi wilayah Romawi dan German dengan
kehidupan dan identitas masing-masing. Dengan demikian masa Germanik Abad
Pertengahan
harus
ditinggalkan
dan
memasuki
Kekristenan
Katolik Abad
Pertengahan.
35
II.
Bagian kedua dari Kekristenan Abad Pertengahan ini dibahas Aland dengan
membahas enam sub-pokok pikiran yaitu: tuntutan Paus untuk Supremasi 63, Gereja
dan Negara hingga pemerintahan Otto64, perkembangan di bawah pengganti Otto I
hingga Henry III65, perjuangan di antara Kepausan dan Kuasa dibawah Heny IV dan
Henry V66, kejatuhan Kerajaan Jerman dan kebangkitan kepausan sebagai penguasa
dunia67, dan kehidupan dalam Gereja68.
1.
ini selalu mengalami tantangan. Sejak permulaan memang kepausan berusaha keras
untuk mencapai tujuan ini, akhirnya dapat diperoleh pada masa Innocentius III. Pada
masa paus Nikolas I pun supermasi kepausan itu pada posisi lebih tinggi menjadi
kaisar. Namun gagal. Nikolas I membuat tuntutan agar gereja terbebas dari kekuasaan
temporal. Kekuasaan temporal tidak memiliki hak mengklaim kepemilikan gereja
tetapi harus melayani gereja. Namun tuntutan ini juga gagal ketika disampaikan
kepada gereja Yunani.
2.
dengan ayahnya Henry I yang memerintah atas dasar wilayah kekuasaan dan dari
perspektif mereka sendiri. Bagi Otto sendiri, ia mencoba memulihkan pusat
kekuasaan yang mengakibatkan konflik di antara suku-suku. Tetapi karena dia
diwarisi teritorial yang kuat dari ayahnya akhirnya dia menang dalam konflik ini. Dia
juga memulihkan kesatuan kerajaan sehingga memampukan dia mengembangkan
62
36
tidak
berkembang pesat karena Otto II dan III memerintah dalam waktu yang relatif
singkat. Otto II memerintah pada usia 18 tahun dan meninggal pada usia 28 tahun.
Demikian juga Otto III yang memerintah pada usia 15 tahun dan meninggal pada usia
22 tahun. Pada masa Otto II terjadilah pemberontakan Slav yang banyak merusak
daerah kekuasaan Otto I dan juga termasuk Kekristenan di dalamnya. Demikian juga
ketika Otto III, situasi makin lebih terpuruk lagi. Uskup Jerman bergabung dengan
pemerintah sekuler melawan Otto III karena Otto III meninggalkan prinsip dasar
politik Otto I dengan menghapuskan sistim aliansi gereja dan negara.
Pada masa ini terjadilah pembaharuan biarawan dengan reorganisasi biarawan
yang bersih dari sekularisasi. Menurut Aland inilah langkah perkembangan ketiga
yakni gerakan pembaharuan yang ditujukan secara langsung kepada paus. Pusat
gerakan pembaharuan ini adalah di biara Cluny. Tuntutan biarawan Cluny ini adalah
pertama, gaya hidup yang sesuai dengan peraturan gereja, yakni hidup selibat bagi
para pastor, kemudian
37
berusaha untuk mengatasi masalah kepausan dengan memecat 3 paus yakni paus
Silvester, paus Gregoruis VI dan paus Benediktus IX dan mengangkat uskup Bamberg
menjadi paus Klement II.
4.
Damianus dan Humbert Silva Candida dalam tulisan dan khotbah mereka
menekankan bahwa kepausan dan kekaisaran di dasarkan pada Lukas 22:38 (Teori
dua pedang; [ sama dengan Luther]) yakni paus dan kaisar bagaikan dua kekuatan
yang berdiri berdampingan satu sama lainnya. Dalam bukunya, Libri tres adversus
Simoniacos (Tiga buku melawan praktik simoni), Humbert menekankan kebebasan
paus dari monarki dan dominasi gereja atas dunia. Pemikiran Humbert ini kemudian
menjadi dasar pemikiran Hildebrand dan dikembangkan bahkan ditekankan pada
masa Stefanus IX. Kemudian di bawah Nikolas II, kepausan mendapat posisi yang
lebih kuat. Dia beraliansi dengan Norman yang mengakibatkan posisinya secara
politik semakin kuat. Setelah kematian Nikolas II, posisi Hildebrand semakin hebat
dan bahkan setelah kematian Aleksander II, Hildebrand menjadi paus dan menobatkan
diri menjadi Paus Gregorius VII (1073-1085).
