Você está na página 1de 16

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny. M.

A DENGAN
DIAGNOSA MEDIS POST OP KISTA OVARIUM
DI RUANG PERAWATAN MERAH DELIMA
RSUD H. DAMANHURI
BARABAI
Disusun oleh :
Nama : Liana Avita
NIM : 10024
AKADEMI KEPERAWATAN MURAKATA BARABAI
KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH
TAHUN AKADEMIK 2010/2011
LAPORAN PENDAHULUAN
KISTA OVARIUM
I. PENGERTIAN
Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang abnormal atau berlebihan pada ovarium yang
membentuk seperti kantong.
II. ETIOLOGI
Tumor jinak yang tersembunyi atau tidak terdektesi.
Infeksi saat koitus.
Belum diketahui secara jelas menurut penelitian sering disebabkan oleh makanan seperti
makanan yang mengandung pengawet, penyedap (MSG) atau pewarna.
III. PEMBAGIAN KISTA OVARIUM
Berdasarkan lokasi :
a. Kista bebas (pedunculata)
Gerakan bebas
Batas jelas
b. Kista Infraliganetair
Letaknya antara 2 ligamen latum
Gerakan terbatas
Tampak pembuluh-pembuluh darah bersilangan satu sama lain
c. Kista Pseudointraliganetair
Letak diluar ligamen latum
Gerakan terbatas karena perlengketan (infeksi, metafase)
Gambaran pembuluh darah biasa
Pada neoplasma sesungguhnya kista ditemukan, bahkan akan bertambah besar pada wanita muda
dapat berlangsung 2-3 bulan, tetapi pada wanita lebih tua, waktu observasi lebih pendek. Bila

ditemukan kista yang besar atau tumor yang solid, bila disertai keluhan atau tidak sebaiknya si
wanita diberi nasehat untuk operasi.
IV. TANDA DAN GEJALA
a. Faktor Pertumbuhan
Kista atau tumor jinak tumbuh secara tersembunyi dan sering tidak dapat terdeteksi selama
beberapa tahun, tidak menyebabkan nyeri, tetapi jika membesar dapat menimbulkan rasa tidak
enak, jarang menimbulkan gangguan menstruasi.
b. Faktor Hormon
Akibat perubahan hormon biasanya tidak ada yang bersifat khas terhadap siklus haid tidak ada
pengaruh yang jelas kadang-kadang terjadi hypamennorhea bila kedua aktivitas itu membesar,
hal ini disebabkan rusaknya kedua jaringan ovarium. Bila tumor agak membesar terasa sakit dan
perasaan berat, seringkali adanya tumor diketahui oleh penderita sendiri, yang merasa adanya
benjolan di bawah perut.
c. Komplikasi
Adapun komplikasi terhadap kista tersebut adalah :
Torsi
Karena torsi berlebihan, kista dapat terlepas sama sekali, torsi kadang-kadang disertai rasa nyeri
yang hebat dan terus-menerus. Tetapi kadang-kadang nyeri itu hanya sebentar. Bila torsi terjadi
pada ovarium kanan, gejalanya dapat berupa apendensitis akut.
Ruptur dari kista
Hal ini jarang terjadi tetapi dapat terjadi secara spontan atau oleh karena trauma. Pada keduaduanya disertai gejala sakit enek dan muntah-muntah. Tumor yang tadinya jelas batas-batasnya
sukar ditemukan.
Sappusari dari kista
Peradangan kista dapat terjadi setelah torsi atau dapat pula berdiri sendiri, yaitu secara
hematogen dan limfogen. Gejala-gejalanya seperti pada peradangan biasa yaitu sakit, nyeri
tekan, perut tegang, demam dan leukositosis.
Perubahan keganasan
Pada jenis mucinosum kemungkinan terjadi keganasan lebih kecil dibandingkan dengan jenis
scrosum. Yang pertama kemungkinan itu berkisar antara 5-10%. Pada jenis cystedenoma
scrosum, perbedaan histologis yang benigna dan maligna sukar ditentukan.
V. PATOFISIOLOGI
Tumor ovarium mempunyai arti obstetri yang lebih penting. Tidak ada dalam tubuh wanita yang
lebih banyak tumbuh tumor selain dari ovarium. Tumor ini dapat berupa kista, padat, kecil besar,
memberikan pengaruh hormon, bisa pula jinak dan ganas. Yang sering dijumpai adalah kista
ovari, kista dermoid. Kista ovari dapat menjadi besar sekali disebut kista ovari permagna.
Pengaruh terhadap kehamilan dan persalinan:
1. Tumor yang besar dapat menghambat pertumbuhan janin sehingga menyebabkan abortus,

