Você está na página 1de 13

TUGAS

AKUNTANSI MANAJEMEN
Cost Profit Volume Analysis

OLEH :

PUTU SRI ARTA JAYA K.

(1591661012)

I GUSTI BAGUS ALIT WAHYU

(1591661027)

I GEDE BANDAR WIRA PUTRA

(1591661032)

A.A. GDE DWI ADITYA A.

(1591661033)

MAGISTER AKUNTANSI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
2015

ANALISIS BIAYA VOLUME LABA


Analisis biaya volume laba (cost volume profit analysis-CVP analysis) merupakan
suatu alat yang sangat berguna untuk perencanaan dan pengambilan keputusan. Karena
analisis biaya volume laba (CVP) menekankan keterkaitan antara biaya, kuantitas yang
terjual, dan harga, semua informasi keuangan perusahaan terkandung di dalamnya. Analisis
CVP dapat menjadi suatu alat yang bermanfaat untuk mengidentifikasi cakupan dan besarnya
kesulitan ekonomi yang dihadapi suatu divisi dan membantu mencari pemecahannya.
Analisis CVP juga dapat mengatasi banyak isu lainnya, seperti jumlah unit yang harus
dijual untuk mencapai impas, dampak pengurangan biaya tetap terhadap titik impas dan
dampak kenaikan harga terhadap laba. Selain itu, analisis CVP memungkinkan para manajer
untuk melakukan analisis sensitifitas dengan menguji dampak dari berbagai tingkat harga
atau biaya terhadap laba.

1) TITIK IMPAS DALAM UNIT


Titik impas (break even point) adalah titik dimana total pendapatan sama dengan total
biaya, titik dimana laba sama dengan nol. Untuk menemukan titik impas dalam unit, kita
fokus pada laba operasi. Pertama, kita menentukan titik impas, kemudian melihat bagaimana
pendekatan kita dapat dikembangkan untuk menentukan jumlah unit yang harus dijual guna
menghasilkan laba yang ditargetkan. Kedua, kita harus memisahkan biaya menjadi komponen
tetap dan variabel.
a. Penggunaan Laba Operasi dalam Analisis CVP
Laporan

laba

rugi

merupakan

suatu

alat

yang

berguna

untuk

mengorganisasikan biaya-biaya perusahaan dalam katgori tetap dan variabel. Laporan


laba rugi dapat dinyatakan dalam persamaan berikut :
Laba Operasi = Pendapatan Penjualan Beban Variabel Beban Tetap

Laba operasi (operating income) mencakup pendapatan dan beban dari


operasional normal perusahaan. Laba operasi menunjukkan penghasilan atau laba

sebelum pajak penghasilan. Laba bersih (net income) adalah laba operasi dikurangi
pajak penghasilan.
Setelah menghitung jumlah unit yangterjual, kita dapat mengembangkan
persamaan laba operasi dengan menyatakan pendapatan penjualan dan beban variabel
dalam jumlah unit dolar dan jumlah unit.

Laba Operasi = (Harga x Jumlah unit terjual ) ( Biaya variabel per unit x
Contoh: Whitter Company merupakan perusahaan yang memproduksi mesin
Jumlah unit terjual ) Total biaya tetap
pemotong rumput. Untuk tahun mendatang, pengontrol menyusun proyeksi
laporan laba rugi berikut :
Penjualan (1000 unit @$400)
Beban variabel
Margin kontribusi
Beban tetap
Laba operasi

$ 400.000
325.000
$ 75.000
45.000
$30.000

Apabila data diatas dmasukkan ke dalam persamaan maka:


