Você está na página 1de 9

ISSN : 1693-671X

DENTAL

dentika DENTAL JOURNAL

Vol. 12

JOURNAL

No.1

P. 1 - 100

Medan
July 2007

ISSN
1693 - 671X

ISSN 1693 - 671X

de

n t

ik a

DENTAL JOURNAL
Volume 12 Number 1 July 2007
Daftar lsi (Contentsi
Artikel Penelitian
I.
Dampak stres dan psikososial terhadap keparahan penyakit periodontal pad a pengungsi pasca banjir
bandang di Desa Kemiri, Panti, lember
(Stress and psychosocial impact on the severity of periodontal disease ill post flash flood refugees at
Kemiri Village, Panti, lember)
Banun Kusumawardani, Desi Sandra Sari...............................................................
2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

Prevalence and patterns of tooth loss in Palestinian refugees living in the United Nation camps in
Jordan
(Prevalensi dan pola kehilangan gigi pada pengungsi Palest ilia yang tinggal di penampungan
Perserikatan Bangsa-Bangsa di lordania)
Fouad Hussain AI-Bayaty, Fadi Adnan Rimawi
.

5-9

Aktivitas enzim peroksidase saliva pada wan ita sebelum dan sesudah menopause
(Salivary peroxide enzyme activity ill pre and post menopausal women)
Hedijanti Joenoes, Dewi Fatma, Ferry Gultom, Niniarty Djamal

10-13

Prevalence of radiograph ic alveolar bone loss in a selected group of dental students in Sanaa
(Prevalensi radiografis keliilangan tulang alveolar pada sekelompok mahasiswa di Sanaa)
Fouad Hussain AI-Bayaty, Ali AI- Hudiad, Nidabl Abdul-Wabid Ali, Doa Taky

14-17

Prevalence of dental fluorosis among schoolchildren


in Kuala Terengganu, Terengganu, Malaysia:
A preliminary study
(Prevalensi fluorosis gigi pada murid-murid sekolah di Kuala Terengganu, Terengganu, Malaysia)
Sbaharuddin, Mobd Nor Kidahus, Mohd Yunus, Dasrilsyah, Mohd Kamil
.

18-21

Wound healing potential of ageratum conyzoides, trigonella foenum-graecum,


and ginkgo biloba
paste in rats
iPotensi pasta ageratum conuzoides, trigon ella [oenum-graecum,
dan ginkgo biloba pada
penijembuhan luka tikus)
Mahmood Amin Abdullah, Fouad Hussain AI-Bayati, Nidbal Abdul Wahid Ali, Nor
Adinar Babaruddin
"
..

22-25

Single and double mouthguard design comparison on energy absorption posterior of lower jaw
(Perbandingan desain mouthguard tunggal dan ganda pada penyerapan energi rahang bawah
belakang)
Diana, Mohammad Adhitya, Citra Wulansari, Evie Lamtiur Pakpahan, Utmi Arrna .......

26-30

Relationship between natural fluoride levels in non-fluoridated


drinking water and dental fluorosis
occurrence among schoolchildren:
A cross-sectional
study in Kinabalu, Sabah, Malaysia
iHubungan antara kadar fluor alami dalam air minum tanpa fluor dan fluorosis gigi diantara
murid-murid sekolah: Suatu studi potong silang di Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia)
Shaharuddin, Sumarlan, Mohd Yunus, Dasrilsyab, Mohd Kamil
.

31-33

Inflammatory
response on rat's dental pulp following application of propolis-derived
flavonoids
extract
(Respons inflamasi pada pulpa gigi tikus setelah aplikasi ekstrak propolis yallg diperoleh dari

flavonoidsy
Ardo Sabir
10.

1-4

Pengaruh lipopolisakarida
terhadap waktu erupsi gigi pada tikus
(Impact of liposa chari de toward tooth eruption 011 rat)
Didio Erma Indahyani, Al-Supartlnah
Santoso, Totok
Soesatyo

Utoro,

Marsetyawan

34-37

HNE
.

38-43

11.

Pengamatan kebocoran mikro restorasi sandwich teknik open dan closed pada restorasi Kelas V
(penelitian in vitro)
(Micro-leakage sandwich restoration with open and close technique on Class V restoration)

Cut Nurliza, Yuni


12.

44-48

Perawatan gigi anak usia 5 tahun dengan kehilangan prematur gigi sulung dan kehilangan patologis
tulang alveolar
(Dental treatment of 5 year-old with primary tooth loss and pathological alveolar bone loss)

Suzanna Sungkar, Retno Hayati


13.

..

..

49-53

..

54-56

57-61

Gigitiruan sebagian imediat untuk memperbaiki estetis pada gigi anterior alas
(Partial immediate denture to improve esthetics of upper anterior teeth)

Okmes Fadriyanti
Laporan Kasus
14.