Sejak permulaan Gregorius VII dan Henry IV telah bermusuhan, kendati pun
mereka selalu berusaha untuk hidup berdampingan dengan damai. Permusuhan ini
bukan dimulai oleh Gregorius VII melainkan oleh Henry IV. Pertikaian ini bermula
dari tindakan Gregorius VII yang berkeinginan mereformasi gereja German dan
perlawanannya terhadap uskup German. Henry IV tidak dapat mengantisipasi
persoalan ini di mana gereja atas high church (Hochkirche) tidak berkembang di
German sebagaimana di tempat lain.
Henry mengirimkan surat kepada Gregorius karena rekonsiliasi tidak mungkin
terjadi lagi. Henry memproklamasikan dirinya sangat dekat dengan Allah: dia
ditempatkan oleh gratia Dei (oleh anugerah Allah), independen (merdeka) dari
paus. Henry memakai kekuasaannya melawan paus. Pada tanggal 25 Januari 1077, ia
membuat demonstrasi yang memaksa paus untuk bernegosiasi, sebab paus bukan
pemain politik dan bukan politikus melainkan seorang rahib.
72
Ibid., hlm.293-309
38
39
74
40
75
41
1.
(1294-1303) yang memerintah hanya tujuh puluh delapan tahun setelah Innocentius
III. Bonifatius VIII mengeluarkan bulla Unam sanctam ecclesiam (Satu Gereja
Kudus) 18 November 1302. Bulla ini menekankan kuasa kepausan bahwa satu dan
hanya gereja, hanya satu tubuh dan kepala Kristus dan wakil Kristus, Petrus dan
penerus Petrus. Bulla ini berbicara tentang dua pedang yang dikutip dari Injil (Lukas
22:38) bahwa di dalam gereja dan kuasanya ada dua pedang yakni pedang rohani dan
pedang temporal (duniawi). Paus mencoba menguasai kaisar-kaisar yang ada di Italia,
German, Hongaria dan Polandia, dan di Perancis. Namun di Prancis kekuasaan paus
ini mengalami perlawanan dari raja Philip IV. Pertentangan ini terjadi tatkala paus
Bonifatius melarang raja Philip memungut pajak untuk negara dari klerus dan biarabiara serta segala milik Gereja yang lain. Larangan ini tidak diperdulikan oleh Philip.
Maka paus mengutus uskup Pamiers, Bernhard de Saisset kepada Philip untuk
menerangkan bahwa raja harus mematuhi perintah paus sebab paus telah menguasai
seluruh kaisar-kaisar. Namun Philip tetap menolak segala perintah paus dan
berkeinginan untuk memisahkan diri dari kekuasaan paus. Akhirnya paus hendak
menjatuhkan hukuman kepada Philip, namun dengan tiba-tiba paus sendiri disergap
dan ditawan oleh suatu pasukan Perancis atas perintah raja Philip. Dan beberapa hari
kemudian paus dibebaskan lagi, tetapi karena akibat segala pengalamannya yang berat
ini, tak lama kemudian Bonifatius mangkat tanggal 11 Oktober 1303.
Kemuduran kepausan ini berlanjut kepada pengganti Bonifatius yakni
Benediktus XI (1303-1304) dan bahkan hingga pada masa Clemens V (1305-1314).
Raja Philip telah menguasai para paus dan memindahkan istananya ke kota Perancis
Avignon pada tahun 1309 hingga tahun 1377. Paus/gereja dipimpin oleh Perancis
hingga hampir memasuki abad keempat belas. Masa inilah yang disebut dengan masa
Pembuangan ke Babel.
Raja Philip melihat bahwa ordo yang kaya dari tuan-tuan Templar merupakan
kelompok yang sangat membahayakan dirinya, maka raja memerintahkan paus
Clemens V untuk membubarkan ordo ini.
