Você está na página 1de 6

Aplikasi Bioremediasi dan Fitoremediasi Terhadap

Pengolahan Limbah Sludge Pertambangan Emas


Ahmad Masaro, Bagus Tri Prasetyo, Dina Karamani Pradipta, Rendi Yoga Darmawan,
Sri Ajeng Prameswari, David Arthur Lawang
Mahasiswa Program Studi Teknik Lingkungan Kebumian, Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta
Dosen Pembimbing: Eni Muryani, S. Si., M. Sc.
E-mail: karamanidina@gmail.com

Abstrak
Aktifitas pertambangan dianggap seperti uang logam yang memiliki dua sisi yang
saling berlawanan, yaitu sebagai sumber kemakmuran sekaligus perusak lingkungan yang
sangat potensial. Sebagai sumber kemakmuran, sektor ini menyokong pendapatan negara
selama bertahun-tahun. Sebagai perusak lingkungan, pertambangan terbuka (open pit mining)
dapat mengubah secara total baik iklim dan tanah akibat seluruh lapisan tanah di atas deposit
bahan tambang disingkirkan. Hilangnya vegetasi secara tidak langsung ikut menghilangkan
fungsi hutan sebagai pengatur tata air, pengendalian erosi, banjir, penyerap karbon, pemasok
oksigen dan pengatur suhu. Salah satu teknik dalam memperbaiki kualitas lingkungan pada
kawasan pertambangan adalah dengan teknik bioremediasi. Bioremediasi merupakan teknik
pemanfaatan mikroorganisme untuk mendegradasi, menstabilkan, atau memecah bahan
pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun. Dalam paper ini
dikemukakan beberapa hal tentang dampak pertambangan emas, bioremediasi dan
fitoremediasi sebagai alternatif penanganan pencemaran akibat tambang emas
khususnya limbah sludge dengan memanfaatkan beberapa mikroorganisme dan
tanaman. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi bagi kita semua, sehingga
akan dapat mengurangi pencemaran akibat aktivitas pertambangan emas oleh limbah sludge
dan memperbaiki kerusakan lingkungan yang telah terjadi di sekitar pertambangan.
Abstract

Keynote: Limbah Sludge, Bioremediasi, Fitoremediasi.

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dunia semakin lama semakin
tercemar oleh limbah yang semakin lama
membuat keadaan lingkungan seperti air,
udara dan tanah ikut tercemar. Meskipun
alam dapat memiliki kemamuan alami jika
terjadi pencemaran dan dapat kembali
seperti semula, tetapi jika terus-menerus
tercemar maka air, udara dan tanah dapat
kehilangan fungsinya dan rusak. Oksigen
yang terkandung dalam udara tidak lagi
bersih, air menjadi keruh dan tanah tidak
menjadi subur lagi.
Dampak dari pembuangan dari
hasil limbah yang tidak diolah sebelumnya
atau hanya dibuang begitu saja membuat
masyarakat
yang
tinggal
disekitar
pembuangan
limbah
menjadi
khawatir. Eksplorasi pertambangan emas
dan tembaga tidak hanya memperburuk
kualitas sumber daya alam dan lingkungan
hidup yang merugikan generasi masa kini
tetapi juga kerugian bagi generasi yang
akan datang. Oleh karena itu, pemerintah
sebaiknya harus menanggapi dengan serius
masalah
pembuangan
limbah
pertambangan ini.
Limbah-limbah pertambangan jika
dikelola dan diolah dengan baik akan
mengurangi
masalah
pencemaran
lingkungan. Dengan menggunakan metode
pengolahan limbah yang tepat, selain
terjadinya pencemaran lingkungan dapat
dicegah, juga dapat diperoleh nilai tambah
yang tinggi, karena limbah-limbah tersebut
di dalamnya masih terkandung komponenkomponen berharga seperti Al, Cu, dan Fe
yang masih memiliki nilai ekonomi

Memenuhi
tugas
Tengah
Semester Gasal Mata Kuliah
Tata Ruang dan Lingkungan
dimana ini merupakan bagian
tidak
terpisahkan
dengan
Materi penugasan I (pertama).
Melatih kapasitas mahasiswa
dalam mengamati isu yang
berkembang di suatu daerah.
Mengetahui
aplikasi
bioremediasi dan fitoremediasi
terhadap penanganan limbah
sludge hasil tambang emas.

