Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Anatomi Kulit
Kulit merupakan jaringan tubuh yang berfungsi melindungi tubuh dalam
berbagai kondisi lingkungan, sebagai barier infeksi, mengontrol suhu tubuh,
sensibilitas, fungsi imunologi, mempertahankan keseimbangan cairan, elektrolit,
dan kulit mempunyai nilai kosmetik (Andrews, 2004).
Kulit mempunyai berat sekitar 16% dari berat tubuh total dengan luas
antara 1,5 1,9 meter persegi. Tebal antara 1,5 5 mm tergantung letak, umur,
dan jenis kelamin ( Ratcliffe, 1983).
Kulit berasal dari dua lapisan yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis
yang merupakan lapisan epitel berasal dari ektoderm sedangkan lapisan dalam
yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan jaringan
ikat ( Junqueira et al, 2005).
Di bawah dermis terletak jaringan subkutis, suatu jaringan ikat jarang
yang banyak mengandung sel-sel lemak, panikulus adiposa. Subkutis tidak
termasuk bagian kulit, tetapi jaringan yang menghubungkan kulit secara longgar
dengan jaringan otot dibawahnya (Junqueira et al, 2005).
Gambar 2.1 Penampang Kulit
Keterangan gambar :
Penampang melintang kulit, epidermis tersusun dari yang paling permukaan yaitu
stratum corneum, lucidum, granulosum, spinosum, dan basale (Schultz et al,
2007).
Lapisan Kulit
a. Epidermis :
Secara mikroskopis kulit tersusun tiga lapisan : epidermis, dermis, dan
lemak subkutan.
Epidermis merupakan bagian terluar dari kulit yang terdiri dua lapisan
utama, yakni lapisan sel-sel tidak berinti yang bertanduk (stratum korneum)
dan lapisan dalam yaitu stratum malphigi. Stratum malphigi merupakan asal
sel-sel permukaan bertanduk setelah mengalami diferensiasi. Stratum
malphigi dibagi menjadi stratum basale, stratum lusidum, stratum spinosum,
dan stratum granulosum.
1) Stratum korneum
Berupa sel tanduk pipih tanpa inti dengan sitoplasma yang berisi
skleroprotein filamen yang disebut keratin.
2) Stratum lusidum
tersebut
dianggap
mempunyai
peranan
penting
untuk
Lapisan ini terdiri dari sel-sel yang tidak berdiferensiasi yang aktifitas
mitosisnya hebat dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel-sel
epidermis secara konstan. Selnya adalah keratinosit, membentuk keratin
berupa protein fibrosa. Sel lainnya adalah melanosit sebagai pembentuk
melanin. Epidermis diperbaharui setiap 15 30 hari dengan rata rata 19
hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini tergantung letak, usia, dan
faktor faktor lain.
b. Dermis :
Terletak dibawah epidermis yang terdiri dari jaringan ikat yang
menyokong epidermis berupa serabut-serabut kolagen, elastin, dan retikulin.
Dermis sebagai penghubung antara epidermis dengan jaringan subkutis.
Dermis terdiri atas dua lapisan :
1) Lapisan papiler : tipis, berupa serat kolagen dan jaringan ikat jarang.
2) Lapisan retikuler : tebal, terdiri atas jaringan ikat padat.
Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. Dermis juga
mengandung beberapa derivat epidermis yaitu :
a) Folikel rambut :
Adanya pertumbuhan sel sel epidermis ke dalam jaringan dermis dan
subkutan di sekeliling rambut.
Kelenjar sebasea yang berdekatan bersekresi ke folikel rambut.
b) Kelenjar keringat ekrin :
Struktur sekretori, bentuk seperti kumparan terletak pada jaringan
subkutan, dengan satu saluran yang menuju permukaan kulit.
c) Kelenjar keringat apokrin :
Kelenjar keringat apokrin, terutama di aksila dan inguinal dan
bersekresi ke folikel rambut.
c. Subkutis :
Merupakan lapisan dibawah dermis yang terdiri atas lapisan lemak yang
berfungsi sebagai bantalan kulit, mempertahankan suhu tubuh, dan tempat
penyimpanan
energi.
