Você está na página 1de 10

ALIRAN - ALIRAN DALAM FILSAFAT HUKUM

A. ALIRAN HUKUM ALAM


Aliran hukum alam berkembang sejak kurun waktu 2.500 tahun yang lalu.Aliran ini
timbul karena kegagalan umat manusia dalam mencari keadilan yang absolut.Hukum
alam di sini dipandang sebagai hukum yang berlaku universal dan abadi.Aliran
hukum alam tersebut muncul dari pemikiran manusia sendiri tentang apa yang baik
dan buruk yang penilaianya diserahkan kepada kesusilaan (moral) alam.
Secara sederhana menurut sumbernya Aliran Hukum Alam dapat dibedakan dalam
dua macam yaitu:
1. Hukum Alam Irasional
Aliran ini memahami hukum yang universal dan abadi itu bersumber dari
Tuhan secara langsung.Beberapa pendukung aliran Hukum Alam Irasional
antara lain:
a) Thomas Aquinas (1225-1274)
Ia mengakui bahwa disamping kebenaran wahyu juga terdapat
kebenaran akal.Menurutnya ada pengetuahan yang tidak dapat
ditembus oleh akal,dan untuk itulah diperlukan iman.
Menurut aquinas ada dua pengetahuan yang berjalan bersama sama
yaitu:
Pengetahuan alamiah (berpangkal pada akal )
Pengetahuan iman(berpangkal pada wahyu Ilahi)
Aquinas mendefinisikan sebagai ketentuan akal untuk kebaikan
umum,yang dibuat oleh orang yang mengurus masyarakat.
b) John Salisbury (1115-1180)
Salisbury adalah rohaniawan pada abad pertengahan yang banyak
mengkritik kesewenang-wenangan penguasa pada waktu itu.
Menurutnya jikalau masing-masing penduduknya bekerja untuk
kepentingannya sendiri, kepentingan masyarakat akan terpelihara
dengan sebaik-baiknya. Salisbury juga melukiskan kehidupan
bernegara itu seperti kehidupan sarang lebah, yang sangat memerlukan
kerja sama dari semua unsur,suatu pandangan yang bertitik tolak dari
pendekatan organis. Kumpulan bukunya adalah Policraticus sive de
nubis curialtum et vestigiis philosophorum libri dan Metalogicus.
c) Dante Alighieri (1265-1321)
Dante memberikan legitimasi terhadap kekuasaan monarkhi yang
bersifat mondial.Monarkhi dunia inilah yang menjadi badan tertinggi
yang memutuskan perselisihanantara penguasa yang satu dengan yang
lainnya. Dasar hukum yang menjadi pegangan adalah hukum alam

yang mencerminkan hukum-hukum tuhan, menurutnya badantertinggi


yang memperoleh legitimasi dari tuhan sebagai monarkhi dunia ini
adalah Kekaisaran Romawi yang kemudian di abad pertengahan
Kekaisaran Romawi sudah digantikan oleh kekuasaan Jerman dan
Perancis di Eropa. Karangan Dante yang penting berjudul De
Monarchia.
d) Piere Dubois (lahir 1255)
Dubois adalah salah satu filsuf terkemuka Perancis yang juga sebagai
pengacara Raja Perancis sangat meyakini adanya hukum yang dapat
berlaku universal, bahwa penguasa(raja) dapat langsung menerima
kekuasaan dari tuhan. Ia juga menyatakan bahwa raja pun memiliki
kekuasaan membentuk undang-undang, tetapi raja tidak terikat untuk
mematuhinya. Bukunya Dubois adalah De Recuperatione Trre Sancte
(tentang penaklukan kembali tanah suci).
e) Marsilius Padua (1270-1340) dan William Occam (1280-1317)
Pemikiran Marsilius Padua dan William Occam seringkali diuraikan
bersama-sama karena banyak persamaannya, keduanya termasuk tokoh
penting abad 14 yang sama-sama dari ordo Fransiscan dan pernah
memberi kuliah di universitas di kota Paris. Pendapatnya tentang
kenegaraan banyak dipengaruhi oleh Aristoteles.yaitu bahwa tujuan
negara adalah untuk memajukan kemakmuran dan memberi
kesempatan seluas-luasnyakepada warga negara agar dapat
mengembangkan dirinya secara bebas. Bahkan rakyat boleh
menghukum penguasa (raja) yang melanggar undang-undang,
termasuk memberhentikannya karena kekuasaan raja bukanlah
kekuasaan absolute melainkandibatasi oleh undang-undang. Filsafat
Occam sering disebut nominalisme, sebagai lawanThomas Aquinas
daalam pemikiran Aliran Hukum Alam yang irasional bahwa rasio
manusia untuk mengungkapkan kebenaran, sedangkan Occam
sebaliknya rasio manusia tidak dapat memastikan suatu kebenaran
karena pengetahuan yang ditangkap manusia hanya nama-nama
(nomen, nominal) yang digunakan manusia dalam hidupnya. Karang
Padua adalah Defensor Pacis, sedangkan Occam adalah De
Imperatorum et Pontifictum Potestate
f) John Wycliffe(1320-1384) dan Johannes Huss(1369-1415)