Perawatan gigi pada penderita epidermolysis bullosa


(Dental treatment for epidermolysis bullosa)

Felicia Saptaria, Silvia Desiree, Retno-Hayati, Heriandi Sutadi


15.

Pemakaian canine bypass arch wire kombinasi sectional wire pada perawatan kasus kaninus
permanen rahang atas impaksi dan ektopik labial
(Use of canine bypass arch wire combined with sectional wire in case treatment of impacted labial
ectopic of upper canine teeth)

Alfini Octavia, Iwa Sutardjo Rus Sudarso, Rinaldi Budi Utomo


16.

62-69

..

70-74

..

75-80

..

81-84

85-89

..

90-95

..

96-100

A simple modification of anterior obturator designs to enhance the aesthetic in unilateral alveolar
defects
(Modifikasi sederhana pada desain obturator anterior untuk meningkatkan estetis pada kerusakan
tulang alveolar unilateral)

Laith Mahmoud Abdulhadi


Tinjauan Pustaka
17.

Mengatasi kegagalan restorasi Klas JI pad a gigi sulung


(Overcoming of Class Jl restoration on primary dentition)

Seno Pradopo, Tania Saskianti


18.

Rinosinusitis dentogen
(Dentogen rhinosinusitiss

Abdul Rachman Saragih


19.

Development of smoking cessation on adolescents by dentists


(Penghentian kebiasaan merokok pada remaja oleh dokter gigi)

Nurul Asyikin Yahya


20.

Overdenture dengan retensi magnet


(Over denture using magnetic restoration)

Ady Soesetijo
21.

Pengukuran risiko karies


(Caries risk-assesmentj

Sondang Pintauli, Hesty Erika SiJitonga

dentika Dental Journal, Yol 12, No. 1 , 2007: 3843

38

PEI\GARUH LIPOPOLISAKARIDA TERHADAP


WAKTU ERUPSI GIGI PADA TIKUS
Didin Erma [ndahyani", Al-Supartinah Santoso"-, Totok Utoro-*", Marsetyawan HNE Soesatyo"""-Bagian

Biologi Mulut,

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember,


Jl. Kalimantan No. 37 Jember. 68121 Jember

E mail

odidrireTra:gyah:oo.
Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah M ada,yogyarkarta
*..Bagian
Patologi Anatomi, Universitas
Jl. Denta_Sekip Utara Yogyakarta

u"o,3.1?11##l3iX*,t'o.o;
"n
Jl, ""
Denta Sekip Utara Yogyakarta

Fakurra s

r"o"

Atrstract
Lipopolysaccharide (LPS) stimulated the increasing of numbers and activity of osteoclast that caused bone
resorption. In tooth eruption processing was always preceded by bone resorption on coronal of tooth gerrrl to
form eruption canal. The airn of this study was to know the effect of LPS on tooth eruption tirnes. Fourteen male
W'istar tats, five days of age, were divided into two groups- The first group was as control that conducted
no
rreatment. The second group was as a treatment group that was inducted by LPS on buccal fold of right
rnaxillary first molar- Each group was divided into four zub groups to decapitate at age.of 9, 12, 17 qnd 2l da'ys.
After the rats were decapitated conducted x-ray photo on right maxillary io exa-ine the phase of eruption and
measured length of tooth crown that has emerged alveolar bone. Both of the examinations were used to analyze
tooth eruption times. The result of this study showed that the phase of tooth eruption and length of tooth
that have cmerged alveolar bone rvere significantly different (p<0.05) between the treated subjects. The ".o*,
group
underwent LPS induction has the phase of tooth eruption and length of crown that has
alveolarlbone
"r.r.rgid
was higher than conkol group. The conclusion was that LPS caused prernature eruption that
rias showed by its
high phase of tooth eruption and its length of tooth crown that has emerged alveolar bone.

Key words: lipopolysaccharide, osteoclast, bone resorption, tooth eruption

PENDAHULUAN
LPS adalah molekul besar yang mengandung
lemak dan karbohidrat, maupakan shuktur utama
dnding sel baiceri gram negatif yang berfungsi
untuk integritas strultur bakteri dan melindungi
bakteri dari sistem pefiahanan imun /zosl. LpS
bersifat endotokin karena LPS margikat reseptor

CDl4l Toll-like receptor4 (TLR4) yang mengakibatkan sekesi sitokin proinflamatori dari beberapa tipe

sel.tCDl4 merupakan reseptor permukaan

sel pada makofag dan monosit untuk karbohidrat.