partum prematus.
2. Tumor yang bertangkai, karena pembesaran uterus atau pengecilan uterus setelah partus,
terjadi torsi dan menyebabkan rasa nyeri, nekrosis, dan infeksi yang disebut abdomen akut.
3. Dapat menyebabkan kelainan-kelainan letak janin.
4. Tumor kistik dapat pecah karena trauma luar atau trauma persalinan.
5. Tumor besar dan belokasi dibawah dapat menghalangi persalinan.
POHON MASALAH
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Doengoes, 2000; 743-744, meliputi :
a. Pap Smear
Displasia seluler menunjukan kemungkinan atau adanya kanker.
b. Ultra Sound atau CT Scan
Membantu mengidentifikasi ukuran lokasi atau massa.
c. Laperastropi
Untuk melihat tumor, pendarahan.
d. Tes schiller
Berguna dalam identifkasi sel abnormal.
e. Hitung darah lengkap
Penurunan HB dapat berguna menunjukkan anemia kronis.Sementara penurunan HT menduga
kehilangan darah aktif,peningkatan SDP dapat mengidentifikasi proses inflasi atau infeksi.
VII. PENATALAKSANAAN MEDIS
Satu-satunya pengobatan neoplasma dari ovarium adalah operasi.Bila tumor ovari disertai gejalagejala akut,misalnya torsi maka tindakan operasi harus dilakukan pada waktu itu juga.Bila
ditemukan kista yang tidak lebih besar dari sebuah jeruk dan tidak disertai keluhan,maka
sebaiknya jangan dilakukan operasi.
Tetapi bila pertumbuhan pappilomanya sudah luas,apalagi bila disertai dengan infiltrasi ke
jaringan sekitarnya,tindakan yang paling aman ialah melakukan porasi yang radikal,bila wanita
berusia lebih dari 40 tahun jalan yang sebaiknya ialah mengadakan hysterektomy dan salpingioophorektomy bilateral walaupun tidak ada tanda-tanda ke arah keganasan.
VIII. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
Pre Operasi
a. Nyeri perut berhubungan dengan massa tumor diperut bawah.
Intervensi : 1. Kaji adanya nyeri pada abdomen bawah.
Mengetahui lokasi nyeri yang dialami klien.
2. Berikan posisi yang nyaman sesuai kenyamanan klien.
Mengurai rasa nyeri.
b. Cemas berhubungan dengan kurang informasi tindakan operasi.

Intervensi : 1. Monitor TTV.


Mengetahui keadaan umum klien.
2. Beri informasi tentang tindakan pre operasi & post operasi.
Mengurangi rasa cemas klien.
c. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan ketidakmampuan mempunyai anak.
Intervensi : 1. Berikan waktu untuk mendengarkan masalah klien.
Membantu memecahkan masalah klien.
2. Kaji stress emosi klien.
Mengetahui tingkat emosi klien.
3. Perhatikan perilaku menarik diri.
Mengetahui tanda-tanda depresi.
Intra Operasi
a. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif atau pembedahan.
Intervensi : 1. Tetapkan pada fasilitas kontrol infeksi, sterilisasi dan prosedur atau kebijakan
aseptik.
Tetapkan mekanisme yang dirancang untuk mencegah infeksi.
2. Keseterilan semua peralatan.
Mendokumentasikan alat-alat steril.
b. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan prosedur invasif atau pembedahan.
Intervensi : 1. Lepaskan gigi palsu atau kawat gigi sesuai protocol pra operasi.
Benda asing dalam tubuh dapat teraspirasi selama intubasi/ ekstubasi selama endotrakea.
2. Pemahaman klien pada meja operasi dengan sabuk pengaman sesuai kebutuhan, menjelaskan
perlunya restrein.
Klien yang mengalami sedasi atau tidak sadar mungkin menjadi sensitif atau mengamuk.
3. Siapkan peralatan dan bantalan untuk posisi yang dibutuhkan.
Mencegah atau melindungi bagian tubuh yang menonjol.
Post Operasi
a. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan alat akibat operasi pada perut.
Intervensi : 1. Kaji TTV.
Mengetahui perkembangan klien.
2. Atur posisi senyaman mungkin.
Mengurangi rasa nyeri.
3. Anjurkan teknik relaksasi.
Mengurangi rasa nyeri.
4. Kaji skala nyeri.
Mengetahui tingkatan nyeri.
5. Kolaborasi dalam pemberian analgetik.
Analgetik dapat memblok reseptor nyeri pada susunan saraf pusat.
b. Gangguan aktivitas berhubungan dengan nyeri luka operasi.
Intervensi : 1. Observasi sejauh mana klien bisa melakukan aktivitas.