Keduanya filsuf Inggris abad pertengahan yang menyoroti masalah


kekuasaan gereja. Wycliffe mengibaratkan hubungan antara kekuasaan
ketuhanan dan kekuasaan duniawi seperti hubungan pemilik dan
penggarap tanah, masing-masing memiliki bidangnya sendiri sehingga
tidak boleh saling mencampuri. Selain itu juga dia berpendapat
pemerintahan yang baik adalah pemerintahan yangn dipimpin para
bangsawan. Huss melengkapi pemikiran Wycliffe yang mengatakan
paus dan hirarki gereja tidak diadakan menurut perintah tuhan.
2. Hukum alam Rasional
Tokoh- tokoh dari aliran ini antara lain :
Hugo de Groot alias Grotius (1583-1645)
Hugo De Groot atau Grotius adalah Bapak Hukum Internasional
karena yang mempopulerkan konsep hukum dalam hubungan antar
negara seperti hukum perang dan damai serta hukum laut. Menurutnya
sumber hukum adalah rasio manusia karena karakteristik yang
membedakan manusia dan mahluk lain adalah kemampuan
akalnya,seluruh kehidupan manusia harus berdasarkan pada
kemampuan akalnya dan hukum alam adalah hukum yang muncul
sesuai kodrat manusia yang tidak mungkin dapat diubah oleh tuhan
sekalipun karena hukum alam diperoleh manusia dari akalnya tetapi
tuhanlah yang memberikan kekuatan mengikatnya. Karyanya yang
termasyur adalah De Jure Belliac Pacis dan Mare Liberium. Landasan
landasan pembatasan terhadap hukum yang dibuat manusia harus
dibatasi dengan tiang hukum alam sebagai mana dikemukan oleh
Grotius yakni: semua prinsip kupunya dan kau punya. Milik orang lain
harus dijaga; prinsip kesetiaan pada janji; prinsip ganti rugi dan prinsip
perlunya hukuman karena pelanggaran atas hukum alam. Dengan
demikian hukum akan ditaati karena hukum akan memberikan suatu

keadilan sesuai dengan porsinya.


Samuel von Pufendorf (1632-1694) dan Christian Thomasius (16551728)
Pufendorf berpendapat, bahwa hukum alam adalah aturan yang berasal
dari akal pikiran yang murni. Dalam hal ini unsur naluriah manusia
lebih berperan. Akibatnya ketika manusia mulai hidup bermasyarakat,
timbul pertentangan kepentingan atau dengan yang lainnya. Agar tidak

terjadi pertentangan terus-menerus dibuatlah perjanjian secara sukarela


diantara rakyat. Baru setelah itu, diadakan perjanjian berikutnya,
berupa perjanjian penaklukan oleh raja. Dengan adanya perjanjian itu,
berarti tidak ada kekuasaan absolut. Semua kekuasaan itu dibatasi oleh
Tuhan, Hukum alam, kebiasaan, dan tujuan dari Negara yang didirikan.
Menurut Thomasius, manusia hidup dengan bermacam-macam naluri
yang bertentangan satu dengan yang lain. Karena itu diperlukan
baginya aturan-aturan yang mengikat, agar ia mendapat kepastian
dalam tindakan-tindakannya, baik ke dalam maupun keluar. Dengan
demikian, dalam ajarannya tentang hukum alam, Thomasius sampai
kepada pengertian tentang ukuran, sebagaimana Thomas Aguinas juga
mengakuinya dalam hukum alam. Apabila ukuran itu bertalian dengan
batin, manusia, ia adalah aturan kesusilaan, apabila ia memperhatikan
tindakan-tindakan lahiriah, ia merupakan aturan hukum. Jika hendak
diperlakukan, aturan hukum ini harus disertai dengan paksaan. Tentu
saja yang dimaksud oleh Thomasius disini adalah paksaan dari pihak

