Você está na página 1de 9

Analisa Kasus Bailout General Motors, Amerika Serikat

I.

Latar Belakang
General Motors juga dikenal dengan GM adalah produsen mobil yang
berpusat di Amerika Serikat. General Motors Group terdiri dari berbagai
merk kendaraan bermotor ternama termasuk Buick, Cadillac, Chevrolet,
Daewoo, GMC, Haolden, Hummer, Oldsmobile, Opel, Pontiac, Saturn,
Saab dan Vauxhall. General Motors merupakan produsen kendaraan
terbesar di dunia dari segi penjualan tahunan. Pada tahun 2001, GM
menjual 8,5 juta kendaraan

melalui seluruh cabangnya yang penjualan

terbesarnya berasal dari penjualan tipe SUV. Hal ini lah yang membuat GM
tetap melakukan investasi besar-besaran pada tipe SUV, walaupun pesaing
pesaing mereka seperti Toyota dan Honda memilih untuk memasarkan
kendaraan bermotor dengan ukuran yang lebih kecil. Ketika harga minyak
dunia naik yang mengakibatkan harga jual kendaraan ikut naik, sehingga
konsumen lebih memilih untuk membeli kendaraan dengan ukuran lebih
kecil yang harganya lebih murah serta lebih irit bbm. Hal ini
mengakibatkan penurunan penjualan SUV yang signifikan dan ikut
diperparah dengan terjadinya badai kathrina pada tahun 2005 yang
mengakibatkan harga minyak solar melonjak naik. GM mencoba mengatasi
hal ini dengan memproduksi kendaraan elektrik yaitu EV1, namun
penjualan EV1 tidak sebagus penjualan SUV yang memaksa GM
menghentikan pembuatan EV1. Di lain pihak kompetitor mereka (Honda
dan Toyota) sukses dengan penjualan kendaraan hybrid. Semua
permasalahan ini terakumulasi den membuat GM mengalami kerugian
mencapai 80 milyar US Dollar pada akhir 2008. Dengan banyak analis
yang memperkirakan GM akan bangkrut, Rick Wagoner selaku CEO GM
mengajukan permohanan bailout pada 2008 melalui TARP

yang

diperuntukan bagi instusi finansial swasta yang mengalami kesulitan


finansial.

Business Ethics

II.

Landasan Teori
1. John Locke
John Locke (1632-1704), seorang filsuf politik asal Inggris, dianggap sebagai
pengembang gagasan bahwa manusia memilki natural right atas kebebasan
dan natural right atas properti pribadi. Locke berpendapat bahwa jika tidak ada
pemerintahan, manusia akan berada dalam state of nature. Dalam state of
nature ini setiap individu memiliki kedudukan politik yang sama dan bebas
dari segala kendala selain law of nature. State of nature juga menjelaskan halhal berikut:
Semua manusia mempunyai kebebasan dan kedudukan yang sama.
Setiap manusia memiliki raga dan tenaga kerjanya sendiri, dan apapun

yang ia campurkan kedalam tenaga kerjanya.


Kenikmatan manusia dalam hidup, kebebasan, dan properti adalah

tidak aman dan tidak terjamin.


Manusia setuju untuk membentuk pemerintahan dengan tujuan
melindungi dan mengamankan hak mereka untuk hidup, kebebasan,
dan properti.

Pandangan Locke tentang hak atas properti pribadi memiliki pengaruh kuat
atas institusi Amerika atas properti sebagaimana tertuang dalam Fifth
Amandement to the U.S. Constitution bahwa pemerintah tidak dapat
memberikan atau membuat hak atas properti pribadi.

2. Adam Smith
Adam smith ( 1723-1790) merupakan fathers of modern economics, adalah
pencetus argumen utilitarian pasar bebas. Menurut Smith ketika seorang individu
di bebaskan untuk memenuhi kebutuhannya dalam pasar yang bebas, maka
individu tersebut pasti akan menuju kesejahteraan umum di tuntun oleh invisible
hand.
Invisible hand merupakan kompetisi pasar. Dalam pasar yang kompetitif untuk
menarik konsumen, produsen tidak hanya akan memberikan apa kebutuhan dari
konsumen, tapi juga akan berupaya untuk memberikan harga termurah bagi
konsumen. Untuk mendapatkan keuntungan, maka produsen akan menekan
biaya-biaya pengeluarannya. Smith juga menyatakan bahwa, jika suatu barang
tidak cukup untuk memenuhikebuathan konsumen, maka harga barang tersebut
akan naik secara otomatis sampai ke titik yg disepakati. Smith menyebut hal ini
sebagai natural price. Dalam teorinya Smith mengatakan bahwa tidak

