Você está na página 1de 4

KURVA PERKEMBANGBIAKAN BAKTERI

A. Lag Phase (Fase penyesuaian diri/inisiasi)


Ditunjukkan oleh kurva a-b. Bila jasad renik dipindahkan ke dalam suatu
medium, mula-mula akan mengalami fase adaptasi. Fase ini untuk
menyesuaikan diri dengan substrat dan kondisi lingkungan di sekitarnya.
Waktu penyesuaian ini biasanya berlangsung selama sekitar 0-5 jam. Bakteri
belum berkembang biak, namun aktivasi metabolismenya tinggi. Fase ini
merupakan fase persiapan untuk ke fase berikutnya.
Lamanya fase adaptasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya
adalah sebagai berikut:
Medium dan lingkungan pertumbuhan. Sel yang ditempatkan pada
medium dan lingkungan pertumbuhan sama seperti medium dan
lingkungan sebelumnya, mungkintidak diperlukan waktu adaptasi.
Tetapi jika nutrien yang tersedia dan kondisi lingkungan yang baru
sangat berbeda dengan sebelumnya, diperlukan waktu penyesuaian
untuk mensintesis enzim-enzim yang dibutuhkan untuk metabolisme.
Jumlah inokulum. Jumlah sel yang semakin tinggi akan mempercepat
proses adaptasi.
B. Exponential Phase (Fase pembelahan)
Ditunjukkan oleh kurva b-c. Setelah bakteri menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, yakni pada fase adaptasi dan fase permulaan pembiakan,
maka bakteri membelah dengan cepat, dimana pertambahan jumlahnya
mengikuti kurva logaritmik. Bakteri berkembang secara pesat, disertai
dengan peningkatan komposisi sel, serta metabolisme nutrisi. Untuk
kebanyakan bakteri, fase ini berlangsung selama 5-20 jam. Pada fase ini
pertumbuhan kuman sangat ideal, pembelahan terjadi secara teratur, semua
bahan dalam sel berada dalam keadaan seimbang.
Pada fase ini kecepatan pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh medium
tempat tumbuhnya seperti Ph dan kandungan nutrien, suhu dan kelembapan
udara. Selain itu, di fase ini sel membutuhkan energi lebih banyak
dibandingkan dengan fase lainnya, dan paling sensitif terhadap keadaan
lingkungan.
C. Stationary Phase (Fase Stationer)
Ditunjukkan oleh kurva c-d, dengan waktu sekitar 20-80 jam.
Pada tahap ini, bakteri yang tumbuh berkompetisi memperebutkan
lingkungan, dan seiring dengan meningkatnya jumlah bakteri, terjadi juga
peningkatan metabolism toksis. Hal ini menyebabkan beberapa bakteri
mengalami kematian, dan jumlah bakteri yang hidup sama dengan yang
mati, sehingga terlihat seolah-olah jumlah bakteri yang hidup statis. Ukuran
sel pada fase ini lebih kecil karena sel tetap membelah meskipun zat nutrisi

sudah habis. Karena kekurangan zat nutrisi, maka kemungkinan sel tersebut
mempunyai komposisi berbeda dengan sel yang tumbuh pada fase
logaritma . Pada fase ini sel-sel menjadi lebih tahan terhadap keadaan
ekstrem seperti panas, dingin, radiasi dan bahan kimia.
D. Period of Decline (Fase Kemunduran/Kematian)
Ditunjukkan oleh kurva d-e, dengan waktu sekitar 80 jam. Lingkungan
menjadi sangat buruk untuk pertumbuhan bakteri, sehingga banyak bakteri
yang tidak dapat bertahan lalu mengalami kematian. Pada fase ini sebagian
populasi jasad renikmulai mengalami kematian karena beberapa sebab,
yakni: (1) nutrien di dalam medium sudah habis, (2) energi cadangan di
dalam sel habis. Jumlah sel yang mati semakin lama akan semakin banyak,
dan kecepatan kematian dipengaruhi kondisi nutrie, lingkungan dan jenis
jasad renik. Hanya bakteri yang terkuat dan meghasilkan lebih banyak toksik
yang dapat bertahan hidup

FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERTUMBUHAN BAKTERI

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri adalah penyediaaan


nutrien yang sesuai untuk kultivasi bakteri, faktor fisika, dan faktor kimia.
Meskipun medium yang digunakan amat beragam, namun sebagai makhluk
hidup bakteri mempunyai kebutuhan dasar yang sama, yaitu meliputi air,
karbon, dan mineral.
Perlu disediakan kondisi fisik yang memungkinkan pertumbuhan optimum.
Bakteri tidak hanya amat bervariasi dalam persyaratan nutrisi, tetapi juga
menunjukkan respon yang berbeda terhadap kondisi fisik dalam
lingkungannya. Faktor-faktor fisik yaitu:
A. Temperatur/suhu
Suhu merupakan saalah satu faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan mikroba. Tiap bakteri mempunyai suhu optimum dan kisaran
suhu, yaitu kondisi dimana bakteri tersebut dapat tumbuh secara optimal,
dan juga batas temperature dimana pertumbuhan masih memungkinkan
untuk terjadi. Berdasarkan kisaran suhu pertumbuhan, bakteri dibagi atas
golongan-golongan yaitu, Psikhrofilik (0-20o C), Mesofilik( 20- 45o C), dan
Termofilik (>45 o C). Termofilik dibedakan menjadi psikrodura yang mampu
hidup dibawah 00C dan termodura yang tahan hidup pada suhu diatas 50 0C
Bakteri pathogen umumnya mempunyai suhu optimum pertumbuhan sekitar
37o C, yang juga adalah suhu tubuh manusia. Oleh karena itu suhu tubuh

