Você está na página 1de 7

Nama : Mia Esta Poetri Afdal Faisal

NIM : 04011281320033
Kelas : PSPD A 2013

Embriologi Ekstremitas
Pertumbuhan dan perkembangan ekstremitas
Pada akhir minggu ke empat perkembangan, tunas ekstremitas mulai tampak sebagai
kantong kantong yang keluar dari dinding tubuh ventrolateral. Pada awalnya tunas-tunas
ini terdiri dari inti mesenkim yg berasal dari lapisan somatik mesoderm lempeng lateral
yang akan membentuk tulang dan jaringan ikat ekstremitas, dilapisi oleh suatu lapisan
ektoderm kuboid. Ektoderm di batas distal ekstremitas menebal dan membentuk apical
ectodermal ridge (AER). Bubungan (ridge) ini menimbulkan pengaruh induktif pada
mesenkim sekitar, menyebabkannya tetap bertahan sebagai populasi sel yang tidak
berdiferensiasi dan cepat berproliferasi, yaitu progress zone. Seiring dengan pertumbuhan
ekstremitas, sel-sel yang terletak jauh dari pengaruh AER mulai berdiferensiasi menjadi
kartilago dan otot. Dengan cara ini perkembangan ekstremitas berlangsung secara
proksimodistal.

Pada mudigah 6 minggu, bagian terminal tunas ekstremitas menjadi pipih untuk
membentuk lempeng tangan (handplate) dan lempeng kaki (footplate) dan dipisahkan
dari segmen proksimal oleh suatu konstriksi melingkar. Kemudian kontriksi kedua
membagi bagian proksimal menjadi dua bagian, dan bagian-bagian utamaekstremitas kini
dapat dikenali. Jari tangan dan kaki terbentuk saat kematian sel dia AER memisahkan
hubungan ini menjadi lima bagian. Pembentukan lebih lanjut jari-jari bergantung pada
pertumbuhan selanjutnya dibawah pengaruh lima segmen ektoderm bubungan,
kondensasi mesenkim untuk membentuk pancaran jari-jari kartilaginosa, dan kematian
jaringan diantara jari-jari tersebut.
Perkembangan ekstremitas atas dan bawah serupa kecuali bahwa morfogenesis
ekstremitas bawah tertinggal 1-2 hari dibandingksn dengan ekstremitas atas. Selama
minggu ke-7 gestasi, ekstremitas juga berputar dalam arah yang berlawanan. Ekstremitas
atas berputar 90 derajat kelateral sehingga otot-otot ekstensor terletak di permukaan
lateral dan posterior dan ibu jari terletak di lateral, sedangkan ekstremitas bawah berputar
sekitar 90 derajat ke medial sehingga otot ekstensor terletak di permukaan anterior dan
ibu jari di medial.
Sementara bentuk luar sedang mewujud, mesenkim di tunas ekstremitas mulai mengalami
pemadatan, dan sel-sel ini berdiferensiasi menjadi kondrosit. Pada minggu ke-enam
perkembangan, kondrosit ini telah membentuk model kartilago hialin pertama,
mengawali pembentukan tulang ekstremitas. Sendi-sendi terbentuk di kondensasi
kartilago saat kondrogenesis benhenti, dan terbentuklah zona antarsendi. Sel-sel di regio
ini meningkat jumlah dan kepadatannya, dan kemudian terbentuk rongga sendi akibat
kematian sel. Sel-sel di sekitar berdiferensiasi menjadi kapsul sendi. Faktor-faktor yang
mengendalikan posisi sendi belum diketahui, tetapi sekresi molekul WNT14 tampaknya
merupakan sinyal induktifnya.

Penulangan tulang ekstremitas, osifikasi endokondral, dimulai pada akhir periode


mudigah. Pusat pusat osifikasi primer terdapat di semua tulang panjang ekstremitas pada
minggu ke -12 perkembangan. Dari pusat primer di batang atau diafisis tulang,osifikasi
endokondral secara bertahap menyebar ke ujung-ujung model kartilago.
Saat lahir, diafisis tulang biasanya telah mengalami osifikasi sempurna, tetapi kedua
ujungnya epifisis. Tetap berupa kartilago. Namun, segera sesudahnya, di epifisis muncul
pusat-pusat osifikasi. Untuk sementara, lempeng kartilago tetap berada diantara pusatpusat osifikasi epifisis dan diafisis. Lempeng ini, lempeng epifisis, berperan penting dalm
pertambhan panjang tulang. Osifikasi endokondral berlangsung di kedua sisi lempeng.
Ketika tulang telah mencapai panjang penuhnya (maksimalnya), lempeng epifisis lenyap,
dan epifisis menyatu dengan batang tulang.
Di tulang panjang, lempeng epifisis ditemukan di masing-masing ekstremitas; di tulang
yang lebih kecil, misalnya falang, lempeng tersebut ditemukan di salah satu ekstremitas;
dan di tulang irregular, misalnya vertebra, terdapat satu atau lebih pusat osifikasi primer
dan biasanya lebih dari satu pusat osifikasi sekunder.

