Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
penguasa.
Immannuel Kant (1724-1804)
Bertens mengungkapkan, kehidupan Kant sebagai filsuf dapat dibagi
atas dua periode,yakni jaman prakritis dan jaman kritis. Dalam jaman
prakritis, Kant menganut pendirian rasionalistis yang dilancarkan oleh
Wolf dan kawankawannya. Akibat pengaruh dari David Hume (17111776), berangsur-angsur Kant meninggalkan rasionalismenya. Hume
sendiri dalam filsafat dikenal sebagai tokoh empirisme, suatu aliran
yang bertentangan dengan rasionalisme. Empirisme berpendapat
bahwa sumber pengetahuan manusia bukan rasio, melainkan
pengalaman (empiri), tepatnya pengalaman yang berasal dari
pengenalan inderawi.
B. POSITIVISME HUKUM
1) Aliran Hukum Positif Analitis :John Austin (1790-1859)
John Austin adalah seorang positivis yang utama mempertahankan bahwa
satu-satunya sumber hukum adalah kekuasaan yang tertinggi dalam suatu
negara. Austin mengartikan ilmu hukum (yurisprudence) sebagai teori hukum
positif yang otonomdan dapat mencukupi dirinya sendiri. Ilmu hukum
hanyalah untuk menganalisa unsur-unsur yang secara nyata ada dari sistem
hukum moderen.
Pada dasarnya sebenarnya Austin mereduksi hukum dengan menjelaskan
bahwa hukum adalah perintah yang berdaulat dengan menempatkan lembagalembaga yang superior adalah upaya untuk mereduksi kekuatan-kekuatan lain
selain negara, terutama keuatan-kekuatan yang hidup dalam masyarakat yang
sangat beragam.
Dalam bukunya The Province of Jurisprudence Determined (1790-1859),
Austin menyatakan, hukum adalah perintah yang mengatur orang perorang.
Hukum berasal dari pihak superior (penguasa) untuk mengikat atau mengatur
pihak inferior. hukum adalah perintah yang memaksa dan mengikat, yang
dapat saja bijaksana dan adil, atau sebaliknya
2) Aliran Hukum Murni : Hans Kelsel (1881-1973)
Kelsen membedakan secara tajam antara yang ada (is) dan yang
seharusnya (the ought), dan secara konsekuen antara ilmu-ilmu alam dan
disiplin-disiplin, seperti ilmu hukum yang mempelajari fenomena normative
jadi bagi Kelsen hukum berhubungan dengan bentuk (formal), bukan isi
(material). Jadi, keadilan sebagai isi hukum berada di luar hukum, dengan
demikian hukum dapat saja tidak adil, tetapi ia tetaplah hukum karena
dikeluarkan oleh penguasa.
Inti ajaran yang disampaikan Hans Kelsen seperti dalam bukunya The Pure
Theory of Law, adalah: bahwa hukum itu harus dibersihkan dari anasir-anasir
yang tidak yuridis seperti etika, sosiologi, politik, sejarah, dan lain
sebagainya. Selanjutnya menurut Kelsen bahwa orang menaati hukum karena
ia merasa wajib untuk menaatinya sebagai suatu kehendak negara.Kelsen juga
terkenal dengan grundnorm yang menjadi motor penggerak seluruh sistem
hukum, menjadi dasar mengapa hukum itu harus dipatuhi, dan menjadi dasar
pertanggungjawaban mengapa hukum harus dilaksanakan. Dari konsep
grundnorm Kelsen sebagai pencetus teori hukum murni juga berjasa
mengembangkan teori jenjang (stufentheorie) yang semula dikemukakan oleh
Adolf Merkl (1836-1896). Teori ini melihat hukum sebagai suatu sistem yang
terdiri dari susunan norma berbentuk piramida yang menyatakan bahwa sistem
hukum pada hakikatnya merupakan sistem hierarki dari peringkat terendah
hingga ke peringkat tertinggi. Semakin tinggi peringkat kedudukannya,
semakin abstrak dan umum sifat norma yang dikandungnya, dan semakin
akal
dan
prinsip-prinsip
pertama
yang
semuanya
kondisi sosial;
Kepercayaan dan semangat revolusi Prancis dengan pemberontakannya
terhadap tradisi, kepercayaan pada akal dan kekuasaan kehendak
harus dianggap sebagai suatu yang suci karena beralasan dari alasan
alasan yang murni.
2) Puchta (1798-1846)
Hukum suatu bangsa terikat pada jiwa bangsa (Volksgeist) yang bersangkutan.
Hukum dapat berbentuk:
Langsung berupa adat istiadat
Melalui Undang Undang
Melalui Ilmu Hulum dalam bentuk karya para ahli hukum.
Puchta membedakan pengertian Bangsadalam dua jenis yaitu:
Bangsa dalam pengertian etnis,yang disebut Bangsa Alam
Bangsa dalam arti nasional sebagai kesatuan organisasi yang
membentuk satu negara.
3) Henry Sumner Maine (1822-1888)
Kesimpulan penelitian ini membuktikan adanya pola evolusi (pemikiran von
Saviqny)pada pelbagai masyarakat dalam situasi sejarah yang sama.
E. SOCIOLOGICAL JURISPRUDENCE
Menurut aliran Sociological Jurisprudence ini, hukum yang baik haruslah hukum
yang sesuai dengan yang hidup di masyarakat. Aliran ini memisahkan secara tegas
antara hukum positif (the positive law) dan hukum yang hidup (the living law)
Tokoh-tokoh aliran Sociological Jurisprudence antara lain adalah:
1. Eugen Ehrlich (1862-1922): ia beranggapan bahwa hukum tunduk pada
ketentuan-ketentuan social tertentu. Hukum tidak mungkin efektif, oleh karena
ketertiban dalam masyarakat didasarkan pengakuan sosial terhadap hukum,
dan bukan karena penerapannya secara resmi oleh Negara.
2. Roscoe Pound (1870-1964): dengan teorinya bahwa hukum adalah alat untuk
memperbaharui (merekayasa) masyarakat (law as a tool of social engineering)
F. FREIRECHTSLEHRE
Freirechtslehre (Ajaran Hukum Bebas ) merupakan penentang paling keras
Positivisme Hukum. Aliran Hukum Bebas berpendapat bahwa hakim mempunyai
tugas menciptakan hukum. Penemu hukum yang bebas tugasnya bukanlah
menerapkan undang-undang, tetapi menciptakan penyelesaian yang tepat untuk
pristiwa konkret, sehingga pristiwa-pristiwa berikutnya dapat dpecahkan oleh norma
yang diciptakan oleh hakim.
TUGAS
FILSAFAT HUKUM
Dr Rantawan Djanim S.H,M.H.