Tidak lama setelah masa pembuangan ini, pada tahun 1377 tahkta paus
dipulangkan ke kota Roma. Namun pada masa ini terjadilah skisma besar di Barat.
Kardinal di Perancis memilih Clement VII yang berkedudukan di Avignon dan
76
, Ibid., hlm.337-352
42
kardinal Italia memilih Gregorius XI di Roma. Skisma di antara kedua kepausan ini
dimulai tahun 1378 hingga 1415. Kedua paus itu saling mengutuki, sehingga segenap
umat Kristen pada masa itu kena kutuk. Sebab itu banyak orang percaya kehilangan
ketenangan hatinya. Akibat dari skisma ini adalah orang mulai tidak percaya kepada
paus dan memikirkan kemungkinan gereja-gereja kebangsaan.
2.
merupakan akibat dari kemunduran kepausan itu sendiri. Skisma yang terjadi pun
semakin membangun jiwa nasionalisme. Dan hal ini sangat berpengaruh dalam
kehidupan gereja. Misalnya di Jerman, Perancis, Inggris: John Wycliffe, Bohemia:
John Huss, dan Italia: Renaisanse dan Humanisme.
Di Jerman, kritik terhadap kepausan sangat tajam sekali. Kekuatan intelektual
juga mengambil bagian dalam gerakan ini. Dalam sebuah tulisan Walther von der
Vogelweide atau Dante terlihat jelas kekuatan yang melawan gereja dan mendukung
kekuatan temporal (duniawi).
Tidak berbeda di Perancis, kesadaran gereja nasional sangat dominan. Mereka
menghendaki memisahkan diri dari kuasa paus di Avignon. Sehingga pada tahun 1408
akhirnya mereka memisahkan diri dari paus di Avignon dan memproklamasikan
dirinya dengan nama Gereja Nasional Perancis.
Di Inggris, tokoh yang terkenal dalam kebangkitan ini adalah John Wycliffe
yang lahir sekitar tahun 1320 dari kaum bangsawan Anglo-Saxon. Wycliffe
membangun kesadaran nasionalisme yang menekankan bahwa gereja seharusnya
tidak mengambil bagian dalam politik. Bahkan menurut Wycliffe, segala miliki gereja
di Inggris harus dianggap kepunyaan negara. Kegiatannya dilakukan melalui khotbah,
pengajaran, mengajar dan tulisan. Pemahamannya yang dalam tentang Alkitab
menjadikan dia mampu menyerang gereja Roma. Bahkan dia mengatakan bahwa
paus adalah anti-Kristus.
Di Bohemia: tokoh yang terkenal adalah John Huss yang lahir pada tahun
1369/1370 di Husinec. Dia merupakan penerus Conrad Waldhausen, Jan Milic dan
John Wycliffe. Huss tidak mengadopsi seluruh ajaran-ajaran para pendahulunya,
walaupun pemikiran Wycliffe sangat mempengaruhi perjuangannya. Huss juga
77
43
78
44
merupakan kritik dari dalam Gereja yang mencoba membaharui gereja itu sendiri dari
dalam. Gerakan dari dalam gereja ini akhirnya membangkitkan kesadaran nasional
dan humanisme dan Renaissance. Kemerosotan gereja pada Abad Pertengahan adalah
akibat supermasi paus yang begitu kuat atas gereja dan negara. Kehidupan asketik dan
kesalehan pada masa itu membantu paus untuk memenangkan kekuasaannya atas
kekaisaran.
Gerakan yang berikut yang mengkritik gereja dari dalam adalah gerakan Kathar
dan Waldensian. Kemudian gerakan Mistisisme juga memprotes perkembangan gereja
dengan serangan Mistisisme Kristus dan Mistisisme Allah yang antara lain Johan
Tauler, Meister Eckhart, Henry Suso dan Jan van Ruysbroeck.
Kemudian gerakan pembaharuan gereja ini semakin jelas dan memuncak pada
masa Luther. Luther banyak mengkritik gereja dari dalam demi pembaharuan. Luther
dua kali mempbulikasikan German Theology (Theologia deutsch).
