Você está na página 1de 10

IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM SEJARAH

MENGISI KEMERDEKAAN INDONESIA


Masa Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan
Setelah Proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus
1945, ternyata bangsa dan negara Indonesia harus menghadapi banyak tantangan
baik eksternal maupun internal yang sangat kompleks.
Tantangan eksternal pertama datang dari pihak Jepang yaitu secara formal
sudah menyerah kepada sekutu, namun Jepang tidak rela menyerahkan kekuasaan
serta senjatanya kepada bangsa Indonesia.
Tantangan eksternal kedua datang dari pidak tentara Sekutu dan Belanda,
beberapa saat setelah Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia. Sekutu
mendaratkan tentaranya di Surabaya. Berdasarkan perjanjian Postdam tahun 1945
Belanda merasa berhak untuk berkuasa kembali di wilayah bekas jajahannya
yaitu Indonesia.
Untuk mewujudkan keinginannya tersebut Belanda melancarkan agresi
terhadap bangsa dan Negara Indonesia yang telah merdeka dan berdaulat sejak
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Agresi I dilakukan pada tanggal 21 Juli 1947 dan Agresi II pada tanggal 19
Desember 1948. Tantangan Internal berasal dari PKI Muso di Madiun pada
tanggal 19 September 1948. Ketika bangsa Indonesia sedang berkonsentrasi
melawan Belanda, PKI menikam dari belakang.
Pemberontakan PKI ini Bertujuan mendirikan negara komunis di Indonesia
dengan memproklamasikan berdirinya Republik Soviet Indonesia.
Masa Demokrasi Liberal
a. Periode 1950-1955
Periode ini sering disebut Orde Politik KMB. Konflik yang terjadi pada
periode ini ada yang bersifat fisik dan non fisik. Yang bersifat fisik seperti:

Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) di Bandung


Gerakan Kahar Muzakar di Sulawesi
Republik Maluku Selatan (RMS) di Ambon
Kesatuan Rakyat Yang Tertindas (KRYT) di Kalimantan
Andi Aziz di Makasar
DI/TII do Jawa Barat
Daud Beureuh di Aceh.

Sedangkan yang bersifat nonfisik, yaitu berupa jatuhnya kabinet sekitar 6 atau
8 bulan. Hal ini disebabkan parlemen sering menjatuhkan kabinet apabila
kelompok oposisi kuat.
b. Periode 1955-1959
Pada periode ini pemerintah Indonesia menganut sistem demokrasi liberal.
Dalam sistem ini mengasumsikan apabila kestabilan politik tercapai, maka
kestabilan ekonomi, sosial, dan keamanan akan tercapai pula. Untuk mencapai
sasaran ini, maka ditempuhlah pemilihan umu pada tahun 1955. Realita
membuktikan bahwa setelah pemilu kondisi di Indonesia tetap penuh dengan
berbagai permasalahan yang mengakibatkan timbulnya konflik.
1) Di Bidang Politik
2) Di Bidang Ekonomi
3) Di Bidang Keamanan
Presiden mengeluarkan Dekrit pada tanggal 5 Juli 1959 yang isinya sebagai
berikut:
1) Membubarkan Konstituante
2) Menetapkan berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya
kembali UUDS 1950
3) Membentuk MPRS dan DPAS dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Tindakan Presiden berupa Dekrit yang sepihak, namun tetap berdasarkan suatu
hukum luar biasa yang dalam ilmu hukum ketatanegaraan disebut Hukum Tata
Negara Darurat (subjektif).
Masa Pemerintahan Demokrasi Terpimpin (Orde Lama)
a. Lahirnya Demokrasi Terpimpin atau Orde Lama
Orde Lama ini lahir karena kegagalan bangsa Indonesia dalam mencapai citacita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dengan menggunakan sistem
demokrasi liberal ala Barat. Dengan sistem ini Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) terancam disintegrasi, karena timbulnya berbagai gejolak
daerah untuk melepaskan diri dari pemerintahan pusat, kabinet sering berganti,
situasi kehidupan ekonomi yang tidak mnentukan, dan gagalnya konstituante
hasil pemilu 1955 membuat UUD baru pengganti UUDS 1950.
b. Perjuangan Bidang Politik
1) Membentuk Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS)
MPRS beranggotakan 555 orang, terdiri atas 261 orang anggota DPR,
94 orang utusan daerah, dan 200 orang wakil golongan karya.
2) Membentuk Dewan Pertimbangan Agung (DPA)
Pembentukan DPA berdasarkan Penetapan Presiden No. 3 tahun 1959,
yang terdiri atas 45 orang anggota, dengan rincian 12 orang wakil
golongan karya dan 1 orang wakil ketua.
3) Pembentukan Front Nasional