Laba operasi
Laba operasi
75 x unit
Unit

= (400 x unit) (325 x unit) 45.000


= (75 x unit) 45.000
= 45.000
= 600

Jadi, Whitter Company harus menjual 600 unit mesin pemotong rumput untuk
mencapai titik impas.
b. Jalan Pintas untuk Menghitung Unit Impas
Kita dapat menghitung unit impas lebih cepat dengan berfokus pada margin
kontribusi. Margin kontribusi (contribution margin) adalah pendapatan penjualan
dikurangi total biaya variabel. Pada impas, margin kontribusi sama dengan beban
tetap.Jika kita mengganti margin kontribusi per unit untuk harga dikurangi biaya
variabel per unit pada persamaan laba operasi dan memperoleh jumlah unit, maka
akan didapatkan persamaan dasar impas berikut :

Jumlah Unit
= Biaya
Margin sebelumnya,
Kontribusi per
unit
Dengan menggunakan
contoh
yang tetap
sama /dengan
jika
data dimasukkan
kedalam persamaan maka:
Jumlah unit

= 45.000/ (400-300)
= 45.000/75
= 600
c. Penjualan dalam Unit yang Diperlukan untuk Mencapai Target Laba

Meskipun titik impas merupakan informasi yang berguna, sebagaian besar


perusahaan ingin memperoleh laba operasi lebih besar daripada nol. Analisis CVP
menyediakan cara menentukan jumlah unit yang harus dijual untuk menghasilkan
target laba tertentu. Pendekatan laba operasi dan pendekatan margin kontribusi dapat
disesuaikan dengan mudah untuk mencari target laba.
Target Laba dalam Jumlah Dolar
Misalnya Whitter Company ingin memperoleh laba operasi sebesar $60.000,
kita dapat menghitung berapa jumlah unit yang harus terjual dengan cara:
Unit = ($45.000 + $60.000) / ($400- $325)
= $105.000/ $75
= 1.400
Target Laba dalam Persentase dari Pendapatan Penjualan
Misalnya Whitter Company ingin mengetahui jumlah mesin pemotong rumput yang
dijual untuk menghasilkan laba yang sama dengan 15 persen dari pendapatan
penjualan. Target laba operasi adalah 15 persen dari harga dikalikan dengan kuantitas,
sehingga unit yang harus dijual dihitung dengan cara :
0,15 ($400) (Unit) = ($400 x Unit) ($325 x Unit) - $45.000
$60 x Unit = ($75 x Unit) - $45.000
$15 x Unit = $45.000
Unit = 3.000
Untuk 3.000 mesin pemotong rumput, total pendapatan adalah 1,2 juta ($400 x
3.000). Volume impas sebesar 600 mesin pemotong rumput, sehingga ada 2.400
(3.000 - 600) mesin pemotong rumput diatas titik impas yang terjual. Jadi laba
sebelum pajak adalah $180.000 ($75 x 2.400), yaitu 15 persen dari total penjualan
($180.000/$1.200.000).
Target Laba Setelah Pajak
Ketika perusahaan ingin mengetahui jumlah unit yang harus dijual untuk
menghasilkan laba bersih tertentu, diperlukan beberapa pertimbangan tambahan
seperti pajak penghasilan ketika target laba dinyatakan sebagai laba bersih. Laba
setelah pajak dihitung dengan mengurangkan pajak dari laba operasi (laba sebelum
pajak).
Laba Bersih = Laba Operasi (1-Tarif Pajak)
Atau
Laba Operasi = Laba Bersih / (1-Tarif Pajak)
Misalkan Whittier Company ingin memperoleh laba bersih sebesar $48.750 dan tarif
pajaknya adalah 35 persen. Untuk mengonversi target laba setelah pajak menjadi laba
sebelum pajak, dilakukan langkah berikut :

$48.750 = Laba Operasi (0,35 x Laba Operasi)


$48.750 = 0,65 (Laba Operasi)
$75.000 = Laba Operasi
Dengan pengonversian ini dapat dihitung jumlah unit yang harus dijual :
Unit = ($45.000 + $75.000) / ($75)
= $120.000 / $75
= 1.600
Laba Rugi atas penjualan 1.600 unit mesin pemotong rumput sebagai berikut :
Penjualan (1.600 x $400)
$640.000
Dikurangi: Beban Variabel
520.000
Margin Kontribusi
$120.000
Dikurangi : Beban Tetap
45.000
Laba Operasi
$ 75.000
Dikurangi : Pajak Penghasilan (35%)
26.250
Laba Bersih
$ 48.750

