Você está na página 1de 10

Artikel Ilmiah

KELIMPAHAN IKAN DAN KONDISI TERUMBU KARANG SEBAGAI POTENSI KAWASAN


KONSERVASI DAN BISNIS DI PULAU TIKUS PROVINSI BENGKULU

OLEH
MUHAMMAD NATSIR KHOLIS

SEKOLAH PASCASARJANA
ARTIKEL ILMIAH

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


Nama

: Muhammad Natsir Kholis 2015

Nrp

: C451150081

Universitas

: Institut Pertanian Bogor (IPB)

Judul

: Kelimpahan Ikan Dan Kondisi Terumbu Karang Sebagai Potensi

Kawasan

Konservasi Dan Bisnis di Pulau Tikus Provinsi Bengkulu


I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara umum, paradigma pembangunan ekonomi seringkali dihadapkan pada
persoalan-persoalan lingkungan, khususnya dalam mewujudkan pembangunan yang
berwawasan lingkungan. Pemahaman konservasi seringkali ditafsirkan secara sempit,
hanya

untuk

perlindungan

keanekaragaman

hayati

semata

dan

seolah-olah

mengesampingkan kepentingan aspek sosial ekonomi masyarakat pesisir yang sudah


hidup turun temurun dan merupakan bagian integral dari ekosistem itu sendiri. Melalui
paradigma pembangunan Ekonomi Biru (Blue economy), Kementerian Kelautan dan
Perikanan (KKP) bertekad mengangkat pemanfaatan keekonomian konservasi bagi
kesejahteraan masyarakat (http://www.deepandextremeindonesia.com/lomba-artikelkelautan/).
Belajar dari pengalaman mengelola kawasan konservasi selama ini serta
bercermin dari pembelajaran dari negara-negara lain, konsevasi merupakan sebuah
kebutuhan untuk mengharmonisasikan pemanfaatan sumberdaya alam secara
berkelanjutan dengan tetap mempertahankan prinsip-prinsip kelestarian sumberdaya itu
sendiri, sehingga dapat menjamin pemenuhan kebutuhan manusia terhadap sandang
dan pangan (ketahanan pangan). Dan pengembangan kawasan konservasi laut
Indonesia akan terus ditingkatkan dengan target luas mencapai 20 juta hektar pada
tahun 2020, dengan luas kawasan konservasi laut saat ini yang telah mencapai 15,76
hektar. (http://www.deepandextremeindonesia.com/lomba-artikel-kelautan/).
Provinsi Bengkulu secara geografis terletak di sepanjang pantai barat sumatra
lebih kurang 525 Km dari gugusan pulau Enggano yang berada lebih kurang 90 mil laut
di lautan hindia sebelah selatan Provinsi Bengkulu. Provinsi Bengkulu dengan luas
wilayah : 34.724,69 km2 (laut : 14.929,54 km2 dan darat : 19.788,70 km2 (Sumber :
Bakosurtanal) dan secara geografis terletak diantara 2o 16 3o 31 Lintang Selatan dan

101o 01103o 41 Bujur Timur, dengan suhu udara relatif sama dengan daerah-daerah
kota pinggiran pantai lainnya di Indonesia. Suhu udara maximum berkisar 32.934 0C
sedangkan suhu udara minimum berkisar antara 22 - 23.3 0C. Letak Provinsi Bengkulu
sebelah utara berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat, disebelah Selatan berbatasan
dengan Samudra Indonesia dan Provinsi Lampung, disebelah Barat berbatasan dengan
Samudra Indonesia dan disebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Jambi dan Provinsi
Sumatera Selatan. Provinsi Bengkulu terletak disepanjang kaki bukit barisan dan diatas
tiga lempeng dan satu patahan, yang kerap mengalami gempa bumi, disamping gempa
vulkanik juga gempa tektonik yang dapat dirasakan hampir diseluruh wilayah Bengkulu
hingga