Front Nasional dibentuk berdasarkan penetapan Presiden No. 13 tahun


1959, yaitu suatu organisasi massa yang memperjuangkan cita-cita
Proklamasi Kemerdekaan Lembaga ini dipimpin langsung oleh
Presiden Soekarno.
4) Pembubaran DPR
DPR hasil pemilu 1955 dibubarkan oleh Presiden berdasarkan
penetapan Presiden No.3 tahun 1960, karena menolak Anggaran
Belanja Negara tahun 1960 yang diajukan oleh pemerintahan.
5) Pengintegrasian Lembaga Tinggi Negara
Dengan keputusan Presiden No. 94 tahun 1962 dilakukan
pengintegrasian lembaga tinggi negara diangkat menjadi menteri dan
ikut serta dalam sidang-sidang kabinet, serta mengamankan kebijakan
pemerintahan dalam lembaga masing-masing
6) Pembentukan Musyawarah Pembantu Pimpinan Revolusi (MPPR)
Dibentuk berdasarkan penetapan Presiden N0. 4 tahun 1962. Tugasnya
membantu Pimpian Besar Revolusi (PBR) dalam mengambil kebijakan
khusus dan darurat untuk menyelesaikan revolusi.
7) Pengembangan Dokrin NASAKOM
Dokrin ini merupakan ide Bung Karno pada tahun 1962 yang disebut
NASASOS (Nasionalisme, Agama, dan Sosialis). Tujuan untuk
menyatukan kelompok pergerakan nasional yang berideologi
nasionalis, agama dan sosialis dalam upaya merebut kembali
kemerdekaan bangsa Indonesia.
c. Perjuangan Bidang Ekonomi
)1 Pembentukan Dewan Perancangan Nasional (DEPERNAS)
DEPERNAS dibentuk pada tahun 1958 dengan tugas mempersiapkan
rancangan undang-undang Pembangunan Nasional yang berencana.
Dewan ini berhasil menyusun Rancangan Dasar Undang-Undang
Pembangunan Semesta Berencana tahapan tahun 1961-1969.
Rancangan ini ditetapkan oleh MPRS dengan ketetapan No. 2/MPRS/
1960.
Pada tahun 1963 DEPERNAS diganti dengan Badan Perancang
Pembangunan (BAPPENAS) yang dipimpin Presiden Soekarno.
)2 Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter dilakukan pemerintah, karena penerimaan hasil
ekspor-impor selalu menurun sehingga mengakibatkan timbulnya
defisit anggaran belanja negara.
)3 Kebijakan Perbankan
Kebijakan perbankan yang diambil pemerintah, yaitu menghendaki
semua bank yang ada diintegrasikan ke dalam suatu Organisasi Bank
Sentral. Membentuk Bank Negara Indonesia.
d. Perjuangan Pembebasan Irian Barat (Irian Jaya)
1) Diplomasi
Perjuangan Indonesia untuk mengembalikan Irian Barat diawali sejak
tahun 1954. Puncaknya hubungan diplomatik dengan Belanda diputus