Mengetahui aktivitas yang dapat dilakukan klien.


2. Libatkan keluarga dalam tindakan-tindakan keperawatan.
Membantu aktivitas atau kebutuhan klien.
3 Bantu klien memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Bantu sesuai dengan tingkat ketergantungan klien.
4. Jelaskan pentingnya beraktivitas bagi klien.
Klien tahu pentingnya beraktivitas.
5. Kaji skala aktivitas.
Mengetahui perkembangan aktivitas klien.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan inflamasi jaringan post operasi.
Intervensi : 1. Pantau TTV.
Mengetahui keadaan umum klien.
2. Inspeksi balutan & tanda-tanda infeksi.
Untuk mengetahui apakah terjadi infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Bari Safaruddin. 1997. Ilmu Kandungan Bagian C. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwah Prawiroharjo.
Corbin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi Buku kedua Kedokteran. Jakarta : EGC.
Doenges, Marylin er al. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC.
Jones Dorek Lawelya. 2001. Dasar-dasar Obseteri dan Genokoloci Edisi 6. Jakarta : Hipokratis.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny. M.A DENGAN
DIAGNOSA MEDIS POST OP KISTA OVARIUM
DI RUANG PERAWATAN MERAH DELIMA
RSUD H. DAMANHURI BARABAI
Tanggal masuk : 13 Agustus 2011 Jam masuk : 08.45 WITA
Ruang / kelas : Merah Delima / 2 Kamar No : 1
Tanggal Pengkajian : 15 Agustus 2011 Jam : 10.00 WITA
A. IDENTITAS
1. Nama Pasien : Ny. M.A Nama Suami : Tn. D.L
2. Umur : 45 tahun Umur : 49 tahun
3. Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
4. Agama : Islam Agama : Islam
5. Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
6. Pekerjaan : PNS Pekerjaan : PNS
7. Alamat : Sawang, Tapin Alamat : Sawang, Tapin
8. Status : Kawin

B. ALASAN KESEHATAN SAAT INI


1. A. Alasan Kunjungan Ke Rumah Sakit
Klien mengatakan bahwa sudah lama ada benjolan di perutnya, tetapi klien tidak merasa apa-apa.
Klien berhenti menstruasi mulai bulan Februari, awalnya klien mengira bahwa beliau sedang
hamil, tetapi ternyata setelah diperiksa terdapat kista di rahim klien. Oleh karena itu klien
disarankan oleh dokter yang memeriksa klien untuk masuk ke RSUD H. Damanhuri Barabai
untuk mendapat pengobatan. Akhirnya pada tanggal 13 Agustus 2011 jam 08.45 WITA klien
masuk RSUD H. Damanhuri Barabai, dan klien dioperasi di RSUD H. Damanhuri Barabai pada
tanggal 13 Agustus 2011 jam 08.32 WITA untuk pengangkatan kista klien. Dan operasinya
selesai jam 10.32 WITA, lama operasinya 1 jam.
B. Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri karena bekas jahitan post operasi.
2. Timbulnya Keluhan
Secara bertahap.
3. Faktor Yang Memperberat
Nyeri akan bertambah apabila klien bergerak.
4. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi nyeri yaitu dengan membatasi gerakan klien.
5. Diagnosa Medis : Post op kista ovarium hari ke 2
C. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Menstruasi
Menarche : Umur 13 tahun, siklus teratur
Banyaknya : 2-3 per hari, lamanya seminngu
HPHT : 15 Februari 2011
Keluhan : Nyeri bila haid dating
GPA : P3A0
TP :
b. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang lalu
Anak ke kehamilan persalinan Komplikasi nifas anak
No umur Umur penyulit jenis penolong penyulit laserasi infeksi perdarahan jenis BB PB
1. 17 tahun Cukup bulan Partus normal bidan 3400 gram
2. 12 tahun Cukup bulan Partus normal bidan 3500 gram
3. 8 tahun Cukup bulan Partus normal bidan 3400 gram
c. Genogram
Keterangan :
: Laki-laki : Kawin