penguasa.
Immannuel Kant (1724-1804)
Bertens mengungkapkan, kehidupan Kant sebagai filsuf dapat dibagi
atas dua periode,yakni jaman prakritis dan jaman kritis. Dalam jaman
prakritis, Kant menganut pendirian rasionalistis yang dilancarkan oleh
Wolf dan kawankawannya. Akibat pengaruh dari David Hume (17111776), berangsur-angsur Kant meninggalkan rasionalismenya. Hume
sendiri dalam filsafat dikenal sebagai tokoh empirisme, suatu aliran
yang bertentangan dengan rasionalisme. Empirisme berpendapat
bahwa sumber pengetahuan manusia bukan rasio, melainkan
pengalaman (empiri), tepatnya pengalaman yang berasal dari
pengenalan inderawi.

B. POSITIVISME HUKUM
1) Aliran Hukum Positif Analitis :John Austin (1790-1859)
John Austin adalah seorang positivis yang utama mempertahankan bahwa
satu-satunya sumber hukum adalah kekuasaan yang tertinggi dalam suatu
negara. Austin mengartikan ilmu hukum (yurisprudence) sebagai teori hukum
positif yang otonomdan dapat mencukupi dirinya sendiri. Ilmu hukum

hanyalah untuk menganalisa unsur-unsur yang secara nyata ada dari sistem
hukum moderen.
Pada dasarnya sebenarnya Austin mereduksi hukum dengan menjelaskan
bahwa hukum adalah perintah yang berdaulat dengan menempatkan lembagalembaga yang superior adalah upaya untuk mereduksi kekuatan-kekuatan lain
selain negara, terutama keuatan-kekuatan yang hidup dalam masyarakat yang
sangat beragam.
Dalam bukunya The Province of Jurisprudence Determined (1790-1859),
Austin menyatakan, hukum adalah perintah yang mengatur orang perorang.
Hukum berasal dari pihak superior (penguasa) untuk mengikat atau mengatur
pihak inferior. hukum adalah perintah yang memaksa dan mengikat, yang
dapat saja bijaksana dan adil, atau sebaliknya
2) Aliran Hukum Murni : Hans Kelsel (1881-1973)
Kelsen membedakan secara tajam antara yang ada (is) dan yang
seharusnya (the ought), dan secara konsekuen antara ilmu-ilmu alam dan
disiplin-disiplin, seperti ilmu hukum yang mempelajari fenomena normative
jadi bagi Kelsen hukum berhubungan dengan bentuk (formal), bukan isi
(material). Jadi, keadilan sebagai isi hukum berada di luar hukum, dengan
demikian hukum dapat saja tidak adil, tetapi ia tetaplah hukum karena
dikeluarkan oleh penguasa.
Inti ajaran yang disampaikan Hans Kelsen seperti dalam bukunya The Pure
Theory of Law, adalah: bahwa hukum itu harus dibersihkan dari anasir-anasir
yang tidak yuridis seperti etika, sosiologi, politik, sejarah, dan lain
sebagainya. Selanjutnya menurut Kelsen bahwa orang menaati hukum karena
ia merasa wajib untuk menaatinya sebagai suatu kehendak negara.Kelsen juga
terkenal dengan grundnorm yang menjadi motor penggerak seluruh sistem
hukum, menjadi dasar mengapa hukum itu harus dipatuhi, dan menjadi dasar
pertanggungjawaban mengapa hukum harus dilaksanakan. Dari konsep
grundnorm Kelsen sebagai pencetus teori hukum murni juga berjasa
mengembangkan teori jenjang (stufentheorie) yang semula dikemukakan oleh
Adolf Merkl (1836-1896). Teori ini melihat hukum sebagai suatu sistem yang
terdiri dari susunan norma berbentuk piramida yang menyatakan bahwa sistem
hukum pada hakikatnya merupakan sistem hierarki dari peringkat terendah
hingga ke peringkat tertinggi. Semakin tinggi peringkat kedudukannya,
semakin abstrak dan umum sifat norma yang dikandungnya, dan semakin

rendah peringkatnya semakin konkret operasional sifat kandungan normanya.