pedesaan

(http://dinkes.bengkuluprov.go.id/ver1/index.php/profil/letak-

geografis).
Pulau Tikus terletak disebelah barat Kota Bengkulu dengan jarak 10 Km dari
pusat Kota Bengkulu dan terhubung langsung dengan samudera hindia. Secara geografis
terletak pada titik koordinat 30 50 17,55 LS dan 1020 10 50,59 BT. Pulau Tikus
merupakan pulau karang kecil yang terletak dalam wilayah administrasi kota Bengkulu
kecamatan teluk segara kelurahan Marlborough yang dikelilingi karang dan kaya
dengan sumberdaya. Diperairan sekitar pulau tikus terdapat panorama alam laut yang
indah dengan potensi fauna yang ada berupa ekosistem karang dan biota laut. Ini sangat
cocok bagi wisatawan yang senang menyelam. Selain itu, pulau tikus juga sangat cocok
dikunjungi oleh para wisatawan yang suka memancing. Karena di sekitar pulau terdapat
batu-batu karang yang dihuni berbagai jenis ikan. Kondisi pulau yang berpasir putih dan
kawasan lautnya terdapat lokasi-lokasi aman untuk kegiatan penyelaman dasar laut.
Dengan airnya yang jernih serta batu karangnya yang indah merupakan pilihan tempat
wisata bahari
(http://www.ppk-kp3k.kkp.go.id/direktori-pulau/index.php/public_c/pulau_info/1749).
Dari latar belakang ini penulis tertarik menulis karya ilmiah yang berjudul
Kelimpahan Ikan Dan Kondisi Terumbu Karang Sebagai Potensi Kawasan Konservasi
Dan Bisnis di Pulau Tikus Provinsi Bengkulu.
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan artikel ini yaitu untuk melihat potensi Pulau Tikus sebagai
kawasan konservasi dan bisnis di Provinsi Bengkulu dilihat dari aspek kelimpahan ikan
dan kondisi terumbu karang.

1.3 Batasan Masalah


1. Kondisi Terumbu Karang di Perairan Pulau Tikus.
2. Kelimpahan dan keanekaragaman ikan karang yang hidup di perairan Pulau Tikus
3. Prospek Pulau Tikus sebagai kawasan konservasi dan bisnis di Bengkulu

II. TINJAUAN TEORITIS


2.1 Definisi Terumbu Karang
Terumbu karang merupakan endapan massif kalsium karbonat (CaCO3) yang
dihasilkan oleh organisme karang pembentuk terumbu dari Filum Cnidaria, Ordo
Scleratina. Binatang karang ini dalam hidupnya bersimbiosis dengan zooxanthellae pada
proses fotosintesis. Hasil dari proses fotosintesis ini adalah endapan masif kalsium
karbonat (Supriharyono, 2000).
Terumbu karang adalah habitat sistem kehidupan biota laut yang hangat, jernih,
tidak dalam, yang kaya dengan keanekaragaman hayati. Terumbu karang terdiri atas
polip-polip karang dan organisme-organisme kecil lain yang hidup dalam koloni. Bila
polip karang mati, ia akan meninggalkan struktur yang keras membatu terdiri atas bahan
mineral mengandung kalsium (karbonat).
Terumbu karang merupakan ekosistem perairan dangkal yang banyak ditemukan
di sepanjang garis pantai daerah tropis. Keberadaannya dibatasi oleh parameter suhu,
salinitas, intensitas cahaya matahari, dan kecerahan suatu perairan. Terumbu karang
mempunyai fungsi yang sangat penting sebagai tempat memijah, mencari makan,
daerah asuhan bagi biota laut, serta sebagai sumber plasma nutfah. Terumbu karang
juga merupakan sumber makanan dan senyawa bioaktif yang berguna dalam farmasi
dan kedokteran. Terumbu karang juga mempunyai fungsi yang tidak kalah pentingnya
yaitu sebagai pelindung pantai dari degradasi dan abrasi (Nontji, 1987).
Keanekaragaman ikan karang ditandai dengan banyaknya jenis dengan berbagai
ukuran. Salah satu penyebab tingginya keanekaragaman ikan karang adalah karena
variasi habitat di terumbu (Nybakken, 1992). Komunitas ikan karang mempunyai
hubungan yang erat dengan terumbu karang sebagai habitatnya. Banyak ahli yang
sepakat bahwa kelimpahan jenis haetodontidae merupakan indikator kondisi terumbu
karang dan terdapat hubungan yang positif antara persentase tutupan karang hidup
dengan kelimpahan jenis Chaetodontidae (Prasetiawan, 2002).

