Você está na página 1de 13

A.

Analisis
Kesesuaian Lahan untuk Budidaya Laut
Analisis matriks kesesuaian untuk kegiatan budidaya laut diawali
dengan penyusunan matriks kesesuaian. Data primer yang berupa
data yang didapat dari lapangan digunakan dalam analisis matriks ini.
Masing-masing budidaya laut memiliki nilai yang berbeda dalam
penentuan nilai bobot, budidaya rumput laut, budidaya teripang, dan
budidaya ikan kerapu dalam KJA. Perhitungan matriks kesesuaian
dilakukan untuk pemberian skala penilaian. Skala penilaian menururt
Hidayat dkk (1995) dalam Utojo (2004) adalah sebagai berikut :
a.
S1 (Sangat Layak), apabila lahan tidak mempunyai
pembatas yang berarti untuk mempertahankan tingkat
pengelolaan yang diterapkan.
b.
S2 (Layak), apabila lahan mempunyai pembatas agak
berarti untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus
diterapkan.
c.S3 (Cukup Layak), apabila lahan mempunyai pembatas yang
berarti untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus
diterapkan.
d.
N (Kurang Layak), apabila lahan mempunyai faktor
pembatas cukup berat sehingga mencegah kemungkinan
penggunaanya.

Tabel Matriks Kesesuain Lokasi Budidaya Rumput Laut


PARAMETER

KISARAN

1
Kecepatan Arus
(cm/detik)

2
20-30
10-20 dan 30-40
<10 dan >40
24-30
20-24
<20 dan >30
Karang
Pasir
Pasir / Berlumpur
1 10
11-15
< 1 dan >15
>3
13
<1
0-0.25
0.26-0.5
>0.5
Diurnal
Campuran

Suhu Perairan (C)

Material Dasar Perairan

Kedalaman Perairan
(meter)
Kecerahan Perairan
(meter)
Tinggi Gelombang Laut
(meter)
Tipe Pasang Surut

ANGKA
PENILAIAN
(A)
3
5
3
1
5
3
1
5
3
1
5
3
1
5
3
1
5
3
1
5
3

BOBO
T
(B)
4
3

SKOR
(A X B)
5
15
9
3
10
6
2
5
3
1
15
9
3
15
9
3
15
9
3
5
3

pH

Salinitas (ppt)

Dissolved Oxygen
(mg/L)
Fosfat (mg/L)

Nitrat (mg/L)

Kepadatan Plankton
(sel/Liter)

Klorofil-a (mg/L)

Semidiurnal
6.5 - 8,5
4 - 6.4 dan 8.5 - 9
<4 dan >9.5
22 34
30 - 32
< 30 dan > 34
>6
4-6
<4
0.2 - 0.5
0.1 - 0,2 & 0.5 - 1
< 0,1 dan >1
0.9 - 3.2
0,7 - 0,8 & 3.3 -3,4
<0,7 ; > 3,4
> 15.000 & < 5 x 105
2000 - 15000 &
5 x 105 - 106
< 2000 & > 106
> 10
4 10
<4
Total Skor (y)

1
5
3
1
5
3
1
5
3
1
5
3
1
5
3
1
5
3

1
5
3
1

1
5
3
1
10
6
2
5
3
1
15
9
3
15
9
3
5
3
1
5
3
1

Keterangan :
a. Angka Penilaian didasarkan pada petunjuk DKP 2002 dalam
Kangkan 2006 yaitu
5 : Baik
3 : Sedang
1: Kurang
b. Bobot berdasarkan pertimbangan pengaruh variabel dominan.
c. Total Skor didapat dari perhitungan

y=( A X B) , y = Total Skor;

A= Angka Penilaian; B = Bobot


Total skor digunakan untuk menentukan kelas kesesuaian lahan
berdasarkan parameter oseanografinya. Interval kelas kesesuaian
didapatkan dengan metode equal interval (Prahasta 2002 dalam Fatah
2012) dengan perhitungan sebagai berikut :