5.
Konsili-Konsili Pembaruan80
Konsili-konsili Pembaruan ini lahir dari keinginan gereja untuk kemurnian
gereja itu sendiri dari setan-setan. Namun dalam kegiatannya konsili ini lebih
bergerak untuk menghancurkan posisi kepausan. Sehingga timbullah skisma besar di
dalam gereja. Konsili Pembaruan menentang klaim paus atas kekuasaannya dalam
gereja dan kaisar.
Aland mengulas sejarah Konsili Pembaruan ini yang dimulai dari Konsili Pisa
1409, kemudian Konsili Konstance hingga Konsili di Basel secara mendetail.
79
80
45
6.
terlihat pada masa pengganti paus Pius II, paus Paulus II (1464-1471). Namun
berbeda dengan masa paus Julius II dan Leo X. Mereka berdua merupakan gembala
domba Kristus. Julius II adalah cermin, sedangkan Leo X adalah seorang yang
humanis. Dengan berakhirnya kepausan ini, maka mulailah timbul masa baru yaitu
masa Reformasi.
7.
dan kemudian Reformasi, kita sangat berbeda dengan orang tua dan nenek kita.
Tanpa adanya gambaran situasi keagamaan dan moral Protestan tak akan muncul
gerakan Reformasi itu sendiri. Karena gerakan Reformasi mengajarkan pembenaran
orang berdosa (Rom.1:17).
4. TANGGAPAN HISTORIS
a.
Tanggapan Umum
Karena merupakan kumpulan dari bahan-bahan kuliah yang disadur dan
dibukukan, maka buku Kurt Aland ini merupakan karya ilmiah populer, artinya secara
isi tidak sulit untuk dimengerti. Namun memang harus diakui bahwa secara bahasa
buku, buku ini agak sulit dimengerti. Hal ini diakibatkan buku aslinya adalah dalam
bahasa Jerman dan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sehingga gaya tata bahasa
Jermannya lebih menonjol.
b.
dari lima segi yaitu: yakni: argumen dengan penyembah berhala, sejarah eksternal
Kekristenan mula-mula, sejarah internal Kekristenan mula-mula, sejarah di antara
81
82
Ibid., hlm.405-406
Ibid., hlm.406-413
46
umat, masa Konstantin dan akhir sejarah Kekristenan mula-mula. Kelima segi ini
sangat memudahkan kita untuk mengerti bagaimanakah sebenarnya kehidupan dan
perkembangan Kekristenan itu pada Abad Mula-mula.
Pembahasan ini hampir bersamaan dengan pemaparan oleh para ahli sejarah
gereja lain seperti: I.H.Enklaar83, H.Berkhof & I.H.Enklaar84, Eddy Kristiyanto 85,
Th.van den End86. Namun pendekatan yang dilakukan mereka tentunya berbeda-beda.
Namun harus diakui bahwa pendekatan Aland ini agak lebih jelimet dan mendetail
dibandingkan dengan bahasan ahli-ahli lain tadi. Pembahasan Aland terhadap satusatu topik begitu dalam sekali sehingga kita mendapatkan informasi yang lebih
banyak.
Dalam pemaparannya ini, Aland menjelaskan bagaimana Kekristenan itu
berhadapan dengan dunia penyembah berhala. Apakah Kekristenan itu menolak atau
menerima penyembah berhala ini? Memang harus kita sadari bahwa Kekristenan itu
hadir dan berada di tengah-tengah dunia maupun masyarakat dengan segala aspek
yang beraneka ragam termasuk di dalamnya paganisme. Paganisme ini sendiri tidak
harus dibuang begitu saja. Karena memang banyak hal yang diserap oleh Kekristenan
dari paganisme itu sendiri. Dengan kata lain, ada yang terus berlangsung (kontinuitas)
dan ada yang tidak berlangsung lagi (diskontinuitas) dari paganisme itu. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa Kekristenan tidak muncul dari dunia yang kosong.
Kekristenan itu menyerap sesuatu dan menggunakan tradisi-tradisi yang ada seperti:
tradisi Yahudi, budaya Hellenisme dan filsafat-filsafat Yunani.
