Você está na página 1de 35

Anatomi Aorta

Aorta adalah pembuluh darah besar (main trunk) dari segenap pembuluh darah cabangnya yang
berfungsi membawa darah teroksigenasi ke berbagai jaringan di tubuh untuk kebutuhan nutrisinya.
Aorta berada sebagai bagian atas dari vebtrikel, dimana diameternya sekitar 3 cm, dan setelah naik
(ascending) untuk jarak yang pendek, ia melengkung (arch) kebelakang dank e sisi kiri, tepat pada
pangkal paru kiri, kemudian turun (descending) dalam thorax pada sisi kiri kolumna vertebralis,
masuk rongga abdomen lewat hiatus diafragmatikus, dan berakhir, dimana diameternya mulai
berkurang (1,75 cm), setingkat dengan vertebra lumbalis ke IV, ia bercabang menjadi arteri iliaca
comunis dekstra dan sinistra. Dari uraian diatas maka aorta dapat dipisahkan menjadi beberapa
bagian: aorta ascenden, arcus aorta, dan aorta descenden yang dibagi lagi menjadi aorta thoracica
dan aorta abdominalis.
Aorta Ascendens (gb. 1)panjangnya sekitar 5 cm, menyusun bagian atas dari basis ventrikel kiri,
setinggi batas bawah kartilago kosta ke III dibelakang kiri pertengahan sternum; ia melintas keatas
secara oblik, kedepan, dan kekanan, searah aksis jantung, setinggi batas atas dari kartilago kosta
ke II. Pada pangkal asalnya, berlawanan dengan segmen valvula aortikus, terdapat tiga dilatasi kecil
disebut sinus aortikus. Saat pertemuan aorta ascenden dengan arcus aorta caliber pembuluh darah
meingkat, karena bulging dinding kanannya. Segmen dilatasi ini disebut bulbus aortikus, dan pada
potongan transversal menunjukkan bentuk yang oval. Aorta ascenden terdapat dalam pericardium.
Batas-batasaorta ascenden dilindungi oleh trunkus arteria pulmonalis dan aurikula dekstra, dan,
lebih tinggi lagi, terpisah dari sternum oleh pericardium, pleura kanan, margo anterior dari pulmo
dekstra, jaringan ikat longgar, dan sisa dari jaringan timus; di posterior ia bersandar pada atrium
sinistra dan arteri pulmonary dekstra. Pada sisi kanan, ia berdekatan dengan vena cava superior
dan atrium dekstra; pada sisi kiri dengan arteri pulmonary.

Gambar 1: Arcus aorta dan cabang-cabangnya

Gambar 2: Skema cabang-cabang arcus aorta

Cabang-cabangsatu-satunya cabang dari aorta ascenden adalah arteria coronaria yang


mensuplai jantung; muncul dekat commencement aorta tepat diatas pangkal valvula semilunaris.
Arcus Aorta (gb. 1)dimulai setinggi batas atas artikulasi sternokostalis ke II pada sisi kanannya,
dan berjalan keatas, kebelakang, dank e kiri di depan trachea; kemudian mengarah ke belakang
pada sisi kiri trachea dan akhirnya turun lewat sisi kiri tubuh pada setinggi vertebra thoracic ke IV,
pada batas bawahnya dan kemudian berlanjut menjadi aorta descenden. Sehingga terbentuk dua
kurvatura: satu dimana ia melengkung keatas, yang kedua dimana ia melengkung kedepan dan
kekiri. Batas atasnya kira-kira 2,5 cm dibawah batas superior manubrium sterni.
Batas-batasarcus aorta dilindungi oleh pleura di anterior dan margo anterior dari pulmo; dan
dengan sisa dari timus. Saat pembuluh melinta ke belakang sisi kirinya bersentuhan dengan pulmo
sinistra dan pleura. Melintas ke bawah pada sisi kiri bagian tersebut pada arcus terdapat 4 nervus:
nervus phrenicus sinistra, cardiacus superior cabang nervus vagus sinistra, cabang nervus
cardiacus superior dari trunkus simpatikus sinistra, dan trunkus vagus sinistra. Saat nervus terakhir
tadi melintasi arcus ia memberikan cabang recurrent, yang melingkar dibawah pembuluh dan
melintas keatas pada sisi kanan. Vena intercostalis melintas oblik keatas dan kedepan pada sisi kiri
arcus, diantara nervus phrenicus dan vagus. Pada sisi kanan terdapat plexus cardiacus profunda,
nervus recurrent sinistra, esophagus, dan ductus thoracicus; trachea berada dibelakang kanan dari
pembuluh. Diatas adalah arteri innominata, carotis comunis sinistra, dan arteri subclavia sinistra,
yang mncul dari lengkungan arcus dan bersilangan berdekatan di pangkalnya dengan vena
innominata sinistra. Dibawah adalah bifurkasio arteri pulmonalis, bronchus sinistra, ligamentum
arteriosum, bagian superfisial dari pleksus cardiacus, dan nervus recurrent sinistra. Ligamentum
arteriosum menghubungkan arteri pulmonary sinistra dengan arcus aorta.
Diantara awal arteri subclavia dan perlekatan ductus arteriosus, lumen aorta bayi sedikit menyempit,
membentuk bangunan yang disebut sebagai isthmus aorticus, yang pada saat diatas ductus
arteriosus pembuluh membentuk dilatasi yang disebut aortic spindle.
Cabang-cabang (gb. 2)arcus aorta mempercabangkan 3 buah pembuluh darah: arteri
innominata, carotis comunis sinistra, dan subclavia sinistra.
Aorta desendendibagi menjadi dua bagian, thoracica dan abdominalis, saat melewati dua rongga
besar tubuh.

Aorta thoracalis (gb. 3)terdapat dalam cavum mediatinum posterior. Dimulai pada batas bawah
dari vertebra thoracic ke IV dimana ia merupakan lanjutan dari arcus aorta, dan berakhir di depan
batas bawah dari vertebra thoracic ke XII pada hiatus aorticus diafragma. Dalam perjalanannya ia
terdapat di sisi kiri kolumna vertebralis; ia mendekati garis tengah saat turun; dan, saat terminasinya
berada tepat didepan kolumna vertebralis.

