Você está na página 1de 10

Pengertian Osteoporosis

Osteoporosis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan berkurangnya massa tulang adanya
perubahan pada isi tulang yang mengakibatkan menurunnya kekuatan tulang dan
meningkatnya kerapuhan tulang, sehingga tulang mudah patah (Misnadiarly, 2013).
Penyakit osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang yang progresif, sehingga tulang
mudah patah. Tulang terdiri dari mineral-mineral seperti kalsium dan fosfat, sehingga tulang
menjadi keras dan padat. Jika tubuh tidak mampu mengatur kandungan mineral dalam tulang,
maka tulang menjadi kurang padat dan lebih rapuh, sehingga terjadilah osteoporosis (Javier,
2010).
Faktor- faktor yang mempengaruhi osteoporosis
1) Usia
Massa tulang berkurang seiring penuaan Anda. Maka ketika bertambah tua, Anda
kemungkinan besar mengalami osteoporosis. Walaupun dapat terjadi pada wanita dan pria
lanjut usia. National Osteoporosis Foundation melaporkan bahwa 75% dari semua kasus
osteoporosis di diagnosis pada wanita kulit putih di sekitar usis 50 tahun. Seiring pria
bertambah tua mereka bisa terkena osteoporosis, dan kemungkinan besar terjadi pada pria
lanjut usia (Alexander dan Knight, 2010).
2) Jenis kelamin
Kaum wanita lebih besar kemungkinannya untuk mengalami osteoporosis. Masa tulang
wanita lebih sedikit serta mengalami kehilangan massa tulang lebih cepat karena perubahanperubahan yang terjadi sehubungan dengan menopause.
3) Struktur tulang dan berat badan
Wanita yang bertulang kecil dan kurus beresiko lebih tinggi untuk mendapatkan osteoporosis;
demikian pula pria ceking dan kurus lebih beresiko dibanding mereka yang berbadan kekar
dan tegap.
4) Menurunnya hormon seks
Sepertiga sampai separuh kaum wanita akan mengalami osteoporosis setelah menopause.
Menopause dini atau histerektomi meningkatkan resiko osteoporosis. Selain itu, wanita yang

mengalami henti haid karena berbagai kondisi seperti anoreksia (rendahnya nafsu makan),
bulimia (kerusakan otot usus besar, hingga penghancuran makanan kurang sempurna), atau
olahraga eksesif seperti pada atlet wanita yang sedang mengikuti pemusatan latihan, juga
mempunyai resiko lebih beasar untuk menderita osteoporosis. Kaum pria yang mengalami
penurunan kadar hormon testosteron juga akan mengalami berkurangnya massa tulang.
Setiap gangguan fungsi hormon reproduksi dengan sebab apapun akan mengakibatkan
osteoporosis (Misnadiarly, 2013).
5) Pengobatan
Beberapa pengobatan menyebabkan meningkatnya keropos tulang maupun berkurangnya
pembentukaan tulang. Beberapa pengobatan yang memperbesar resiko terhadap osteoporosis
antara lain: antikonvulsan, hormon tiroid, kortosteroid, litium methotreksate, hormon yang
mengeluarkan gonadotropin (gonadotropin-releasing hormone/GnRH), kolesteramin, heparin,
wafarin, dan antacid yang mengandung alumunium (Alexander dan Knight, 2010).
6) Gaya hidup
Baik pria maupun wanita akan berkurang kemungkinannya menderita osteoporosis jika
mengkonsumsi makanan yang cukup mengandung kalsium (kalk), melakukan olahraga
weight bearing, berhenti merokok, dan menghentikan minum alkohol. Penelitian
membuktikan bahwa alkohol dan tembakau meracuni tulang baik pada pria maupun wanita,
menurunkan kadar hormon seks dan menurunkan aktivitas sel pembentuk tulang.
Faktor resiko yang disebabkan oleh gaya hidup :
a) Kurang latihan fisik
Yaitu latihan beban yang memberi tekanan pada kerangka tubuh, dapat merangsang
pembentukan tulang baru.
b) Pecandu minuman keras
Minum minuman keras berlebihan dalam waktu lama bisa mengakibatkan
berkurangnya kepadatan tulang baik pada pria maupun wanita, terlebih lagi bila
konsumsi nutrisi buruk, dan resiko bertambah pada wanita pascamenopause yang
mengakibatkan kepadatan tulang semakin kurang serta cenderung terkena penyakit
lever, mengakibatkan penyerapan vitamin D terggangu yang mengakibatkan tulang
lemah dan sampai tidak normal.
c) Pecandu kopi