Hal-hal yang masih terus berlangsung itu sendiri telah mengalami pemaknaan
baru secara kristiani. Misalnya: (a) Perayaan Natal. Perayaan ini pada dasarnya
merupakan perayaan bagi dewa Matahari dalam dunia paganisme. Namun perayaan
ini dimaknai oleh Kekristenan sebagai hari kelahiran Yesus Kristus. (b) Pemakaian
jubah (toga) imam (pendeta). Jubah ini pada dasarnya merupakan jubah para pemuja
dewa-dewa untuk memimpin umat menyembah para dewa-dewa. Namun sekarang
jubah ini masih terus dipakai oleh para pendeta sebagai jubah keimaman setelah diberi
pemaknaan yang baru secara Kekristenan. (c) Pemakaian istilah-istilah yang sudah
dikenal pada zaman paganisme seperti: Deus, Theos, Kristos, Kurios, dan Logos.
Perkataan ini dipakai oleh Kekristenan setelah dimaknai ulang secara Kekristenan.
83
47
gereja yang mengakibatkan skisma besar, (2) merosotnya pola hidup Kekrisenan,
karena gereja menjadi agama negara sehingga gereja tidak merasa ada lagi tantangan.
Akibatnya kualitas Kekristenan merosot sekali karena Kekristenan itu sudah
merupakan Kekristenan yang otomatis, (3) Gereja berangkulan dengan penguasa.
Dalam situasi yang demikian justru Monastisisme menjadi nyala lilin untuk
memperbaiki kualitas Kekristenan itu.
Pertikaian yang sangat mendasar dalam paparan Aland ini adalah pertikaian
antara Pelagius dan Augustinus. Perseteruan ini adalah karena perbedaan pemahaman
tentang keselamatan. Bagi Pelagius, yang menyelamatkan manusia adalah perbuatan
baiknya. Manusia memiliki kehendak bebas yaitu hak untuk menerima atau menolak
keselamatan ini. Sementara Augustinus berpendapat lain, manusia diselamatkan
bukan karena perbuatan baiknya karena manusia itu berdosa. Oleh karena itu manusia
diselamatkan hanya anugerah Allah semata. Manusia tidak punya hak untuk menolak
keselamatan itu.
Pertikaian ini akhirnya ditengahi dengan ajaran Semi Pelagian (Sinergisme)
yang mencari suatu jalan kompromi supaya moralisme Kristen dapat dipertahankan.
Kata mereka: Oleh jatuhnya Adam kehendak manusia hanya dilemahkan saja,
sehingga manusia dapat berbuat baik lagi. Ia tidak mati (Augustinus), dan tidak pula
sehat (Pelagius), melainkan sakit. Oleh karena itu kekuatan manusia sendiri tidak
cukup untuk mencapai keselamatan itu. Ia memerlukan bantuan rahmat Tuhan.
Rahmat itu ialah suatu khasiat secara batin diberikan oleh Tuhan kepada tiap-tiap
oknum. Kehendak manusia yang bebas harus menerima pertolongan ini, supaya
dengan demikian manusia dan Allah boleh
49
seorang uskup Arian, Wulfila namanya. Beberapa bagian dari terjemahan Alkitab ke
dalam bahasa Got yang disediakan oleh Wulfila itu hingga kini masih tersimpan.
Kemudian suku-suku German yang lain-lain pun menganut ajaran Arian.88
Sejajar dengan pendapat di atas, Dietrich Kuhl89 mengatakan bahwa pada abad
IV sampai abad VII bangsa-bangsa dan suku-suku Eropa masih banyak yang
berpindah-pindah. Menurutnya, dengan melihat kenyataan sejarah penginjilan di
Eropa pada abad-abad Pertengahan dengan coraknya pertobatan multi-individual
(multi-individual conversion), maka arti dan pola pemuridan di tengah-tengah
perpindahan umat (people movement) perlu dipikirkan, supaya pengkristenan tidak
hanya menghasilkan anggota gereja yang secara lahiriah menjadi Kristen, namun
tidak ber-Kristus dan dalam pola berpikir mereka tetap kafir.