Gambar 3: Aorta thoracalis, dilihat dari sisi kiri


Batas-batasanterior, dari atas kebawah, berbatasan dengan pangkal pulmo sinistra, pericardium,
esophagus, dan diafragma; posterior, dengan kolumna vertebralis dan vena hemiazigos; sisi kanan,
dengan vena azigos dan ductus thoracicus; sisi kiri, dengan pleurae dan pulmo sinistra.
Cabang-cabangaorta thoracalis mempercabangkan antara lain:

Visceral

Pericardial.

Parietal

Bronchial.

Subcostal.

Esophageal.

SuperiorPhrenic.

Intercostal.

Mediastinal.

Cabang pericardial (rami pericardiaci)terdiri dari beberapa pembuluh kecil yang terdistribusi pada
permukaan posterior pericardium.
Arteri brochialis (aa. bronchiales)bervariasi jumlah, ukuran, dan asalnya. Terdapat aturan baku
bahwa hanya satu arteri bronchialis dekstra yang berasal dari aorta intercostalis pertama, atau dari
arteri bronchialis sinistra superior. Arteri bronchialis sinistra terdapat dua buah, dan berasal dari
aorta thoracalis. Bagian superior arteri bronchialis sinistra muncul berlawanan dengan vertebra
thoracic ke V, bagian inferior terdapat tepat dibawah bronchus sinistra. Tiap-tiap pembuluh berjalan
di bagian belakang masing-masing bronchus, bercabang disepanjang tube bronchus,
memvaskularisasinya. Juga pada jaringan jaringan longgar pulmo, limfonodi bronchialis, dan
esophagus.
Arteri esophageal (aa. sophage)terdapat empat atau lima jumlahnya, berasal dari bagian
depan aorta, dan turun oblik kebawah menuju esophagus, membentuk rantai anastomosis
disepanjang tube, beranastomosis juga dibagian atas dengan cabang esophageal dari arteri
thyroidea inferior dan dibagian bawah dengan arteri phrenica inferior sinistra dan arteri gastrica
inferior.
Cabang mediastinal (rami mediastinales)adalah sejumlah pembuluh kecil yang mensuplai
kelenjar limfe dan jaringan ikat longgar pada mediatinumk posterior.
Arteri intercostalis (aa. intercostales)terdapat sembilan pasang arteri intercostalis aorta. Mereka
berasal dari bagian belakang aorta, arteri intercostalis dekstra lebih panjang dibanding yang sinistra
sesuai dengan posisi aorta yang disebelah kiri vertebra. Tiap arteri dibagi menjadi ramus anterior
dan posterior.
Ramus anteriortiap pembuluhnya ditemani dengan vena dan nervus, yang pertama terdapat
diatas dan yang terakhir terdapat di bawah arteri. Kecuali pada bagian atas dimana nervus terdapat
diatas arteri. Arteri intercostalis aorta yang pertama beranastomosis dengan cabang intercostal dari

truncus costocervicalis. Dua arteri intercostalis bagian bawah berlanjut ke anterior dari spatium
intercostalis ke dinding abdomen, serta beranastomosis dengan arteri subcostalis, epigastrica
superior, dan lumbalis.
Cabang-cabangramus anterior memberi cabang antara lain:

Collateral Intercostal.

Lateral Cutaneous.

Muscular.

Mammary.

Cabang intercostalis collateraleberasal dari arteri intercostalis dengan sudut costae, dan turun
ke batas atas costae dibawahnya. Ia juga beranastomosis dengan cabang intercostal dari arteri
mammaria interna.
Cabang muscularismemvaskularisasi m. Intercostalis, Pectoralis, dan Serratus anterior.
Cabang cutaneus lateralismenemani cabang cutaneus lateralis dari nervus thoracicus.
Ramus posteriorberjalan kebelakang pada ruangan yang dibatasi bagian atas dan bawah oleh
leher dan costae, medial oleh corpus vertebrae, lateral oleh ligtamentum costotransversalis anterior.
Ia memberi cabang spinalis yang ,masuk kedalam canalis vertebralis lewat foramen intervertebralis
dan mensuplai medulla spinalis beserta membrannya dan vertebra. Kemudian perjalanannya
berlanjut melewati processus transversus bersama dengan divisi posterior nervus thoracicus
mensuplai otot punggung dan cabang cutaneus mensuplai kulit punggung.
Arteri subcostalisdiberi nama demikian karena ia berada dibawah costae terakhir. Menyusun
pasangan terbawah cabang yang berasal dari aorta thoracica serta susunan terakhir dari arteri
intercostalis. Masing-masingnya melintasi batas bawah dari costae ke XII dibelakang ginjal dan
didepan m. Quadratus lumborum, ditemani dengan nervus thoracicus ke XII, kemudian bergabung
dengan aponeurosis posterior dari m. Transversus abdominis, dan melintas didepan otot tersebut
dan m. Obliquus internus, beranastomosis dengan arteri epigastrica superior, intercostalis inferior,
dan lumbalis. Tiap arteri subcostalis memberi cabang posterior yang mirip distribusinya dengan
ramus posterior arteri intercostalis.

Cabang phrenicus superiormerupakan pembuluh kecil yang berasal dari bagian bawah aorta
thoracica; terdistribusi ke bagian posterior dari permukaan atas diafragma, dan beranastomosis
dengan arteri musculophrenicus dan pericardiophrenicus.
Aorta abdominalis (gb. 4)dimulai pada hiatus aortikus diafragma, didepan batas bawah dari
korpus vertebrae thoracic terakhir, dan, turun didepan kolumna vertebralis, berakhir pada korpus
vertebra lumbalis ke IV, sedikit kekiri dari garis tengah tubuh, kemudian terbagi menjadi dua arteri
iliaca comunis. Aorta semakin berkurang ukurannya dengan semakin banyak ia mempercabangkan
pembuluh darah.