pada 17 Agustus 1960. Akibatnya masalah Irian Barat selalu menjadi


agenda dalam sidang Umum PBB pada tahun-tahun berikutnya sampai
kembali ke pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2) Militer
Persiapan kekuatan militer ditempuh dengan mencari bantuan perjalanan
ke negara-negara barat terutama Amerika Serikat, tetapi tidak berhasil.
Kemudian dialihkan ke negara-negara blok timur khususnya Uni Soviet.
Usaha ini berhasil, kemudian disusul dengan pembelian senjata dan
perlengkapan perang pada tahun 1960. Misi berikutnya mengadakan
perjalanan musibah ke negara India, Pakistan, Thailand, Filipina,
Australia, Selandia Baru, Jerman, Prancis, dan Inggris, untuk menjajagi
dan mendapatkan kesan mengenai sikap negara-negara itu, apabila terjadi
perang antara Indonesia dengan Belanda. Indonesia dengan mengeluarkan
Tri Komando Rakyat pada tanggal 19 Desember 1961, yang berisi:
Gagalkan Negara Papua
Kibarkan Sang Merah Putih di Irian Barat
Siap-siaplah untuk mobilisasi umum.
Atas dasar itu kemudian dibentuklah Komando Mandala Pembebasan
irian Barat di bawah Panglima Mayor Jenderal Soeharto. Situasi ini
menyebabkan pihak Belanda pada tanggal 15 Agustus 1962 bersedia
duduk di meja perundingan, untuk menyelesaikan masalah Irian Barat.
Perundingan ini dikenal dengan sebutan Perjanjian NewYork, yang
isinya berdasarkan prinsip-prinsip usulan duta besar Amerika Serikat
Ellsworth Bunker.
e. Perjuangan Politik Luar Negeri
1) Dasar, Sifat dan Tujuan
Dasar
: UUD 1945
Sifat
: Bebas, aktif, anti imperialisme dan kolonialisme
Tujuan
: a) Mengabdi pada perjuangan untuk kemerdekaan Indonesia
yang penuh
b) Mengabdi pada perjuangan untuk kemerdekaan nasional
dari seluruh bangsa-bangsa di dunia.
c) Mengabdi pada perjuangan untuk membela perdamaian
dunia.
2) Wujud
Realisasi membangun dunia kembali dengan doktrin baru, yang terdiri atas
dua blok, yaitu NEFOS (New Emerging Forces) dan OLDEFOS (Old
Establishhed Forces). Berdasarkan doktrin baru ini Indonesia aktif dalam
gerakan Non-Blok, menggagas CONEFO (Conference of the New
Emerging Forces), pembentukan poros Jakarta-Phom Phen-Hanoi-PekingPyong Yang, pembentukan MAPHILINDO (Malaysia, Philipina,
Indonesia), konfrontasi dengan Malaysia, dan keluar dari PBB pada tanggal
1 Januari 1965.
Masa Pemerintahan Demokrasi Pancasila (Orde Baru)