2.2 Definisi Ikan Karang


Ikan Karang adalah ikan-ikan yang hidup pada daerah terumbu karang sejak dari
masa juvenil hingga dewasa (Sale, 1997 dalam Reese dan Lighter, 1978 ). Keberadaan
ikan di terumbu karang sangat tergantung pada kondisi terumbu karang itu sendiri.
Beberapa kelompok ikan menunjukkan kecenderungan kelimpahan yang meningkat
untuk jangka waktu yang panjang pada kondisi terumbu karang dengan persentase
tutupan karang yang tinggi. Sementara pada kondisi terumbu karang dengan persentase
tutupan yang rendahpun dijumpai peningkatan kelimpahan pada beberapa kelompok
ikan.
Jenis Ikan-Ikan Karang Berdasarkan Peranannya:
1. Ikan Target
Ikan yang merupakan target untuk penangkapan atau lebih dikenal juga dengan
ikan ekonomis penting atau ikan konsumsi seperti; Seranidae, Lutjanidae, Kyphosidae,
Lethrinidae,

Acanthuridae,

Mulidae,

Siganidae,

Labridae

(Chelinus,

Himigymnus,choerodon) dan Haemulidae.


2. Ikan Indikator
Sebagai ikan penentu untuk terumbu karang karena ikan ini erat hubunganya
dengan kesuburan terumbu karang yaitu ikan dari Famili Chaetodontidae (kepe-kepe).
3. Ikan Lain ( Mayor Famili)
Ikan ini umumnya dalam jumlah banyak dan banyak dijadikan ikan hias air laut
(Pomacentridae, Caesionidae, Scaridae, Pomacanthidae Labridae, Apogonidae dll).
2.3 Kawasan Konservasi
Kawasan konservasi laut merupakan kawasan perairan yang dilindungi, dikelola
melalui sistem zonasi, untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya ikan dan
lingkungannya secara berkelanjutan. Upaya pengelolaannya yang dilakukan oleh
pemerintah daerah dikenal dengan Kawasan Konservasi Laut Daerah. Penetapan
kawasan konservasi laut daerah dilakukan melalui proses pendekatan partisipatif
masyarakat dalam skala kecil atau skala desa untuk memberikan perlindungan khusus
terhadap suatu kawasan yang secara ekologis bernilai tinggi, dengan menggunakan
peraturan formal maupun peraturan adat. Kawasan konservasi skala kecil yang
dimaksud adalah Daerah Perlindungan Laut yang ditetapkan bersama-sama pemerintah
daerah