Kopi dapat menyebabkan berkurangnya kadar kalsium dalam tulang, sehingga jika
meminum kopi secara berlebihan mengakibatkan pengeroposan tulang (osteoporosis).
d) Kekurangan protein
Kekurangan protein dan vitamin D dalam waktu yang lama pada anak akan berakibat
buruk pada proses pembentukan tulang, serta memperlambat datangnya masa pubertas
dan memicu timbulnya osteoporosis lebih cepat.
e) Kekurangan asupan kalsium
karena memakan makanan yang mengandung unsur kalsium rendah, terutama pada
wanita pascamenopause, mempercepat timbulnya osteoporosis. Kalsium amat penting
bagi pembentukan tulang.
f) Kekurangan paparan sinar matahari pagi hari yang mengandung vitamin D.
Kebutuahan akan kalsium harus dengan kecukupan vitamin D, karena tanpa vitamin
D, kalsium tidak bisa diserap usus.
g) Pil KB
Hasil penelitian menunjukkan kalau wanita yang mengkonsumsi pil KB memiliki
tulang yang lebih kuat dibandingkan dengan yang tidak makan pil KB. Kontrasepsi
oral mengandung estrogen dan progesteron, dan estrogen amat penting untuk
mencegah osteoporosis.
h) Diet protein tinggi
Terlalu banyak memakan protein hewani dapat mengakibatkan peningkatan keasaman
dalam usus, sehingga absorpsi kalsium mengurang. Disamping itu juga jika terlalu
banyak makan makanan berserat, kalsium akan terserap ikut terbuang.
i) Keturunan
Kerentanan terhadap fraktur (patah tulang) ternyata dipengaruhi keturunan (genetika).
Wanita muda yang ibunya pernah fraktur tulang punggung akan mempunyai massa
tulang lebih rendah.
Berikut beberapa keadaan yang meningkatkan resiko terkena osteoporosis.
a) Menopause
Menopause merupakan faktor paling signifikan sehubungan dengan resiko terhadap
osteoporosis. Hilangnya estrogen saat menopause adalah alasan yang paling umum wanita
terkena osteoporosis. Penurunan estrogen menyebabkan keropos tulang secara cepat.
Hanya 5% dari wanita pasca menopause terkena osteoporosis yang disebabkan faktor
selain kehilangan estrogen (Alexander dan Knight, 2010).

b) Setelah umur 30 sampai 40 tahun.


Karena setelah umur ini, pembentukan tulang lebih sedikit ketimbang hilangnya sel tulang.
c) Merokok
Nikotin dalam rokok menimbulkan masalah pada pembentukan tulang dengan cara
menganggu peran penting estrogen dan testosteron dalam perkembangan tulang
(Alexander dan Knight, 2010).
d) Penyakit tertentu
Beberapa penyakit yang meningkatkan resiko osteoporosis: artritis reumatoid, bronkitis
kronis dan emfisema, hipertiroidisme, malnutrisi, penyakit hati kronis dan penyakitpenyakit usus.
e) Asupan kalsium atau vitamin D rendah
Jika makanan mengandung kalsium selama bertahun-tahun, pada masa pertumbuhan, resiko
untuk mengalami osteoporosis juga meningkat. Kurangnya kalsium menyebabkan kurangnya
pembentukan tulang.
Gambaran Klinis Osteoporosis
Gambaran klinis yang dapat ditemukan adalah:
1) Nyeri tulang
Nyeri terutama terasa pada tulang belakang yang intensitas serangannya
meningkat pada malam hari.
2) Deformitas tulang
Dapat terjadi fraktur fraktur traumatik pada vertebra dan menyebabkan kifosis angular
yang dapat menyebabkan medula spinalis tertekan sehingga dapat terjadi paraparesis.
Gambaran klinis sebelum terjadi patah tulang : Klien (terutama wanita tua) biasanya
datang dengan nyeri tulang terutama tulang belakang bungkuk dan sudah menopause.
Gambaran klinis sesudah terjadi patah tulang: Klien biasanya datang dengan keluhan tiba-tiba
punggung terasa sangat sakit (nyeri punggung akut), sakit pada pangkal paha, atau bengkak
pada pergelangan tangan setelah jatuh. Dengan pemeriksaan radiologi, dapat dilihat
gambaran patah tulang pada tempat-tempat tersebut (Muttaqim, 2008).
Gejala umum yang terlihat pada orang lanjut usia adalah posisi tubuh yang membungkuk
karena tulang belakang tidak mampu menopang berat badan orang tersebut (Linden dkk,
2008).