: Perempuan : Tinggal serumah


: Klien : Meninggal
2. Riwayat Keluarga Berencana
Klien menggunakan KB, jenis KB yang digunakan yaitu jenis pil dan suntikan. Klien mulai
menggunakan KB sejak klien menikah dan tidak ada masalah yang terjadi selama klien memakai
KB.
3. Riwayat Kesehatan
Klien sebelumnya tidak pernah mengalami penyakit yang berat, hanya pilek dan batuk dan cara
mengobatinya dengan cara membeli obat di warung-warung sekitar rumah. Dan dikeluarga klien
tidak ada yang mengalami dan menderita penyakit menular seperti AIDS dan Hepatitis, tetapi ibu
dari klien menderita penyakit keturunan yaitu Hipertensi.
4. Riwayat Lingkungan
Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang cukup bersih dan aman untuk
kesehatan klien dan keluarganya.
5. Aspek Psikososial
Persepsi klien tentang keluhan dan penyakit yang dideritanya yaitu klien memandang bahwa ini
merupakan proses perubahan suatu kehidupan yang menimbulkan perubahan terhadap kehidupan
sehari-hari, yaitu klien tidak akan bisa hamil lagi karena rahimnya sudah diangkat untuk
mengeluarkan kista dalam rahimnya saat operasi. Harapan klien adalah bahwa klien bisa menjadi
orang tua yang baik bagi anak-anaknya ke depan. Klien tinggal bersama suami dan anakanaknya. Orang yang terpenting bagi klien adalah keluarganya, sikap keluarga terhadap keadaan
seperti ini adalah menerima dengan penuh kesabaran dan menganggap bahwa ini adalah jalan
takdir dari Allah SWT.
6. Kebutuhan Dasar Khusus
a. Pola Nutrisi
Di rumah : Klien makan 3 kali sehari dengan menu beragam. Klien tidak mempunyai alergi atau
pantangan terhadap makanan. Nafsu makan klien baik, minum 5-6 gelas per hari.
Di RS : Klien mengatakan bahwa beliau selama di RS baru makan 1 kali pada hari ini, porsinya
pun cumin sedikit sekitar 5-4 sendok, alasannya karena beliau kurang nafsu makan.
b. Pola Eliminasi
Di rumah : Klien BAK 5-6 kali sehari warna kuning jernih dengan bau pesing, tidak ada keluhan
saat BAK. BAB 1-2 kali sehari berbau khas dan konsistensi padat.
Di RS : Klien BAK dengan menggunakan kateter dengan banyaknya per hari 1 kantong (2500
liter) warna kuning jernih. BAB 1 kali sehari dengan konsistensi padat.
c. Pola Personal hygiene
Di rumah : Klien mandi 2 kali sehari menggunakan sabun, gosok gigi 2 kali sehari (pagi dan

malam), keramas 2 kali seminggu dengan sampo.


Di RS : Klien hanya diseka oleh keluarganya.
d. Pola Aktivitas dan Istirahat
Di rumah : Klien sebagai PNS yaitu menjadi seorang guru di sebuah Sekolah Dasar. Beliau
pulang dari mengajar pada pukul 13.00 WITA. Kegiatan yang dilakukan klien pada waktu luang
adalah menonton TV bersama keluarga, kadang-kadang juga mengobrol dengan tetangga.
Di RS : Aktivitas klien terbatas, skala aktivitas 2 (dibantu oleh orang lain) dan klien lebih sering
berbaring di tempat tidur.
Keterangan : 0 : mandiri
1 : butuh bantuan sedikit
2 : dibantu orang lain
3 : dibantu alat dan orang lain
4 : bantuan total
e. Pola Kebiasaan Yang Mempengaruhi Kesehatan
Klien tidak merokok, minum-minuman keras dan ketergantungan obat.
7. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : lemah Kesadaran : Composmentis
TD : 120/80 mmHg N : 85 kali/menit
RR : 20 kali/menit T : 36,5 oC
BB : 47 Kg TB : 157 cm
a. Kepala
Bentuk dan ukuran simetris, posisi dan gerakan anatomis, tidak ada benjolan, perdarahan
maupun peradangan pada kulit kepala. Kebersihan kepala cukup bersih.
b. Mata
Bentuk simetris, fungsi penglihatan baik dengan visus 6/6, konjungtiva tidak anemis, skelera
tidak ikterik, tidak terdapat peradangan ataupun perdarahan, kebersihan baik, tidak menggunakan
alat bantu penglihatan (kacamata).
c. Hidung
Bentuk simetris, tidak terdapat perdarahan, peradangan maupun secret, fungsi penciuman baik
ditandai dengan klien bisa membedakan bau minyak kayu putih dan bau alkohol, tidak terdapat
polip dan kebersihan baik.
d. Mulut dan tenggorokan
Bentuk bibir simetris, mukosa bibir kering, tidak terdapat kelainan pada mulut, gigi klien cukup
bersih dan tidak ada kesulitan menelan.
e. Dada dan Axilla
Mamae tampak besar, areola berwarna hitam kecoklatan dan papilla mamae muncul dan tidak
mengeluarkan air susu.
f. Pernapasan
Jalan napas tidak ada sumbatan, tidak ada bunyi napas tambahan dan otot-otot bantu napas.