Gambar 4: Aorta abdominalis dan cabang-cabangnya

Batas-batasaorta abdominalis dibatasi, anterior, oleh omentum minus dan gaster, dibelakang
cabang dari arteri celiaca dan plexus celiaca; dibawah vena lienalis, pankreas, vena ranalis sinistra,
bagian inferior dari duodenum, pleksus mesenterium dan pleksus aortikus. Posterior, dipisahkan dari
vertebrae lumbalis dan fibrokartilago intervertebrae oleh ligamentum longitudinalis anterior dan vena
lumbalis sinistra. Pada sisi kanan terdapat vena azygos, cisterna chyli, ductus thoraksikus, crus
dekstra diafragma yang memisahkan aorta dari bagian atas vena cava inferior dan dari ganglion
celiaca dekstra; vena cava inferior bersentuhan dengan aorta dibawahnya. Pada sisi kiri adalah crus
sinistra diafragma, ganglion celiaca sinistra,bagian ascending dari duodenumdan sedikit bagian
intestinum.
Cabang-cabangdapat dibagi menjadi tiga kelompok: viseral, parietal, dan terminal.

Visceral Branches.

Parietal Branches.

Celiac.

Inferior Phrenics.

Superior Mesenteric.

Lumbars.

Inferior Mesenteric.

Middle Sacral.

Middle Suprarenals.

Renals.

Internal Spermatics.

Terminal Branches.

Ovarian (in the female).

Common Iliacs.

Dari cabang viseral, arteri celiaca dan arteri mesenterika superior dan inferior tidak berpasangan,
sementara arteri suprarenalis, renalis, spermatica interna, dan ovarian adalah berpasangan. Dari

cabang parietal, arteri phrenica inferior dan lumbalis adalah berpasangan; arteri sacralis media tidak
berpasangan. Cabang terminal berpasangan.
Arteri celiaca (a. cliaca; celiac axis) (gb. 5)mempercabangkan tiga cabang besar, arteri gastrica
sinistra, hepatica, dan splenica, juga terkadang arteri phrenica inferior.

Gambar 5: Arteri celiaca dan cabang-cabangnya


Arteri mesenterika superior (gb. 6)mempercabangkan arteri pancreaticoduodenalis inferior,
intestinalis, ileocolica, colica dekstra.

Gambar 6: Arteri mesenterika superior dan cabang-cabangnya


Arteri mesenterika inferior (gb. 7)mempercabangkan arteri colica sinistra, sigmoidea, dan
hemorrhoidalis superior.

Gambar 7: Arteri mesenterika inferior dan cabang-cabangnya


Arteri suprarenalis media (aa. suprarenales media; middle capsular arteries; suprarenal arteries)
adalah dua pembuluh darah kecil yang muncul dari kedua sisi aorta, berlawanan dengan arteri
mesenterika superior. Melewati bagian lateral dan sedikit keatas, melintasi crura diafragmatika, ke
glandula suprarenalis, dimana kemudian beranastomosis dengan cabang suprarenal dari arteri
phrenica inferior dan arteri renalis.
Arteri renalis (aa. renales) (gb. 4)adalah dua pembuluh besar, yang muncul dari tiap sisi aorta,
tepat dibawah arteri mesenterika superior. Tiap-tiapnya melintasi crus diafragma, sehinga
membentuk sudut hampir tegak lurus dengan aorta. Sisi kanan lebih panjang daripada sisi kiri; sisi

kiri lebih tinggi daripada sisi kanan. Sebelum mencapai hilus renalis, tiap arteri bercabang menjadi
empat atau lima cabang kecil. Tiap arteri juga mempercabangkan suprarenalis superior.
Arteri spermatica internus (aa. Spermatic intern; spermatic arteries) (gb. 4)terdistribusi ke
testis. Adalah dua arteri yang panjang berasal dari aorta bagian depan sedikit dibawah arteri renalis.
Tiap-tiapnya melintas turun oblik dan lateral dibelakang peritoneum, bersandar pada m. Psoas
major. Tiap-tiapnya menyilang oblik diatas ureter dan bagian bawah arteri iliaca eksternus untuk
mencapai anulus inguinalis, kemudian melewatinya dan merupakan salah satu penyusun corda
spermatica disepanjang canalis inguinalis menuju skrotum. Ia memvaskularisasi ductus deferens,
epididimys, bagian belakang tunica albuginea, testis, ureter, dan m. Cremaster.
Arteri ovaria (aa. Ovaric)adalah arteri pada wanita yang serupa dengan arteri spermatica
internus pada pria, memvaskularisasi ovarium. Asal dan jalurnya sama dengan arteri spermatica
interna.
Arteri phrenica inferior (aa. Phrenic inferiores) (gb. 4)adalah dua pembuluh darah kecil yang
memvaskularisasi diafragma. Ia dapat berasal terpisah dari bagian depan aorta, terkadang salah
satunya berasal dari aorta dan yang lain dari arteri renalis; tetapi jarang muncul terpisah dari aorta.
Mendekati bagian belakang tendo central diafragma tiap pembuluh terbagi menjadi cabang medial
dan lateral. Cabang medial melintas kedepan dan beranastomosis dengan sesamanya disisi yang
berlawanan, dan dengan arteri musculophrenicus dan pericardiophrenicus. Cabang lateral melintas
pada sisi thorax, dan beranastomosis dengan arteri intercostalis bawah, dan dengan arteri
musculophrenicus, ia juga memberi cabang ke vena cava inferior dan esophagus. Tiap-tiap
pembuluh subcostal memberi cabang suprarenalis superior menuju kelenjar suprarenal. Spleen dan
liver juga menerima beberapa cabangnya.
Arteri lumbalis (aa. Lumbales)merupakan satu seri denga arteri intercostalsi. Mereka biasanya
berjumlah empat pada tiap sisi, dan berasaldari bagian belakang aorta, berlawanan dengan vertebra
lumbalis ke IV. Kadang juga terdapa tpasangan ke V yang berukuran kecil yang berasal dari arteri
sacralis media. Mereka beranastomosis dengan arteri intercostalis inferior, subcostalis, iliolumbalis,
iliaca circumflexi profunda, dan epigastrica inferior.
Cabang-cabangpada sela antara processus transversus tiap arteri lumbalis mepercabangkan
ramus posterior yang terdistribusi ke otot dan kulit punggung, ia kemudian menjadi cabang spinal
yang memasuki canalis vertebralis dan terdistribusi sama dengan cabang spinal ramus posterior

arteri intercostalis. Cabang muscular dibentuk dari tiap arteri lumbalis dan dari ramus posterior dari
otot tetangganya.
Arteri sacralis media (a. Sacralis media) (gb. 8)adalah pembuluh kecil, yang muncul dari
belakang aorta, sedikit diatas bifurcatio. Ia turun pada garis tengah didepan vertebra lumbalis ke IV
dan V, sacrum dan coccyx, dan berakhir pada glomus coccygeum (coccygeal gland). Dari situ ia
melintas ke permukaan belakang rectum.