Pengertian Nutrisi
Menurut Rock CL (2004 dalam al Vivo 2013), nutrisi adalah proses dimana tubuh manusia
menggunakan makanan untuk membentuk energi, mempertahankan kesehatan, pertumbuhan
dan untuk berlangsungnya fungsi normal setiap organ baik antara asupan nutrisi dengan
kebutuhan nutrisi.
Nutrisi berbeda dengan makanan, makanan adalah segala sesuatu d. yang kita makan
sedangkan nutrisi adalah apa yang terkandung dalam makanan tersebut (Uri, 2008 dalam Al
Vivo 2013).
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Menurut Sediaoetama (2000 dalam JS Lestari 2012) jumlah nutrisi yang mencukupi
pemenuhan kebutuhan tubuh meliputi :

Bahan makanan pokok

Bahan makanan pokok dianggap yang terpenting di dalam suatu

susunan hidangan di

Indonesia, karena bila suatu susunan hidangan tidak mengandung bahan makanan pokok
tidak dianggap lengkap dan sering orang yang mengkonsumsinya mengatakan belum makan,
meskipun perutnya telah kenyang.

Bahan makanan lauk pauk

Golongan bahan makanan ini disebut lauk pauk, karena memang mencakup bahan pangan
(ikan, daging, kacang-kacangan). Pada umumnya kelompok bahan makanan ini merupakan
sumber utama protein di dalam hidangan.

Bahan makanan sayur dan bahan makanan buah

Kedua kelompok bahan makanan ini termasuk bahan nabati, bahan makanan sayur dan buah,
umumnya merupakan penghasil vitamin dan mineral.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan nutrisi padalansia antara lain
(Nugroho, 2000 dalam JS Lestari - 2012).
o Berkurangnya kemampuan mencerna makanan
Akibat kerusakan gigi atau ompong Pada lansia terjadi gangguan nutrisi terjadi pada
gigi geligi dan semuanya tanggal yang akan mengalami kesulitan dalam mengunyah

makanan, apabila makanan yang disajikan tidak diolah sedemikian rupa sehingga
tidak memerlukan pengunyahan maka akan terjadi gangguan dalam pencernaan dan
penyerapan oleh usus.
o Berkurangnya cita rasa (rasa dan buah)
Hal ini terjadi pada lansia dengan berkurangnya cita rasa yang disebabkan oleh
gangguan pada indera pengecap yang menurun serta adanya iritasi yang kronis dari
selapur lendir. hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap di lidah terutama rasa manis
dan asin, serta hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap tentang rasa asin, asam dan
pahit. Pada lansia apabila terjadi gangguan emosional seperti stress, putus asa dan rasa
takut akan menyebabkan mulut kering, yang dipengaruhi oleh pengaruh simpatik dari
sistem syaraf autonom yang menyebabkan sekresa saliva. Keluhan mulut kering dapat
menghambat nafsu makan pada lansia yang menyebabkan asupan nutrisi berkurang.
Pada lansia sesuai dengan pertambahan umur yang akan menurunkan produksi saliva
dan mengubah komposisi sedikit (Ernawati, 2000 dalm JS Lestari - 2012).
o Berkurangnya koordinasi otot-otot syaraf
Sistem persyarafan yang terjadi suatu perubahan sistem persyarafan yang cepat dapat
menurunkan hubungan persyarafan menjadi lambat dalam respon dan waktu bereaksi,
serta mengecilnya syaraf panca indera, adanya gangguan pendengaran, penglihatan
serta sistem respirasi. Pada lansia gangguan ini terjadi karena pengaruh pertambahan
umur dan menurunnya fungsi organ tubuh misalnya pada gangguan refleks yang dapat
menurun. Pada syaraf otot terejadi flaksi atau lemah, tonus kurang, tendernes dan
tidak mampu bekerja. Untuk otot pada saluran cerna yang terjadi suatu kelemahan
karena pengunaan yang menurun yang berakibat terjadinya konstipasi (Ernawati,
2000 dalam JS Lestari - 2012 ).
o Keadaan fisik yang kurang baik
Keadaan fisik pada lansia terjadi suatu perubahan-perubahan fisik diantaranya dari
perubahan sel yang lebih sedikit jumlahnya dan lebih besar ukurannya. Masalah yang
menyangkut fisik yaitu lansia tidak bisa berjalan atau melakukan sesuatu sendiri.
Masalah fisik misalnya apatis dan lesu dengan tanda-tanda fizik yaitu berat badan
menurun, wajah pucat, sedangkan kelemahan fisik terjadi seperti artritis (cedera
serebrovaskuler) yang menyebabkan kesulitan untuk berbelanja dan memasak
(Darmojo, 2000 dalam JS Lestari - 2012).
o Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi mempengaruhi lansia dalam melaksanakan pengobatan. Pada lansia
secara umu lansia yang memiliki pendapatan sendiri cenderung menolak bantuan
orang lain. Lansia yang tidak memiliki penghasilan akan menggantungkan hidupnya