1.3 Rumusan Masalah


Banyaknya potensi pertambangan
emas serta kecenderungan peningkatan
harga
dan
kebutuhan
ekonomi
menyebabkan
semakin
maraknya
penambangan emas. Namun selain
memiliki nilai ekonomis yang tinggi,
tambang emas juga memiliki dampak lain
yaitu adanya limbah buangan seperti
limbah sludge. Atas dasar inilah
permasalahan yang akan dibahas adalah
bagaimana mengatasi limbah sludge
tambang emas dengan menggunakan
teknik bioremediasi dan fitoremediasi.
1.4 Batasan Masalah
Penelitian ini dilakukan dalam
lingkungan manajemen lingkungan dengan
teknik bioremediasi dan fitoremediasi
sehingga permasalahan dibatasi dengan
aplikasi-aplikasi
melalui
teknik
bioremediasi dan fitoremediasi.
1.5 Metodologi
Metode penelitian dalam paper ini
menggunakan deskriptif analitik. Dalam
hal ini, peneliti akan menjabarkan atau
mendiskripsikan kondisi atau situasi dari
objek yang diteliti. Untuk menjelaskan
keadaan dari objek yang diteliti, penulis

1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan paper ini
adalah sebagai berikut :
2

melakukan pencarian terhadap uraian yang


menunjukan teori dan konsep-konsep yang
relevan dengan masalah yang dikaji,
penulis juga mencari uraian mengenai
pendapat-pendapat ahli terdahulu yang
berkaitan dengan masalah dari buku-buku
refrensi, media internet, media cetak, dan
publikasi lainnya.

oksigen ke dalam akar tanaman dan


menyebabkan tanaman tersebut mati.
Limbah yang menyerupai lumpur, kental,
pekat, asam, dan mengandung logamlogam berat yang berbahaya bagi makhluk
hidup.

II. LANDASAN TEORI

Bioremediasi berasal dari dua kata


yaitu bio dan remediasi yang
dapat
diartikan
sebagai
proses
dalam
menyelesaikan masalah. Bioremediasi
merupakan pengembangan dari bidang
bioteknologi
lingkungan
dengan
memanfaatkan proses biologi dalam
mengendalikan
pencemaran.
Bioremediasi mempunyai potensi untuk
menjadi salah satu teknologi lingkungan
yang bersih, alami, dan paling murah
untuk mengantisipasi masalah-masalah
lingkungan.

2.2 Bioremediasi

2.1 Limbah Sludge


Limbah Sludge adalah suatu
limbah hasil pertambangan yang terbentuk
akibat dari adanya campuran dari tailing,
tanah galian maupun air hujan yang
mengangkut bahan-bahan tersebut hingga
terbentuk limbah sludge. Kandungan yang
terdapat dalam limbah sludge sangat
tergantung dari komposisi tailing maupun
kandungan yang terdapat pada tambang
galian itu sendiri. Jika pada suatu wilayah
tambang terdapat kandungan sulfida
seperti dalam pirit (FeS2) maka akan ada
kemungkinan limbah sludge mengandung
air asam tambang yang selain mengandung
H2SO4 juga memiliki kandungan Tembaga
(Cu), Alumunium (Al), Besi (Fe), Timbal
(Pb), dan Mangan (Mn). Beberapa contoh
mineral sulfida, antara lain FeS2-pyrite,
MoS2-molybdenite, FeS2-marcasite,
NiS-millerite, FexSx-pyrrhotite, PbSgalena,
Cu2S-chalcocite,
ZnSsphalerite, CuS-covellite, FeAsSarsenopyrite, CuFeS2-chalcopyrite.
Sementara itu, tailing adalah
limbah industri pertambangan, baik
tambang emas, tembaga, perak maupun
mineral lainnya. Kandungan dalam tailing
tergantung dari cara suatu perusahaan
mengolah bijih emas yang didapatkan.
Jumlah tailing yang besar dapat merusak
tanaman atau komunitas tanaman melalui
proses penyumbatan, menghambat difusi