Malcrofag yang berikatan dengan bakteri oleh
karena adanya CD14, akan mensekresi sitokin
{interleukrn-1cr (IL-icr), IL-1p, IL-6, tumor necrosis
factor-a (TNF-a)) dan mediotor tipid inflamntion
yaihr prostagiandin (PGE2)

) .2'r

PGE2 dan sitokin proinflamatori pada lesi


penapikal menyebabkan jurnlah dan akivitas osteoklas meningkat. Umezu dkk. menunjukkan bahwa
tikus yang diinjeksi dengan LPS

coli di daerah

mukosa regio molar pertama rahang atas meningkatkan jurnlah dan ukuran osteoklas dalam setiap
panambahan dosis LPS.a Destruksi tulang te4adi

oleh karena adanya degradasi stuktur kristal


(IIA) dan struktur organik kolagar.
Hal tersebut te{adi karena aktivitas osteoklas
hidroksiapatit

menghasilkan pH rendah berkisar

3,0t4,5.s

Erupsi gigi didefinisikan sebagai pergerakan gigi,


terutama ke arah aksial, dan perkembanganya di
dalam rahang menuju posisi fi.urgsional dalam
rongga mulut dangan proses yang kompleks dan
regulasinya melibatkan sel-sel organ gigi dan tulang
alveolus disekitamya.cT Menurut Marks dkk. proses

-J

Indohyani, Penganth lipoporisakar"ida terhadap woktu erupsi gigi pada


tikus

erupsi grgi teqadi secara lokal dalam rahang dengan


r.vaktu yang sesuai dengan

waktu perlumbuhan dan

bersifat bilateral.8 Erupsi ini melibatkan resorpsi dan


pembantukan tulang dari daerah gigi yang erupsi
dan akivitasnya tergantung dan clentatfoilicet
@F).

Berkurangnya epitel

glgl

mengawali cascade

signals intercellular, yang merekut osteoklas ke


dalam folikel.e

Beberapa molekul parting pada awal erupsi


adalah epidermal growth factor (EGF), yang ter_
dapat dalam DF. Epidermal growthfactor menstt_

mulasi transfuming growth factor-fi (TGF-B)


dalam stellate reticulum (SR), mtuk kemudian
menstimulasi ekspresi mRNA IL-lo, dalam SR
yang berlingsi untuk menimbulkan paningkatan IL_
la dalam DF. Epidemal gr.owthfactor,TGF-{J dan

IL-lo, menstimulasi colony stimulating factor-t


(CSF-1) dan chemotactic molecule-l
O4Cp_1)
dalam DF yang berfungsi untuk menstimuli per_
gerakan dan proliferasi sel mononuklear dalam DF.
Sel mononuklear merupakan prekursor osteoklas.s, 10

Osteoklas tersebut berperan unfuk resorpsi tulang


yang berfungsi memberikan saluran en-rpsi.7,8

Destrrksi tulang yang teqadidi apikai gigi sulung


akibat inflamasi, akan memudahkan terjadinya
erupsi gigi permanen yang maturasinya belum
sempuma. Secara normal, enrpsi grgr teqadi seteldh
email gigi selesai dibentuk Dilaporkan glgr-glgr
yang mangalamr enrpsi premahlr, teq'adi kelainan
bentuk maupun proses kalsifikasi. McNamara dkk
melaporkan bahwa gigi premolar yang mengalami
empsi prematur, ditemukan dalam keadaan karies,

hipoplastik dan goyang, sedang

gigi lain dalam


sama
mengalami
palumbuhan
..yang
normal.rl Kualitas glgr yang jelek misalnya glgr
fargan porositas tingg, hipokalsifikasi, maupun
hipoplasi email akan memudahkan terl'adrnya
rahang

karies.r2 Leroy dan Declerck menyatakan bahwa


premolar akan erupsi lebih cepat 2-8 bulan apabila

grgr molar sulung teq'adi karies yang berlanjut.r3


McDonald dan Avery menyatakan aupsi prernolar
akan terlambat bila kehilangan gigi molar sulung
teq'adi sebeium umur 4 tahun, tetapi akan teAadi
empsi premahr bila kehilangan gigi sulung di atas

umur

tahun.la

Gig, yang empsi

prematur

umumnya goyangkarena perkembangan akar masih


murimal.
Perkembangan gtgl molar pada tikus menun_
jukkan tahap-tahap yang sama dangan manusia

pada masa embrional sampai aupsi grginya.r,


Eruqs-i gigi molar sahr tikus terjadi pada umur 19

han.r6 Menr.uut Marks, proses etrpridi-.rlai sejak


adanya akumulasi sel-sel mononuklear yang positif

TRAP (tartrate resistance acid phosphatase), di


bagian koronalDF.s

39

ini adalah untuk mengetahur


LPS terhadap erupsi gigi pacla
tikus khususnya pada fase erupsi dan tingginya
mahkota gigr yang telah menernbus tuiang al_
veolaris. Diharapkan hasil penelitran ini dapat mem_
benkan wawasan ilmiah mengenai efek inflamasi
yang disebabkan oleh produk bakteri khususnya
Tujuan penelitian

pengaruh induksi

LPS terhadap terladinya gangguan erupsi.