Gambar 8: Arteri pada pelvis


Definisi

Aneurisma: Kata aneurisma berasal dari bahasa yunani aneurysma berarti pelebaran. Aneurisma
adalah keadaan dimana pembuluh darah menjadi membesar secara abnormal atau mengembang
(over-inflated) seperti balon yang menonjol keluar. Pelebaran yang terjadi adalah lokal dan lebih dari
50% diameter pembuluh darah. Aneurisma sering terjadi pada arteri di basis otak (circulus Willisi)
dan di aorta. Aneurisma adalah keadaan yang berbahaya karena dapat ruptur dan menyebabkan
kematian kapan saja.
Lapisan arteri yang kontak langsung dengan darah adalah tunica intima, sering disebut intima.
Lapisan ini dibentuk terutama oleh sel endothelial. Berdekatan dengan lapisan ini adalah tunica
media, disebut juga lapisan media terutama dibentuk oleh sel otot polos dan and jaringan elastik.
Lapisan paling luar disebut tunica adventitia atau adventitia, tersusun oleh jaringan ikat (gb. 9).

Gambar 9: Histologi aorta (kanan: perbesaran lemah; kiri: perbesaran kuat)


Aneurisma aorta: adalah aneurisma yang melibatkan aorta. Seperti yang telah diuraikan diatas
bahwa aorta adalah pembuluh darah besar utama yang berasal dari jantung yang mensuplai darah
ke abdomen, pelvis, dan tungkai bawah. Aorta disebut sebagai aorta thoracica saat ia meninggalkan
jantung, ascenden, melengkung (arcus), dan descenden lewat rongga thorak hingga mencapai
diafragma (pemisah antara rongga thorak dan abdomen), aorta mulai disebut sebagai aorta
abdominalis setelah ia melewati diafragma dam berlanjut turun ke abdomen yang terpisah menjadi
dua arteri iliaca yang turun ke tungkai bawah. Aorta dapat mengalami aneurisma, dan biasanya
terjadi pada abdomen dibawah ginjal (abdominal aneurysm), tetapi dapat juga terjadi di rongga
thorak (thoracic aneurysm). Hal tersebut dapat terjadi jika dinding aorta menjadi lemah karena

deposit lemak (plak) pada atherosclerosis. Aneurisma juga dapat terjadi sebagai penyakit yang
diturunkan seperti Marfan syndrome.
Beberapa lokasi yang sering terjadi aneurisma antara lain:
- Aorta (abdominal aortic aneurysm dan thoracic aortic aneurysm) (gb. 10)
- Otak (cerebral aneurysm) (gb. 10)
- Tungkai bawah (popliteal artery aneurysm)
- Usus (mesenteric artery aneurysm)
- Splenic artery aneurysm

Gambar 10: Aneurisma aorta abdominalis dan Berry aneurisma pada sirkulus Willisi
Klasifikasi
Aneurisma dapat digolongkan berdasarkan bentuknya: sakular atau fusiform (gb. 11). Sakular
aneurisma menyerupai kantong (sack) kecil; fusiform aneurisma menyerupai kumparan.
Aneurisma juga dapat digolongkan kedalam dua kelompok true aneurysms dan false aneurysms.
True aneurysm melibatkan pelebaran semua 3 lapis dinding pembuluh darah, intima, media, dan
adventitia. True aneurysms dapat karena malformasi kongenital, infeksi, atau hypertension. False
aneurysm, juga disebut sebagai pseudoaneurysm, melibatkan pelebaran hanya adventitia saja.

Pseudoaneurysms dapat karena trauma melibatkan intima pembuluh darah dan sebagai komplikasi
prosedur arteri percutaneous.

Gambar 11: Aneurisma sakular dan fusiform


Etiologi
Aneurisma dapat terjadi sebagai kelainan kongenital atau akuisita. Penyebab pasti penyakit ini
belum diketahui, defek pada beberapa komponen dari dinding arteri dapat bertanggung jawab
terdapat faktor risiko untuk terjadinya aneurisma aorta meliputi tekanan darah yang tinggi, kadar
kolesterol yang tinggi, diabetes, perokok tembakau, alkoholism, dan insomnia. dan obesitas.
Penyebab yang paling banyak dari aneurisma aorta adalah pengerasan dari arteri disebut
arteriosclerosis. Sekitar 80% dari aneurisma aorta adalah dari arteriosclerosis. Arteriosclerosis dapat
melemahkan dinding aorta dan tekanan darah yang dipompakan melewati aorta menyebabkan
ekspansi pada area yang lemah. Kehamilan sering dihubungkan dengan pembentukan dan rupture
dari aneurisma arteri splenica.
Faktor risiko aneurisma aorta antara lain:
- Perokok sigaret tidak hanya meningkatkan risiko pembentukan aneurisma aorta abdominalis,
risiko terjadinya rupture aneurisma juga sering terjadi pada perokok aktif.
- Tekanan darah tinggi
- Kadar kolesterol serum yang tinggi
- Diabetes mellitus
- Genetik adanya tendensi familial dalam terjadinya aneurisma. Cenderung menderita aneurisma
pada usia muda dan punya tendensi yang besar untuk menderita rupture aneurisma daripada