I=

( A . B ) max ( A . B ) min
k
Keterangan :
I

= Interval kelas kesesuaian

= Jumlah kelas kesesuaian yang diinginkan

Berdasarkan perhitungan dengan metode


didapatkan interval kelas kesesuaian, yaitu :

equal

interval

Tabel Interval Keals Kesesuain Lokasi Budidaya Rumput Laut

maka

NO

TOTAL SKOR

1
2
3
4

112 - 140
83 - 111
54 - 82
26 53

TINGKAT
KESESUAIAN
S1
S2
S3
N

EVALUASI
Sangat Layak
Layak
Cukup Layak
Kurang Layak

Tabel Matriks Kesesuaian Lokasi Budidaya Kerapu dalam KJA


PARAMETER

KISARAN

1
Kecepatan Arus
(cm/detik)

2
20-50
10 19 dan 51- 75
< 10 dan >75
28 30
25 27 dan 31 32
<25 dan >32
Berpasir dan Pecahan Karang
Pasir berlumpur
Lumpur
15 25
5 -15 dan 26 35
< 5 dan > 35
>5
35
<3
0-0.25
0.26-0.5
>0.5
Diurnal
Campuran
Semidiurnal
6.5 - 8,5
4 - 6.4 dan 8.5 - 9
<4 dan >9.5
30 35
20 29
< 20 dan > 35
>6
4-6
<4
0.2 - 0.5
0.1 - 0,2 & 0.5 - 1
< 0,1 dan >1
0.9 - 3.2
0,7 - 0,8 & 3.3 -3,4
<0,7 ; > 3,4
> 15.000 & < 5 x 105
2000 - 15000 &
5 x 105 - 106
< 2000 & > 106
> 10
4 10
<4
Total Skor (y)

Suhu Perairan (C)

Material Dasar Perairan

Kedalaman Perairan
(meter)
Kecerahan Perairan
(meter)
Tinggi Gelombang Laut
(meter)
Tipe Pasang Surut

pH

Salinitas (ppt)

Dissolved Oxygen
(mg/L)
Fosfat (mg/L)

Nitrat (mg/L)

Kepadatan Plankton
(sel/Liter)

Klorofil-a (mg/L)

ANGKA
PENILAIAN
(A)
3
5
3
1
5
3
1
5
3
1
5
3
1
5
3
1
5
3
1
5
3
1
5
3
1
5
3
1
5
3
1
5
3
1
5
3
1
5
3
1
5
3
1

BOBO
T
(B)
4
3

SKOR
(A X B)
5
15
9
3
10
6
2
10
6
2
15
9
3
10
6
2
10
6
2
10
6
2
5
3
1
10
6
2
10
6
2
5
3
1
5
3
1
5
3
1
5
3
1

Keterangan :
a. Angka Penilaian didasarkan pada petunjuk DKP 2002 dalam
Kangkan 2006 yaitu
5 : Baik
3 : Sedang
1: Kurang
b. Bobot berdasarkan pertimbangan pengaruh variabel dominan.
c. Total Skor didapat dari perhitungan

y=( A X B) , y = Total Skor;

A= Angka Penilaian; B = Bobot


Total skor digunakan untuk menentukan kelas kesesuaian lahan berdasarkan
parameter oseanografinya. Interval kelas kesesuaian didapatkan dengan
metode equal interval (Prahasta 2002 dalam Fatah 2012) dengan perhitungan
sebagai berikut :

I=

( A . B ) max ( A . B ) min
k

Keterangan :
I = Interval kelas kesesuaian
K = Jumlah kelas kesesuaian yang diinginkan
Berdasarkan perhitungan dengan metode equal interval maka didapatkan
interval kelas kesesuaian , yaitu :

Tabel Interval Kelas Kesesuaian Lokasi Budidaya Ikan Kerapu dalam KJA
NO

TOTAL SKOR

1
2
3
4

100 - 125
75 99
50 74
25 49

TINGKAT
KESESUAIAN
S1
S2
S3
N

B.

EVALUASI
Sangat Layak
Layak
Cukup Layak
Kurang Layak

Analisis
Kesesuaian Lahan untuk Wisata Bahari

Kesesuaian wisata pantai kategori rekreasi mempertimbangkan 10 parameter


dengan 4 klasifikasi penilaian. Parameter kesesuaian wisata pantai kategori
rekreasi antara lain: kedalaman perairan, tipe pantai, lebar pantai,material
dasar perairan, kecepatan arus, kemiringan pantai, kecerahan perairan,