2) TITIK IMPAS DALAM DOLAR PENJUALAN


Pada beberapa kasus yang menggunakan analisis CVP, manajer mungkin lebih suka
menggunakan pendapatan penjualan sebagai ukuran aktivitas penjualan dari pada unit yang
terjual. Suatu ukuran unit yang terjual dapat dikonversikan menjadi suatu ukuran pendapatan
penjualan hanya dengan mengalikan harga jual per unit dengan unit yang terjual.
Untuk menghitung titik impas dalam dolar penjualan, biaya variabel didefinisikan
sebagai suatu persentase dari penjualan bukan sebagai jumlah per unit yang terjual.
Rasio biaya variabel dapat dihitung dengan menggunakan data total maupun data per unit.
Persentase dari dolar penjualan yang tersisa setelah biaya variabel tertutupi merupakan rasio
margin kontribusi. Rasio margin kontribusi (contribution margin ratio) adalah bagian dari
setiap dolar penjualan yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan menghasilkan laba.
Rasio margin kontribusi dihitung dengan rumus :
Margin kontribusi = Margin kontribusi / Penjualan
Penjualan impas dihitung dengan rumus :
Penjualan impas = Biaya Tetap / Rasio Margin Kontribusi
Karena margin kontribusi merupakan pendapatan yang tersisa setelah biaya variabel
tertutupi, margin kontribusi tersebut pastilah merupakan pendapatan penjualan yang tesedia
untuk menutup biaya tetap dan menyumbang laba. Dalam hal ini, terdapat tiga kemungkinan :
(1) Jika biaya tetap sama dengan margin kontribusi, maka laba operasi sama dengan nol dan
perusahaan berada dalam keadaan impas; (2) Jika biaya tetap lebih kecil dari margin

kontribusi perusahaan menghasilkan laba (atau laba operasi positif); (3) Jika biaya tetap lebih
besar dari biaya produksi, perusahaan mengalami kerugian operasi.
Target Laba dan Pendapatan Penjualan
Perhitungan penjualan yang harus dihasilkan untuk memperoleh suatu target laba adalah
dengan menambahkan target laba pada biaya tetap dalam rumus CVP. Apabila target laba
sebesar $60.000, unit yang harus dijual apabila biaya tetap $45.000 dan margin kontribusi
0,1875 adalah sebagai berikut :
Penjualan = ($45.000+$60.000)/0,1875
= $100.000/0,1875
= $560.000
Secara umum, dengan asumsi biaya tetap tidak berubah, rasio margin kontribusi dapat
digunakan untuk mengetahui dampak terhadap laba atas perubahan penjualan. Untuk
memperoleh total perubahan dalam laba yang diakibatkan oleh perubahan pendapatan,
kalikan rasio margin kontribusi dengan perubahan dalam penjualan. Contohnya apabila
penjualan $540.000 (turun sebesar $20.000), penurunan terhadap laba pernjualan adalah
sebesar $3.750 (0,1875 x $20.000).
3) ANALISIS MULTI PRODUK
Banyak perusahaan memproduksi dan menjual sejumlah produk atau jasa.
Kompleksitas konseptual dari analisis CVP lebih tinggi dalam situasi multi produk, namun
pengoperasiannya tidak berbeda jauh. Terdapat pemisahan beban tetap langsung dari beban
tetap umum. Beban tetap langsung adalah biaya tetap yang dapat ditelusuri ke setiap produk
dan akan hilang jika produk tersebut tidak ada. Beban tetap umum adalah biaya tetap yang
tidak dapat ditelusuri ke produk dan akan tetap muncul meskipun salah satu produk
dieliminasi.
Penjualan
Beban Variabel
Margin Kontribusi
Beban Tetap Langsung
Margin Produk
Beban Tetap Umum
Laba Operasi