manusia merupakan suhu yang baik untuk pertumbuhan beberapa bakteri


pathogen.
B. PH (Tingkat keasaman)
PH pembenihan juga merupakan salah satu factor yang memengaruhi
pertumbuhan bakteri. Sebagian besar bakteri yang bersifat pathogen
terhadap manusia bekerja dengan optimal pada PH netral, yaitu sekitar 7,2
hingga 7,6.
Faktor kimia yaitu pH, setiap jenis bakteri mempunyai pH lingkungan yang
optimal (Neutrofil 6.0-8.0), minimal (Asidofil 2.0-5.0), dan maksimal (Alkalofil,
8.4-9.5) dalam kegiatan fisiologisnya. Kegiatan fisiologis bakteri berguna
dalam mempertahankan kelangsungan hidup dan melakukan proses biokimia
yang berkelanjutan. Dimana proses ini dikatalisi oleh enzim-enzim. Kemudian
adanya zat kimia, dapat berupa desinfektan dan antiseptik, seperti garamgaram logam, fenol, formaldehid, alkohol, yodium, zat-zat warna,
detergen/sabun, dan antibiotik. Bakteri tumbuh pada pH mendekati netral
( pH 6,5 7,5 ). Pada pH dibawah 5,0 dan diatas 8,0 bakteri tidak dapat
tumbuh dengan baik , kecuali bakteri asam asetat ( misalnya : Acetobakter
suboxydans ) yang mampu tumbuh pada pH rendah dan bakteri Vibrio
sp yang dapat tumbuh pada pH tinggi (basa ).
C. Tekanan Osmotik
Faktor-faktor seperti tekanan osmotik dan konsentrasi garam juga perlu
diperhatikan. Suatu tekanan osmosis akan sangat mempengaruhi bakteri jika
tekanan osmosis lingkungan lebih besar (hipertonis) sel akan mengalami
plasmolisis. Sebaliknya tekanan osmosis lingkungan yang hipotonis akan
menyebabkan sel membengkak dan juga dapat mengakibatkan rusaknya sel.
Olah karena itu dalam mempertahankan hidupnya, sel bakteri harus berada
pada tingkat tekanan osmosis yang sesuai, walaupun sel bakteri memiliki
daya adaptasi, perbedaan tekanan osmose dengan lingkugannya tidak boleh
terlalu besar. Bakteri-bakteri yang hidup di air laut dan bakteri-bakteri yang
diadaptasikan terhadap pertumbuhan dalam larutan gula berkadar tinggi
sangat dipengaruhi oleh factor ini. Bakteri-bakteri yang memerlukan kadar
garam tinggi disebut halofilik, sedangan yang memerlukan tekanan osmotic
tinggi disebut osmofilik.
D. Nutrient
Mikroba sama dengan makhluk hidup lainnya, memerlukan suplai nutrisi
sebagai sumber energi dan pertumbuhan selnya. Unsur-unsur dasar tersebut
adalah : karbon, nitrogen, hidrogen, oksigen, sulfur, fosfor, zat besi dan
sejumlah kecil logam lainnya. Ketiadaan atau kekurangan sumber-sumber
nutrisi ini dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba hingga pada akhirnya
dapat menyebabkan kematian.Kondisi tidak bersih dan higinis pada

lingkungan adalah kondisi yang menyediakan sumber nutrisi bagi


pertumbuhan mikroba sehingga mikroba dapat tumbuh berkembang di
lingkungan seperti ini. Oleh karena itu, prinsip daripada menciptakan
lingkungan bersih dan higinis adalah untuk mengeliminir dan meminimalisir
sumber nutrisi bagi mikroba agar pertumbuhannya terkendali.
E. Oksigen
Mikroba mempunyai kebutuhan oksigen yang berbeda-beda untuk
pertumbuhannya. Berdasarkan kebutuhannya akan oksigen, mikroba
dibedakan atas 4 kelompok sebagai berikut:
1) Aerobik : hanya dapat tumbuh apabila ada oksigen bebas.
2) Anaerob : hanya dapat tumbuh apabila tidak ada oksigen bebas.
3) Anaerob fakultatif : dapat tumbuh baik dengan atau tanpa oksigen
bebas.
4) Mikroaerofilik : dapat tumbuh apabila ada oksigen dalam jumlah kecil.
F. Kadar Air
Sel jasad renik memerlukan air untuk hidup dan berkembang biak.
Pertumbuhan jasad renik di dalam suatu bahan sangat dipengaruhi oleh
jumlah air yang tersedia. Selain merupakan bagian terbesar komponen
sel (70-80%), air juga dibutuhkan sebagai reaktan dalam berbagai reaksi
biokimia. Tidak semua air yang tersedia dapat digunakan oleh jasad renik.
Beberapa keadaan dimana air tidak dapt digunakan oleh jasad renik, antara
lain adalah: (1) adanya solut dan ion yang dapat mengikat air di dalam
larutan, misalnya adanya gula dan garam, (2)koloid hidrofilik
(gel), sebanyak 3-4% dapat mengahambat pertumbuhan mikroba dalam
medium, (3) air dalam bentuk kristal es (hidrasi) juga tidak dapt digunakan
oleh jasad renik.

Você também pode gostar