penutupan lahan pantai, biota berbahaya, dan ketersediaan air tawar


(Yulianda,2007).
Kesesuaian wisata bahari dalam kategori wisata selam mempertimbangkan
enam parameter dengan empat klasifikasi penilaian. Parameter kesesuaian
wisata bahari kategori wisata selam antara lain kecerahan perairan, tutupan
komunitas karang, jenis lifeform, jenis ikan karang, kecepatan arus, dan
kedalaman terumbu karang. Potensi karang yang dapat dimanfaatkan untuk
pengembangan wisata selam terdiri dari karang keras, karang lunak dan biota
yang berasosiasi dengan karang. Komunitas ini mempunyai nilai daya tarik
wisata karena mempunyai variasi morfologi dan warna yang menarik. Luas
hamparan karang yang dimanfaatkan untuk wisata selam dibatasi oleh
kedalaman 30 meter (Yulianda, 2007).
Kesesuaian wisata bahari kategori wisata snorkling mempertimbangkan tujuh
parameter dengan empat klasifikasi penilaian. Parameter kesesuaian wisata
bahari kategori wisata snorkling antara lain kecerahan perairan, tutupan
komunitas karang, jenis lifeform, jenis ikan karang, kecepatan arus, kedalaman
terumbu karang, dan lebar hamparan datar karang (Yulianda, 2007).
Tabel Kriteria Air Laut Untuk Wisata Bahari
No.
1
2
3
4
5

Parameter
Kecerahan
Suhu
pH
Salinitas
Oksigen Terlarut

Satuan
M
0
C
Unit
0
/00
Mg/l

Baku Mutu
>6
Alami
7-8.5
Alami
>5

Kegiatan wisata dapat dikembangakan dengan konsep wisata bahari yang


dikelompokkan menjadi 2, yaitu wisata pantai dan wisata bahari. Kegiatan
wisata pantai dan wisata bahari yang dapat dikembangkan, dapat dilihat pada
Tabel dibawah ini (Yulianda, 2007).

Tabel Jenis Kegiatan Wisata yang dapat dikembangkan


No
1
2
3
4

Wisata Pantai
Rekreasi pantai
Panorama
Resort/peristirahatan
Berenang, berjemur

Olah raga pantai (Voli pantai, jalan


pantai, lempar cakram, dll)

Berperahu

Wisata Bahari
Rekreasi pantai dan laut
Resort/peristirahatan
Wisata selam dan wisata snorkeling
Selancar, jet ski, banana boat, perahu
kaca, kapal selam
Wisata ekosistem lamun, wisata
pulau,
wisata
nelayan,
wisata
pendidikan, wisata pancing

7
8

Memancing
Wisata Mangrove

Wisata pantai merupakan kegiatan wisata yang mengutamakan sumberdaya


pantai dan budaya masyarakat pantai seperti rekreasi pantai, olahraga pantai,
menikmati pemandangan, peristirahatan, memancing, berenang, dan
berperahu. Wisata bahari merupakan kegiatan wisata yang mengutamakan
sumberdaya bawah laut dan dinamika air laut seperti wisata selam, wisata
snorkeling, selancar, jet ski, banana boat, wisata ekosistem lamun, wisata
nelayan, dan wisata pancing.
Keberlanjutan dari kegiatan wisata pesisir dan laut tidak terlepas dari aspek
daya dukung kawasan secara ekologis dan sosial ekonomi yang mampu
menopang kegiatan tersebut. Daya dukung dalam kegiatan pariwisata itu
merupakan kemampuan daerah tujuan wisata menerima kunjungan sebelum
dampak negatif timbul dan sebuah level dimana arus wisatawan mengalami
penurunan akibat keterbatasan kapasitas yang muncul dari tingkah laku
wisatawan itu sendiri (Adrianto, 2006). Menurut Dahuri (1998) daya dukung
kawasan pesisir didefinisikan sebagai populasi maksimum dari suatu spesies
yang dapat mendukung keberlanjutan, untuk jangka waktu yang lama dan
terdapat perubahan tanpa disertai degradasi sumberdaya alam yang dapat
mengurangi kemampuan populasi maksimum di masa yang akan datang.
Dasar dalam definisi daya dukung ekosistem untuk menyediakan sumberdaya
alam dan jasa lingkungan sebagai contohnya yaitu ruang untuk hidup, daerah
rekreasi, udara yang bersih dan kemapuan ekosistem untuk mengatur
buangan limbah.
Kesesuaian wisata pantai kategori rekreasi mempertimbangkan 10 parameter
dengan 4 klasifikasi penilaian. Parameter kesesuaian wisata pantai kategori
rekreasi antara lain: kedalaman perairan, tipe pantai, lebar pantai, material
dasar perairan, kecepatan arus, kemiringan pantai, kecerahan perairan,
penutupan lahan pantai, biota berbahaya dan ketersediaan air tawar (Yulianda,
2007).
a.