a. Pengertian Orde Baru


Pengertian Orde Baru yang terpenting adalah suatu orde yang mempunyai
sikap, tekad, mental, dan iktikad baik yang mendalam untuk mengabdi
kepada rakyat, demi kepentingan nasional yang dilandasi oleh falsafah
Pancasila dan UUD 1945.
b. Landasan Orde Baru
Idiil
: Pancasila
Konstitusional
: UUD 1945
Operasional
: Garis-Garis Besar Haluan Negara
c. Maksud, Tujuan dan Sifat Orde Baru
Maksud memurnikan kembali cita-cita perjuangan kemerdekaan yang
dicetuskan pada tahun 1945, dengan meluruskan segala bentuk
penyelewengan terhadap Pancasila dan UUD 1945.
Tujuan untuk mencapai masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.
Sifat realistis dan pragmitis tanpa meninggalkan idealisme, anti
kolonialisme, serta mengutamakan pembangunan nasional dalam segala
bidang.
d. Lahirnya Orde Baru
Lahirnya Orde Baru tidak dapat dilepaskan dari gerakan PKI di Indonesia.
Puncak dari kejadian-kejadian ini adalah timbulnya peristiwa tragedi
nasional Gerakan 30 September 1965 oleh PKI yang berusaha kudeta,
ditandai dengan pembunuhan kejam terhadap para jendral Angkatan Darat
(Jendral Ahmad Yani, dan lain-lain) di Lubang Buaya. Namun hanya
dalam tempo satu hari tepatnya pada tanggal 1 Oktober 1965 usaha kudeta
itu dapat diatasi dan dengan adanya peristiwa itu lahirlah Orde Baru.
e. Perjuangan Penumpasan G-30S
Penumpasan Gerakan 30 September 1965 dapat dilaksanakan dalam waktu
relatif singkat, berkat keyakinan bangsa Indonesia terhadap kebenaran
Ideologi Pancasila. Sebab dengan Pancasila ini seluruh kekuatan bangsa
Indonesia dapat disatupadukan, sehingga pada tanggal 1 Oktober 1965
Gerakan 30 September 1965 dapat dilumpuhkan.
Kemudian para pemuda yang dipelopori KAPPI, KAMI dan Front
Pancasila pada tanggal 12 Januari 1966 mendatangi gedung DPR untuk
mengajukan Tri Tuntutan Rakyat TRITURA yang berisi:
1) Pembubaran PKI
2) Pembersihan kabinet dari unsur-unsur Gerakan 30 September 1965
3) Penurunan harga/perbaikan ekonomi
Akhirnya berdasarkan Surat Perintah 11 Maret 1966 (SUPERSEMAR),
Orde Baru berhasil membubarkan PKI beserta ormas-ormasnya yang
dianggap sebagai sumber kekacauan, dan mengamankan 15 orang
menteri yang mempunyai indikasi gerakan 30 September 1965.
f. Perjuangan Pembangunan Nasional
Perjuangan pembangunan nasional meliputi bidang politik, ekonomi,
sosial, budaya dan hankamnas. Perjuangan pembangunan ini diawali
dengan pembentukan Kabinet Pembangunan I pada tanggal 6 Juni 1968,

yang dikukuhkan dalam ketetapan MPRS No. XII/MPRS/1968 sebagai


Panca Program Kabinet Pembangunan, yaitu:
Menciptakan stabilitas politik dan ekonomi sebagai syarat untuk
berhasilnya pelaksanaan Repelita dan Pemilu
Menyusun/melaksanakan Repelita
Melaksanakan Pemilu sesuai dengan Tap No. XLII/MPRS/1968
Mengikis habis sisa-sisa G-30-S dan setiap perongrongan terhadap
Pancasila dan UUD 1945
Melanjutkan penyempurnaan dan pembersihan secara menyeluruh
aparatur negara dari tingkat pusat sampai daerah yang bermasalah.
Perjuangan pembangunan multi dimensi ini setiap lima tahun sekali
direvisi untuk disesuaikan dengan derap langkah kemajuan zaman, dan
selalu diinformasikan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN)
dengan ketetapan MPR. Atas dasar itu masa periode Orde Baru ada 6
Kabinet Pembangunan yaitu:
Kabinet Pembangunan I (1969-1974)
Kabinet Pembangunan II (1974-1979)
Kabinet Pembangunan III (1979-1984)
Kabinet Pembangunan IV (1984-1989)
Kabinet Pembangunan V (1989-1994)
Kabinet Pembangunan VI (1994-1999)
g. Perjuangan Politik Luar Negeri
1) Landasan
)a Ketetapan MPRS No. XII/MPRS/1966 tentang Penegasan Kembali
)b Landasan Kebijakan Politik Luar Negeri RI
)c Ketetapan MPRS No. XXII/MPRS/1968 tentang Pembaharuan
)d Kebijakan Landasan Ekonomi, keuangan dan Pembangunan
)e Ketetapan MPRS No. XI/MPRS/1968 tentang Tugas Pokok Kabinet
Pembangunan
)f Ketetapan MPRS No. IV/MPRS/1973 tentang GBHN
2) Langkahnya
Tahap awal mengakhiri politik konfrontasi dengan Malaysia dan
Singapura dengan politik bertetangga dan bersahabat baik serta hidup
berdampingan secara damai yang saling menguntungkan. Konfrontasi
dengan malaysia berakhir setelah terjadi persetujuan Bangkok, yaitu
ditandatanganinya persetujuan normalisasi hubungan bilateral
Indonesia-Malaysia pada tanggal 11 Agustus 1966.
h. Perjuangan Timor Timur
Menghadapi hal ini Indonesia menyatakan sikap:
.1 Tidak memiliki ambisi territorial
.2 Menghormati hak rakyat Timor Timur untuk menentukan nasibnya
sendiri
.3 Bila rakyat Timor Timur ingin bergabung ke Indonesia, tidak
mungkin bergabung sebagai negara, tetapi sebagai wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