Norma yang lebih rendah memperoleh kekuasaannya dari norma yang lebih
tinggi. Norma yang paling tinggi yang menduduki puncak piramida, oleh
Kelsen disebut Grundnorm (norma dasar) atau Unsprungnorm.
Dasar-dasar pokok teori Kelsen adalah sebagai berikut :
a. Tujuan teori hukum adalah untuk mengurangi kekalutan dan meningkatkan
kesatuan.
b. Teori hukum adalah ilmu, bukan kehendak atau keinginan. Ia adalah
pengetahuan tentang hukum yang seharusnya ada.
c. Ilmu hukum adalah normatif bukan alam.
d. Sebagai suatu teori tentang norma-norma, teori hukum tidak berurusan
dengan persoalan efektifitas norma-norma hukum.
e. Suatu teori tentang hukum adalah formal, suatu teori tentang cara
pengaturan dari isi yang berubah-ubah menurut jalan atau pola yang spesifik.
f. Hubungan antara teori hukum dengan suatu sistem hukum positif tertentu
adalah seperti antara hukum yang mungkin dan hukum yang ada.
C. UTILITARIANISME
1) Jeremy Bentham (1748-1832)
Bentham berpendapat bahwa alam memberikan kebahagiaan dan kesusahan.
Manusia selalu berusaha memperbanyak kebahagiaan dan mengurangi
kesusahannya. Standar penilaian etis yang dipakai disini adalah apakah suatu
tindakan itu menghasilkan kebahagiaan. Kebaikan adalah kebahagiaan dan
kejahatan adalah kesusahan. Tugas hukum adalah memelihara kebaikan dan
mencegah kejahatan.Dalam sistem pemidanaan, menurutnya harus bersifat
spesifik untuk tiap kejahatan dana seberapa beratnya pidana itu tidak boleh
melibihi jumlah yang dibutuhkan untuk mencegah dilakukannya penyeranganpenyerangan tertentu. Pemidanaan hanya bisa diterima apabila ia memberikan
harapan bagi tercegahnya kejahatan yang lebih rendah, Keberadaan hukum
diperlukan untuk menjaga agar tidak terjadi bentrokan kepentingan individu
dalam mengejar kebahagiaan yang sebesar-besarnya, untuk itu perlu ada
batasan yang diwujudkan dalam hukum, jika tidak demikian, maka akan
terjadi homo homini lupus (manusia menjadi serigala bagi manusia yang lain).
karena itu, ajaran Bentham dikenal sebagai utilitarianisme yang individual.
2) John Stuart Mill (1806-1873)

Lebih banyak dipengaruhi oleh pertimbangan psikologis. Ia menyatakan


bahwa tujuan manusia ialah kebahagiaan. Manusia berusaha memperoleh
kebahagiaan melalui hal-hal yang membangkitkan nafsunya. Mill juga
menolak pandangan Kant yang mengajarkan bahwa individu harus bersimpati
pada kepentingan umum. Kemudian Mill lalu menganalisis hubungan antara
kegunaan dan keadilan.Menurut Mill, keadilan bersumber pada naluri manusia
untuk menolak dan membalas kerusakan yang diderita, baik oleh diri sendiri,
maupun oleh siapa saja yang mendapatkan simpati dari kita.
3) Rudolf von Jhering (1818-1892)
Menggabungkan antara utilitarianisme yang individual maupun yang sosial,
karena Jhering dikenal sebagai pandangan utilitarianisme yang bersifat sosial,
jadi merupakan gabungan antara teori yang dikemukakan oleh Bentham, Mill,
dan positivisme hukum dari John Austin. Bagi Jhering, tujuan hukum adalah
untuk melindungi kepentingan-kepentingan.Jhering sangat tidak menyukai apa
yang disebut dengan ilmu hukum yang menekankan pada konsep-konsep,
bahwa kebijaksanan hukum itu tidak terletak pada permainan teknik-teknik
pengehalusan dan penyempurnaan konsep, melainkan kepada penggarapan
konsep-konsep itu untuk melayani tujuan-tujuan yang praktis.
D. MAZHAB SEJARAH
Mazhab hukum dapat dikatakan sebagai jawaban fundamental terhadap kondisi
kekinian pada zamannya. Sebagai contoh dapat dikemukakan kritik positivisme dan
aliran sejarah terhadap aliran hukum alam atau kritik kaum realis terhadap
positivistik.
1) Friedrich Karl Von Savigny
Menurut Friedmann Aliran ini juga memberikan aksi adalah
Rasionalisme dari abad 18 dengan kepercayaan terhadap hukum alam,
kekuasaan