BAIIANDA]\ CAIL{
Empat puluh ekor tlkus lVistarjantan umur 5 hari
yang telah sesuai dengan kriteria sampel, dipilih
secara acalg drbagi menjadi 3 kelompok. Kelompok
I (20 ekor) merupakan kelompok kontrol yang tidak
diben perlakuan apapun. Kelompok II (20 ekor)
adalah kelompok perlakuan yang diberi induksi
LPS , coli 0111 84 (Sigma). Induksi LpS didasar_
kan pada metode Umezu dkk yang dimodifikasi
yai# tnS disLrntikan di gingiva reU"faf, bukal tikus
reglo glgl molar rahang atas kanan, dengan dosis 5
pyPBS 0,05 m1 dan diberikan I kali sehari selarna
8 han. Masing-masing kelompok dibagr menjadi 4
sub kelompok yang terdiri atas 5 ekor tihrs, yang
akan didekapitasi pada umur 9, 13, 17 dan 2l hari.
Rahang atas kanan diambil, kemudian dilaL:ukan
foto ronserq unnrk di amati pada lase erupsi dan

tinggnya mahkota

gigi

yang telah menembus

tulang alveolaris. Foto ronsen dilakukan dengan


ssdut cone 180', dan jaralorya 30 cm dari obyek
(sampel yang telah di tempatkan film foto ronsen
gigi). Hasil ronsen tersebut difoto dengan kamera
digrtal Q.{rkon 5,3 pixel), kemudian ditansler ke
dalam monitor komputer dan dimasukan dalam
program softwere adobe photoshop 7,0 dan corel
draw 11 untuk diamati fase enrpsinya. Fase enrpsi

dinilai berdasarkan Koch dan Kreiborg yaitu l)


tahap preerupsi, mahkola gig sedang dibenruk: 2)
tahap intraoseus, apabila akar mulai terbenhr( 3)
tahap penetasi pada mukosa, te{adi bila % dan %
akar glgl yang aupsi telah terbentu( 4) tahap

preoklusal, grgi sudah tampak di rongga mulut, tapi


belum dalam oklusi sempuma; 5) tahap posoklusai,6 yainr gigr nampak iudah empsi sempuma.

Unhik mengetahui tingkat aupsi gigr dilakukan


pengukuran mahkota grgr Ml atas kanan yang telah
menembus tulang. Pangukuran tersebut dilaluakan
dangan cara hasil foto ronsen diamati dalam corel

draw 11, kemudian dilakukan pengukuran pada


tinggi mahkota glgl yang telah menembus tulang
alveolaris (dalam mm).

Uji Kruskal-lItal/zs

diguna-

kan urtuk mengetahui perbedaan fase erupsi gigr

dan

uji ANOVA digrtrakan untuk mengetahui

perbedaan pada ukuran tinggi mahkota


telah menembus hrlang alveolaris. I 7

gigi yang

dentika Dental Journal, Vol 12, No. 1, 2007: 38-43

40

HAStt, PEF{ELITLIN
I{asi1 peneiitian rni ntenunjukkar-i bahrva tikus
yang diinduksi LPS rrrempunl'ai lase aupsi yang
lebih tinggi dibandingkatr dengan kontrol ('I'abei 1).
Hal ini mulai terhhat pada tikus umur 13 yaitu
mempunyai remta fase aupsi lebih dari 3, arlrnya
ada beberapa tikus yang mempunyai fhse erupsi
lebih dari 3. Tikus pada umur t hari mempunyri
rerata fase erupsi yang sama antara kelompok
kontrol dan yang diinduksi LPS. Tikus umur 17 hari

2t

han juga terlihat mempunyai remta {bse


oupsi lebih tinggi dibandingkan konfol. Hasil uji

Gambar 1. Gambaran rongenologis mahkota gigi

Kruskal Wallis menurjukkan secara bemmkna

tikus umur 17 hari. A. Tikus dalam


kondisi normal, adanya garis tulang
aiveolaris yang jelas disekitar mahkota
gigi, B. Tikus yang diinduksi LPS,
gambaran tulang alveolarisnya hilang
(terlihat tipis dan agak kabur), dan
mahkota gigi nampak lebih lebih tinggi
diatas tulang alveolaris dibandingkan

dan

(p<0,05) tikus yang diinduksi LPS mempunyai fase


erupsi lebih besar dibandingkan dengan kontrol.
Tatrel

1.