dan masyarakat

sekitar melalui

pertimbangan

yang utuh mengenai

pengembangan

lingkungan,

dan

sekaligus

mempertimbangkan

aspek

sosial

ekonominya, sehingga dapat menghindari konflik dengan masyarakat tradisional


disekitarnya.
(https://dhamadharma.wordpress.com/2011/11/23/kawasan-konservasi-laut-daerahpulau-biawak-kabupaten-indramayu/).
Konservasi berasal dari kata Conservation yang terdiri atas kata con (together)
dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian mengenai upaya memelihara apa
yang kita punya (keep/save what you have), namun secara bijaksana (wise use). Ide ini
dikemukakan oleh Theodore Roosevelt (1902) yang merupakan orang Amerika pertama
yang mengemukakan tentang konsep konservasi. Konservasi dalam pengertian
sekarang, sering diterjemahkan sebagai the wise use of nature resource (pemanfaatan
sumberdaya alam secara bijaksana).
Konservasi juga dapat dipandang dari segi ekonomi dan ekologi dimana
konservasi dari segi ekonomi berarti mencoba mengalokasikan sumberdaya alam untuk
sekarang, sedangkan dari segi ekologi, konservasi merupakan alokasi sumberdaya alam
untuk sekarang dan masa yang akan datang. Apabila merujuk pada pengertiannya,
konservasi didefinisikan dalam beberapa batasan, sebagai berikut :
1. Konservasi adalah menggunakan sumberdaya alam untuk memenuhi keperluan
manusia dalam jumlah yang besar dalam waktu yang lama (American Dictionary).
2. Konservasi adalah alokasi sumberdaya alam antar waktu (generasi) yang optimal
secara sosial (Randall, 1982).
3. Konservasi merupakan manajemen udara, air, tanah, mineral ke organisme hidup
termasuk manusia sehingga dapat dicapai kualitas kehidupan manusia yang
meningkat termasuk dalam kegiatan manajemen adalah survai, penelitian,
administrasi, preservasi, pendidikan, pemanfaatan dan latihan (IUCN, 1968).
4. Konservasi adalah manajemen penggunaan biosfer oleh manusia sehingga dapat
memberikan atau memenuhi keuntungan yang besar dan dapat diperbaharui untuk
generasi-generasi yang akan datang (WCS, 1980).
Kawasan konservasi laut penting bagi perlindungan keanekaragaman hayati laut
dan pemeliharaan produktifitas perairan terutama sumberdaya perikanan. Saat ini
jumlah kawasan konservasi laut terlalu sedikit dibanding dengan luas laut yang belum
dikelola secara baik. Sampai sekarang baru 1% dari laut keseluruhan yang termasuk

dalam kawasan konservasi dibanding dengan kawasan darat yang sudah mencapai 9%.
Panduan ini mengemukakan langkah yang seyogyanya diambil untuk membentuk
jaringan kawasan konservasi laut yang efektif. Ada dua cara dalam pembentukan
kawasan konservasi laut yaitu :

Membangun kawasan konservasi laut yang kecil-kecil dalam jumlah yang banyak
dan dilin-dungi secara ketat; atau membentuk kawasan penggunaan ganda yang luas
dan mengandung daerah konservasi di dalamnya yang dilindung secara ketat.

Pendekatan tersebut secara prinsip tidak perlu diperdebatkan. Keduanya harus


berada dalam kerangka pengelolaan ekosistem terpadu, mencakup ekosistem laut
dan darat yang mempengaruhinya.
III. ANALISIS DAN GAGASAN
Dalam pembangunan selama ini kita hanya memfokuskan konservasi terhadap

lingkungan, ekosistem

dan pulau-pulau kecil

tanpa memperhatikan prospek

perekonomian masyarakat yang ada di daerah tersebut. Begitu juga yang terjadi di Pulau
Tikus, Pulau yang menjadi kebanggaan masyarakat Bengkulu akhir-akhir ini telah
menjelma sebagai tujuan wisata bahari dengan panorama yang indah. Seharusnya
dengan adanya pulau ini perekonomian masyarakat di daerah pesisir Bengkulu akan
lebih maju, tetapi kenyataannya masyarakat yang ada di pesisir Bengkulu hidupnya
begitu-begitu saja.
Pulau Tikus ini seharusnya telah ditetapkan sebagai kawasan konservasi karena
tingginya abrasi yang menyebabkan terus berkurangnya area daratan Pulau Tikus dan
pencemaran lingkungan akibat aktivitas bongkar muat kapal tongkang. Pemerintah
Provinsi Bengkulu termasuk lamban dalam penanganan ini, bahkan Pulau Tikus tidak
diperhatikan sama sekali. Potensi yang begitu besar yang ada pada Pulau Tikus ini
seharusnya tidak dipandang sebelah mata oleh pemerintah setempat, karena Pulau Tikus
seharusnya menjadi kawasan konservasi dan bisnis yang ada di Provinsi Bengkulu.
Pulau Tikus ini memliki terumbu karang dan ikan karang yang yang beranekaragam
yang indah, sehingga sangat cocok dijadikan sebuah prospek bisnis yang menjanjikan.
Menurut penelitian Fitri (2010) ada 24 jenis ikan yang terdiri dari 20 famili.
Dari setiap pengamatan yang dilakukan sebanyak lima kali pengamatan dengan 2
kedalaman yang berbeda, pada kedalaman 3 m jenis ikan karang terbanyak dari famili
Acanthuridae yang memiliki jumlah paling banyak dibandingkan dengan yang lainnya