Matriks Kesesuaian Untuk Selam


Kesesuaian wisata bahari dalam kategori wisata selam mempertimbangkan
enam parameter dengan empat klasifikasi penilaian. Parameter kesesuaian
wisata bahari kategori wisata selam antara lain kecerahan perairan, tutupan
komunitas karang, jenis lifeform, jenis ikan karang, kecepatan arus dan
kedalaman terumbu karang. Potensi karang yang dapat dimanfaatkan untuk
pengembangan wisata selam terdiri dari karang keras, karang lunak dan
biota yang berasosiasi dengan karang. Komunitas ini mempunyai nilai daya
tarik wisata karena mempunyai variasi morfologi dan warna yang menarik.
Luas hamparan karang yang dimanfaatkan untuk wisata selam dibatasi oleh
kedalaman 30 meter (Yulianda, 2007). Matriks kesesuaian Untuk selam, lihat
pada table dibawah ini.

b.

Matriks kesesuaian untuk snorkling


Kesesuaian wisata bahari kategori wisata snorkling mempertimbangkan tujuh
parameter dengan empat klasifikasi penilaian. Parameter kesesuaian wisata
bahari kategori wisata snorkling antara lain kecerahan perairan, tutupan
komunitas karang, jenis lifeform, jenis ikan karang, kecepatan arus,

kedalaman terumbu karang, dan lebar hamparan datar karang (Yulianda,


2007).
Potensi ekologis pengunjung ditentukan oleh kondisi sumberdaya dan jenis
kegiatan yang dikembangkan. Luas suatu area yang dapat digunakan oleh
pengunjung mempertimbangkan kemampuan alam mentolerir pengunjung
sehingga kelestarian alam tetap terjaga. Potensi ekologis pengunjung dan
unit area kegiatan dapat dilihat dalam Tabel dan prediksi waktu yang
dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata dapat dilihat dalam Tabel Matriks
kesesuaian wisata bahari kategori wisata snorkling pada Tabel dibawah ini.
Tabel Potensi Ekologis Pengunjung (K) dan Unit Area Kegiatan (Lt)
Jenis
Kegiatan
Rekreasi Pantai

Jumlah
Pengunjung
(orang)
1

Unit Area
(Lt)
50 m

Wisata
Olahraga
Selam

50 m

1000m2

Snorkling

250 m2

Keterangan
1 orang setiap 50 m panjang
pantai
1 orang setiap 50 m panjang
pantai
Setiap 2 orang dalam 100 m x 10
m
1 orang dalam 50 m x 5 m

Tabel Prediksi Waktu yang dibutuhkan untuk Setiap Kegiatan Wisata


Jenis
Kegiatan
Rekreasi
Pantai
Olahraga Air
Selam
Snorkling

c.

Waktu kegiatan
pengunjung
Wp-(jam)
3

Waktu total 1
hari
Wt-(jam)
6

2
2
3

4
8
6

Matriks Kesesuaian untuk Wisata Pantai

Bagian kawasan pesisir yang paling produktif adalah wilayah muka pesisir atau
pantai. Daerah pantai adalah suatu kawasan pesisir beserta perairannya di
mana daerah tersebut masih terpengaruh baik oleh aktivitas darat maupun
laut (Pratikto, 1997). Pantai biasanya ditumbuhi oleh tumbuhan pionir yang
memiliki ciri-ciri antara lain sistem perakaran yang menancap dalam,
mempunyai toleransi tinggi terhadap kadar garam, hembusan angin, dan suhu
tanah yang tinggi, serta menghasilkan buah yang dapat terapung (Dahuri,
2003).
Pantai yang terbuka biasanya memiliki kondisi lingkungan yang kurang
bersahabat, yakni kondisi fisik yang tidak stabil akibat fluktuasi suhu, salinitas
dan kelembaban yang tinggi. Ada tiga zonasi dimana organisme hadir dalam
jumlah besar, yaitu 1) zona bagian atas dihuni oleh kepiting (Ghost-crab) dari
genus Ocypode, Amphipoda dan Crustacea dari famili Talitridae, 2) zona
pertengahan yang dihuni oleh moluska genus Donax, dan 3) zona yang lebih
rendah dihuni oleh spesies keong (Gastropoda), kepiting (Hippid Crab), dan
bulu babi (Echinoid). Disamping itu pantai juga penting sebagai habitat bagi
penyu dan burung laut untuk bertelur (Dahuri, 2003).