Mengapa Kekristenan Arian lebih diminati di daerah Jerman? Karena cara
memahami Allah yang Mahatinggi itu sulit dipahami sehingga mereka memilih
memahami Allah dari segi kemanusiaanNya. Yesus dipahami pada awalnya di Eropa
hanyalah sebagai raja yang memerintah. Sehingga bagi mereka berperang bukan
bertentangan dengan Kekristenan karena Yesus adalah pemenang dan panglima.
Jika diperhatikan penyebaran Kekristenan di Jerman ini, timbul pertanyaan,
apakah penyebaran Kekristenan di Jerman ini alkitabiah? Memang harus diakui
bahwa pengkristenan di Jerman ini pasti jauh dari pengkristenan pada jemaat mulamula yang penuh dengan kedamaian. Kekristenan di Jerman sendiri nampaknya
ditandai dengan kekerasan melalui perang di antara raja-raja German. Kekerasan ini
seolah-olah tidak alkitabiah, namun harus kita sadari bahwa metode penyebaran
Kekristenan pasti mengalami perbedaan sesuai dengan situasi dan kondisi yang
dihadapi oleh Kekristenan itu sendiri.
Kekistenan di Jerman ini jika dibandingkan dengan Kekristenan di Indonesia
jauh berbeda. Di Jerman sendiri, Kekristenan dapat diterima oleh hampir seluruh
daerah Eropa. Sementara di Indonesia Kekristenan itu mengalami banyak tantangan
dan kesulitan. Hanya sedikit yang bisa dikristenkan. Padahal para penginjil dari
Jerman banyak melayani di Indonesia.90 Mengapa hal ini bisa terjadi? Alasannya: (a)
karena di Nusantara sudah ada banyak agama-agama besar yang relatif kuat yaitu
88
H.Berkhof & I.H.Enklaar, Sejarah ., hlm. 73; bnd. Eddy Kristiyanto, Visi Historis , hlm.57
Dietrich Kull, Sejarah Gereja: Gereja Katolik Roma, Batu Malang: Departemen Literatur YPPII,
1997, jilid 2, hlm, 1-3
90
Th. van den End, & J.Weijens, Ragi Carita 2, Jakarta: BPK GM, 1993, hlm. 35-42
89
50
Islam, Hindu dan Budha.91 Masyarakat sudah merasa puas dengan agama mereka
anut, (b) karena orang Kristen yang datang dari Eropa mencampuradukkan ajaran
agama dengan perangai, perilaku gaya hidup ala Barat yang tidak dikenal di
Indonesia. (c) praktek paganisme di German mereka terima di dalam Kekristenan,
sementara praktek paganisme di Indonesia mereka tolak. Inilah beberapa hal yang
menyebabkan Kekristenan di Indonesia begitu lamban dan tidak berkembang.
Berbicara mengenai supremasi paus, ini adalah perkara yang sangat
diperdebatkan dalam sejarah Kekristenan di Eropa. Apa yang melatarbelakangi
timbulnya sistem paus ini? Gereja Roma menganggap dirinya didirikan oleh Petrus,
dan karena kedudukannya di ibu kota dan sebagai gereja yang terkaya dan terbesar; di
kala Arius mengancam daerah Jerman, mereka masih mempertahankan imannya yang
benar, maka kedudukan dan nama dari keuskupan Roma lambat laun melebihi daerahdaerah lain. Uskup Roma mulai berkuasa atas segala uskup yang lain serta dengan
daerahnya, teristimewa di Barat. Bahkan paus sendiri menganggap dirinya sebagai
yang dipanggil Tuhan untuk menjadi kepala Gereja selaku pengganti Petrus(Matius
16:17-18), bahkan sebagai wali Kristus di bumi ini.92
Jika kita bandingkan di Indonesia, hal yang sama juga pernah terjadi di mana
Gereja di jemaat Batavia merasa diri lebih tinggi dari pada jemaat-jemaat yang lain
karena mereka berada di pusat ibu kota.