Untuk itu Indonesia berpendapat bahwa masalah Timor Timur harus


diselesaikan melalui tida alternatif, yaitu:
Timor Timur merdeka di bawah naungan Portugal
Bergabung dengan Indonesia
Merdeka Penuh
Masa Pemerintahan Pasca Orde Baru
a. Masa Reformasi 1998
1) Makna Reformasi
Berdasarkan makna itu, maka suatu gerakan reformasi memiliki kondisi
syarat-syarat, sebagai berikut:
Suatu gerakan reformasi dilakukan karena adanya suatu
penyimpangan
Suatu gerakan reformasi dilakukan harus dengan suatu cita-cita
yang jelas (landasan ideologis) tertentu, dalam hal ini Pancasila
sebagai ideologi bangsa dan Negara Indonesia
Suatu gerakan reformasi dilakukan berdasarkan pada suatu
kerangka struktural tertentu dalam hal ini UUD 1945 sebagai
kerangka acuan reformasi.
Reformasi dilakukan ke arah suatu perubahan kondisi serta
keadaan yang lebih baik
Reformasi dilakukan dengan suatu dasar moral dan etika sebagai
manusia yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, serta terjaminnya
persatuan dan kesatuan bangsa.
2) Latar belakang lahirnya Masa Reformasi
a) Nilai-nilai agama dan budaya tidak dijadikan sumber etika dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara
b) Ideologi Pancasila disalahgunakan oleh rezim penguasa untuk
mempertahankan kekuasaannya
c) Munculnya konflik sosial budaya yang berkepanjangan sebagai akibat
penyelenggaraan pemerintah yang bersifat feodalistik dan paternalistik,
sehingga menimbulkan konflik horizontal yang membahayakan
persatuan dan kesatuan bangsa
d) Hukum telah menjadi alat kekuasaan dan pelaksanaannya
diselewengkan oleh penguasa rezim pemerintah, sehingga
bertentangan dengan prinsip keadilan, yakni persamaan hak warga
negara di depan hukum.
e) Munculnya perilaku kehidupan ekonomi dengan praktik korupsi,
kolusi, dan nepotisme, serta berpihak pada sekelompok ekonomi kuat
(konglomerat).
f) Sistem politik yang otoriter sehingga tidak mampu menyerap aspirasi
dan memperjuangkan kepentingan rakyat.
g) Pemerintahan dan ketidakadilan antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah.