Mesin Manual
$480.000
380.000
$ 90.000
30.000
$ 60.000

Mesin Otomatis
$640.000
480.000
$160.000
40.000
$120.000

Total
$1.120.000
870.000
$ 250.000
70.000
$ 180.000
26.250
$ 153.750

a. Titik Impas dalam Unit


Titik impas dalam unit untuk analisis multi produk diterapkan secara terpisah ke
setiap lini produk. Dengan cara itu, titik impas individu akan diperoleh jika laba
didefinisikan sebagai margin produk.
Ilustrasi pada kedua produk Whittier Company :
Unit impas mesin manual = Biaya Tetap / Margin Kontribusi
= $30.000 / $ 75

= 400 unit
Unit impas mesin otomatis = Biaya Tetap / Margin Kontribusi
= S40.000 / $ 200
= 200 unit
Pada contoh diatas, margin produk impas hanya menutupi biaya tetap langsung,
namun biaya tetap umum masih belum tertutupi.Penjualan kedua produk dalam
jumlah tersebut akan menimbulkan kerugian biaya tetap umum. Perlu dilakukan
pengalokasian biaya tetap umum ke setiap lini produk sebelum menghitung titik
impas.
Permasalahannya adalah alokasi biaya tetap umum bersifat acak. Jadi, tidak ada
volume impas yang tampak secara langsung. Kemungkinan pemecahannya adalah
mengonversikan masalah multi produk menjadi masalah produk tunggal. Jika hal ini
dapat dilakukan, maka seluruh metodelogi CVP produk tunggal dapat diterapkan
secara langsung. Kunci dari konversi ini adalah mengidentifikasi bauran penjualan
yang diharapkan dalam unit dari produk produk yang dipasarkan. Bauran
penjualan (sales mix) adalah kombinasi relatif dari berbagai produk yang dijual
perusahaan.
Bauran penjualan dapat diukur dalam unit yang akan dijual atau bagian dari
pendapatan. Apabila penjualan direncanakan sebanyak 1.200 mesin pemotong rumput
manual dan 800 mesin pemotong rumput otomatis, maka bauran penjualan dalam unit
adalah 1.200:800 atau 3:2.
Ilustrasi pada kedua produk mesin pemotong rumput Whittier Company :
Produk
Harga
Biaya
Margin
Bauran
Margin
Variabel
Kontribusi Penjualan Kontribusi
Per Unit
per Unit
per Paket
Mesin Manual
$400
$325
$75
3
$225
Mesin Otomatis
800
600
200
2
400
Total Paket
$625
Dalam proyeksi laba rugi Whittier, total biaya tetap perusahaan adalah $96.250
sehingga perhitungan titik impasnya sebagai berikut :
Paket Impas = Biaya Tetap / Margin Kontribusi per Paket
= $96.250/$625
= 154 Paket
b. Titik Impas dalam Dolar Penjualan
Titik impas dalam dolar penjualan dapat dihitung dengan membagi biaya tetap
dengan rasio margin kontribusi. Dalam ilustrasi Whittier Companya, biaya
tetapadalah

sebesar

$96.250

dan

rasio

margin

kontribusi

($250.000/$1.120.000) sehingga perhitungan penjualan impas sebagai berikut :

0,2232

Penjualan Impas = Biaya Tetap / Rasio Margin Kontribusi


= $96.250/0,2232
= $431.228
4) REPRESENTASI GRAFIS DARI CVP
a. Grafik Laba Volume
Grafik laba volume (profit-volume graph) menggambarkan hubungan antara
laba dan volume penjualan secara visual. Grafik laba volume merupakan grafik dari
persamaan laba operasi :
Laba operasi = (Harga x Unit) - (Biaya Variabel per Unit x Unit) (Biaya Tetap).
Dalam grafik ini laba operasi merupakan variabel terikat yang diukur pada sumbu
horizontal dan unit merupakan variabel bebas yang diukur pada sumbu vertikal.