Bioremediasi diartikan sebagai


proses pendegradasian bahan organik
berbahaya secara biologis menjadi
senyawa lain seperti karbondioksida
(CO2), metan, dan air. Bioremediasi
merujuk pada penggunaan secara produktif
proses biodegradatif untuk menghilangkan
atau mendetoksi polutan (biasanya
kontaminan tanah, air dan sedimen) yang
mencemari lingkungan dan mengancam
kesehatan masyarakat.
Jadi bioremediasi adalah salah satu
teknologi alternatif untuk mengatasi
masalah lingkungan dengan memanfaatkan
bantuan mikroorganisme. Mikroorganisme
yang dimaksud adalah khamir, fungi
(mycoremediasi), yeast, alga dan bakteri
yang
berfungsi
sebagai
agen
bioremediator.
Selain
dengan
memanfaatkan
mikroorganisme,

bioremediasi
juga
dapat
pula
memanfaatkan tanaman air. Tanaman air
memiliki kemampuan secara umum untuk
menetralisir komponen-komponen tertentu
di dalam perairan dan sangat bermanfaat
dalam proses pengolahan limbah cair
( misalnya menyingkirkan kelebihan
nutrien, logam dan bakteri patogen).
Penggunaan tumbuhan ini biasa dikenal
dengan istilah fitoremediasi. Bioremediasi
juga dapat dikatakan sebagai proses
penguraian limbah organik/anorganik
polutan secara biologi dalam kondisi
terkendali. Bioremediasi pada tanah
terkontaminasi dapat dilakukan dengan
cara, yaitu:

Terdapat 2 pendekatan utama


dalam bioremediasi minyak bumi yaitu
bioaugmentasi
(penambahan
mikroorganisme pendegradasi minyak
bumi untuk membantu proses degradasi)
dan biostimulasi (penambahan nutrien
untuk menstimulasikan pertumbuhan
mikroorganisme indigenous).

2.2.2

Ketersediaan nutrien inorganik dan


komposisi rasio C/N dan C/P yang sesuai
penting untuk pertumbuhan bakteri.
Tumpahan minyak bumi menyebabkan
berlimpahnya sumber C. Dengan demikian
untuk memenuhi nilai rasio C/N dapat
ditambahkan pupuk yang mengandung N
dan P. Rasio C: N : P yang umumnya
digunakan pada proses bioremediasi
adalah sekitar 100: 5 : 1.

1. Bioremediasi secara Insitu, adalah


pemulihan kembali suatu media
lingkungan atau pembersihan
kontaminan dari media lingkungan
yang dilakukan langsung di tempat
yang terkena pencemaran. Seperti
bioventing, biosparging dan lainlain.

2.2.3

2. Bioremediasi secara Exsitu, adalah


suatu
tindakan
pembersihan
kontaminan dengan proses yang
dilakukan dengan suatu reaktor
atau dikerjakan di tempat lain di
luar dari daerah yang terkena
pencemaran. Seperti composting,
landfarming, bioslurry dan lainlain. Secara garis besar ada 3
faktor
yang
mempengaruhi
bioremediasi,
yaitu
mikroorganisme,
nutrien
dan
faktor lingkungan.

2.2.1

Kebutuhan Nutrisi

Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan yang harus


diperhatikan selama proses bioremediasi
adalah adanya ketersediaan Oksigen atau
aseptor elektron, memperhatikan kondisi
fisik (pH, kelembaban,temperatur,) kondisi
fisik sangat penting karena dapat
merangsang aktivitas bakteri. Kondisi pH
yang baik untuk pertumbuhan bakteri pada
proses degradasi petroleum 7, bila pH
rendah dapat ditambahkan dengan dolomit
atau sejenis lime lainnya. Temperatur yang
baik sekitar 10-45C. Kandungan air atau
kelembaban dijaga antara 40-60%.