Kesesuaian wisata pantai kategori rekreasi mempertimbangkan 10 parameter


dengan 4 klasifikasi penilaian. Parameter kesesuaian wisata pantai kategori
rekreasi antara lain: kedalaman perairan, tipe pantai, lebar pantai, material
dasar perairan, kecepatan arus, kemiringan pantai, kecerahan perairan,
penutupan lahan pantai, biota berbahaya, dan ketersediaan air tawar
(Yulianda, 2007).
C.

Analisis

Indeks

Kesesuaian Wisata
Kegiatan wisata yang akan dikembangkan hendaknya disesuaikan dengan
potensi sumberdaya dan peruntukannya. Setiap kegiatan wisata mempunyai
persyaratan sumberdaya dan lingkungan yang sesuai obyek wisata yang akan
dikembangkan. Rumus yang digunakan untuk kesesuaian wisata pantai dan
wisata bahari adalah (Yulianda, 2007):
IKW = ( Ni / Nmaks) x 100 %
Keterangan :
IKW = Indeks Kesesuaian Wisata
Ni = Nilai parameter ke-i (Bobot x skor)
Nmaks = Nilai maksimum dari kategori wisata
Penentuan nilai parameter kesesuaian wisata berdasarkan pada perkalian skor
dan bobot yang diperoleh dari setiap parameter. Kesesuaian kawasan dilihat
dari tingkat persentase kesesuaian yang diperoleh penjumlah nilai dari seluruh
parameter. Kisaran persentase untuk setiap kategori indeks kesesuaian wisata,
sebagai berikut (Yulianda, 2007):
S1 = Sangat sesuai, dengan nilai 80 100 %
S2 = Cukup sesuai, dengan nilai 60 <80 %
S3 = Sesuai bersyarat, dengan nilai 35 <60 %
N = Tidak sesuai, dengan nilai <35 %
1. Analisis Daya Dukung Kawasan/Wilayah
Analisis daya dukung ditujukan pada pengembangan wisata bahari dengan
memanfaatkan potensi sumberdaya pesisir, pantai dan pulau-pulau kecil
secara lestari. Mengingat pengembangan wisata bahari tidak bersifat mass
tourism, mudah rusak, dan ruang untuk pengunjung sangat terbatas, maka
perlu penentuan daya dukung kawasan. Metode yang diperkenalkan untuk
menghitung daya dukung pengembangan ekowisata alam adalah dengan
menggunakan konsep Daya Dukung Kawasan (DDK). DDK adalah jumlah
maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang
disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan
manusia.
Perhitungan DDK dalam bentuk rumus sebagai berikut (Yulianda, 2007) :
DDK = K x Lp / Lt x Wt / Wp
Keterangan :
DDK = Daya Dukung Kawasan (orang)

K = Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area (orang)


Lp = Luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan (m)
Lt = Unit area untuk kategori tertentu (m)
Wt = Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam
satu hari (jam)
Wp = Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan
tertentu (jam)
Potensi ekologis pengunjung ditentukan oleh kondisi sumberdaya dan jenis
kegiatan yang dikembangkan. Luas suatu area yang dapat digunakan oleh
pengunjung mempertimbangkan kemampuan alam mentolerir pengunjung
sehingga kelestarian alam tetap terjaga.
2. Rumusan program pengembangan fisik untuk setiap bagian wilayah
pesisir yang pada prinsipnya meliputi kegiatan penentuan prioritas jenis
program pembangunan pesisir yang dijabarkan dalam tahapan programprogram pembangunan untuk 10 tahunan. Dalam program tersebut
akan meliputi :

Jenis program

Lokasi program

Perencanaan besaran setiap program.

Sumber pembiayaan

Lembaga Pelaksana Pembangunan.

3. Menyusun mekanisme kelembagaan dan sistem koordinasi kerjasama


antar lembaga/institusi dan kerjasama antar sektor lainnya.
4. Diskusi dan Seminar merupakan tahapan setelah penyelesaian masingmasing kegiatan, dilakukan diskusi pendahuluan, diskusi interim dan
diskusi tahap draft perumusan rencana kemudian dilakukan serangkaian
diskusi/dialog dan seminar untuk mendapatkan rumusan akhir dari
rencana pemanfaatan ruang.
5. Para peserta yang diundang terdiri dari orang-orang yang mewakili
lembaga/pihak yang sama seperti proses-proses diskusi/dialog pada
tahap-tahap sebelumnya.