Business Ethics

diperlukannnya campur tangan pihak ketiga atau pemerintah dalam pasar, jika hal
ini terjadi maka akan banyak menimbulkan kerugian-kerugian. Contoh nya dalam
kasus Abbotts, ketika pemerintah Thailand mengintervensi maka proyek
pembuatan obat HIV dari Abbotts tidak berkelanjutan.
Kririk terhadap Adam Smith
Kritik paling umum mengenai pendapat adam smith adalah teory utilitarian
tersebut berdasarkan pada teory-teori yangtdak realistis. Argumen pertama yakni,
mengasumsikan bahwa kekuatan-kekuatan impersonal persediaan dan permintaan
akan mendorong turunnya harga sampai pada tingkat paling rendah karena
penjual sangat banyak dan masing-masing usaha bisnis ukurannya sedemikian
kecil sehingga tidak ada satupun penjual yang mampu mengendalikan harga
sebuah produk, hal ini tidak akan terjadi jika pada satu barang yang di monopoli
oleh suatu perusahaan besar. Perusahaan tersebut akan tetap meminimalkan biaya
tapi tidak menurunkan harga jual. Kedua dari sisi pemanfaatan sumber daya,
Smith mengatakan setiap produsen yang membayar semua sumber daya yang
digunakan untuk meminimasi biaya dan memaksimalkan profit. Tapi pada
kondisi nyata hal ini tidak terjadi, contohnya ketika perusahaan membuang
limbah ke sungai, perusahaan tidak membayar kompensasi dari sumber daya
yang mereka gunakan. Ketiga, analisis Smith salah mengasumsikan bahwa
manusia hanya tertmotivasi oleh keinginan alami untuk mendapatkan
keuntungan.

3. Karl Marx
Karl Marx (1818-1883) merupakan kritikus paling keras dan paling
berpengaruh terhadap sistem property pribadi, pasar bebas, dan
perdagangan bebas. Dalam pandangan Marx, perangkat produksi
(productive property) haruslah bertujuan sosial: dalam artian hasil yang
didapat menjadi milik seluruh pelaku usaha (mulai dari pemilik sampai
dengan pekerja) dan haruslah memenuhi kebutuhan dari semua pihak
dalam perusahaan tanpa adanya eksploitasi para pekerja. Menurut Marx

Business Ethics

perangkat produksi seharusnya janganlah menjadi milik pribadi, akan


tetapi setiap orang yang terlibat dalam usaha tersebut haruslah ikut
menikmati hasil yang didapat, sehingga terjadi hubungan yang
bekesinambungan dan saling menguntungkan antar pemilik-pekerja dan
pekerja-sesama pekerja.
4. Utilitarianism, Justice, Rights dan Caring Prespective
Utilitarianisme merupakan semua pandangan yang menyatakan bahwa
tindakan dan kebijakan perlu dievaluasi berdasarkan keuntungan dan biaya
yang dibebankan pada masyarakat.
Keadilan distributif adalah keadilan yang berkaitan dengan aspek sosial.
Sedangkan keadlian retributif adalah keadilan pada seseorang terhadap
tindakan yang dilakukannya. Keadilan kompensatori berkaitan dengan
pemberian kompensasi pada seseorang atas kerugian yang didapatkannya.
Hak negatif dapat digambarkan dari fakta bahwa hak yang termasuk di
dalamnya dapat didefinisikan sepenuhnya dalam kaitannya dengan kewajiban
orang lain untuk tidak ikut campur dalam aktivitas tertentu dari orang yang
memiliki hak tersebut. Hak positif tidak hanya memberikan kewajiban negatif
namun juga mengimplikasikan bahwa pihak lain memiliki kewajiban positif
pada si pemilik hak untuk memberikan apa yang dia perlukan untuk dengan
bebas mencari kepentingannya.

Caring
III. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pandangan Locke, Smith dan Marx terhadap kasus ini ?
2. Jelaskan ideologi yang diterapkan oleh Joseph Stiglitz (dalam surat
pernyataan untuk US Congress yang ditandatangani oleh 100 ekonom),
Bob Corker (Resolusi partai republik terhadap bailout GM), Robert
Higgs dan Michael Winther ?
3. Menurut pandangan Anda, apakah bailout GM harus terjadi? Jelaskan
mengapa dan mengapa tidak. Apakah bailout etis dalam keterkaitannya
dengan utilitarianism, justice, rights dan caring ?
4. Dalam peniliaan Anda, apakah keputusan pemerintah untuk mengambil
61 % kepemilikan GM merupakan keputusan yang baik atau buruk?
Jelaskan menurut teori Locke, Smith dan Marx.