Regulasi molekular pembentukan ekstremitas


Penempatan ekstremitas di sepanjang sumbu kraniokaudaldidaerah pinggang mudigah
diatur oleh gen-gen HOX yang diekspresikan sepanjang sumbu ini. Gen-gen homeobox
ini diekspresikan dalam pola tumpang tindih dari kepala ke ekor, dengan sebagian
memiliki batas lebih kranial dibandingkan dengan yang lain. Sebagai contoh, batas
kranial ekspresi HOX8 adalah batas kranial ekstremitas atas, dan kesalahan ekspresi gen
ini mengubah posisi ekstremitas ini.
Jika posisi disepanjang kraniokaudal ini telah ditentukan, pertumbuhan disepanjang
sumbu proksimodistal, anteroposterior, dan dorso ventral juga harus diatur. Pertumbuhan
tunas ekstremitas yang terjadi pertama kali, dipicu oleh TBX5 dan FGF10 diekstremitas
atas dan TBX4 dan FGF10 di ekstremitas bawah yang dikeluarkan oleh sel-sel mesoderm
lempeng lateral. Jika pertumbuhan tunas ini telah dimulai, berbagai protein morfogenetik
tulang (BMP) yang diekspresikan di ektoderm ventral, memicu pembentukan AER
dengan membentuk sinyal melalui gen homeobox MSX2. Ekspresi radical fringe (suatu
homolog dari Drosophila fringe), di separuh dorsal ektoderm ekstremitas, membatasi
lokasi AER di ujung distal ekstremitas. Gen ini menginduksi ekspresi SER2, suatu
homolog Drosophila serrate, dibatas antara sel-sel yang mengekspresikan Radical fringe
dan sel-sel yang tidak. Di batas inilah AER terbentuk. Pembentukan batas itu sendiri
dibantu oleh ekspresi Engrailed-1 di sel-sel ektoderm ventral, karena gen ini menekan
ekspresi Radical fringe. Setelah terbentuk, hubungan itu mengekspresikan FGF4 dan
FGF8 yang mempertahankan progress zone, yaitu populasi sel mesenkim yang

berproliferasi cepat di dekat bubungan. Pertumbuhan distal ekstremitas kemudian


dilakukan oleh sel yang berproliferasi cepat dibawah pengaruh FGF. Seiring dengan
terjadinya pertumbuhan, sel mesenkim di ujung proksimal progress zone menjadi
semakin jauh dari bubungan dan pengaruhnya serta mulai memperlambat laju
pembelahan serta mulai berdiferensiasi.
Pembentukan pola sumbu anteroposterior ekstremitas diatur oleh zone of polarizing
activity (ZPA), suatu kelompok sel dibatas posterior ekstremitas dekat pinggang. Sel-sel
ini menghasilkan asam retinoat (vitamin A) yang memicu ekspresi sonic hedgedog
(SHH), suatu faktor yang disekresikan untuk mengatur sumbu anteroposterior.
Karena itu sebagai contoh, jari muncul dengan urutan yang sesuai, dengan ibu jari disisi
radial (anterior). Seiring dengan tumbuhnya ekstremitas, ZPA bergerak kearah distal
untuk mempertahankan kedekatannya dengan batas posterior AER. Kesalahan ekspresi
asam retinoat atau SHH dibatas anterior suatu ekstremitas yang mengandung ZPA yang
diekspresikan normal dibatas posterior menyebabkan duplikasi cermin struktur-struktur
ekstremitas tersebut.
Sumbu dorsoventral juga diatur oleh BMP di ektodermventral yang meicu ekspresi faktor
transkripsi EN1. Pada gilirannya EN1 menekan ekspresi WNT7a, membatasinya ke
ektoderm dorsal ekstremitas. WNT7a adalah suatu faktor dikeluarkan untuk memicu
ekspresi LMX1, suatu faktor transkripsi yang mengandung sebuah homeodomain,
dimesenkim dorsal. LMX1 menspesifikasikan sel-sel ke bagian dorsal, membentuk
komponen dorsoventral. Selain itu, WNT7a mempertahankan ekspresi SHH di ZPA
sehingga secara tidak langsung juga mempengaruhi pembentukan pola anteroposterior.
Kedua gen ini juga berikatan erat dalam pembentukan sinyal Drosophila, dan interasinya
ini juga terjadi pada vertebrata. Pada kenyataannya, semua gen-gen penentu pola di
ekstremitas ini memeliki lengkung umpan-balik. Karena itu FGF di AER mengaktifkan
SHH di ZPA, sementara WNT7a mempertahankan sinyal SHH.
Meskiun gen-gen penentu pola untuk sumbu-sumbu ekstremitas telah diketahui, gen-gen
HOX-lah yang mnegatur tipe dan bentuk tulang ekstremitas. Karenanya, ekspresi gen
HOX yang terjadi karena ekspresi kominasi SHH, FGF, dan WNT7a, terjadi dalam fasefase ditiga tempat di ekstremitas yang sesuai dengan pembentukan bagian proksimal
(stilopod), tengah (zeugopod), dan distal (otopod). Gen-gen kelompok HOXA dan HOXD
merupakan penentu utana di ekstremitas, dan variasi dalam pola ekspresi kombinasi gengen ini mungkin menjadi penyebab perbedaan struktur ekstremitas atas dan bawah.
Seperti sumbu kranikaudal mudigah, gen-gen HOX terkumpul dalam pola ekspresi yang
tumpang tindih yang entah bagaimana mengatur pembentukan pola. Faktor-faktor yang
menentukan ekstremitas atas versus bawah adalah faktor transkripsi TBX5 (ekstremitas
atas) dan TBX4 bersama PITX1 (ekstremitas bawah).

DAFTAR PUSTAKA
Sadler, T.W. 2013. Langmans Medical Embriology 10th edition. USA: Lippincott
Williams&Wilkins.

[Internet].http://staff.ui.ac.id/system/files/users/kuntarti/material/anatomimuskuloskeletal.pdf.
Diakses tanggal 7 Desember 2015.

Você também pode gostar