yaitu 8,44 %, famili Chaetodontidae sebanyak 21,06 %, famili Ephippidae sebanyak


6,98 %, sedangkan pada kedalaman 7 m jenis ikan karang terbanyak dari famili
Lethrinidae sebanyak 8,1 %, famili Chaetodontidae sebanyak 23,4%, famili
Pomacenridae sebanyak 11,04 % dan sisanya adalah famili yang lainnya. Pengamatan
kelimpahan ikan karang dilakukan dalam dua kedalaman yaitu pada kedalaman 3 m
dan 7 m. Kelimpahan ikan karang tertinggi terdapat sebagian besar pada kedalaman 3 m
dengan nilai kelimpahan 3 individu/m2. Sedangkan nilai kelimpahan ikan karang yang
terendah terdapat pada kedalaman 7 m dengan nilai kelimpahan 2 individu/m2,
disebabkan oleh pengaruh kerusakan terumbu karang itu sendiri. Beberapa spesies ikan
penghuni perairan Pulau Tikus dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Ikan Target

Ikan Indikator

Ikan lainnya

Sumber: (Fitri, 2010)

Kondisi terumbu karang di perairan Pulau Tikus cukup memprihatinkan,


menurut penelitian yang dilakukan oleh Fitri (2010) bahwa 46% terumbu karang telah

mati. Persentase terumbu karang yang ada di perairan Pulau Tikus berdasarkan
penelitian Fitri (2010) yaitu:

Sumber: (Fitri, 2010)

Kondisi Terumbu Karang di Perairan Pulau Tikus


Sumber: (Fitri, 2010)
Dalam sebuah wacana Pulau Tikus ini telah diprogramkan pemerintah Provinsi
Bengkulu sebagai obyek wisata yang nantinya akan menarik wisatawan terutama yang
senang dengan panorama dasar laut, selam dan memancing. Kenyataannya pemerintah
setempat tidak fokus menangani permasalahan yang ada di Pulau Tikus, yang
menyebabkan lambannya pertumbuhan ekonomi masyarakat di daerah pesisir
Bengkulu. Padahal daerah Pulau Tikus ini sangat berpotensi menjadi kawasan
konservasi dan bisnis yang menjanjikan.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN


4.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa pulau tikus sangat berpotensi untuk dijadikan
kawasan konservasi dan bisnis di daerah Provinsi Bengkulu dilihat dari aspek
kelimpahan dan keanekaragaman ikan. Sedangkan dilihat dari aspek terumbu karang
sebenarnya juga berpotensi menjadi kawasan konservasi dan bisnis tetapi perlu di
direhabilitasi untuk memperbaikki terumbu karang yang mengalami kerusakan.
5.2 Saran
Perlu diadakannya rehabilitasi terumbu karang, karena dengan kondisi terumbu
karang yang baik otomatis jumlah kelimpahan ikan karang akan semakin meningkat dan
akan semakin menambah daya tarik wisata ke Pulau Tikus.
DAFTAR PUSTAKA
Fitri, N.A. (2010). Pengamatan Kelimpahan Jenis Ikan Karang Kaitannya Dengan
Kondisi Terumbu Karang Di Pulau Tikus, Bengkulu. Penelitian Integrasi.
Sekolah Tinggi Perikanan, Jakarta.
Http://dinkes.bengkuluprov.go.id/ver1/index.php/profil/letak-geografis
Http://www.deepandextremeindonesia.com/lomba-artikel-kelautan/
Http://www.ppk-kp3k.kkp.go.id/direktori-pulau/index.php/public_c/pulau_info/1749
Https://dhamadharma.wordpress.com/2011/11/23/kawasan-konservasi-laut-daerahpulau-biawak-kabupaten-indramayu/
Nontji (1987), Laut Nusantara, Penerbit Djambatan, Jakarta.
Nybakken, J.W. (1992). Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Eidman, M.
Koesoebiono, D.G. Begen, M.Hutono dan S.Sukadjo [Penerjemah]. Terjemahan
dari: Marine Biologi An Ecological Approach. PT. Gramedia, Jakarta.
Supriharyono, 2000. Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang. Djambatan. Jakarta

Você também pode gostar