g. Sirkulasi Jantung
Gerakan dada simetris, kecepatan denyut nadi 85 kali/menit dan klien tidak mengeluh sakit dada.
h. Abdomen
Mengecil dan terdapat luka bekas operasi sepanjang 13 cm dengan 12 jahitan, kontraksi usus
baik (klien sudah flatus).
i. Genitourinary
Perineum baik, tidak ada keluhan, tidak ada pendarahan pervagina, terpasang kateter sejak klien
operasi, kantong kateter tampak terisi urine 500 cc.
j. Ekstremitas (Integumen/Muskuloskeletal)
Turgor kulit baik, kembali dalam 2 detik, kulit bersih, tidak terdapat kontraktur pada persendian
ekstremitas, warna kulit sawo matang. Tidak terdapat kekakuan otot saat pengkajian.
8. Data Penunjang
1. Laboratorium
2. USG
3. Terapi yang didapat (tanggal 14 Agustus 2011)
Asam Tranexat 3 x 1
Alinamin 3 x 1 (multivitamin)
Antrain 3 x 1 (analgetik)
Neurobion drif/inf (vitamin B komp)
Dulcolax 1 kali (suppositoria)
D. ANALISA DATA
No. Hari/tanggal/
jam Data Subjektif dan Objektif Etiologi Masalah Paraf
1. Senin,
15 Agustus 2011
10.00 WITA DS :
Klien mengatakan bahwa dia merasa nyeri pada luka di perutnya.
P : Klien merasa nyeri karena adanya luka post operasi.
Q : Klien mengatakan nyerinya seperti berdenyut-denyut.
R : Klien merasakan nyeri di perutnya.
S : Skala nyeri yang dialami klien adalah 2 (sedang).
0 : Tidak nyeri
1: Nyeri ringan
2 : Nyeri sedang
3: Nyeri berat
4: Nyeri tak tertahankan
T : nyerinya sejak 2 hari yang lalu setelah dilakukan operasi dan nyerinya kadang-kadang
muncul.
DO :

KU masih lemah.
Klien masih terlihat meringis kesakitan ketika bergerak.
Skala nyeri 2 (sedang).
TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 85 kali/menit
T : 36,5 oC
R : 20 kali/menit Kerusakan jaringan akibat operasi pada perut Nyeri
2. Senin,
15 Agustus 2011
10.00 WITA DS :
Klien mengatakan bahwa dia belum bisa banyak bergerak.
DO :
Klien lebih banyak berada di tempat tidur.
Jika mau beraktivitas dibantu oleh keluarganya.
Skala aktivitas 2 (dibantu orang lain). Nyeri luka operasi Gangguan aktivitas
E. DAFTAR MASALAH
No Hari/tanggal/
jam Diagnosa Keperawatan Tanggal muncul Tanggal teratasi Paraf
1. Senin,
15 Agustus 2011
10.05 WITA Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan akibat operasi pada perut.
DS :
Klien mengatakan bahwa dia merasa nyeri pada luka di perutnya.
P : Klien merasa nyeri karena adanya luka post operasi.
Q : Klien mengatakan nyerinya seperti berdenyut-denyut.
R : Klien merasakan nyeri di perutnya.
S : Skala nyeri yang dialami klien adalah 2 (sedang).
0 : Tidak nyeri
1: Nyeri ringan
2 : Nyeri sedang
3: Nyeri berat
4: Nyeri tak tertahankan
T : nyerinya sejak 2 hari yang lalu setelah dilakukan operasi dan nyerinya kadang-kadang
muncul
DO :
KU masih lemah.
Klien masih terlihat meringis kesakitan ketika bergerak.
Skala nyeri 2 (sedang).
TTV