akal

dan

prinsip-prinsip

pertama

yang

semuanya

dikombinasikan untuk meletakkan suatu teori hukum dengan cara


deduksi dan tanpa memandang fakta historis, cirri khas nasional, dan

kondisi sosial;
Kepercayaan dan semangat revolusi Prancis dengan pemberontakannya
terhadap tradisi, kepercayaan pada akal dan kekuasaan kehendak

manusia atas keadaan-keadaan zamannya.


Pendapat yang berkembang saat itu yang melarang hakim menafsirkan
hukum karena undang undang dianggap dapat memecahkan semua
masalah hukum.Code Civil dinyatakan sebagai kehendak legislatif dan

harus dianggap sebagai suatu yang suci karena beralasan dari alasan
alasan yang murni.
2) Puchta (1798-1846)
Hukum suatu bangsa terikat pada jiwa bangsa (Volksgeist) yang bersangkutan.
Hukum dapat berbentuk:
Langsung berupa adat istiadat
Melalui Undang Undang
Melalui Ilmu Hulum dalam bentuk karya para ahli hukum.
Puchta membedakan pengertian Bangsadalam dua jenis yaitu:
Bangsa dalam pengertian etnis,yang disebut Bangsa Alam
Bangsa dalam arti nasional sebagai kesatuan organisasi yang
membentuk satu negara.
3) Henry Sumner Maine (1822-1888)
Kesimpulan penelitian ini membuktikan adanya pola evolusi (pemikiran von
Saviqny)pada pelbagai masyarakat dalam situasi sejarah yang sama.
E. SOCIOLOGICAL JURISPRUDENCE
Menurut aliran Sociological Jurisprudence ini, hukum yang baik haruslah hukum
yang sesuai dengan yang hidup di masyarakat. Aliran ini memisahkan secara tegas
antara hukum positif (the positive law) dan hukum yang hidup (the living law)
Tokoh-tokoh aliran Sociological Jurisprudence antara lain adalah:
1. Eugen Ehrlich (1862-1922): ia beranggapan bahwa hukum tunduk pada
ketentuan-ketentuan social tertentu. Hukum tidak mungkin efektif, oleh karena
ketertiban dalam masyarakat didasarkan pengakuan sosial terhadap hukum,
dan bukan karena penerapannya secara resmi oleh Negara.
2. Roscoe Pound (1870-1964): dengan teorinya bahwa hukum adalah alat untuk
memperbaharui (merekayasa) masyarakat (law as a tool of social engineering)
F. FREIRECHTSLEHRE
Freirechtslehre (Ajaran Hukum Bebas ) merupakan penentang paling keras
Positivisme Hukum. Aliran Hukum Bebas berpendapat bahwa hakim mempunyai
tugas menciptakan hukum. Penemu hukum yang bebas tugasnya bukanlah
menerapkan undang-undang, tetapi menciptakan penyelesaian yang tepat untuk
pristiwa konkret, sehingga pristiwa-pristiwa berikutnya dapat dpecahkan oleh norma
yang diciptakan oleh hakim.

TUGAS
FILSAFAT HUKUM
Dr Rantawan Djanim S.H,M.H.

Nama: achmad iqbal


NIK:14204015021
PROGRAM PASCA SARJANA STUDI ILMU HUKUM
UNIVERSITAS NASIONAL
TAHUN 2015

Você também pode gostar