Rerata dan standar deviasi lase erupsi


gigi-geligi tikus berdasarkan kriteria Koch
dan Kreiborg.

yang telah telah menembus fulang pada

dengan kontrol.

Rerata Stadar
I )evlilsr

Rerata

Standar
L)ev1as1

I'E}TB,{IIAS.fu\
Hasii penelitian

I (tikus normal); II (tikus yang diinduksi LPS).

Percepatan erupsi jug,

terlihat pada

hasil

pangukuran mahkota gigi yang telah mcnembts


tulang pada tikus yang diinduksi LPS lTabcl 2). tJli
ANOVA secara bemrakna (p<0,05) menunjukkan

tikus yang diinduksi I-PS, pacla umur

hari

mahkota $91 yang telah menembr-is tulang lebih


tinggr dibandingkan kontrol, begitu juga dengan
tikus umu.r 13, 17 dan 21 hari. ['ada gambaran
ronsenologis. tulang ah'eolaris tikus -vang diinduksi
LPS hilang di sekitar grgl dan ggr nampak lebih
manonjol dari kontrol (Gambar 1).
Tabel

2.

Rerata dan standar deviasi tinggi mahkota


menernbus tulang

gigi yang telah


alveolaris (mm).

ini mentmjukkan

pernyataan Mc. Donald dan Aveqr, segera setelah


peilumbr,rhaq mahkota selesai (sempuma), ggr akan
bergerak rxltuk erupsi dan perkenrbangan aposisi
email molar satu tikus telah sempuma pada umur
*10 hari.ra16 Menurut Marks, sebenamya proses

erupsi dimulai sejak adanya akumulasi sel-sel


mononuklear yang positif TRAP, di bagian koronal
dental fotticle (DF).t Sel mononuklear (monosit)
pada tiicrx telah terdeteksi sejak lahir di koronal
benih gigi, dan mencapai puncaknya pada umur 5
hari, kemudian tumn dan maningkat lagi umur 9
hari.18 Menuxt Wise dan Fan puncak akumulasi sel
monuklear tersebut terjadi pada 3 hai post natal,
re
kemudian terjadi panurunan. Sel-sel mononuklear
tersebut akan mengalami proliferasi oleh adanya
CFS-I yang terdapat dalam DF.? CFS-I diekspre-

sikan makimal dalam

Rerata

Standar

Deviasi

I (tikus

normal): II (rikus yang diinduksi LPS).

bahwa pada

tikus normal umur 9 dan 13 hari, molar satu atas


telah rnengalami neneFasi mukosa dan % dan %
akar ggr telah erupsi (fase 3). Sesuai dengan

DF pada umur 3

hari.zo

Memrut Tsurukai dkk, monosit/makofag lineage


yang diinkubasi selama 24 jam dengan receptor
activator of NF-rc9 ligand (RANKL) bersama
dangan CFS, mengakibatkan diferensiasi monosit
dan makofag tersebut menjadi pretrarsor osteoklas
(positif TRAP;.2l Ha1 tersebut menunjukkan bahwa
mulai umur 3 trun post natal, telah te{adi palngkatan pembanhrkan osteoklas di sekitar koronal
baih grgr yang mengakibatkan resorpsi tulang

lndahyani: Pengaruh lipopoli.sakarida terhadap waktu erupsi gigi pada tikus

alveolaris. Erupsi didahului oleh adanya resorpsi

di

daerah koronal dental follicle


@F). Osteoklas akan melakukan resorpsi tulang
alveolans untuk membuat saluran erupsi.7'8
Resorpsi tulang yang teq'adi dikoronal barih grgr
mengakibatkan t{adinya fase infaoseus (yang
tidak diamati pada penelitian ini), yaitu grgr menembus tulang alveolaris. Umur ha1, post natal g1g1
mulai mangalami fase aupsi ke 3 yaitu menembus
mukosa. Hal ini terlihat pada hasil pengamatan foto
ronsetl bahw4 mahkota gtgl yang telah menernbus
tulang, telah mancapai 7,66 mm dan umur 13 hari
8,33 mm. Penambahan panjang mahkota di atas
h-rlang alveolaris menunjukkan gigi telah mengalami tahap intraoseus dan terus mengalami pergerakan ke arah koronal. Hal tersebut teg'adi oleh
karena adanya paringkatan ekspresi CFS-I dan
tr,rlang alveolaris

RANKI

pada umur

5 hari di

dalam DF dan

meningkat pada umur ke 9-l hai. post natalyang


manyebabkan osteoklas meningkat pada usia tersebtt.zz'B Ini sesuai dengan penelitian Suda dkk.
yang maryatakan bahwa CSF-I, RANKL dan juga

L-l

mengahbatkan prekwsor osteoklas akan

berfrrsi menjadi osteoklas akrjf.za


Osteoklas yang akif akan menyebabkan degradasi

tulang maupun kolagen di koronal benih g:rgr.