pada anak atau saudara meskipun status ekonomimereka juga tergolong miskin,
dimana lansia menggantungkan hidupnya terutama pada anak perempuan terdekat.
Rata-rata penghasilan lansia adalah < Rp 300.000 lebih rendah daripada rata-rata
pengeluaran >300.000. keadaan tersebut menunjukkan betapa rentannya kondisi
ekonomi lansia apalagi kalau dilihat dari lansia yang tidak berpenghasilan yang
secaralangsung akan mempengaruhi dalam hal pemenuhan kebutuhan nutrisi lansia
dan perawatan lansia (Siroit, 1999 dalam JS Lestari - 2012 ).
o Faktor Sosial lansia
Pada lansia terjadi perubahan-perubahan psikososial yaitu merasakan atau sadar akan
kematian, penyakit kronis dan ketidakmampuan dalam melakukan aktifitas fisiknya.
Kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial dari segi ekonomi akibat
pemberhentian jabatan atau pensiun yang dipengaruhi oleh meningkatnya biaya hidup
dengan penghasilan yang rendah sulit, serta bertambahnya biaya untuk pengobatan
Keadaan lansia ini membutuhkan dukungan keluarga sepeneuhnya khususnya dalam
pemenuhan kebutuhan nutrisi sehari-hari karena hal ini penting dan bertujuan untuk
menjaga kondisi dan status gizi lansia sehari-harinya. Tanpa adanya dukungan
keluarga akan menyebabkan keadaan lansia tidak baik dan menimbulkan
permasalahan misalnya akan menimbulkan berbagai penyakitnya. Karena kurangnya
pemenuhan asupan nutrisi.
o Faktor Penyerapan Makanan lansia
Masalah nutrisi pada lansia dipengaruhi oleh fungsi obsorpsi yang melemah (adanya
daya penyerapan yang terganggu. Apabila hal ini terjadi pada lansia maka akan
mempengaruhi status gizinya yang berakibat timbulnya penyakit yang diakibatkan
oleh asupan makanan yang terganggu.

Kalsium
Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat dalam tubuh. Sekitar
99 persen total kalsium dalam tubuh ditemukan dalam jaringan keras yaitu tulang dan
gigi terutama dalam bentuk hidroksiapatit, hanya sebagian kecil dalam plasma cairan
eskstravaskuler (Syafiq, 2007).

Kelompok Bahan Makanan

Bahan Makanan

Mg Ca / 100
gram bahan

Susu dan produknya

Susu sapi
Susu kambing
ASI
Keju
Yoghurt
Susu pabrik (kalsium)

116
129
33
90-1180
150
1450-2000

Ikan

Teri kering
Rebon
Teri segar

1200
769
500

Sarden kaleng (dengan tulang)

354

Sayuran

Daun pepaya
Bayam
Sawi
Brokoli
Kacang-kacangan dan hasil Kacang panjang
Susu kedelai (250 ml)
olahannya
Tempe
Tahu
Serealia
Jali
Havermut
tetapi, jika bahan hewani dikonsumsi berlebihan, bisa menghambat

353
267
220
110
347
250
129
124
213
53
penyerapan kalsium,

karena kadar proteinnya tinggi. makanan hewani harus dikonsumsi secukupnya saja. Jika
berlebihan, justru dapat menggerogoti tabungan kalsium dan mempermudah terjadinya
keropos tulang (Ariesi, 2007).
kekurangan unsur kalsium dalam persediannya di dalam tubuh dapat menimbulkan karies
dentis atau kerusakan pada gigi, pertumbuhan tulang menjadi tidak sempurna dan dapat
menimbulkan rakhitis, apabila bagian tubuh terluka maka darah akan sukar membeku
sehingga pengeluaran darah bertambah, dan terjadinya kekejangan pada otot.
Vitamin D
Vitamin secara umum merupakan senyawa organik yang selalu dibutuhkan tubuh yang
berfungsi untuk metabolisme sel secara normal, pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan
tubuh (Keith 1994). Salah satu vitamin yang terkait dengan pembentukan jaringan tulang
adalah vitamin D.

