Você está na página 1de 5

Bunyi Jantung Janin

Bunyi jantung janin terdengar paling jelas di bahu janin (skapula). Terkadang dapat
didengar pada dinding dada, bergantung pada posisi janin.
Mengetahui presentasi dan posisi janin berarti mengetahui di bagian mana alat tersebut
diletakkan di abdomen ibu agar dapat mendengar bunyi jantung janin. Jantung janin dikaji:

Keberadaannya

Frekuensinyarentang normal adalah 110-150 denyut per menit (dpm)

Keteraturannya

Variabilitasnya

Deselerasi frekuensi jantung janin di bawah 100 per menit biasanya merupakan indikasi
penyimpangan dari normal. Pada saat janin bergerak, bunyi jantung janin terkadang mengalami
akselerasi. Hal ini merupakan respon yang diharapkan. Adapun cara untuk menilai bunyi denyut
jantung antara lain:
1. Auskultasi menggunakan stetoskop Pinard
Dengan mendengarkan jantung janin dengan stetoskop Pinard memastikan bahwa
yang didengarkan adalah jantung janin. Bunyi jantung janin terdengar seperti denyutan
ganda yang cepat (terkadang terdengar seperti bunyi ketukan) dengan frekuensi 110-150
denyutan per menit. Hal ini dapat dibedakan dengan jelas dari frekuensi jantung ibu (kirakira 70 denyut per menit) jika didengarkan dengan stetoskop Pinard. Sedangkan pada
CTG (Cardio Tokografi) tidak mengauskultasi dengan cermat bunyi jantung ibu sehingga
dapat rancu dengan bunyi jantung janin, dan bila bunyi jantung janin tidak ada maka hal
ini kemungkinan tidak akan diketahui kecuali jika stetoskop Pinard digunakan terlebih
hulu sebelum monitor CTG. Dokter dapat mempalpasi denyut radial ibu sambil
mendengarkan bunyi jantung janin, untuk membedakan keduanya dan untuk memastikan
bahwa yang terdengar adalah bunyi jantung janin.

Prosedur penggunaan stetoskop Pinard :


a. Lakukan pemeriksaan abdomen
b. Letakkan stetoskop Pinard di daerah perkiraan bunyi jantung janin dapat terdengar
c. Lepaskan tangan dari stetoskop, sehingga terjadi kontak langsung antara telinga,
stetoskop dan abdomen ibu (hal ini dapat meningkatkan varian bunyi)
d. Dengarkan dan hitting bunyi jantung janin (denyut ganda yang terdengar cepat,
terdengar seperti bunyi ketukan) selama satu menit. Secara simultan palpasi denyut
radial ibu
e. Diskusikan basil pemeriksaan dengan ibu
f. Dokumentasikan hasilnya dan lakukan tindakan yang sesuai
2. Penggunaan Sonicaid
Salah satu keuntungan dari penggunaan sonicaid adalah ibu dapat mendengar
denyut jantung janin dan dapat meyakinkannya. Cara ini sangat bermanfaat bagi usia
gestasi kurang dari 28 minggu, di saat bunyi jantung janin belum dapat didengar dengan
jelas menggunakan stetoskop Pinard. Untuk dapat mendengar bunyi jantung janin,
sonicaid sering kali perlu diletakkan langsung di atas bahu janin.
Prosedur penggunaan sonicaid :
a. Lakukan pemeriksaan abdomen (gunakan stetoskop Pinard bila tepat)
b. Oleskan jeli konduktif yang sesuai pada sonicaid
c. Letakkan sonicaid di tempat bunyi jantung janin diperkirakan dapat terdengar
d. Hitung denyut jantung dalam satu menit (beberapa sonicaid memberikan hasil
pembacaan digital)