Walaupun faktor-faktor yang menstimulasi pembentukan dan aktivasi osteoklas ekpresinya di
dalam dental follicle menwtn setelah tilars benmur
11 .hari, tetapi hormon paratroid eTfD reseptor
protein (PTHTP), terdeteksi dalam stellate riticulum
dalam junrlah tinggi pada umur 14 hai post natal.
Hormon tersebut menyebabkan jumlah dan aktivitas
osteoklas kembali meningkat.2s Penelitian Murills,
dkk. morunjukan bahwa indulai PIH dan PIIkP
dalam 6 jam meningkatkan jurnlah resorpsi tulang
dengan terjadinya lubangJubang kecil pairpotongan tu1ang,26 Osteoklas yang distimulasi PTH
dan PIfkP manyebabkan tajadinya resorpsi tulang
alveolar yang menyebabkan pembentukan saluran

aupsi tems

berlangsung. Saluran

aupsi

ini

memr:nghnkan gigi tems bergerak dalam rongga


mulut. Panjang mahkota glglnya sudah mencapai
10,66 mm dzn12 mrrl sehinggapadaumur 17 hari
gtgt telah muncul di rongga mulut dan pada umur
2l hari, gigi telah erupsi sempuma.
Tikus yang ditndulsi LPS, pada umur t hari, ratarata fase aupsinya masih tahap 3, yaitu gigi
mangalami penetasi mukosa dan mahkota yang
telah menembus tulang alveolaris secara bermakna
lebih panjang dibandingkan kontrol. krduksi LPS
telah mengahbatkan peningkatan osteoklas sehing-

ga teq'adi resorpsi tulang alveolaris.

Penelitian
Umezu dkk. memmjukan jumlah sel osteoklas meningkat secara progresifsetelah 4 x suntikan 500 pg

41

LPS yang disuntikkan setiap 48 iam.o Setelah 8 kali

surhkan jumlah osteoklas msnurun, tetapi mengalami peningkatan ukuran dan jurnlah inti sel
osteoklas. Besamya osteoklas akan menyebabkan
daerah resorpsinya lebih luas dari pada jun:lah
osteoklas y ang tinggs,.21

Illduksi LPS yang terus berlangsr,rng, menyebabkan tikus umur 13 hai, rerata fase erupsi gtglnya
adalah 3,25 dengan panjang mahkotanya di atas
tulang alveolaris 11,88 mm. Ini berarti bahwa ada
beberapa tikuS yang telah mangalami fase enrpsi
lebih cepat dibandingkan dargan kelompok kontol.
Pada masa aupsi . gigi secara fisiologis taladi
polngkatan osteoklas di koronal benih grgr. LPS
manyebabkan asam lemak esensial yaitu linoleic acid

yangterdapt di dalam membran fosfolipida dipoah


oleh enzim fosfolipase A2, yang akan melepaskan
asam lernak bebas yaitu asam arakhidonat (AA), dan
kemudian mengalami siklooksigenase dan lipolaigffiase yang berperan penting pada pembortukan
prostaglandin

E)

gGE"), ffomboksan-2 CIB&) dan

leukotin-2 (LT2), yang bersifat inflamatori.28

Selain itu LPS yang berikatan dengan CD14


makofag/monosit maupun osteoklas yang telah
banyak terdapat di koronal'benih gl$ margahbat-

kan TLR4 melalarkan signal transduki

dalam

makofag/mo nosit lineage

osteoklas intuk
^urpt*
mensekesi IL-1 dan TNF-o
serta PGE22'J0 LPS
juga murstimulasi osteoblas untuk meningkatkan
ekspresi osteoclast dffirentiation facior (ODF),

yaihr sitokin yang diidartifikasi darr TNF family


dan diekspresikan sebagai protein membran dalam
osteoblas dan sel sffomal misalnya adalah RANKL
dan osteoprotegerin.

3I

ktduksi LPS mengakibatkan tikus umur 17 harl


erupsinya lebih cepat dengan mahkota yang telah
menembus tr-rlang lebih tinggr dibandingkan

kontol,

walaupun induksinya dihentikan ketika tihrs berumur 13 hari. IL-1 yang maningkat dargan adanya
LPS maryebabkan peningkatan flrsi, survival dan
aktivasi osteoklas.2a Pada keadaan normal, osteoklas
akan segera mati setelah melakukan resorbsi hrlang.
Intsrleukin-l, mencegah te4adinya apoptosis osteoklas, sehingga masa hidupnya menjadi panjang.t'
hterleukin-l juga meningkatkan aktivitas resorpsi
tulang osteoklas. Kultur osteoklas yang diinkubasi