individu tanpa riwayat keluarga. Terdapat juga keadaan penyakit genetic dari jaringan ikat yang
jarang terjadi seperti Ehlers-Danlos syndrome dan Marfan's syndrome.
- Post-traumatik: setelah trauma fisik pada aorta.
- Arteritis: seperti pada Takayasu disease, giant cell arteritis, and relapsing polychondritis.
- Infeksi mycotic (fungal) yang dapat berasosiasi dengan immunodeficiency, penggunaan obat IV,
operasi katub jantung.
Rupture dan jendalan darah adalah risiko yang dapat terjadi dengan aneurisma. Rupture dapat
menyebabkan penurunan tekanan darah, takikardi, dan sakit kepala. Risiko kematian adalah tinggi
kecuali rupture yang terjadi di ekstremitas. Jendalan darah dari aneurisma arteri popliteal dapat
terbawa ikut aliran darah dan menggangu jaringan. Jendalan dari aneurisma vena popliteal lebih
serius karena dapat menyebabkan emboli dan terbawa sampai jantung, atau dari jantung ke paru
(emboli pulmonal).
Aneurisma aorta abdominalis dapat terjadi pada siapa saja, tetapi lebih sering terlihat pada individu
lebih dari 50 tahun dengan satu atau lebih faktor risiko. Semakin besar ukuran aneurisma semakin
mudah untuk rupture.
Aneurisma aorta thoracica dapat terjadi pada aorta ascenden (25%), arcus aorta (25%), atau aorta
descenden (50%).
Lokasi (gb. 12)
Aneurisma dapat terjadi dimana saja terdapat pembuluh darah, meskipun paling sering terjadi pada
arteri tetapi dapat juga pada vena (misal: aneurisma vena popliteal). Sebagian besar aneurisma non
intracranial (95%) muncul pada distal arteri renalis di aorta abdominalis infrarenal. Aorta thoracica
juga dapat terkena. Salah satu yang paling sering dari aneurisma aorta thoracica meliputi pelebaran
aorta proksimal dan pangkal aorta, yang dapat menyebabkan insufisiensi aorta. Aneurisma dapat
terjadi pada tungkai, terutama pembuluh darah dalam (vasa popliteal pada lutut). Kebanyakan
aneurisma muncul terisolasi, aneurisma berry pada anterior communicating artery dari circulus
Willisi berasosiasi dengan autosomal dominant polycystic kidney disease (ADPKD). Tahap ketiga

dari syphilis juga bermanifestasi aneurisma aorta, dimana terjadi kehilangan vasa vasorum di tunica
adventitia.

Gambar 12: Beberapa lokasi aneurisma


Patogenesis (gb. 13)
Aorta manusia adalah sirkuit yang relatif rendah tahanan untuk peredaran darah. Ekstremitas bawah
memiliki tahanan arteri yang terbesar, dan trauma yang berulang sebagai cerminan gelombang
arterial pada distal aorta dapat mencederai dinding aorta dan menyebabkan degenerasi aneurisma.
Hipertensi sistemik juga dapat mencederai, dan mempercepat ekspansi aneurisma.

Secara hemodinamik, keadaan dilatasi aneurisma dan peningkatan stress dinding sesuai dengan
hukum Laplace. Spesifiknya, hukum Laplace menyatakan bahwa tekanan dinding proporsional
terhadap tekanan dikali radius dari arterial (T = P x R). Peningkatan diameter, diikuti dengan
peningkatan tekanan dinding, sebagai respon terhadap peningkatan diameter. Meningkatnya
tekanan, maka meningkat pula risiko ruptur. Peningkatan tekanan (hipertensi sistemik) dan
meningkatnya ukuran aneurisma memicu tekanan pada dinding dan lebih lanjut meningkatkan risiko
ruptur.
Patogenesis dari pembentukan aneurisma aorta abdominalis belum dimengerti secara baik.
Aneurisma aorta abdominalis dikarakteristikkan dengan destruksi elastin dan kolagen pada tunica
media dan adventitia, ilangnya sel otot polos tunica media dengan penipisan dinding pembuluh, dan
infiltrat limfosit dan makrofag transmural. Atherosclerosis adalah gambaran utama yang mendasari
aneurisma. Bagaimanapun juga kurang disetujui jika menyebutkan atherosclerosis menyebabkan
aneurisma sebagai penyakit primer pada intima sementara pementukan aneurisma terutama
melibatkan tunica media dan adventitia. National Heart, Lung, and Blood Institute Request for
Applications (HL-99-007) mengajukan judul "Pathogenesis of Abdominal Aortic Aneurysms" dan
diidentifikasi 4 mekanisme yang relevan dengan pembentukan aneurisma aorta abdominalis 1)
degradasi proteolitik dari dinding jaringan ikat aorta, 2) inflamasi dan respon imun, 3) stress biokimia
pada dinding, dan 4) molecular genetics.
Degradasi proteolitik dari dinding jaringan ikat aortapembentukan aneurisma melibatkan
proses komplek dari destruksi tunica media aorta dan jaringan penyokongnya lewat degradasi
elastin dan kolagen. Pada model in vivo dari pembentukan aneurisma aorta abdominalis, meliputi
aplikasi calcium chloride dan perfusi elastase intraluminal, telah digunakan untuk meningkatkan
peran berbagai protease selama pembentukan aneurisma. Model tersebut, sebaik yang telah
dipelajari juga pada jaringan aorta manusia, menunjukkan bahwa berbagai matrix metalloproteinase
proteinases (MMPs), berasal dari makrofag dan sel otot polos aorta, memainkan peran terintegrasi
dalam pembentukan aneurisma. Disolusi kolagen intersisial mengikuti ekspresi dari collagenase
MMP-1 dan MMP-13 pada aneurisma aorta abdominalis manusia. Elastase MMP-2 (gelatinase A),
MMP-7 (matrilysin), MMP-9 (gelatinase B), dan MMP-12 (elastase makrofag) juga meningkat pada
jaringan aneurisma aorta. MMP-12, diekspresikan tinggi pada aneurisma aorta abdominalis manusia
dan dapat berperan penting dalam inisiasi aneurisma. Sebagai tambahan, tingginya kadar MMP-2,
ditemukan pada aneurisma aorta yang kecil, menunjukkan peran MMP-2 pada pembentukan awal
aorta. Terakhir elastase MMP-9 yang dapat diinduksi meningkat pada jaringan aorta, juga pada

serum pasien aneurisma. Selama pembentukan aneurisma, keseimbangan remodeling dinding