TD : 120/80 mmHg
N : 85 kali/menit
T : 36,5 oC
R : 20 kali/menit 15-8-2011 16-8-2011
2. Senin,
15 Agustus 2011
10.05 WITA Gangguan aktivitas berhubungan dengan nyeri luka operasi.
DS :
Klien mengatakan bahwa dia belum bisa banyak bergerak.
DO :
Klien lebih banyak berada di tempat tidur.
Jika mau beraktivitas dibantu oleh keluarganya.
Skala aktivitas 2 (dibantu orang lain. 15-8-2011 16-8-2011
F. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Hari/tgl/jam Dx.Kep Tujuan Intervensi Rasional Paraf
1. Senin,
15 Agustus 2011
10.10 WITA Nyeri klien dapat teratasi dengan kriteria :
Klien tidak meringis kesakitan lagi.
Nyeri klien berkurang atau hilang.
Skala nyeri 1-0
KU baik 1. Kaji TTV
2. Atur posisi senyaman mungkin.
3. Anjurkan teknik relaksasi.
4. Kaji skala nyeri.
5. Kolaborasi dalam pemberian analgetik. 1. Mengetahui perkembangan klien.
2. Mengurangi rasa nyeri.
3. Mengurangi rasa nyeri.
4. Mengetahui tingkatan nyeri.
5. Analgetik dapat memblok reseptor nyeri pada susunan saraf pusat.
2. Senin,
15 Agustus 2011
10.10 WITA Klien dapat beraktivitas dengan kriteria :
Klien mandiri dalam melakukan aktivitas.
Skala aktivitas 1-0 1. Observasi sejauh mana klien bisa melakukan aktivitas.
2. Libatkan keluarga dalam tindakan-tindakan keperawatan.
3. Bantu klien memenuhi kebutuhan sehari-hari.
4. Jelaskan pentingnya beraktivitas bagi klien.
5. Kaji skala aktivitas. 1. Mengetahui aktivitas yang dapat dilakukan klien.
2. Membantu aktivitas atau kebutuhan klien.

3. Bantu sesuai dengan tingkat ketergantungan klien.


4. Klien tahu pentingnya beraktivitas.
5. Mengetahui perkembangan aktivitas klien.
G. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
No Hari/tgl Dx.Kep Jam Implementasi Evaluasi Paraf
1. Senin,
15 Agustus 2011 10.15
10.20
10.23
10.25
11.30 1. Mengkaji TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 85 kali/menit
T : 36,5 oC
R : 20 kali/menit
2. Mengatur posisi yang nyaman bagi klien (posisi telentang).
3. Menganjurkan teknik relaksasi (menarik nafas).
4. Mengkaji skala nyeri 2 (sedang).
5. Kolaborasi dalam pemberian analgetik.
Antrain 1 amp Jam : 12.00 WITA
S:
Klien mengatakan bahwa dia merasa nyeri pada luka di perutnya.
O:
KU lemah.
Masih terlihat meringis kesakitan ketika bergerak.
Skala nyeri 2 (sedang).
TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 85 kali/menit
T : 36,5 oC
R : 20 kali/menit
A:
Masalah teratasi sebagian.
P:
Intervensi dilanjutkan (1-4).
2. Senin,
15 Agustus 2011 10.30

10.33
11.40
11.45
11.55
1. Mengobservasi sejauh mana klien bisa melakukan aktivitas.
2. Melibatkan keluarga dalam tindakan-tindakan keperawatan (membantu klien menyeka-nyeka
badan klien).
3. Membantu klien memenuhi kebutuhan sehari-hari.
4. Menjelaskan pentingnya beraktivitas bagi klien.
5. Mengkaji skala aktivitas 2 (dibantu orang lain).
Jam : 12.00 WITA
S:
Klien mengatakan bahwa dia belum bisa banyak bergerak.
O:
Klien lebih banyak berada di tempat tidur.
Jika mau beraktivitas dibantu oleh keluarganya.
Skala aktivitas 2 (dibantu orang lain).
A:
Masalah belum teratasi.
P:
Intervensi dilanjutkan (1-5).
3. Selasa,
16 Agustus 2011 15.50
15.55
16.00
16.10
1. Mengkaji TTV
TD : 120/90 mmHg
T : 36,5 oC
N : 82 kali/menit
R : 24 kali/menit
2. Mengatur posisi yang nyaman bagi klien (posisi telentang).
3. Menganjurkan teknik relaksasi (menarik nafas).