Lapisan
ini
terdiri
atas
jaringan
ikat
yang
ini memperdarahi papila dermis, tiap papila dermis punya satu arteri asenden
dan satu cabang vena. Pada epidermis tidak terdapat pembuluh darah, nutrisi
berasal dari dermis melalui membran epidermis ( Junqueira, et al, 2005).
2. Luka Lecet
a. Definisi
Luka adalah keadaan hilang atau terputusnya kontinuitas jaringan yang
disebabkan trauma dari luar sehingga terjadi kerusakan jaringan kulit, membrana
mukosa, tulang dan organ tubuh lain (Marzoeki, 1993).
Luka lecet atau vulnus ekskoriasi adalah cedera pada permukaan epidermis
dengan kedalaman yang sampai mengenai papilla dermis (Marzoeki, 1993;
Damjanov et al, 1990). Papilla dermis mengandung pleksus arteri dan vena yang
memberi nutrisi pada epidermis, perdarahan pada luka yang sampai pada lapisan
ini (Damjanov et al, 1990). Luka ini banyak dijumpai pada kejadian traumatik
seperti kecelakaan lalu lintas, terjatuh, maupun gesekan dengan benda tajam
ataupun tumpul (Riyadina et al, 2009).
b. Jenis luka berdasarkan derajat kontaminasi (Marzoeki, 1993., Efron et al, 2007) :
1) Luka bersih
Luka bersih adalah luka yang tidak terdapat inflamasi dan infeksi, seperti luka
sayat operasi elektif dan steril dimana luka tersebut tidak berpotensi untuk
terinfeksi. Dengan demikian kondisi luka tetap dalam keadaan bersih.
Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% - 5%.
2) Luka bersih terkontaminasi
Luka bersih terkontaminasi adalah luka pembedahan pada saluran pencernaan
dan saluran perkemihan dalam kondisi terkontrol. Proses penyembuhan luka
akan lebih lama namun luka tidak menunjukkan tanda infeksi. Kemungkinan
timbulnya infeksi luka sekitar 3% - 11%.
3) Luka terkontaminasi
Luka terkontaminasi adalah luka yang berpotensi terinfeksi. Luka ini dapat
ditemukan pada luka terbuka karena trauma atau kecelakaan berupa luka lecet,
laserasi, fraktur terbuka, maupun luka penetrasi. Kemungkinan infeksi luka
10% - 17%.
4) Luka kotor
Luka kotor adalah luka lama, luka kecelakaan yang mengandung jaringan mati
dan luka dengan tanda infeksi seperti cairan purulen. Luka ini bisa sebagai
akibat pembedahan yang sangat terkontaminasi seperti abses atau luka lama.
c. Penyembuhan Luka
Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan
memulihkan dirinya. Peningkatan aliran darah ke daerah yang rusak
membersihkan sel dan benda asing serta perkembangan awal seluler sebagai
bagian dari proses penyembuhan luka. Proses penyembuhan terjadi secara normal
tanpa bantuan, walaupun beberapa bahan perawatan dapat membantu untuk
mendukung proses penyembuhan. Sebagai contoh, melindungi area luka yang
bebas dari kontaminasi dengan menjaga kebersihan, dapat membantu untuk
meningkatkan penyembuhan jaringan.
Penyembuhan luka didefinisikan sebagai suatu proses yang kompleks
dan dinamis sebagai akibat dari pengembalian kontinuitas jaringan dan fungsi
anatomi. Suatu penyembuhan luka di kulit yang ideal adalah dengan kembali
normalnya struktur, fungsi, dan anatomi kulit. Waktu penyembuhan luka
dipengaruhi oleh tipe luka dan lingkungan instrinsik maupun ekstrinsik,
penyembuhan luka bisa berlangsung (Schultz et al, 2007).
1) Proses penyembuhan luka yang alami (Gurtner, 2007; Schultz et al, 2007 ) :
Gambar 2.2 Fase inflamasi
Keterangan gambar :
Fase inflamasi berlangsung sampai hari ke -5, sel radang keluar dari pembuluh
darah secara diapedesis menuju daerah luka, dan timbul tanda-tanda radang
(Schultz et al, 2007 )
trombosit
dan
sel-sel
radang.