pembuluh antara MMPs dan inhibitornya yaitu Tissue Inhibitors of Metalloproteinases (TIMPs),
menentukan degradasi elastin dan kolagen. Lebih lanjut mekanisme biologis yang menginisiasi
proteolitik enzim pada aorta belum diketahui.
Inflamasi dan respon imngambaran histologi yang menonjol dari aneurisma aorta abdominalis
adalah infiltrasi transmural oleh makrofag dan limfosit. Dihipotesiskan bahwa sel ini secara simultan
melepaskan kaskade sitokin yang menghasilkan aktivasi berbagai protease. Pemicu untuk influk dan
migrasi leukosit belum diketahui, tetapi paparan produk degradasi elastin pada dinding aorta dapat
berperan sebagai primary chemotactic attractant untuk infiltrasi makrofag. Konsep bahwa
pembentukan aneurisma adalah respon autoimun didukung oleh infiltrat ekstensif dari limfosit dan
monosit, juga deposisi imunogobulin G yang reaktif terhadap matriks protein ekstraselular pada
dinding aorta. Tunica adventicia tampaknya adalah area utama yag menjadi tempat infiltrasi leukosit
dan aktivasi inisial MMP. Sitokin dari makrofag dan limfosit meningkat pada dinding aneurisma aorta,
meliputi IL-1, TFN-a, IL-6, IL-8, MCP-1, IFN-g, dan GM-CSF. Sitokin inflamatori ini, bersama
dengan plasminogen aktivator, menginduksi ekspresi dan aktivasi dari MMPs dan TIMPs.
Stress biokimia pada dindingletak terbanyak infrarenal untuk pembentukan aneurisma aorta
abdominalis menunjukkan perbedaan potensial pada struktur aorta, biologi dan stress disepanjang
aorta. Peningkatan shear dan tension pada dinding aorta menghasilkan remodeling kolagen. Lebih
lanjut, penurunan rasio elastin terhadap kolagen dari proksimal ke distal aorta dapat relevan secara
klinis semenjak penurunan elastin berhubungan dengan dilatasi aorta, sementara degradasi kolagen
adalah predisposisi untuk ruptur. Saat aneurisma terbentuk, maka peningkatan stress dinding
adalah penting dalam percepatan dilatasi dan peningkatan risiko ruptur. -blockers berperan untuk
mengurangi stress dinding dan telah diperkirakan berperan protektif untuk dilatasi aneurisma dan
ruptur pada model binatang.
Molekular genetikfamilial cluster dan subtype HLA menunjukkan baik peran genetik dan
imunologis dalam patognesis aneurisma. Yang terbaru, tidak ada polimorfisme gen tunggal
atau defek yang dapat diidentifikasi sebagai denominator yang paling sering untuk
aneurisma aorta abdominalis. Beberapa fenotip telah ditemukan berhubungan dengan
pembentukan aneurisma aorta abdominalis. Sebagai contoh, Hp-2-1 fenotip haptoglobin dan
defisiensi a1-antitrypsin berasosiasi dengan pembentukan aneurisma. Sebagai tambahan, adanya

penurunan frekuensi aneurisma pada pasien dengan Rh-negative blood group dan penngkatan
frekuensi pada pasien dengan MN atau Kell-positive blood groups.
Mekanisme gabungankombinasi dari faktor multipel meliputi stress hemodinamik lokal,
fragmentasi tunica media, dan presdiposisi genetik, lewat mekanisme imunologi yang tidak diketahui
sepertinya menstimulasi sel-sel inflamasi kedalam dinding aorta. Sel inflamasi kemudian
melepaskan chemokine dan sitokin menghasilkan influk lebih lanjut dari leukosit dengan ekspresi
dan aktivasi protease, terutama MMPs. Protease ini menghasilkan degradasi tunica media dan
dilatasi aneurisma. Peningkatan stress dinding kemudian melanjutkan proses proteolisis dan
progresifitas dilatasi aneurisma dengan ruptur aorta jika tidak ditangani dengan tepat.

Gambar 13: Skema patogenesis aneurisma aorta


Gejala dan Tanda
Aneurisma terbentuk secara perlahan selama beberapa tahun dan sering tanpa gejala. Jika
aneurisma mengembang secara cepat, maka terjadi robekan (ruptur aneurisma), atau kebocoran
darah disepanjang dinding pembuluh darah ( aortic dissection), gejala dapat muncul tiba-tiba.
Aneurisma aorta abdominalis
Aneurisma asimptomatikaneurisma ini biasanya ditemukan saat pemeriksaan fisik rutin dengan
dideteksinya pulsasi aorta yang prominen. Lebih sering aneurisma asimptomatik ditemukan sebagai
penemuan insidental saat pemeriksaan USG abdomen atau CT scan. Denyut perifer biasanya
normal, tetapi penyakit arteri oklusif pada renal atau ekstremitas bawah sering ditemukan pada 25%

kasus. Aneurisma arteri popliteal terdapat pada 15% kasus pasien dengan aneurisma aorta
abdominalis.
Aneurisma simptomatiknyeri midabdominal atau punggung bawah atau keduanya dan adanya
pulsasi aorta prominen dapat mengindikasikan pertumbuhan aneurisma yang cepat, ruptur, atau
aneurisma aorta inflamatorik. Aneurisma inflamatorik terhitung kurang dari 5% dari aneurisma aorta
dan dikarakteristikkan dengan inflamasi ekstensif periaortic dan retroperitoneal dengan sebab yang
belum diketahui. Pada pasien ini terdapat demam ringan, peningkatan laju endap darah, dan riwayat
infeksi saluran pernapasan atas yang baru saja; pasien sering sebagai perokok aktif. Infeksi
aneurisma aorta (baik dikarenakan oleh emboli septik atau kolonisasi bakteri aorta normal dari
aneurisma yang ada) sangat jarang terjadi tetapi harus diperkirakan pada pasien dengan aneurisma
sakular atau aneurisma yang bersamaan dengan fever of unknown origin.
Ruptur aneurismapasien dengan ruptur menderita nyeri hebat pada punggung, abdomen, dan
flank serta hipotensi. Ruptur posterior terbatas pada retroperitoneal dengan prognosis yang lebih
baik daripda ruptur anterior ke rongga peritoneum. 90% meninggal sebelum tiba di rumah sakit.
Satu-satunya kesempatan untuk menolong adalah perbaikan bedah emergensi.
Gejala ruptur antara lain:
- Sensasi pulsasi di abdomen
- Nyeri abdomen yang berat, tiba-tiba, persisten, atau konstan. Nyeri dapat menjalar ke
selangkangan, pantat, atau tungkai bawah.
- Abdominal rigidity
- Nyeri pada punggung bawah yang berat, tiba-tiba, persisten, atau konstan, dapat menjalar ke
selangkangan, pantat, atau tungkai bawah
- Anxietas
- Nausea dan vomiting
- Kulit pucat