h) Penyalahgunaan kekuasaan karena lemahnya fungsi pengawasan oleh


internal pemerintah dan lembaga perwakilan rakyat, serta terbatasnya
pengawasan oleh masyarakat dan media massa, sehingga transparansi
dan pertanggungjawaban, pemerintah untuk menyelenggarakan
pemerintah yang bersih dan bertanggung jawab tidak dapat terlaksana.
i) Pelaksanaan dwi fungsi ABRI yang telah menyebabkan terjadinya
penyimpangan peran TNI dan POLRI, yaitu disalahgunakan ABRI
sebagai alat kekuasaan rezim pemerintah.
3) Pancasila Dasar Cita-Cita Reformasi
Pancasila sebagai dasar filsafat Negara Indonesia, sebagai pandangan
hidup bangsa Indonesia sesuai dengan tuntutan reformasi harus dijadikan
dasar cita-cita reformasi itu sendiri. Dengan dasar nilai yang jelas maka
suatu gerakan reformasi akan mampu mengatasi segala persoalan
disintegrasi, anarkisme serta brutalisme yang mengarah pada kehancuran
bangsa dan Negara Indonesia.
4) Masa Reformasi 1998-Sekarang
Awal masa reformasi dimulai pada tanggal 20 Mei 1998 dengan
Presiden B.J. Habibie. Pada masa ini arus kebebasan pers dicanangkan,
kebebasan pendirian partai-partai politik, dan penghapusan dwi fungsi
ABRI.
Untuk mewujudkan pelaksanaan sistem demokrasi pemerintah
memulai dengan mengadakan pemilu yang jurdil (jujur dan adil) tahun
1999 dengan jumlah peserta 48 partai politik. Hasil pemilu 1999 ini
dimenangkan oleh PDIP menang (Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan), yang dipimpin oleh Megawati Soekarno Putri. Meskipun
PDIP menang dalam pemilu 1999, namun dalam sidang MPR tahun 1999
yang terpilih sebagai presiden adalah Abdurrahman Wahid (Gus Dur),
sedangkan Megawati Soekarno Putri terpilih sebagai wakil presiden.
Masa pemerintahan Presiden Gus Dur hanya berjalan sampai 2001.
Dalam sidang istimewa tahun 2001 MPR mencabut kekuasaan
Abdurrahman Wahid dan mengangkat Megawati Soekarno Putri sebagai
Presiden RI dengan masa bakti sampai 2004.
Pada masa reformasi UUD45 mengalami amandemen sampai empat
kali, yaitu:
Amendemen pertama, disahkan pada 19 Oktober 1999
Amendemen kedua, disahkan 10 Agustus 2000
Amendemen ketiga, disahkan10 November 2001
Amendemen keempat, disahkan 2002
Dampak dari amendemen ini antara lain terjadinya perubahan dalam
pemerintah yang semula bersifat sentralisasi menjadi desentralisasi
dengan pemberian otonomi yang luas pada daerah, seperti yang
dituangkan dalam UU No. 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah. Selain
itu pada perubahan peran militer, sistem perekonomian nasional, sistem

kepartaian, desakralisasi UUD45, dan kebijakan yang bersifat


partisipatoris.
5) Masa Globalisasi
Globalisasi adalah suatu proses perubahan yang disebabkan oleh
gabungan aktivitas lintas batas antarnegara yang semakin meningkat dan
teknologi informasi yang memungkinkan komunikasi hampir seketika ke
seluruh dunia. Dengan kekuatan teknologi, sistem distribusi informasi
sanggup menembus dinding-dinding geologis, pagar-pagar sosial, filterfilter budaya dan tembok-tembok politik antarbangsa dalam proses
globalisasi akan terjadi mobilitas kehidupan yang tinggi, semakin
mudahnya berpindah dari suatu negara ke negara lain.
Lambang-lambang Persatuan Indonesia
a. Lambang Negara Garuda Indonesia

TUGAS

Pendidikan Pancasila
SEMESTER GENAP

Disusun Oleh :

Aditya Triatama Hajanto (051001400002)

Dosen :

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2015

Você também pode gostar