e. Jelaskan pada ibu tentang bunyi lain yang mungkin terdengar, seperti bunyi gerakan
janin, aliran darah uterin atau pulsasi tali pusat
f. Bersihkan jell yang menempel di abdomen dan sonicaid
g. Diskusikan dengan ibu tentang hasil pemeriksaan
h. Dokumentasikan hasil pemeriksaan dan Lakukan tindakan yang sesuai
3. Doppler
Pemeriksaan ekokardiografi dan Doppler adalah pemeriksaan non-invasif yang
dapat memberikan informasi tentang anatomi dan morfologi jantung serta fungsi bilik
jantung. Dalam bidang kardiologi pediatrik, sampai saat ini pemeriksaan ekokardiografi
tetap merupakan pemeriksaan yang paling penting untuk menegakkan diagnosa. Dengan
pemeriksaan yang baik dan teliti, diagnosis dapat ditegakkan secara akurat pada 95%
kasus PJB. Pemeriksaan ini tidak sakit, tidak berbahaya dan cukup aman dilakukan
terutama pada neonatus dan bayi dengan keadaan umum yang buruk. Pada bayi atau anak
yang tidak dapat diam, takut atau tidak kooperatif, mungkin perlu diberikan obat
penenang agar pemeriksaan dapat dilakukan dengan baik.
Untuk menilai keadaan atau kesejahteraan janin dapat menggunakan USG
Doppler yakni pemeriksaan USG yang mengutamakan pengukuran aliran darah terutama
aliran tali pusat atau jantung. Penilaiannya meliputi gerak napas janin minimal 2 kali / 10
menit, tonus (gerak janin), indeks cairan ketuban, reaktivitas denyut jantung janin, dan
sebagainya.
Pemeriksaan dilakukan dengan meletakkan alat transduser di dinding dada yang
akan mengirimkan gelombang suara frekwensi tinggi (ultra sound) dan menerima
kembali suara tersebut yang dipantulkan oleh segmen-segmen jantung dengan kepadatan
yang berbeda. Dengan mengubah posisi dan arah transduser sesuai dengan lokasi segmen
potongan jantung akan tampak spektrum eko dari objek yang diamati seperti ruang-ruang,
katup, sekat dan dinding jantung serta pembuluh darah utama secara lebih jelas dan

spesifik. Dengan alat Doppler dapat diukur aliran darah didalam jantung dan pembuluh
darah. Perubahan arah, kecepatan dan turbulensi aliran darah akibat beratnya kelainan
anatomi jantung akan terdeteksi. Kombinasi pemeriksaan ekokardiografi 2-dimensi
dengan Doppler berwarna akan memperlihatkan anatomi dan profil aliran didalam
jantung yang akan meningkatkan akurasi diagnosis.
Pustaka
Buku Ajar: Praktik Kebidanan; (Skills for Midwifery Practice) Oleh Ruth Johnson, Wendy
Taylor

American Heart Association. Children and Heart Disease: How A Cardiologist Diagnoses
Heart Defects. American Heart Association Website: www.americanheart.org, USA,
2004.

American Heart Association. Children and Heart Disease: If Your Child Needs A Heart
Test. American Heart Association Website: www.americanheart.org, USA, 2004.

Cardiology Department, Royal Childrens Hospital, Melbourne, Australia. Children with


Heart Problems: A booklet for parents of children with heart conditions. Heartkids Vic
Inc, 1997.

Heartkids Victoria Incorporated, Family Support Group. Frequently Asked Questions.


Cardiology Department, Royal Childrens Hospital. Melbourne, Australia. Website:
Melbourne. Website: www.rch.org, 2004.

Park MK and Troxler R.G. Pediatric Cardiology for Practitioners. 4th Edition. Mosby,
Inc., St. Luis, 2002.

Putra ST, Advani N dan Rahayoe AU. Dasar-dasar Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit
Jantung pada Anak. Simposium Nasional Kardiologi Anak I, Forum Ilmiah Kardiologi
Anak Indonesia, Jakarta, 1996.

The Heart Institute for Children, Chicago, Illinois, USA. Information for Parents. THIC
Website: www.thic.com, 2003.

Komplikasi Episiotomi

Episiotomi dapat menyebabkan nyeri, perdarahan, pembengkakan, memar atau


terinfeksi. Hal ini juga dapat terjadi jika sayatan meluas ke rektum atau luka episiotomi tidak
dijahit kembali bersama-sama dengan baik.
Komplikasi episiotomi :

Dapat menyebabkan nyeri masa nifas yang sering membutuhkan penggunaan analgesik.

Menggangu kemampuan ibu untuk berinteraksi dengan bayinya dan menyebabkan


kesulitan pada saat buang air kecil.

Nyeri dan ketidaknyamanan dapat berlangsung lama sampai beberapa minggu atau satu
bulan postpartum.

Terjadi perdarahan.

Insisi dapat bertambah panjang jika persalinan tidak terkontrol.

Selalu ada risiko terjadi infeksi, terutama bila berdekatan dengan anus.

Dyspareunia dan ketakutan untuk memulai hubungan seksual

Masalah yang umum terjadi setelah melakukan episiotomi adalah infeksi, akibat sulitnya
menjaga daerah tersebut tetap kering dan bersih. Masih tergolong normal bila luka kembali
berdarah, setelah 6 minggu pasca-melahirkan. Rasa gatal yang berlebih juga bisa menandakan
adanya infeksi, masuknya jamur, atau hal lainnya pada bekas luka, yang harus dicek lebih lanjut
ke dokter. Beberapa ibu mungkin saja merasa sakit karena jahitan yang dibuat terlalu kencang,
tetapi dokter bisa dengan segera membetulkan dengan mengendurkan atau melepas beberapa
jahitan yang membuat tak nyaman tersebut. b Rahmi Hastari/MB

Você também pode gostar