Trombosit
mengeluarkan
Keterangan gambar :
Fase proliferasi berlangsung mulai hari ke-4 sampai 3 minggu, terjadi
proliferasi dan pembentukan fibroblast dari sel-sel mesenkim menghasilkan
mukopolisakarida dan serat kolangen yang mempertautkan tepi luka
membentuk jaringan granulasi (Schultz et al, 2007 ).
b)
10
dan serat kolagen yang terdiri dari asam amino glisin, prolin, dan
hidroksiprolin. Mukopolisekarida mengatur deposisi serat-serat kolagen
yang akan mempertautkan tepi luka.
Serat-serat baru dibentuk, diatur, mengkerut, yang tak diperlukan
dihancurkan, dengan demikian luka mengkerut atau mengecil.
Pada fase ini luka diisi oleh sel-sel radang, fibroblast, serat-serat
kolagen, kapiler-kapiler baru, yang membentuk jaringan berwarna
kemerahan dengan permukaan tak rata disebut jaringan granulasi.
Epitel sel basal ditepi luka lepas dari dasarnya dan pindah menutupi
dasar luka, tempat diisi hasil mitosis sel lain. Proses migrasi epitel hanya
berjalan kepermukaan yang rata atau lebih rendah dan tidak dapat naik.
Pembentukan jaringan granulasi berhenti setelah seluruh permukaan luka
tertutup epitel maka mulailah proses maturasi penyembuhan luka berupa
penyatuan kembali dan penyerapan yang berlebih.
Gambar 2.4 Fase remodeling
Keterangan gambar :
Fase remodeling berlangsung berbulan-bulan dan berakhir bila tanda radang
sudah hilang. Berupa parut dan sekitarnya berwarna pucat, tipis, lemas, tak
ada rasa sakit maupun gatal (Schultz et al, 2007 ).
c)
11
suatu proses yang komplek dan dinamis sebagai akibat dari penyembuhan
kontinuitas dan fungsi anatomi.
Setelah permukaan kulit ditutupi oleh sel-sel epitel, sel-sel ini akan
kembali ke fenotipik yang normal. Epitelisasi yang berhasil, diperluas
dengan mempertahankan permukaan kulit agar tetap lembab dan tidak
kering. Keropeng alami mungkin cukup baik untuk tujuan ini, bahan
penutup yang tidak lengket sangat baik untuk mempertahankan permukaan
kulit tetap lembab dan dapat meningkatkan proses epitelisasi secara
bermakna.
2) Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka
a) Faktor yang mempercepat penyembuhan luka terdiri dari :
i. Usia
Anak-anak dan orang dewasa lebih cepat proses penyembuhan luka
daripada orang tua. Orang tua lebih sering terkena penyakit kronis,
penurunan fungsi hati yang dapat mengganggu sintesis dari faktor
pembekuan darah.
ii.
Nutrisi
Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian metabolisme pada
tubuh. Pada luka memerlukan diet kaya protein, karbohidrat, lemak,
vitamin, dan mineral (Fe, Zn). Bila kurang nutrisi diperlukan waktu
untuk memperbaiki status nutrisi setelah pembedahan jika mungkin.
Penderita gemuk meningkatkan resiko infeksi luka dan penyembuhan
lama karena suplai darah jaringan adipose tidak adekuat.
iii.
Infeksi
Ada tidaknya infeksi pada luka merupakan penentu dalam percepatan
penyembuhan luka. Sumber utama infeksi adalah bakteri. Dengan
adanya infeksi maka fase-fase dalam penyembuhan luka akan terhambat.
iv.
12
Keadaan luka
Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas
penyembuhan luka. Beberapa luka dapat gagal untuk menyatu dengan
cepat. Misalnya luka kotor akan lambat penyembuhannya dibanding
dengan luka bersih.
vi.
Lokasi luka
Lokasi luka berhubungan erat dengan banyak sedikitnya vaskularisasi di
daerah tersebut. Vaskularisasi yang baik sangat dibutuhkan untuk
berlangsungnya reaksi inflamasi, reaksi ini bertujuan untuk debridement
jaringan yang mati dan mengontrol infeksi. Vaskularisasi pada tiap-tiap
bagian tubuh tidaklah sama sehingga proses penyembuhan akan berbeda.