Status vitamin D yang rendah banyak terjadi pada lansia yang kurang terkena sinar matahari
dan vitamin D plasma yang rendah, dihubungkan dengan peningkatan risiko patah tulang
panggul ( Lips 2001).
Vitamin D memiliki peran penting dalam membantu penyerapan kalsium oleh tulang. Dengan
mengkonsumsi makanan yang mengandung Vitamin D dapat membantu meningkatkan
penyerapan kalsium 2,5 kali. Kebutuhan kalsium per hari mencapai 200 IU sampai 400 IU.
Untuk mendapatkan Vitamin D tersebut, bisa dengan mengkonsumsi makanan seperti kerang,
keju, kuning telur, sereal, roti gandum, ikan salmon, butter dan margarin (Santosa 2014).
Vitamin K
Vitamin K merupakan faktor penting dalam proses koagulasi tetapi juga dalam aktivasi
protein tulang osteocalcin (paling melimpah tulang), osteoprotegerin dan RANKL, besar
penting dalam aktivitas osteoklas dan Kesehatan Tulang.
Kekurangan vitamin K, menghasilkan osteocalcin anomali (infra karboksilase), dan
merupakan prediktor risiko patah tulang. Dalam metabolisme tulang, Vitamin K memiliki
tindakan sinergis dengan vitamin D. Vitamin K ditemukan dalam sayuran hijau, seperti
brokoli, kubis Brussel atau bayam; juga dalam minyak sayur dan sereal; dan sedikit susu,
daging dan ikan.
Omega-3
Omega-3 juga telah terbukti sangat baik untuk sendi yang sehat. Asam lemak Omega-3 dapat
membentuk senyawa prostaglandin yang diketahui memiliki sifat anti-peradangan sehingga
risiko nyeri sendi dapat dikurangi. Selain itu omega-3 juga diketahui dapat mempercepat
penyembuhan ligament (jaringan ikat antara tulang dengan tulang). Makanan yang banyak
mengandung omega-3 misalnya salmon, sardine, herring, kacang-kacangan, dan kedelai
(Santosa 2014).
Nutrisi yang kurang Baik Untuk Kesehatan Tulang
1. Produk susu
Anda pasti terkejut. Karena susu dianggap sebagai sumber kalsium terbaik, maka kebanyakan
orang berpikir bahwa produk susu seperti keju juga baik untuk tulang. Namun kenyataannya,
produk susu bisa menyerap kalsium dari tulang dan meningkatkan risiko tulang keropos.
2. Garam

Jika Anda ingin hidup sehat, hindari mengonsumsi terlalu banyak garam. Garam juga buruk
untuk kesehatan tulang. Penelitian di Jepang menemukan bahwa wanita yang makan lebih
banyak garam berkemungkinan empat kali lebih tinggi untuk mengalami pengeroposan
tulang.
3. Minuman soda
Minuman bersoda tak hanya bisa merusak gigi, tetapi juga buruk untuk tulang. Peneliti
mempercayai bahwa asam fosfor yang ada dalam minuman soda bisa meningkatkan risiko
tulang keropos.
4. Terlalu banyak protein
5. Rokok ,Minuman Alkohol dan Kopi
Mengonsumsi makanan sehat juga harus seimbang. Terlalu banyak mengonsumsi protein bisa
melemahkan tulang. Karena itu, penuhi kebutuhan protein, namun juga jangan berlebihan dan
seimbangkan dengan nutrisi yang lain. Konsumsi tembakau dan alkohol telah menunjukkan
menjadi faktor negatif pada massa tulang mendukung kerugiannya, sehingga mereka harus
dihindari. Telah diamati merokok yang muncul untuk mengurangi penyerapan kalsium dan
mempercepat ekskresi mereka. Beberapa Studi menunjukkan bahwa berhenti merokok
menghasilkan pemulihan kecil massa tulang di cadera tersebut. Konsumsi moderat kafein
dapat memiliki efek menguntungkan karena efek diuretik kafein daya kalsium ekskresi
melalui urine.

Você também pode gostar