b. Grafik Biaya Volume Laba


Grafik biaya volume laba (cost volume-profit graph) menggambarkan hubungan
antara biaya, volume, dan laba. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih terperinci,
perlu dibuat grafik dengan dua garis terpisah yaitugaris total pendapatan dan garis
total biaya yang disajikan dalam dua persamaan berikut :
Pendapatan = Harga x Unit
Total Biaya = (Biaya Variabel per Unit x Unit) + Biaya Tetap

c. Asumsi asumsi pada Analisis Biaya Volume Laba


Grafik laba volume dan biaya volume laba mengandalkan beberapa asumsi penting
yaitu:
1. Fungsi Linier
Analisis mengasumsikan fungsi pendapatan dan fungsi biaya berbentuk
linier. Jika kuantitas yg dijual meningkat pendapatan juga meningkat, begitu juga
dengan biaya, jika kuantitas produk yang dihasilkan meningkat, maka biaya juga
meningkat.
2. Rentang yang Relevan
Analisis mengasumsikan harga, total biaya tetap, dan biaya variabel per unit
dapat diidentifikasikan secara akurat dan tetap konstan sepanjang rentang yang
relevan.

Rentang

yang

relevan

yaitu

rentang

operasi

berjalan

yang

menggambarkan hubungan biaya dan pendapatan linier yang berlaku.


3. Produksi Sama dengan Penjualan
Analisis mengasumsikan apa yg diproduksi dapat dijual. Tidak ada
perubahan persediaan selama periode tersebut.
4. Bauran Penjualan yang Konstan
Untuk analisis multiproduk, diasumsikan bauran penjualan diketahui.
Analisis impas multiproduk mensyaratkan suatu bauran penjualan yang konstan.
5. Harga dan Biaya diketahui dengan Pasti
Diasumsikan harga jual dan biaya diketahui secara pasti. Pada kenyataanya
perusahaan jarang mengetahui harga, biaya variabel, dan biaya tetap secara pasti.
Suatu perubahan pada satu variabel biasanya mempengaruhi nilai variable lainnya.
5) PERUBAHAN DALAM VARIABEL CVP

Karena perusahaan beroperasi dalam dunia yang dinamis, mereka harus


memperhatikan perubahan perubahan yang terjadi dalam harga, biaya variabel, dan biaya
tetap. Perusahaan juga harus memperhitungkan pengaruh risiko dan ketikpastian.
a. Memperkenalkan Risiko dan Ketidakpastian
Asumsi penting dari analisis CVP adalah harga dan biaya diketahui dengan
pasti. Namun, hal tersebut jarang terjadi. Secara formal, risiko berbeda dengan
ketidakpastian. Distribusi probabilitas variabel risiko dapat diketahui, sedangkan
distribusi probabilitas variabel ketidakpastian tidak dapat diketahui. Cara manajer
menghadapi risiko dan ketidakpastian, pertama, pihak manajemen harus menyadari
sikap ketidakpastian dari harga, biata dan kuantitas di masa depan. Selanjutnya, para
manajer bergerak dari pertimbangan titik impas ke pertimbangan yang disebut
kisaran titik impas. Selain itu, para manajer dapat menggunakan analisis sensitifitas
atau analisis bagaimana-jika (what-if).
Dua konsep yangbermanfaat bagi manajemen adalah margin pengaman dan
pengungkit operasi. Margin pengaman (margin of safety)adalah unit yang terjual
atau diharapkan terjual atau pendapatan yang dihasilkan atau diharapkan untuk
dihasilkanyang melebihi volume impas. Meningkatkan margin pengaman akan
mengurangi risiko kerugian bagi perusahaan. Pengungkit operasi (operating
leverage) adalah penggunaan biaya tetap untuk menciptakan perubahan persentase
laba yang lebih tinggi ketika aktivitas penjualan berubah. Tingkat pengungkit operasi
untuk tingkat penjualan tertentu dapat diukur dengan menggunakan rasio margin
kontribusi terhadap laba.
Tingkat pengungkit operasi = Margin Kontribusi / Laba
Manfaat konsep inii diiliustrasikan sebagai berikut :
Sebuah perusahaan berencana menambah sebuah lini produk baru. Untuk itu
perusahaan dapat memilih lebih mengandalkan otomatisasi atau tenaga kerja. Data
penjualan sebesar 10.000 unit adalah sebagai berikut :