4. Mengkaji skala nyeri 1 (ringan). Jam : 17.30 WITA


S:
Klien mengatakan lukanya masih terasa sedikit nyeri..
O:
KU klien membaik.
Klien sudah bisa bergerak sedikit-sedikit, tetapi masih sedikit dibantu.
Skala nyeri 1 (ringan).
TTV
TD : 120/90 mmHg
T : 36,5 oC
N : 82 kali/menit
R : 24 kali/menit.
A:
Masalah teratasi.
P:
Intervensi dihentikan (klien pulang)
4. Selasa,
16 Agustus 2011 16.13
16.30
16.55
17.00
17.15
1. Mengobservasi sejauh mana klien bisa melakukan aktivitas.
2. Melibatkan keluarga dalam tindakan-tindakan keperawatan (membantu klien menyeka-nyeka
badan klien).
3. Membantu klien memenuhi kebutuhan sehari-hari.
4. Menjelaskan pentingnya beraktivitas bagi klien.
5. Mengkaji skala aktivitas 1 (butuh sedikit bantuan). Jam : 17.30 WITA
S:
Klien berkata dia sudah bisa bergerak sedikit-sedikit walaupun masih dibantu.
O:
Klien sudah bisa bergerak sedikit-sedikit, walaupun masih dibantu (berjalan).
Skala aktivitas 1 (butuh sedikit bantuan).
A:
Masalah teratasi.

P:
Intervensi dihentikan (klien pulang).

Post op :
Tujuan :
Nyeri b/d prosedur Setelah dilakukan
1)
Jelaskan pada 1)
Pasien dapat
pembedahan,
askep selama 324 jam pasien tentang gejala mendeteksi gejala dini
trauma jaringan
diharapkan nyeri hilang dini
(luka bekas
operasi)
2)
Lakukan
kolaborasi dengan
2)
Menghilangkan nyeri
dokter untuk memberi dan mencegah spasmus
Kriteria hasil :
obat-obatan
kandung kemih.
Tampak rileks ( analgetik atau anti
spasmodik)
Skala nyeri 0
3) Ajarkan pada
pasien teknik relaksasi
Pasien dapat
termasuk latihan nafas
istirahat dan
dalam dan visualisasi
tidur dengan
(menonton televise
3)
Menurunkan tegangan
baik
otot, memfokuskan kembali
4)
Jelaskan
perhatian dan dapat
penyebab nyeri
meningkatkan kemampuan
koping.

5)
Observasi
kandung kemih
4)
Dengan mengetahui
penyebab nyeri , ibu dapat
memahami dan mengerti
timbulnya nyeri yang
dirasakan
6)

Anjurkan ibu

5)

Kandung kemih yang

istirahat yang cukup

penuh menimbulkan rasa


nyeri dan rasa tidak nyaman
pada penderita
6)
Mobilisasi dini dapat
mencegah terjadinya
tromboflebitis dan untuk
mempercepat penyembuhan
luka

Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidaknyamanan sekunder adanya luka


pembedahan
1) Tujuan : Pasien dapat melakukan aktivitas dalam waktu 2 x 24 jam
2) Kriteria hasil :
(1) Pasien mengatakan tidak nyeri pada luka operasi
(2) Pasien tidak tampak menyeringai kesakitan
(3) Pasien tidak melindungi daerah yang nyeri
(4) Skala nyeri berkurang
3) Intervensi :
(1) Observasi TTV
R:

Dapat menghindari rasa takut dan ketidaknyamanan

(2) Evaluasi rasa sakit secara reguler


R:

Menyediakan informasi mengenai efektifitas intervensi

(3) Lakukan reposisi sesuai petunjuk misal : semi fowler


R:

Mengurangi rasa nyeri dan melancarkan sirkulasi

(4) Ajarkan penggunaan teknik relaksasi misal latihan nafas dalam


R:

Melepaskan ketegangan emosional dan otot

(5) Kolaborasi dalam pemberian analgesik


R:

Menurunkan nyeri dan spasme otot

Você também pode gostar