Business Ethics

IV.

Analisa Masalah
1. Analisa bailout

General

Motors

berdasarkan

teori

sistem

perekonomian
A. Pandangan Locke
Proses bailout yang terjadi pada General Motors di tahun 2008
terbukti

membuat

banyak

kalangan

terhenyak.

Sistem

perekonomian Amerika Serikat yang menganut sistem pasar bebas,


seolah mengalami pergeseran ketika General Motors diambil alih
kepemilikannya oleh negara. Hal ini sangat bersebrangan dengan
teori-teori yang dikemukakan oleh John Locke yang memandang
bahwa setiap manusia memiliki hak alami atas hidup, kebebasan,
dan properti. Implikasi teori-teori Locke tergambar jelas pada sistem
pasar bebas bahwa tidak boleh ada campur tangan pemerintah atas
kebebasan setiap individu untuk melakukan pertukaran atas tenaga
kerja dan properti mereka yang dilakukan secara sukarela. Hanya
swasta yang dapat melakukan pertukaran ekonomi dan pemerintah
berada diluar pasar (tidak mempunyai hak untuk melakukan
pertukaran ekonomi). Dalam kasus ini kebijakan bailot jelas
merupakan intervensi pemerintah yang menggunakan dana publik
(wajib pajak) atau disebut dengan TARP untuk menyelamatkan
perusahaan swasta (General Motors).
B. Pandangan Smith
Bailout merupakan bantuan pemerintah terhadap perusahanperusahan untuk melunasi kewajiban mereka yang bertujuan untuk
mengantisipasi dampak negatif jika persusahaan tersebut bangkrut.
Bailout sendiri biasanya terjadi pada perusahaan yg bergeral di
bidang financial. Salah satu bailout yang banyak menjadi bahan
pembicaraan adalah bailout pada perusahaan automotive General
Motor. Menurut pandangan Adam Smith ketika seorang individu di
bebaskan untuk memenuhi kebutuhannya dalam pasar yang bebas, maka
individu tersebut pasti akan menuju ke sejahteraan umum di tunutun oleh

Business Ethics

invisible hand dalam kasus bailot General Motor, seharusnnya

pemerintah tidak turut serta dalam kegiatan perekonomian. Karena


seluruh kegiatan perekonomian diserahkan pada pasar bebas. Jika
pemerintah turut campur dalam kegiatan perekonomian maka akan
menimbulkan kerugian-kerugian dari pada benefit yang dihasilkan.
C. Pandangan Marx
Dalam sudut pandang Marx yang menjunjung tinggi paham
sosialisme, yaitu kesamaan hak antara kaum borjuis (pemilik
perangkat produksi) dengan kaum buruh (pekerja). Ada penegasan
secara tegas bahwa hubungan antara kaum pemilik perangkat
produksi dan kaum pekerja merupakan sebuah hubungan kerja
sama yang saling menguntungkan.
Berbeda dengan paham kapitalis yang terdapat pada kasus ini,
menurut Marx sosialisme bertujuan perubahan bentuk masyarakat
dengan

menjadikan

perangkat

produksi

(tanah,

peralatan,

bangunan, dsb.) menjadi milik bersama dan pembagian hasil secara


merata. Hal ini dapat menjamin akan mewujudkan keadilan secara
keseluruhan. Dalam hubungannhya dengan kasus bailout GM,
pemerintah bertindak sebagai pemilik perangkat produksi dan GM
sebagai masyarakat pekerja penghasil produksi. Terjadi hubungan
timbal balik yang saling menguntungkan anatara pemerintah dan
pihak GM.
Pemerintah

memberi pinjaman

dengan pertimbangan hasil

penjualan GM nantinya akan dapat dikembalikan ke pihak


pemerintah sebagai pemberi pinjaman, sedangkan pihak GM
sendiri tidaklah bangkrut dan perusahaan tetap berjalan tanpa ada
pihak yang dirugikan.

2.