Luka di daerah kepala, leher atau badan akan sembuh lebih cepat
daripada di ekstremitas (Hasselt, 2008).
vii.
Obat
Obat anti inflamasi (seperti aspirin dan steroid), heparin, dan anti
neoplasmik mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik
yang lama dapat membuat tubuh seseorang rentan terhadap infeksi luka.
Dengan demikian pengobatan luka akan berjalan lambat dan
membutuhkan waktu yang lebih lama.
b)
13
i. Faktor Intrinsik
Ketika luka terinfeksi, respon inflamatori berlangsung lama dan
penyembuhan luka terlambat. Luka tidak akan sembuh selama ada infeksi.
Infeksi dapat berkembang saat pertahanan tubuh lemah. Diagnosis dari
infeksi jika nilai kultur luka melebihi nilai normal. Kultur memerlukan
waktu 24-48 jam dan selama menunggu pasien diberi antibiotika spektrum
luas. Kadang-kadang benda asing dalam luka adalah sumber infeksi.
Suplai darah yang adekuat perlu bagi tiap aspek penyembuhan. Suplai
darah dapat terbatas karena kerusakan pada pembuluh darah. Hipoksia
mengganggu aliran oksigen dan nutrisi pada luka, serta aktifitas dari sel
pertumbuhan tubuh. Neutropil memerlukan oksigen untuk menghasilkan
oksigen peroksida untuk membunuh bakteri patogen. Demikian juga
fibroblast dan fagositosis terbentuk lambat. Satu-satunya aspek yang dapat
meningkatkan penyembuhan luka pada keadaan hipoksia adalah
angiogenesis.
ii. Faktor ekstrinsik
Faktor ektrinsik dapat memperlambat penyembuhan luka meliputi
malnutrisi, perubahan usia, dan penyakit seperti diabetes melitus.
Malnutrisi dapat mempengaruhi beberapa area dari proses penyembuhan.
Kekurangan protein menurunkan sintesa dari kolagen dan leukosit.
Kekurangan
lemak
dan
karbohidrat
memperlambat
semua
fase
14
15
bersama-sama.
Skar
yang
matur
selanjutnya
terbentuk,
tidak
mengandung pembuluh darah, dan pucat. Skar lebih terasa nyeri pada
fase granulasi.
b) Penutupan luka sekunder
Luka yang terjadi dari trauma, ulserasi, atau infeksi menghasilkan
sejumlah besar eksudat. Batas luka menjadi ireguler dengan kehilangan
jaringan yang cukup luas menyebabkan tepi luka tidak merapat. Reaksi
inflamasi dapat menghambat pada penyembuhan luka. Kegagalan
penutupan sekunder dari luka terbuka akan berakibat terbentuknya luka
terbuka kronis.
c) Penutupan luka tertier
Adalah penutupan luka primer yang tertunda. Terjadi karena luka setelah
terbentuk jaringan granulasi kemudian luka ditutup. Ini terjadi ketika luka
yang terkontaminasi, terbuka, dan ditutup setelah infeksi dikendalikan.
Dapat juga terjadi ketika luka primer terbuka mengalami infeksi dan
dibiarkan tumbuh jaringan granulasi, kemudian ditutup. Penutupan tersier
biasanya mengakibatkan skar yang lebih luas dan lebih dalam dari pada
penutupan primer atau sekunder.
4) Komplikasi penyembuhan luka
Meliputi infeksi, pendarahan, ulkus, dan keloid (Kozier, 1995), dapat
menyebabkan traumatic tattoage (Marzoeki, 1993).
3. MEBO
MEBO telah ditemukan dua dekade terakhir oleh Rong-Xiang Xu di
Beijing pada Chinese Burn Center.
