Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
HIPEREMIS GRAVIDARUM
Disusun untuk memenuhi tugas Blok Sistem Reproduksi
Oleh:
Irfan Marsuq Wahyu R.
135070201111002
135070201111003
135070201111004
135070201111005
Wahyuni
135070201111006
Ratna Juwita
135070201111007
Zahirotul Ilmi
135070201111008
135070201111009
135070201111019
135070201111020
KELOMPOK 5 REGULER
Peningkatan
hormon
progesteron
lambung
melambat.
Refleks
esofagus,
penurunan
Stress
menggunakan
adrenalin
dalam
tubuh
untuk
detak
jantung.
Adrenalin
juga
menambah
pembentukan
(Human
Chorionic
Gonadotrophin)
adalah
hormone
yang
dihasilkan selama kehamilan, yang dapat dideteksi dari darah atau air
seni wanita hamil sesudah kurang lebih 10 hari sesudah pembuahan.
HCG ini dapat menstimulasi terjadinya mual dan muntah pada ibu
hamil.
b. Teori Metabolik
Teori metabolik menyatakan bahwa kekurangan vitamin B6 dapat
mengakibatkan mual dan muntah pada kehamilan.
c. Teori Alergi
Adanya histamin sebagai pemicu dari mual dan muntah mendukung
ditegakkannya teori alergi sebagai etiologi hiperemesis gravidarum.
Mual dan muntah berlebihan juga dapat terjadi pada ibu hamil yang
sangat sensitif terhadap sekresi dari korpus luteum.
d. Teori Infeksi
Hasil penelitian menemukan adanya hubungan
Helicobacter
sehingga
pykori
dijadikan
dengan
dasar
terjadinya
antara
hiperemesis
dikemukakannya
teori
infeksi
gravidarum,
infeksi
sebagai
pendapatan
menyebabkan
terjadinya
perasaan
berduka,
Dari
seluruh
kehamilan
yang
terjadi
di
Amerika
Serikat
0,3-2%
minggu,
puncaknya
pada
usia
pada
terhadap
wanita
hamil.
J.
Fitzgerald
(1938-1953)
melakukan
merupakan
faktor
risiko
dalam
sirkulasi darah.
Terjadi peningkatan yang mencolok atau belum beradaptasi
dengan kenaikan human chorionic gonadothropin.
Faktor konsentrasi human chorionic gonadothropin yang tinggi:
- Primigravida lebih sering dari multigravida
- Semakin meningkat pada mola hidatidosa, hamil ganda,
dan hidramnion.
Faktor
gizi/anemia
meningkatkan
terjadinya
hiperemis
gravidarum.
6. MANIFESTASI KLINIS HIPEREMIS GRAVIDARUM
Secara umum manifestasi klinis hiperemesis gravidarum adalah Muntah
yang hebat, Haus, Dehidrasi, BB menurun (>1/10 normal), Keadaan umum
menurun,
Peningkatan
suhu
tubuh,
Ikterik,
Gangguan
kesadaran
denyut nadi sekitar 100 kali permenit, tekanan darah sistolik menurun,
turgor kulit berkurang, lidah mengering dan mata cekung.
b. Sedang
Pasien terlihat lebih lemah dan apatis, turgor kulit berkurang, lidah
mengering dan tampak kotor, denyut nadi lemah dan cepat, suhu akan
naik dan mata sedikit ikteris, berat badan turun dan mata cekung, tensi
turun, hemokonsetrasi, oliguria(volume buang air kecil sedikit) dan
konstipasi(sulit buang air besar). Bau aseton dapat tercium dari nafas
dan dapat pula ditemukan dalam urin.
c. Berat
Keadaan umum tampak lebih parah, muntah berhenti, penurunan
kesadaran, bisa somnolen sampai koma. Nadi lemah dan cepat,
tekanan darah menurun dan suhu meningkat. Komplikasi pada susunan
saraf yang fatal dapat terjadi, dikenal dengan ensefalopati wernicke,
dengan gejala nistagmus, diplopia dan perubahan mental. Keadaan
tersebut diakibatkan oleh kekurangan zat makanan, terutama vitamin
B1 dan B2.
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK HIPEREMIS GRAVIDARUM
Untuk menetapkan kejadian hiperemis gravidarum tidaklah sukar,
yaitu dengan menentukan kehamilan dan adanya muntah berlebihan yang
sampai menimbulkan gangguan aktivitas hidup sehari-hari dan dehidrasi.
Muntah yang terus-menerus tanpa pengobatan dapat menimbulkan
gangguan tumbuh kembang janin dalam rahim dengan manifestasi
klinisnya. Oleh karena itu, hiperemis gravidarum berkelanjutan harus
dicegah dan harus diobati secara adekuat. Kemungkinan penyakit lain
yang menyertai kehamilan harus dipikirkan dan berkonsultasi dengan
dokter tentang penyakit hati, penyakit ginjal, dan penyakit tukak lambung.