Ideologi para pakar terkait bailout General Motors

Business Ethics

Ideologi adalah sebuah sistem keyakinan normatif yang dimiliki para anggota
kelompok sosial tertentu. Michael Winther dalam artikelnya mengomentari
bailoout yang dilakukan pemerintah Amerika Serikat pada General Motors.
Socialism is characterized and defined by either of two qualities:
Government ownership or control of capital, or forced pooling and
redistribution of wealth. GM adalah produsen kendaraan bermotor yang
merupakan bidang bisnis yang produktif, oleh karena itu kebijakan
pemerintah melakukan bailout terhadap GM merupakan indikasi dari sebuah
sistem perekonomian sosialis yang tentunya berlawanan dengan sistem
perekonomian kapitalis (pasar bebas) yang dianut oleh Amerika Serikat.
Joseph Stiglitz mengemukakan bahwa setiap pelaku bisnis harus berani
untuk mengambil resiko untuk meraih keuntungan serta berani menganggung
kerugian. Menurutnya bailout merupakan bentuk faham sosialis bagi kaum
berada, sehingga bailout terhadap GM yang dilakukan oleh pemerintah tidak
lah tepat, pemerintah seharusnya membiarkan GM mengatasi permasalahan
finansial yang mereka hadapi. Menurut Bob Corker kebijakan bailout yang
dilakukan oleh pemerintah Amerika Serikat adalah peringatan bagi setiap
warga Amerika Serikat yang menganut sistem pasar bebas. Hal ini dapat
berbahaya bagi sistem perekonomian Amerika Serikat, karena dengan
terjadinya bailout mendorong sistem perekonomian Amerika Serikat
selangkah

mendekati

sistem

perekonomian

sosialis.

Robert

Higgs

memandang bahwa kebijakan bailout yang dilakukan pemerintah Amerika


Serikat selain membantu menyelamatkan sekaligus juga mengubah faham
ekonomi Amerika Serikat menjadi sosialis.

3.

Ethical issue terkait bailout General Motors


A. Utilitrianism
Berdasarkan prinsip utilitarianism, kebijakan bailout yang
dilakukan oleh Amerika Serikat tidak sesuai dikarenakan biaya
yang dikeluarkan oleh pemerintah Amerika Serikat tidak sebanding
dengan manfaat ekonomi yang didapatkan oleh pemerintah
Amerika Serikat. Dana yang dikeluarkan sebagian besar berasal
dari pajak yang merupakan salah satu pendapatan negara.
B. Justice

Business Ethics

Dilihat dari keadilan distributif, kebijakan bailout yang diakukan


oleh pemerintah terhadap GM tidak sesuai karena pada mulanya
aliran dana untuk bailout (TARP) hanya diperuntukan bagi institusi
finansial swasta, sedangkan GM adalah produsen kendaraan
bermotor. Sehingga kebijakan ini dapat membuka peluang bagi
perusahaan lain (diluar institusi finansial) melakukan hal yang
sama seperti apa yang terjadi pada GM.
C. Rights
Dari prespektif rights, pihak perusahaan (dalam hal ini GM) berhak
mengajukan permintaan bantuan dana dari pihak-pihak yang
berpotensi untuk membantu menyelesaikan masalah finansial yang
mereka hadapi (pemerintah Amerika Serikat).
D. Caring Prespective
Dari caring prespective, kebijakan bailout GM merupakan
kebijakan yang tepat. Dengan membuat GM terhindar dari
kepailitan, membuat semua pihak yang berada dalam lingkup GM
sebagai produsen kendaraan bermotor terbesar di Amerika Serikat
dalam hal ini karyawan dari GM tetap mendapatkan hal yang
seharusnya mereka dapatkan (pekerjaan dan penghasilan).
4.

Penilaian terhadap kepemilikan GM oleh pemerintah Amerika


Serikat
Menurut kelompok kami, kepemilikan saham GM sebesar 61% oleh
pemerintah Amerika Serikat adalah tidak benar. Hal ini dikarenakan
pemerintah seharusnya bertujuan untuk membatu dan mendukung
warganya tanpa ada tujuan untuk mengambil keuntungan dari bailout
tersebut (bertujuan komersil atau mencari keuntungan). Hal ini sesuai
dengan teori John Locke yang mengatakan only a free private
enterprise exchange economy, in which government must leave
individuals free to exchange their labor and their property as they
voluntaruly choose yang berarti hanya pihak swasta (individu) yang
dapat melakukan kegiatan perekonomian dan pemerintah tidak dapat
terlibat di dalam kegiatan perekonomian. Oleh karena itu kepemilikan

Business Ethics

pemerintah Amerika Serikat atas GM dapat dikatakan bahwa


pemerintah Amerika Serikat meakukan intervensi pada kegiatan
perekonomian dan dapat berujung pada monopoli yang dilakukan
permerintah atas industri kendaraan bermotor. Hal ini jelas tidak benar
dalam sudut pandang Locke yang menganut sistem pasar bebas.
V.

Referensi

Business Ethics

Você também pode gostar