dargan [--1, TNF-o, dan RANKL, terbuhi


meningkatkan daerah resorpsi, walaupun IL-l
menyebabkan luas daerah resorpsinya lebih lebar
dibandingkan yang 1ain.33 Osteoklas mah:r akan
mensekesi macrophage colony stimulating foctor
(MCSF), yang berfungsi untuk proliferasi dan

difffensiasi sertra peningkatan fungsi osteoklas.2o'3a


Penelitian Lees dkk memrnjukan bahwa MCSF
menyebabkan

2 x lipat

peningkatan hns daerah

dentika Dental Journal, Yol 12, No. 1, 2007: 3843

42

jumlah pit

(lubang-lubang
dalam hrlang) dan manyebabkan peningkatan
uktrran kedalaman resorpsi pit'" Jurnlah dan

resorpsi, peningkatan

aktivitas ssrta bertambah panjangnya suntival


osteoklas, manyebabkan resorpsi tulang alveolaris
di koronal benih glgl berlanjut lebih lama dan lebih
besar tingkat resorpsinya. Hal ini mengakibatkan
enrpsi glgi pada tikus umur 17 hari lebih cepat
dibandingkan kontrol.
Kesimpulan pada penelitian ini adalah LPS secara
bermakna malyebabkan teqadinya aupsi glgr yang
lebih cepat (aupsi prematur), yang ditandai dengan
fase anrpsi glgr yang lebih cepat dan panjang
mahkota glgt yang telah manembus tulang alveolaris lebihtinggi dibandingkan tikus normal'

I-oy &

Declerck D. What is the relation between


the presence ofcaries in the deciduous dentition and
the ckonology of the eruption of the perrnanent
teeth?. Rev Belge Med Dent 2004; 59(3): 215-21'
14. McDornld RE, Avery DR Dentistry for the child
and adolescent. 7d' ed. Mosby Inc. Missouri, 2000:

t3

180-l-

M, I-obos N, Tones-Quintana MA' Mouse


tooth development time sequence determination for
the ICR/Jcl strain. J Oral sci 2004;46:13541'
16. Fads, CrriffittL Tf rat in laboratorryinvestigation New
Yorlc Hafter Publishing C,onpany, 197 l: lfi-l'
17. Pntiknya WA. Statistik untuk penelitian kedokteran:
Pendekatan rancangan terpadrl Universitas Gajdah
Mada dan PAU-PPAI Universitas Terbuka' 2000;

15. Gaete

'74-5.

18. Volejnikova S, Laskari M, Mark

Jr SC, Graves

DT'

Monocyte recruitment and expression of monocle

Daftar Pustaka

1.
2.
3.
4.

Wikipedia. Lipopolisaccharide. <h@lZen'vrikipeclia'


ore/dindexpho> (23 February- 2006)
Janeway CA, Tarvers P, Walport M, Shlomchik M'
lmmuno Biology. 5e ed. New York Garland
Publishing, 2001 : 67 -8 Stashenko P. Intenelationship

of dental pulp and


KM, Goodis'
Hargreaves
tn:
apical periodontitis.
Chicago:
pulp.
Quintessence
(Edt). Dental
hrblishing Co., lnc., 2002: 389 -449.
Umezu A, Kaneko N, Toyama Y, Wanatabe Y, Itoh
H. Appearance of osteoclast by injections of
lipopolysacchandes

in rat

periodontal tissue'

Periodont Res 1989 ; 24: 378-83-

5. Ne RF, Witherspoon DE, Gutrnarrr JL' Tooth


6.

1.
8.
g.

resorptioq Quinteisence Int 1999; 30-9'25'


Kock G, Krieborg S. Emption and shedding of teeth'

In: Koch G, Poulsen S. Pediatric Dentistry: A

clinical approach. C,openhagen: Munksgaard 2001:


301-19.
Wise GE, Frazier-Bowers S, D'Souza RN' Cellular,
molecular and genetic determinats of tooth enption'
Crit Rev Onl Biol Med 2002; 13{4):323-35'
Mark Jr SC, Gonh JP, Wise GE. The mechanisms

chemoattractant protein-l are developmentally regulated in remodeling bone in the mouse. Am J Pathol
1997;150 (5): tTrr-2t19. Wise GE, Frazier-Bowers S, D'Soua RN' Cellular,

and genetic determinants of too*r enption. Crit Rev Oral Biol Med2002: 13(4):323-35'

molecutrar

20. Wise GE, Yao S, Odgren

are essential

223-30.
Nancy A, Cate ART. Oral histology: Development,
structure, and fi.mction 6d'ed- St tnuis: Mosby tnc,
2003;141-91.

10. Wise GE, Ren

Y, Yao S.