Secara fisik MEBO berwarna kuning kecoklatan, mengandung bahanbahan alami, meliputi sarang lebah (beeswax), minyak wijen (sesame oil), 17
asam-amino, 14 asam lemak, 4 polisakarida. Bahan-bahan aktif dalam obat ini
adalah -sitosterol 0.25%, berberine, dan baicain. MEBO buatan China juga
mengandung bahan seperti Radix Scutellaria, Cortex Phellodendri, dan Rhizoma
Coptidis yang digunakan untuk menghilangkan rasa panas, racun, mengurangi
nyeri, dan meningkatkan regeneration sel (Xu, 2003).
16
17
Manfaat MEBO
a. Epitelisasi
MEBO
meningkatkan
mempunyai
penyembuhan
efek
terapi
epitelisasi,
sebagai
dan
antibakteri,
memperbaiki
analgesik,
formasi
skar
18
19
e. Penyembuhan Luka
MEBO mempunyai kemampuan penyembuhan luka. MEBO telah
ditunjukkan secara eksperimental untuk penyembuhan luka yang signifikan secara
statistik (Wang, 2000).
Studi di Cina menyarankan bahwa MEBO memiliki kemampuan
penyembuhan luka lebih baik daripada salep konvensional untuk luka bakar
(Wang, 2000).
4. Gentamicin 0,3% Ointment
Gentamicin adalah anti bakteri terutama tertuju pada basil gram negatif
aerobik. Gentamicin adalah golongan dari aminoglikosid, merupakan senyawa
yang terdiri dari 2 atau lebih gugus gula amino yang terikat lewat ikatan glikosidik
pada inti hexsosa, berbentuk senyawa polikation yang bersifat basa kuat dan
mudah larut dalam air. Aktifitas aminoglikosid dipengaruhi oleh berbagai faktor
terutama perubahan pH, keadaan aerobik-anaerobik, dan keadaan hiperkapnik.
Aktifitas aminoglikosid lebih tinggi pada suasana alkali dibanding suasana asam.
Gentamicin bersifat bakterisidal cepat. Mekanisme kerja melalui berdifusi
lewat kanal air yang dibentuk oleh porin protein pada membran luar dari bakteri
gram-negatif masuk ke ruang periplasmik, sedangkan transport melalui membran
dalam sitoplasma membutuhkan energi. Fase transport yang membutuhkan energi
ini bersifat rate limiting, fase ini dapat diblok ion Ca, ion Mg, hiperosmolaritas,
penurunan pH, dan anaerobik. Setelah masuk sel, aminoglikosid ini terikat pada
ribosom 30S dan menghambat sintesis protein. Terikatnya aminoglikosid ke
dalam sel diikuti dengan kerusakan membran sitoplasma dan disusul kematian sel
mikroba (Sulistia, 2001).
Sediaan ointment berupa kandugan minyak lebih dominant dibanding
kandungan airnya. Jenis lemak yang dipakai sebagai campuran adalah vaselin,
Fungsi dari vaselin sebagai moisture pada ointment.
Vaselin banyak digunakan dalam berbagai kegunaan. Dibidang kesehatan
vaselin diperkenalkan sebagai ointment atau salep yang diindikasikan diantaranya
untuk luka bakar dan luka bedah. Ciri dari vaselin yang dimanfaatkan untuk
20
kepentingan kesehatan adalah tidak diserap oleh kulit tubuh, sehingga relatif lebih
aman (Polk, 2001).
Vaselin untuk kepentingan kesehatan mengandung bahan yang disebut
dengan lesitin, yang berfungsi sebagai bahan pengemulsi, dimana bahan
pengemulsi ini digunakan untuk mengekalkan lemak yang tersebar di dalam air
atau sebaliknya air yang tersebar di dalam lemak. Sumber pengemulsi bisa dari
tumbuhan atau hewan, lesitin yang berasal dari tumbuhan dalam berbagai produk
kecantikan atau kesehatan dicantumkan dengan istilah lesitin soya.
Praktek
kenyataannya
jarang
ditemukan
efek
samping
terhadap
penggunaan formula vaselin non antibiotik ini. Dasar kerja vaselin adalah
membantu dalam menjaga keseimbangan pH kulit tubuh sehingga mempercepat
tercapainya pemulihan penyembuhan luka yang lebih optimal.