Pemeriksaan
laboratorium
dapat
membedakan
tiga
kemungkinan
dapat
pylori,
masing-masing
memiliki
kelebihan,
kekurangan
dan
dan
pengangkutan.
PCR
juga
sedang
dievaluasi
adalah
bahwa
relatif
sedikit
laboratorium
yang
memiliki
luas. Akan tetapi, test ini dibatasi oleh kemungkinan hasil positif palsu,
dimana terjadi penurunan aktivitas urease yang disebabkan konsumsi
antibiotik yang masih baru, senyawa bismuth, inhibitor pompa proton
atau sucralfate atau oleh reflux empedu, bisa turut andil atas hasil
positif palsu ini.
Metode non invasif:
a. Urea Breath Test
Urea Breath Test/Test Napas Urea mengandalkan aktivitas urease H.
pylori untuk mendeteksi keberadaan infeksi aktif. Dalam test ini, pasien
yang diduga mengidap infeksi diberi urea berlabel-14C atau urea
berlabel-13C. Urea berlabel-14C atau 13C memiliki kelebihan bersifat
nonradioaktif dan karenanya lebih aman untuk anak-anak dan wanita
setelah
melahirkan.
Urea
Breath
Test
memiliki
sensitivitas
dan
(IRIS)
untuk
mendeteksi
adanya
H.
pylori.
Prosedur
bahwa
terdapat
hubungan
antara
hiperemesis
infeksi
H.
pylori
memperbaiki
klinis
hiperemesis
gravidarum.
c. Stool Antigen Test
H. pylori Stool Antigen (HpSA)/Pengujian antigen tinja merupakan
metodologi yang relatif baru yang menggunakan enzyme immunoassay
untuk mendeteksi keberadaan antigen H. pylori di dalam spesimen
tinja. Biaya cukup efektif dan cara yang handal dalam mendiagnosa
infeksi aktif dan menegaskan kesembuhan. Pengujian ini mempunyai
sensitivitas dan spesifisitas yang sebanding dengan sensitivitas dan
spesifisitas test non invasif lainnya. Stool Antigen Test memiliki
sensitivitas dan spesifisitas lebih dari 90%. (Prawihardjo,2002)
8. PENATALAKSANAAN MEDIS HIPEREMIS GRAVIDARUM
Menurut Manuaba (2010) penatalaksanaan yang dilakukan pada ibu hamil
dengan hiperemesis gravidarum adalah:
a. Memberikan penjelasan tentang kehamilan dan persalinan sebagai
suatu proses yang fisiologis.
b. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah
merupakan gejala fisiologis pada kehamilan muda dan akan hilang
setelah kehamilan 4 bulan.
c. Menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam
jumlah kecil tetapi sering.
d. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari
tempat tidur, terlebih dahulu makan roti kering atau biscuit dengan teh
hangat.
e.
f.
g.
h.
i.
disiklomin
hidrokhonae
atau
khlorpromasin.
Penanganan
Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan
peredaran udara yang baik. Catat cairan yang keluar dan masuk
hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar
penderita sampai muntah berhenti dan penderita mau makan. Tidak
dapat
diperlukan
pertimbangan
untuk
melakukan
gugur
penglihatan).
Gangguan faal (hati dalam bentuk ikterus, ginjal dalam bentuk
kemunduran
Diet
Menurut
Runiari
(2010)
tiga
macam
diet
pada
hiperemesis
gravidarum yaitu:
- Diet hiperemesis I
Diet ini diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan hanya
terdiri dari roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar
atau rebus, dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama
dengan makanan tetapi 1-2 jam setelahnya. Karena pada diet
ini zat gizi yang terkandung didalamnya kurang, maka tidak
-
diberikan
secara
bertahap
dan
dimulai
dengan
TRIGGER
Seorang perempuan berusia 23 tahun datang ke IGD RS Kasih Bunda diantar oleh
suaminya. Klien datang pada hari senin pukul 11 siang. Klien mengeluh mual
muntah yang terus-menerus sejak 2 hari yang lalu namun masih bisa
mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang ringan seperti menyapu dan mencuci
piring. Klien mengeluh mual muntah semakin sering dan pusing sejak tadi pagi
sehingga suami klien membawa klien ke RS. Usia kehamilan klien 13 minggu dan
saat ini merupakan kehamilan yang pertama. Klien mengatakan tidak nafsu
makan. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan tekanan darah 90/60 mmHg, nadi
89x/menit, RR 22x/menit, suhu aksila 37,2 0 C, bising usus 22x/menit dan terdapat
nyeri epigastrum. Bibir klien kering, konjungtiva pucat, turgor kulit menurun dan
kondisi lemah. Berat badan saat ini 46 kg, berat badan sebelumnya 48 kg, tinggi
badan
150
cm.
Klien
mengatakan
khawatir
dengan
kondisi
janin
yang
DAFTAR PUSTAKA
S,
Wiknjosastro
Jakarta;
H.
Yayasan
Hiperemesis
Bina
Pustaka
Gravidarum.
Sarwono
Dalam:
Prawirohardjo;