Mikroorganisme
2.4 Bioreaktor
4

Bioreaktor adalah suatu unit alat

merkuri.
Kedua
yaitu
merombak
metilmerkuri dengan pemutusan ikatan
antara
C-Hg
oleh
enzim
organomerkuriliase. Adapun reaksi pada
proses tersebut adalah sebagai berikut:
1. Reduksi Hg2+
Hg2
Hg0
Merkuri reduktase
2. Demitilasi CH3Hg+
CH3Hg+
Hg2+ + CH4
Hg0
Organomerkuriliase
Merkuri
reduktase

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Aplikasi Teknik Bioremediasi
Beberapa mekanisme mikroba
beradaptasi pada tanah bekas tambang
yang tercemar logam-logam antara lain
mikroba mampu menggunakan logam
sebagai sumber energi, mempresipitasikan
logam dalam bentuk garam garam yang
tidak larut, mengimobilisasi logam dalam
dinding sel, mem- produksi agen
pengkelat, mengubah per- meabilitas
membran sel mikroba terhadap logam, dan
mereduksi logam menjadi bentuk yang
tidak toksik
Untuk mendegradasikan logam
berat merkuri (Hg) beberapa mikroba
dikenal mempunyai enzim merkuri
reduktase misalnya Pseudomonas putida,
Geobacter metallire- ducens, Shewanella
putrefaciens,
Kedua spesies terakhir
adalah kelompok bakteri pereduksi sulfat
(BPS).
Penelitian menunjukkan bawa
remediasi merkuri dengan mikroba jauh
lebih baik dari pada secara kimia ka- rena
metode secara kimia selain lebih mahal
juga masih menghasilkan timbun- an
lumpur yang mengandung Hg. Pada saat
proses bioremediasi berlangsung, enzimenzim
yang
diproduksi
oleh
mikroorganisme memodifikasi struktur
polutan beracun menjadi tidak kompleks
sehingga menjadi metabolit yang tidak
beracun dan berbahaya.
Proses biotransformasi merkuri
secara umum terdiri dua proses. Pertama
yaitu reduksi ion merkuri adalah Hg2+
menjadi Hg0 oleh enzim merkuri
reduktase yang membutuhkan reduktan
NADPH dan menghasilkan logam

3.2 Aplikasi Teknik Fitoremediasi


Dalam usaha penggunaan cara
fitoremediasi untuk meremedi suatu
lingkungan yang tercemar diperlukan
pemahaman proses yang terjadi, pemilihan
tanaman dan usaha yang harus dilakukan
agar tanaman tumbuh. Fitoremediasi
memerlukan komitmen sumber daya dan
waktu, walau begitu memerlukan biaya
yang relatif murah, ramah lingkungan
dibandingkan
dengan
teknologi
konvensional. Ada beberapa mekanisme
fitoremediasi
yaitu
fitoekstraksi,
fitotransformasi
(fitodegradasi,
rizodegradasi),
fitostabilisasi
dan
fitofiltrasi.
Terdapat beberapa jenis tanaman
yang dapat digunakan dalam teknik
fitoremediasi, salah satu contohnya yaitu
Tanaman Kangkung darat (ipomeareptana)
dan tanaman akar wangi (vertiver
zizanioides). Tanaman Kangkung darat
(ipomeareptana) dan tanaman akar wangi
(vertiver zizanioides) telah terbukti dapat
mendegradasi merkuri dari tanah bekas
penambangan emas tradisional di daerah
Sanggar, Banyuwangi yang dilakukan
secara ex situ. Caranya:
- Tanah yang tercemar dipindahkan
ke tempat lain
5

- Ditanami tanaman kangkung

http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345
6789/39808/5/Chapter%20I.pdf
http://karyailmiah.fp.ub.ac.id/tanah/jurnalmahasiswa/volume-1-no-2-2013/bonauli/
https://bioremediasil.wordpress.com/2014/
12/31/38/
http://ejournal.uajy.ac.id/5382/2/1BL01105.pdf

darat
- Pengukuran kadar Hg dalam
tanah dan tanaman kangkung dilakukan
selama 8
minggu
- Destruksi Hg dilakukan dengan
penambahan 5 ml HNO p.a. dan 1 ml HCl
p.a.
- Lalu dishaker selama 24 jam
- Ekstrak jernih disaring dan diukur
kadar HG menggunakan ICP-MS

http://radyanprasetyo.blogspot.co.id/
http://learnmine.blogspot.co.id/2013/06/air
-asam-tambang-acid-mine-drainage.html
http://minerpadang.blogspot.co.id/2011/12/air-asamtambang.html

IV. KESIMPULAN DAN SARAN


V. DAFTAR PUSTAKA
https://zenithtaciaibanez.wordpress.com/20
12/09/21/fitoremediasi-alternativepelestarian-lingkungan/

Desul- fovibrio desulfuricans, dan D.


vulgaris.

Você também pode gostar