Vaselin antibiotik termasuk dalam obat-obat antibiotik topikal, yaitu obat
yang biasa digunakan pada kulit untuk membunuh bakteri. Banyak bentuk dan
sediaan dari antibiotik topikal diantaranya adalah bentuk cream, ointment atau
salep, powder, dan sprey. Kandungan antibiotik yang dipakai pada obat jenis
topikal diantaranya adalah gentamicin, bacitracin, neomycin, mipirocin, dan
polimycin B (Polk, 2001).
Penggunaan umum dari topikal antibiotik adalah untuk membantu
melindungi kulit tubuh dari infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang didapat
melalui luka. Dalam melakukan perawatan luka tidak cukup dengan melakukan
tindakan sederhana dengan memberikan obat jenis topikal antibiotik, tetapi harus
memperhatikan tehnik atau prinsip perawatan luka yang dianjurkan. Pada
umumnya topikal antibiotik mulai diberikan beberapa saat setelah terjadi luka.
Topikal antibiotik dimaksudkan untuk digunakan hanya pada kulit dan hanya
beberapa hari dalam suatu waktu, jika luka tidak sembuh dalam waktu 5 hari,
maka antibiotik harus diganti. Topikal antibiotik tidak boleh digunakan pada area
luka yang luas atau luka yang terbuka (Enoch, 2003).
Efek samping ringan dari penggunaan topikal antibiotik pada umumnya
adalah iritasi, rasa nyeri, semacam rasa terbakar pada kulit, dan alergi.
21
Vaselin Antibiotik
Tulle antibiotik termasuk dalam obat-obat antibiotik topikal, formula vaselin
antibiotik daryant tulle merupakan bentuk sediaan atau formula yang terdiri dari
antibiotik, vaselin, yang diserapkan pada kasa pembalut steril. Antibiotik yang
terkandung dalam formula vaselin antibiotik daryant tulle adalah framycetin
sulphate 1 % ( neomisin B ) dan diindikasikan antara lain untuk luka bakar, luka
bedah, sirkumsisi, infeksi kulit sekunder dan pada luka terbuka. Framycetin
sulphate (neomisin B) tersedia hanya untuk pengobatan topikal sebagai salep,
tetes telinga, dan mata, masing-masing dengan kadar 1 % dan 5 % (Mims, 2007).
22
B. Kerangka Konsep
Luka Lecet
Faktor intrinsik dan ekstrinsik
Infeksi
Malnutrisi/ Hipoalbumin
Penyakit sistemik
Obat steroid
Merokok
Usia tua
Luka kotor
Gentamicin 0,3%
ointment
MEBO
gentamicin
vaselin
-sitosterol
antibiotik
Moist
Anti
inflamasi
Berberin
Epitelisasi
Baicalin
anti oksidant
anti biotik
Epitelisasi
TULLE
Sesame oil
moist
vaselin
beeswax
Gauses exchange
moist
Regenerasi sel
Epitelisasi
23
hexsosa, berbentuk senyawa polikation yang bersifat basa kuat dan mudah larut
dalam air. Aktifitas aminoglikosid dipengaruhi oleh berbagai faktor terutama
perubahan pH, keadaan aerobik-anaerobik, dan keadaan hiperkapnik. Aktifitas
aminoglikosid lebih tinggi pada suasana basa dibanding suasana asam.
24
Formula vaselin merupakan bentuk sediaan atau formula yang terdiri dari
vaselin yang diemulsikan dengan antibiotik. Indikasi penggunaannya adalah untuk
luka bakar, luka bedah, sirkumsisi, dan luka terbuka (Sulistia, 2001).
Pada kenyataannya jarang ditemukan efek samping kecuali alergi terhadap
penggunaan formula antibiotik ointment. Dasar kerjanya adalah membantu dalam
menjaga keseimbangan pH kulit tubuh, sehingga mempercepat tercapainya
pemulihan penyembuhan luka yang lebih optimal dan mencegah invasi bakteri.
C. Hipotesis
Perawatan luka lecet tertutup menggunakan MEBO dengan Tulle lebih
efektif dibandingkan perawatan terbuka menggunakan Gentamicin 0,3%
ointment.