Penjualan (10.000 unit)


Biaya Variabel
Margin Kontribusi
Biaya Tetap
Laba Operasi
Harga Jual per Unit
Beban Variabel per Unit

Sistem Otomatis
$ 1000.000
500.000
$ 500.000
375.000
$ 125.000
100
50

Sistem Manual
$ 1.000.000
800.000
$ 200.000
100.000
$ 100.000
100
80

Margin Kontribusi per Unit

50

20

Berdasarkan data diatas dapat dihitung tingkat pengungkit operasi :


Tingkat pengungkit operasi sistem otomatis = $ 500.000 / $ 125.000 = 4,0
Tingkat pengungkit operasi sistem otomatis = $ 200.000 / $ 100.000 = 2,0
Jika penjualan dinaikkan sebesar 40%, maka laba ruginya menjadi sebagai berikut :
Sistem Otomatis
Sistem Manual
Penjualan (10.000 unit)
$ 1400.000
$ 1.400.000
Biaya Variabel
700.000
1.120.000
Margin Kontribusi
$ 700.000
$ 280.000
Biaya Tetap
375.000
100.000
Laba Operasi
$ 325.000
$ 180.000
Laba operasi sistem otomatis meningkat $200.000 sedangkan laba operasi sistem
manual hanya meningkat $80.000. Sistem otomtis memiliki persentase kenaikan yang
lebih besar karena tingkat pengungkit operasinya lebih tinggi.
b. Analisis Sensitifitas dan CVP
Analisis sensitifitas adalah tekhnik bagaimana-jika yang menguji dampak
dari perubahan asumsi-asumsi yang mendasarinya terhadap suatu jawaban. Analisis
dilakukan dengan memasukan data mengenai harga, biaya variabel, buaya tetap, dan
bauran penjualan, serta dengan menggunakan rumus untuk menghitung titik impas
dan laba yang diharapkan pada spreadsheet. Selanjutnya data dapat diubah-ubah
sebagaimana diinginkan untuk mengetahui dampak perubahan-perubahan terhadap
data-data yang diharapkan.
Hasil spreadsheet hanya sebagus data-data yang digunakan, menghasilkan
data adalah pekerjaan yang paling sulit dalam analisis CVP. Pekerjaan ini adalah
menentukan data yang dimasukkan sejak awal. Akuntan harus memahami distribusi
biaya dan harga diperusahaan, serta dampak dari perubahan kondisi ekonomi terhadap
variabel variabel tersebut. Kenyataannya bahwa variabel sering sulit diketahui
secara pasti. Analisis sensitifitas melatih intuisi manajer untuk mengetahui sejauh
mana sebuah variabel yang diramalkan secara buruk akan mempengaruhi hasil
analisis.
6) ANALISIS CVP DAN PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS
Analisis CVP konvensional mengasumsikan semua biaya perusahaan dikelompokkan
ke dalam dua kategori : biaya yang berubah sejalan dengan volume penjualan (biaya variabel)
dan biaya yang tidak berubah (biaya tetap). Selanjutnya, biaya diasumsikan sebagai fungsi
linier dari volume penjualan sehingga asumsi asumsi ini dianggap menyederhanakan
masalah.