Regulation

of

osteo-

protegerin gene expression in dental follicle cells' J


Dent Res 2003 ; 82(4): 298'302.
11. McNamara CM, Foley TF, Gawey MT, Kavanagh
PT. Prematur dental eruption: Report of case. J Dent

Pan

F'

CSF-I

for both

formation

of

ostgoclast

precursors and their differentiatiou into osteoclasts' J


Bone Miner Res 1998 23: 5222 (abstract)'
22. HeiturchJ, Bsoul S, Bames J, WoodruffK Abboud
S. CFS-I, RANKL and OPG regulate osteoclastogenesis

dtring mwine tooth eruption' Arc Oral

Biol 2005; 50: 897-908.


and
regulation of gene expression of RANKL in the rat
dental folicle. Eur J Oral Sci 2005;113(5):4M-9'
Suda T, Takahashi N, Udagawa N, Jimi E, Gillespie
MI, Martin TJ. Modulation of osteoclast different-

23. Liu D, Yao S, Pan F, Wise GE. Chronology

24.

tiatiou and function by the new members of the


hxrpr recrosis factor receptor and ligand families

and mediators of tooth eruption-models

for
39:
1995;
Biol
J
Dev
developmental biologists. Int

P&

regulation ofosteoclastogenesis for tooth eruption' J


837 .a|.
. Dent Res 2005; 84(9):
21. Tsunrkai T. Takahashi N, Udugawa N, Matsuzaki I!
Suda T. M-CSF and osteoclast differentiation factor

Endocr Rev 1999;

2\3\

345-57

tA, Weir EE, Insogrn KL,

Philtrrick
WM, Broadus AE. Parathyroid hormone-related protein induces spontaenous osteoclast formation via a
Proc Natl Acad Sci 2000; 97(13):
paracrine

25. Nakchbandi

129G3W.

"rt"id".

26. Murrills RJ, Stein LS, Fey CP, Denpster DW' The
effeca of parathyroid hormone (PTII) and PTHrelated peptide on osteoclast resorption ofbone slices

m vito: an arnlysis of pit size and the resorption


focus. Endocrinology 1990; 121 : 2&8-53'

Ixes R, Heerche JNM. Macrophage colony stimuIating factor increases bone resorption in dispersed
o.t*"I^t cultures by increasing osteoclast size' J

Clnld1999;70-2.

21

coccus mutans colonization in infants after tooth


eruption. J Dent Res 2003; 82(7):5M-8'

Bone Miner Res 1999; 14:93745'


28. Wikipedia. Essential fatty acid interactiors' <h@
i/enwikipe'dia.org/ilindex.php> (23 Muet 2N7)

12. Wan AKL, Seow WI!. Purdie DM, Bird PS, Walsh
LI, Tudehape DI.. A longihrdirnl study of Strepto-

{3

EN

d
ilt
ild

Indahyani: Pengaruh lipopolisakarida terhadap waktu erupsi gigi pada tikus

29. Itoh Il Udagawa N, Kobayashi K Su& K Li X


Takami M, et al. Lipopolysaccharide promotes the
stnival ofosteoclasts via toll-like receptor 4, but
cytokrne production of osteoclast in response to
lipopolynaccharide is different from that of macrophages. J Imnmnol 2003; 17 0: 3688-95.
30.

K Suda M, Yasoda A Natsui Il


et al. Crucial involvement of the EP4

Sakuma Y, Tanaka

I,

EE

Tamka

br

sublpe of prostaglandin E recqltor in

osteoclast

formation by proinllammatory cytokines and lipopolysaccharide. J Bone Miner Res 2000; 15: 218-27.
31.

Il:
rh

q
r.
G
IL

ol

r,
tr
.1

r
st

d
l.

il
d

I
b
tE

k
F

a
):
E

t-

n
F

d
J

Kikuchi T, Matsuguchi

T, Tsuboi N, Mitani A,

Tanaka S, Matsuoka M, et al. Gene expression of


osteoclast diffrentiation factor is induced by lipopo-

43

iysaccharide in mouse osteoblasts via toll-like


Immrlnol 200 I ; 166:. 357 4-79.

receptors. J

I, Ikebe Akiyama S, Takahashi


Suda T. Activation of NF-xB is involved in the

32. Jimi E, Nakamura

survival of osteoclast promoted by interleukin-l. J


Biol Chem 1998; 27 3(l 5): 8799-805.
33. Fuller K Kirstein B, Chambers TJ. Mruine osteoclast
formation and fi.rnction: Differential regulation by
humoral agents. Endocrinolog 2006; 147 : 1979-85.
34. Hofsteffer W, Wetterwald A, Cecchini MC, Felix H,

Mueller C. Detection of tanscripts for thq receptor


for macrophage colony-stimulating factor, c-frns, in
murine osieoclasts. Proc Natl Acad Sci 1992; 89l.
963't41.

Você também pode gostar