Dalam paparannya, Aland menjelaskan bahwa paus sering sekali bergandengan
dengan para penguasa. Gereja yang selalu bergandengan dengan penguasa akan
menyebabkan banyak konflik. Biasanya memang praktik seperti ini masih dilakukan
oleh gereja Katolik hingga saat ini, misalnya: di Filipina dan Amerika Latin. Gereja
yang bergandengan tangan dengan pengusa akan menyebabkan kemerosotan moral di
kalangan pendeta maupun di kalangan jemaat.
Berbicara mengenai kebangkitan kepausan sebagai penguasa dunia yang diulas
Aland, tidak akan kita alami di Indonesia, karena Gereja tidak akan bisa menjadi
penguasa di Indonesia, namun sedikit banyak ada juga gema dari gerakan-gerakan
seperti itu terjadi di Indonesia yakni bagaimana gereja memposisikan dirinya
berhadapan dengan penguasa. Di Indonesia sering sekali gereja tidak tepat
91
Th. van den End, Ragi Carita 1, Jakarta: BPK GM, 1993, hlm.30
H.Berkhof & I.H.Enklaar, Sejarah , hlm.73; bnd. Peter Wongso, Sejarah Gereja, Malang:
Departemen Literatur SAAT, 2001, hlm.58-59. Dalam penafsiran akan Matius 16:18, para penafsir
Protestan dan Katolik memiliki perbedaan. Bagi kalangan Protestan, ayat ini adalah merupakan ajaran,
sementara bagi kalangan Katolik ayat ini ditafsirkan bahwa paus adalah merupakan sebagai pengganti
Petrus di dunia ini.
92
51
4. DAFTAR KEPUSTAKAAN
Aland, Kurt. A History Of Christianity, Philadelphia: Fortress Press, Vol.I, 1985
Berkhof, H. & Enklaar,I.H. Sejarah Gereja, Jakarta: BPK GM, 1992
End, Th.van den. Harta Dalam Bejana: Sejarah Ringkas Gereja, Jakarta: BPK GM
End, Th. van den. Ragi Carita 1, Jakarta: BPK GM, 1993
End, Th. van den. & Weijens, J. Ragi Carita 2, Jakarta: BPK GM, 1993
Enklaar, I.H. Sedjarah Gereja Ringkas, Djakarta: BPK GM, 1966
Kristiyanto, Eddy. Visi Historis Komprehensif, Yogyakarta: Kanisius, 2003
Kull, Dietrich. Sejarah Gereja: Gereja Katolik Roma, Batu Malang: Departemen
Literatur YPPII, 1997
Wongso, Peter. Sejarah Gereja, Malang: Departemen Literatur SAAT, 2001
52
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI
(i)
1. PENDAHULUAN ..
A. PENERJEMAH
B. PENULIS ..
2. PERMULAAN KEKRISTENAN
1. Penyebaran Kekristenan ..
5. Kemenangan Kekristenan
10
11
12
12
15
16
18
18
19
19
19
53
20
20
20
21
21
2. Monastisisme ..
22
23
26
27
27
27
2. Kekristenan di Frank .
29
30
32
5. Masa Karolingian
33
36
37
37
38
38
40
41
54
44
45
46
5. Konsili Pembaruan . 46
6. Kepausan pada Akhir Masa Abad Pertengahan
46
47
4. TANGGAPAN HISTORIS ..
47
a. Tanggapan Umum
47
47
5. DAFTAR KEPUSTAKAAN
53
55
Kepada Yth,
Pdt.Dr.Jan S.Aritonang,Ph.D
Dosen Pembimbing Sejarah Gereja
STT Jakarta
LAPORAN BUKU I
Salam sejahtera,
Bersama ini saya sampaikan Laporan Buku I pada area Konsentrasi I.
Demikianlah saya sampaikan dengan harapan Bapak dapat memakluminya.
SALAM KASIH!
RAMLI SN HARAHAP
O813 848 808 26
56
Kepada Yth,
Pdt.Dr.Jan S.Aritonang,Ph.D
Dosen Pembimbing Sejarah Gereja
STT Jakarta
LAPORAN BUKU I
Salam sejahtera,
Bersama ini saya sampaikan Laporan Buku I pada area Konsentrasi I.
Demikianlah saya sampaikan dengan harapan Bapak dapat memakluminya.
SALAM KASIH!
RAMLI SN HARAHAP
O813 848 808 26
57