- Shock
- Massa abdomen
Aneurisma aorta thoracica
Manifestasi klinisnya tergantung dari besarnya ukuran, posisi aneurisma, dan kecepatan
tumbuhnya. Sebagian besar adalah asimptomatik dan ditemukan dalam prosedur diagnostik untuk
keadaan lain. Beberapa pasien mengeluh nyeri substernal, punggung, atau leher. Yang lainnya
menderita dispneu, stridor, atau batuk akibat penekanan pada trakhea, disphagia akibat penekanan
pada esophagus, hoarseness akibat penekanan pada nervus laryngeus recurrent sinistra, atau
edema leher dan lengan akibat penekanan pada vena cava superior. Regurgitasi aorta karena
distorsi anulus valvula aortikus dapat terjadi dengan aneurisma aorta ascenden.
Pemeriksaan Penunjang
- Ultrasound (gb. 14adalah pemeriksaan skrining pilihan dan bernilai juga untuk mengikuti
perkembangan aneurisma pada pasien dengan aneurisma yang kecil (<5 cm). Biasanya aneurisma
membesar 10% diameter per tahunnya; sehingga USG abdomen direkomendasikan untuk
aneurisma yang lebih besar 3,5 cm.

Gambar 14: USG abdomen pada aneurisma aorta


- CT scan (gb. 15)tidak hanya tepat dalam menentukan ukuran aneurisma tetrapi juga
menentukan hubungan terhadap arteria renalis.

Gambar 15: CT scan abdomen pada aneurisma aorta


- Angiography aorta (aortography) (gb. 16)diindikasikan sebelum repair aneurisma arterial
oclusive disease pada viseral dan ekstremitas bawah atau saat repair endograft akan dilakukan.

Gambar 16: Aortography aorta abdominalis pada aneurisma aorta


Terapi
Aneurisma aorta abdominalis
Terapi aneurisma secara tradisional adalah intervensi bedah atau observasi (watchful waiting)
dengan kombinasi pengawasan tekanan darah. Sekarang, endovascular atau teknik invasif minimal
telah dikembangkan untuk berbagai tipe aneurisma.
Jika aneurisma berukuran kecil dan tidak ada gejala (misalnya aneurisma yang ditemukan saat
pemeriksan kesehatan rutin), maka direkomendasikan pemeriksaan kesehatan periodik saja,
meliputi pemeriksaan ultrasonik tiap tahunnya, untuk memantau apakah aneurisma menjadi besar.

Aneurisma yang menyebabkan gejala membutuhkan tindakan bedah untuk mencegah komplikasi.
Operasi direkomendasikan untuk pasien dengan aneurisma yang lebih dari 5 cm diameternya dan
aneurisma yan meningkat ukurannya secara cepat. Tujuan tindakan bedah adalah melaksanakan
operasi sebelum komplikasi terjadi.
Ada dua pendekatan tindakan bedah. Secara tradisional adalah membuka abdomen (gb. 18).
Pembuluh darah yang abnormal digantikan oleh graft yang dibuat dari material sintetis, seperti
Dacron (gb. 17). Pendekatan lain disebut endovascular repair (gb. 19). Tube tipis disebut catheters
dimasukkan lewat arteri ke inguinal. Tube ini memungkingkan graft diletakkan tanpa membuat
potongan besar di abdomen dan penyembuhan dapat lebih cepat.
Aneurisma aorta thoracica
Indikasi untuk pembedahan meliputi adanya gejala, ekspansi cepat, atau ukuran yang lebih besar
dari 5 cm. Risiko operasi dari kondisi komorbid harus dipertimbangkan jika merekomendasikan
repair aneurisma yang asimtomatik. Morbiditas dan mortalitas tinggi dibandingkan dengan
aneurisma aorta abdominal. Insisi aneurisma thoracoabdominal berasosiasi dengan risiko tinggi
komplikasi pulmonal dan manajemen nyeri postoperatif yang lebih ekstensif. Adanya nervus
laryngeus recurrent, nervus phrenicus, dan arteria subklavia membuat trauma terhadap bangunan
tersebut menjadi mungkin. Arteria radicularis major (artery of Adamkiewicz) muncul dari arteri
intercostalis antara T8 dan L1 dan sebagai arteri medulla spinalis yang dominan pada 80% pasien,
menunjukkan adanya risiko paraplegi selama repair aneurisma thoracica. Repair endovascular dari
aneurisma aorta thoracica mengurangi risiko kardiopulmonal, tetapi lokasi aneurisma yang sulit
dapat menggantikan repair endovascular dengan metode terkini. Penelitian terbaru
mengembangkan branched stent graft untuk perbaikan dari aneurisma arkus dan thorakoabdominal.

Gambar 17: Graft sintetis

Gambar 18: Open surgical repair pada aneurisma aorta abdominalis

Gambar 19: Endovascular graft pada aneurisma aorta abdominalis


Aneurisma perifer
Untuk aneurisma aorta dan aneurisma yang terjadi pada pembuluh darah yang mensuplai darah ke
lengan, kaki, dan kepala (peripheral vessels), pembedahan meliputi penempatan bagian yang
melebar dengan tube artifisial (graft). Kini, metallic stents atau coated metallic stent grafts telah
dikembangkan dan dapat dimasukkan lewat arteri di kaki.
Komplikasi
- Aortic rupture
- Hypovolemic shock
- Arterial embolism
- Kidney failure
- Heart attack

- Stroke
- Aortic dissection
Diagnosis Banding
Aneurisma aorta thoracica
Keadaan penyebab nyeri dada dapat dijadikan diagnosis banding, antara lain:

Penyebab

Penyakit

Inflamasi

Esophagitis
Perikarditis

Obstruksi

Penyakit Paru Obstruktif Kronis

Iskemia

Infark miokard akut

Hemoragi

Diseksi aorta

Trauma

Hemothorak masif
Pneumothorak
Fraktur costae

Aneurisma aorta abdominalis


Keadaan penyebab akut abdomen dapat dijadikan diagnosis banding, antara lain:

Penyebab

Penyakit

Inflamasi

Perforasi ulkus peptik


Perforasi usus tifus
Pankreatitis akut
Kolesistitis akut
Peritonitis

Obstruksi

Hernia inkarserata
Volvulus
Nephrolitiasis, Ureterolitiasis (kolik ureter)
Kholelitiasis (kolik bilier)

Iskemia

Hernia strangulata
Volvulus

Hemoragi

Kehamilan ektopik

Trauma

Ruptur organ (perdarahan gunjal, limpa atau hati)


Perforasi organ berongga

Prognosis
outcome biasanya baik jika perbaikan dilakukan oleh ahli bedah yang berpengalaman sebelum
ruptur. Kurang dari 50% dari pasien bertahan dari ruptur aneurisma abdominal. Mortalitas setelah
open elective atau endovascular repair adalah 1-5%. Pada umumnya pasien dengan aneurisma

aorta yang lebih besar dari 5 cm mempunyai kemungkinan tiga kali lebih besar untuk meninggal
sebagai konsekuensi dari ruptur dibandingkan dari reseksi bedah. Survival rate 5 tahun setelah
tindakan bedah adalah 60-80%. 5-10% pasien akan mengalami pembentukan aneurisma lainnya
berdekatan dengan graft.
Prevensi
Aktivitas fisik yang cukup, konsumsi yang baik dan cukup, hindari merokok.
KESIMPULAN
- Aorta adalah pembuluh darah besar dari segenap pembuluh darah cabangnya yang berfungsi
membawa darah teroksigenasi ke berbagai jaringan untuk kebutuhan nutrisinya.
- Kata aneurisma berasal dari bahasa yunani aneurysma berarti pelebaran. Aneurisma adalah
keadaan dimana pembuluh darah menjadi membesar secara abnormal
- Aneurisma aorta adalah aneurisma yang melibatkan aorta.
- Aorta dipisahkan menjadi: aorta ascenden, arcus aorta, dan aorta descenden yang dibagi lagi
menjadi aorta thoracica dan aorta abdominalis.
- Aneurisma dapat digolongkan berdasarkan bentuknya: sakular atau fusiform. Dapat juga
digolongkan kedalam dua kelompok true aneurysms dan false aneurysms.
- Aneurisma dapat terjadi sebagai kelainan kongenital atau akuisita. Penyebab pastinya belum
diketahui.
- Faktor risiko meliputi tekanan darah tinggi, kadar kolesterol tinggi, diabetes, perokok
tembakau,alkoholism, insomnia, dan obesitas.
- Aneurisma dapat terjadi dimana terdapat pembuluh darah, paling sering terjadi pada arteri tetapi
dapat juga pada vena. Beberapa lokasi antara lain pada: aorta, otak, tungkai bawah, usus, spleen.
- Patogenesis aneurisma belum diketahui pasti tetapi telah diidentifikasi 4 mekanisme: 1) degradasi
proteolitik dari dinding jaringan ikat aorta, 2) inflamasi dan respon imun, 3) stress biokimia pada
dinding, dan 4) molecular genetik.

- Aneurisma yang terbentuk perlahan dalam beberapa tahun sering tanpa gejala. Jika aneurisma
mengembang cepat, maka terjadi ruptur aneurisma, atau aortic dissection.
- Gejala aneurisma aorta abdominal: nyeri midabdominal atau punggung bawah atau keduanya dan
adanya pulsasi aorta prominen.
- Gejala aneurisma aota thoracica: nyeri substernal, punggung, atau leher, dispneu, stridor, batuk,
disphagia, hoarseness, atau edema leher dan lengan.
- Pemeriksaan penunjang: abdominal ultrasound, CT scan abdomen, angiography aorta.
- Terapi aneurisma adalah intervensi bedah atau observasi.
- Aneurisma kecil dan tidak bergejala direkomendasikan pemeriksaan kesehatan periodik.
- Aneurisma bergejala perlu tindakan bedah. Direkomendasikan untuk aneurisma > 5 cm diameter
dan aneurisma yang meningkat ukurannya secara cepat. Tujuan tindakan bedah adalah mencegah
terjadinya komplikasi.
- Komplikasi: aortic rupture, hypovolemic shock, arterial embolism, kidney failure, heart
attack,stroke, aortic dissection.
- Penyebab nyeri dada dapat dijadikan diagnosis banding, antara lain: esophagitis, perikarditis,
Penyakit Paru Obstruktif Kronis, infark miokard akut, diseksi aorta, hemothorak masif,
pneumothorak, fraktur costae.
- Penyebab akut abdomen dapat dijadikan diagnosis banding, antara lain: perforasi ulkus peptik,
perforasi usus tifus, pankreatitis akut, kolesistitis akut, peritonitis hernia inkarserata, volvulus,
nephrolitiasis, ureterolitiasis (kolik ureter), kholelitiasis (kolik bilier) dll.
- Prognosis biasanya baik jika perbaikan dilakukan oleh ahli bedah yang berpengalaman sebelum
ruptur.
- Aktivitas fisik yang cukup, konsumsi yang baik dan cukup, hindari merokok dapat mencegah
timbulnya aneurisma.
DAFTAR PUSTAKA

1. Beers. M.H., Fletcher. A.J., Jones. T.V., Chapter 35: Aneurysms and Aortic Dissection
inThe Merck Manual of Medical Information, 2nd ed. USA, Merck & Co., Inc, 2003. 204-208.
2. Clason. A., Wilson. RG., Peripheral Vascular Disease in Mc Latchie. GR., Leaper.
DJ.,Oxford Handbook of Clinical Surgery, 2nd ed. New Delhi, Oxford University Press, 2002.
308-310.
3. Messina. L. M., Pak. L. K., Tierney. L. M., Chapter 12: Arterial Aneurysm in Current Medical
Diagnosis and Treatment, 44th ed. USA, The McGraww-Hill Companies, Inc, 2005. 428-431.
4. Sjamsuhidajat. R., de Jong. W., Bab 22 Jantung, Pembuluh Arteri, Vena, dan Limfe:
Aneurisma dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, ed. 1. Jakarta, EGC, 1997.
5. www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001122.htm
6. www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001119.htm
7. www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000162.htm
8. http://en.wikipedia.org/wiki/Aneurysm
9. www.bartleby.com
Diposting oleh Admin Pada 22:16:00 0 Comments

Você também pode gostar