Tabel Matriks Kesesuaian Wisata Bahari Kategori Selam

No
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Parameter
Kecerahan perairan (m)
Tutupan komunitas karang
(%)
Jenis lifeform
Jenis ikan karang
Kecepatan arus (cm/det)
Kedalaman terumbu karang
(m)
TOTAL

5
5

Kategori
S1
>10
>75

4
4
3
3

>12
>100
0-15
6-15

Bobot

4
4

Bobot
x skor
20
20

Kategori
S2
>5-10
>50-75

4
4
4
4

16
16
12
12

<7-12
50-100
>15-30
>15-20
3-<6
S2

Skor

S1

96

3
3

Bobot
x skor
15
15

Kategor
i S3
3-5
25-50

3
3
3
3

12
12
9
9

4 -7
20-<50
>30-50
>20-30

72

S3

Skor

2
2

Bobot
x skor
10
10

Kategor
iN
<2
<25

2
2
2
2

8
8
6
6
48

<4
<20
>50
>30
<3
N

Skor

1
1

Bobot
x skor
5
5

1
1
1
1

4
4
3
3

Skor

24

Tabel Matriks Kesesuaian Wisata Bahari Kategori Snorkling


No

Parameter

Bobot

Kategori
S1

Skor

Bobot
x skor

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kecerahan perairan (m)


Tutupan komunitas karang (%)
Jenis lifeform
Jenis ikan karang
Kecepatan arus (cm/det)
Kedalaman terumbu karang (m)

5
5
4
4
3
3

>10
>75
>12
>50
0-15
1-3

4
4
4
4
4
4

7.

Lebar hamparan datar karang


(m)
TOTAL

>500

S1

Kategori
S2

Skor

Bobot
x skor

Kategor
i S3

Sko
r

Bobot
x skor

Kategor
iN

20
20
16
16
12
12

>5-10
>50-75
<7-12
30-50
>15-30
>3-6

3
3
3
3
3
3

15
15
12
12
9
9

3-5
25-50
4 -7
10->30
>30-50
>6-10

2
2
2
2
2
2

10
10
8
8
6
6

12

>100500
S2

20-100

<2
<25
<4
<10
>50
>10
<1
<20

81

S3

54

108

Skor

Bobot
x skor

1
1
1
1
1
1

5
5
4
4
3
3

3
27

Tabel Matriks Kesesuaian Wisata Bahari Kategori Wisata Pantai


No
1.

Parameter

Bobo
t

Kateg
ori
S1
0-3

Skor

Bobot x
skor

Kategori
S2

Skor

Bobot
x skor

20

>3-6

15

Katego
ri
S3
>6-10

Sko
r

Bobot
x skor

10

10

2
2

Kategor
i
N
>10

Skor

Bobot
x skor

Lumpur,
berbatu,
terjal

10
8

<3
Lumpur

1
1

5
4

>0,51

>45

Kedalaman
perairan (m)
Tipe pantai

5
5

Pasir
putih

20

Pasir putih,sedikit
karang

15

3.
4.

Lebar pantai (m)


Material
dasar
perairan

5
4

>15
Pasir

4
4

20
16

10-15
Karang berpasir

3
3

15
12

5.

Kecepatan
arus
(m/dt)
Kemiringan pantai
(o)
Kecerahan
perairan (m)
Penutupan lahan
pantai

0-0,17

16

0,17-0,34

12

<10

16

10-25

12

Pasir
hitam,
berkara
ng,
terjal
3- <10
Pasir
berlump
ur
0,340,51
>25-45

>10

12

>5-10

3-5

<2

Kelapa,
lahan
terbuka

12

Semak, belukar
rendah,
Savana

Belukar
tinggi

Biota berbahaya

Tidak
ada

12

Bulu babi

Bulu
babi,ika
n pari

Ketersediaan
air
tawar (jarak/km)
TOTAL

<0,5
(km)
S1

12

>0,5-1 (km)

156

S2

>1-2
(km)
S3

Hutan
bakau,
pemukim
an,
pelabuha
n
Bulu
babi,ikan
pari,lepu,
hiu
>2 (km)

78

2.

6.
7.
8.

9.

10.

117

39

Você também pode gostar