Pada sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas, biaya dibagi dalam kategori
berdasarkan unit dan nonunit. Sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas mengakui
beberapa biaya yang berubah bergantung pada jumlah unit yang diproduksi sedangkan
beberapa biaya lain tidak.
Penggunaan CVP dalam kerangka berdasarkan aktivitas harus dimodifikasi.
Perbandingan antara titik impas ABC dan titik impas konvensional mengungkapkan dua
perbedaan yang signifikan. Pertama, beberapa biaya yang sebelumnya diidentifikasi sebagai
biaya tetap dapat berbeda dengan penggerak non unit. Kedua, pembilang pada persamaan
impas ABC memiliki dua istilah biaya non unit yaitu aktivitas yang berkaitan dengan batch
dan aktivitas yang berkaitan dengan keberlanjutan produk.

Perbandingan Analisis Konvensional dan ABC


Perbandingan kedua analisis akan diilustrasikan dengan sebuah perusahaan yang ingin
menghitung jumlah unit yang harus terjual untuk menghasilkan laba sebelum pajak sebesar
$20.000 dengan data sebagai berikut :
Penggerak Aktivitas
Unit yang terjual
Pengaturan
Jam rekayasa
Data lainnya :
-Total biaya tetap (konvensional)
-Total biaya tetap (ABC)
-Harga Jual per unit

Biaya Variabel
per Unit
$
10
1.000
30

Tingkat Penggerak
Aktivitas
20
1.000
$100.000
50.000
20

Perhitungan unit yang harus dijual dengan analisis CVP :


Jumlah Unit = (Target laba + Biaya tetap)/(Harga Biaya variabel per
unit)
= ($20.000+$100.000/($20-$10)
= $120.000/$10
= 12.000 unit
Perhitungan unit yang harus dijual dengan analisis ABC :
Jumlah Unit = (Target laba + Biaya tetap ABC + (Biaya pengaturan x
Jumlah pengaturan)+(Biaya rekayasa x Jumlah jam
rekayasa))/(Harga Biaya variabel per unit)
= ($20.000+$50.000+(1.000 x 20)+($30 x 1.000) /
($20-$10)
= $120.000/$10

= 12.000 unit
Berdasarkan kedua pendekatan tersebut, jumlah unit yang harus dijual adalah sama.
Persamaan ABC pada analisis CVP merupakan representasi yang lebih lengkap mengenai
perilaku biaya yang mendasari pemahaman strategis penting.
Implikasi Strategis Analisis CVP Konvensional versus Analisis ABC
Informasi yang diberikan oleh persamaan konvensional memberi kesan bahwa setiap
pengurangan biaya tenaga kerja akan mengurangi total biaya karena perubahan dalam tingkat
aktivitas tenaga kerja tidak akan memengaruhi biaya tetap. Namun, persamaan ABC
menunjukkan pengurangan input tenaga kerja yang secara berlawanan memengaruhi aktivitas
pengaturan atau dukungan teknik mungkin tidak menguntungkan. Pemberian informasi biaya
ABC kepada insinyur membuat keputusan rancangan yang lebih baik dapat dibuat.
Analisis CVP dan JIT
Jika suatu perusahaan menganut JIT, maka biaya variabel per unit yang dijual berkurang
dan biaya tetap bertambah. Biaya tenaga kerja langsung dianggap sebagai biaya tetap, bukan
variabel. Bahan baku masih dianggap sebagai biaya variabel berdasarkan unit. Biaya variabel
berdasarkan unit lainnya seperti listrik dan komisi penjualan juga tetap berlaku. Variabel
tingkat batch menjadi hilang karena pada JIT, batch-nya adalah unit sehingga persamaan
biaya pada JIT dinyatakan sebagai berikut :
Total Biaya = Biaya Tetap + (Biaya Variabel per unit x Jumlah unit) +
(Biaya rekayasa x Jumlah jam rekayasa)

Você também pode gostar